• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Aspek Reseptif

Dalam dokumen ZULFITHRIAH Nomor Induk Mahasiswa: (Halaman 81-92)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

C. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Aspek Reseptif

Bahasa adalah sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negara, digunakan sebagai bahasa pengantar yaitu bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi di perundingan, pemberian pelajaran di sekolah (Depdikbud, 1990: 67).

46

6

Penguasaan bahasa Indonesia adalah cara menguasai atau kesanggupan untuk menggunakan kepandaian berbahasa Indonesia. Penguasaan bahasa Indonesia memperlancar siswa dalam mempelajari mata pelajaran yang lain. Upaya peningkatan penguasaan bahasa Indonesia merupakan dasar untuk menyelesaikan matematika. Selanjutnya siswa tidak mungkin dapat menyelesaikan masalah-masalah matematika jika penguasaan siswa tentang bahasa kurang.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan kepada peningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan manusia Indonesia.

Pada perkembangan masa sekolah, orientasi seorang anak dapat berbeda-beda. Ada anak yang lebih impulsif daripada anak yang lain, lebih refleksif dan berhati-hati, cenderung lebih jelas dan nyata dalam berekspresi, lebih senang belajar dengan bermain-main, sementara yang lain lebih pragmatis dalam pemakaian bahasa. Di masa ini setiap bahasa anak akan mencerminkan kepribadiannya sendiri. Siswa taman kanak-kanak memiliki rasa bahasa, bagian-bagiannya, hubungannya, bagaimana cara kerjanya sehingga mereka mampu mengenal serta mengapresiasi bahasa yang dipakai dalam cara yang mengagumkan serta tidak lazim.

47

6

Selama masa sekolah anak mengembangkan dan memakai bahasa secara unik dan universal. Pada saat itu anak menandai atau memberinya ciri sebagai pribadi yang ada dalam masyarakat itu. Perkembangan bahasa pada masa sekolah dapat dibedakan dengan jelas dalam tiga bidang, yaitu struktur bahasa, pemakaian bahasa, dan kesadaran metalinguistik (Massofa, 2008)

Salah satu permasalahan yang mendasar dalam penguasaan bahasa Indonesia di Sekolah adalah penggunaan bahasa pertama dalam mengantar pembelajaran, khusus daerah yang memiliki bahasa pertama adalah bahasa daerah, maka peluang untuk menjadikan bahasa tersebut menjadi bahasa pengantar pembelajaran menjadi sangat besar, sehingga diperlukan teknik tersendiri bagi para pengajar untuk menyisiasati hal tersebut.

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagi proses-proses visual membaca merupakan proses menterjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprest Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang mengandung makna. Membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses

48

6

yang berupa fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dan merupakan proses mekanis dalam membaca. Proses mekanis tersebut berlanjut dengan proses psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Proses pskologis itu dimulai ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan terhadap tulisan ke pusat kesadaran melalui sistem syaraf. Melalui proses decoding gambar-gambar bunyi dan kombinasinya itu kemudian diidentifikasi, diuraikan, dan diberi makna. Proses decoding berlangsung dengan melibatkan pengetahuan tentang kata dan istilah dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan. Dengan demikian, membaca merupakan suatu proses yang melibatkan aspek fisik dan psikologis untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang dipengaruhi oleh pengalaman serta pemahaman yang telah diperoleh sebelumnya.

Membaca pemahaman menurut Tarigan (1979:58) merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review), drama tulis (primed drama), serta pola-pola fiksi (pattenrs of fiction). Pemahaman yang dimaksudkan bukanlah pemahaman yang sifatnya mekanis saja. Akan tetapi mengandung makna dimana pembaca dapat memetik makna dan informasi yang tersirat serta yang tersurat dari apa yang dibaca. Seperti halnya bidang kajian yang lain, tingkat pemahaman dalam kegiatan membaca juga bisa dikethui melalui

49

6

pengukuran. Pengukuran tersebut bisa dilakukan dengan suatu tes. Dalam hal ini, teknik pengukuran yang sering digunakan antara lain adalah dengan menggunakan bentuk betul-salah, melengkapi kalimat, pilihan ganda, pembuatan ringkasan, cloze test, C-test, dan lain-lain, Iskandarwassid dkk (2008:247). Teknik yang paling umum digunakan adalah format bentuk tes pilihan ganda. Namun demikian, format tes ini sering tidak valid, karena jawaban benar bisa diperoleh melalui lebih dari satu cara, misalnya dengan menebak. Hal ini yang menimbulkan keraguan terhadap kemampuan membaca pemahaman. Dalam membaca pemahaman terdapat urutan tingkatan pemahaman adalah sebagai berikut.

a. Tingkat pemahaman yang pertama adalah pemahaman literal, artinya pembaca hanya memahami makna apa adanya, sesuai dengan makna simbol-simbol bahasa yang ada dalam bacaan.

b. Tingkat pemahaman kedua adalah pemahaman interpretasi. Pada tingkat ini pembaca sudah mampu menangkap pesan secara tersirat. Artinya di samping pesan-pesan secar tersurat seperti pada tingkat pemahaman literal, pembaca juga dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.

c. Tingkat pemahaman ketiga adalah pemahaman kritis, kegiatan membacanya disebut dengan membaca kritis. Pada tingkat ini, pembaca tidak hanya mampu menangkap makna tersurat dan

50

6

tersirat. Pembaca pada tingkat ini mampu menganalisis dan sekaligus membuat sintesis dari informasi yang diperolehnya melalui bacaan. Di samping itu pembaca juga mampu melakukan evaluasi atau penilaian secara akurat. Artinya, pembaca tahu persis akan kebenaran atau kesalahan isi wacana berdasarkan pengetahuan dan data-data yang dimilikinya tentang informasi yang ada dalam bacaan. Pembaca pada tingkat ini sudah mampu membuat kritik terhadap satu bacaan atau sebuah buku.

d. Tingkat pemahaman tertinggi adalah pemahaman kreatif. Pembaca tingkat ini memiliki pemahaman lebih tinggi dari ketiga tingkat sebelumnya. Selesai membaca, pembaca akan mencoba atau bereksperimen membuat sesuatu yang baru

berdasarkan isi bacaan.

Dengan demikian, membaca pemahaman menekankan pada aspek pemahaman serta penguasaan pembaca terhadap bacaan secara menyeluruh, baik yang tersurat maupun yang tersirat.

Mencermati beraneka ragamnya batasan hakikat membaca yang diberikan oleh para pakar, berdampak terhadap memperluas wawasan pemerhati membaca itu sendiri. Pemberian batasan tersebut didasarkan pada pendekatan keterampilan yang dipergunakan pakar dalam menganalisis membaca, sehingga menimbulkan berbagai pengertian

51

6

membaca. Para pakar yang menganalisis membaca sebagai suatu keterampilan, memandang hakekat membaca itu sebagai proses atau kegiatan yang menerapkan seperangkat keterampilan dalam mengelola hal-hal yang dibaca untuk menangkap makna.

Dengan beraneka ragamnya batasan hakikat membaca, pada uraian ini hakikat membaca akan disesuaikan dengan hakikat membaca yang mengacu pada tujuan pembelajaran, yaitu membaca suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam suatu tulisan. Menurut Gilet dan Temple, (dalam Samsu, 2011:5) “bahwa membaca adalah kegiatan fisual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris- baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan. Membaca juga merupakan suatu proses pengembangan keterampilan mulai dari keterampilan memahami kata- kata, kalimat- kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis keseluruhan isi bacaan”.

Selanjutnya Davies, (dalam Samsu 2011:5) menyatakan “bahwa membaca sebagai suatu proses mental atau proses kognitif yang di dalamnya seorang pembaca diharapkan bisa mengikuti dan merespon terhadap pesan si penulis. Dari sini dapat dilihat bahwa kegiatan membaca merupakan sebuah kegiatan yang bersifat aktif, dengan pengetahuannya pembaca harus bisa mengikuti jalan pikiran penulis dan dengan daya kritisnya ditantang untuk bisa merespon dengan meyetuujui

52

6

atau bahkan untuk tidak menyetujui gagasan atau ide-ide yang dilontarkan seorang penulis”. Membaca semakin penting manfaatnya dalam kehidupan masyarakat karena setiap aspek melibatkan kegiatan membaca dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya tanda-tanda jalan mengarahkan orang yang bepergian pada tujuannya, menninformasikan pengemudi mengenai bahaya di jalan dan mengingatakn aturan-aturan. Jadi intinya, kemampaun membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia.

Membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca yang dilaksanakan untuk memahami isi bacaan tanpa menekankan aspek waktu. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir, terus menerus, dan berkelanjutan.

Menurut Rubin, (dalam Samsu , 2011:7), “membaca pemahaman adalah proses intelektual yang mencakup dua kemampauan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal”. Pendapat ini memandang bahwa dalam pmembaca pemahaman, secara simutan terjadi konsentrasi dua arah dalam pikiran pembaca dalam melakukan aktifitas membaca, pembaca secara aktif merespon dengan mengungkapkan bunyi tulisan dan bahasa yang digunakan oleh penulis. Untuk itu, pembaca dituntut untuk dapat mengungkapkan makna yang terkandung di dalam teks, yakni makna yang ingin disampaikan oleh penulis. Senada dengan itu, Smith, (dalam Samsu, 2011:9) “menyatakan bahwa membaca pemahaman suatu kegiatan atau aktifitas yang

53

6

dilakukan oleh pembaca untuk menghubungkan informasi baru dengan informasi lama dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Di samping menghubungkan informasi dan mendapat pengetahuan baru, aktivitas yang dilakukan oleh pembaca dalam memahami bahan bacaan dapat diklasifikaskan menjadi pemahaman literal, pemahaman interpretasi, pemahaman kritis dan pemahaman kreatif”.

Menurut Syafi’ie, (dalam Samsu, 2011:20) pemahaman literal adalah pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau yang disebutkan penulis dalm teks bacaan. Pemahaman ini diperoleh dengan memahami arti kata, kalimat dan paragraf dalam konteks bacaan yang ada. Selain itu kemampuan membaca literal adalah kemampuan membaca untuk mengenal dan menangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal (tampak jelas) dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih mendalam, yakni makna- makna tersiratnya. Yang termasuk dalam keterampilan membaca literal antara lain keterampilan: (1) mengenal kata, kalimat, dan paragraf, (2) mengenal unssur hubungan sebab akibat, (3) menjawab pertanyaan (apa, siapa, kapan dan di mana).

Selanjutnya Safi’ie menyatakan “bahwa pemahaman interpretasi adalah pemahaman terhadap apa yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks bacaan. Pemahaman ini lebih mendalam dibandingkan dengan pemahaman literal. Dalam membaca interpretasi, pembaca memainkan

54

6

peran yang aktif untuk membangun makna dari apa yang dinyatakan dalam teks. Pembaca membuat simpulan dari informasi yang didapat dari teks dengan pengetahuan latar yang dimiliki”. Intinya pemahaman ini menuntut untuk kemampauan berppikir yang lebih tinggi. Dengan buku yang sama Safi’ie mengungkapkan pemahaman kritis adalah pemahaman bacaan yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan sengan pemahaman interpretasi. Artinya, dalam pemahaman interpretasi, penalaran yang dilakukan pembaca masih berada pada lingkup memahami apa yang dikemukakan oleh penulis, sedangkan dalam pemahaman kritis, di samping pemahaman apa yag dikatakan oleh penulis, pembaca juga memberikan reaksinya terhadap isi bacaan yang bisa berupa pertimbangan-pertimbangan dan penilain terhadap kualitas, ketepatan dan ketelitian, serta mauk akal atau tidaknya apa yang dikatakan oleh penulis.

Pemahaman yang paling tinggi tingkatannya dalam membaca pemahaman yaitu pemahaman kreatif. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat (reading the lines), makna antarbaris (reading

between the Lines), dan makna di balik baris (reading beyound the lines),

tetapi juga mampu secara kreatif menerapakan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-harinya. Beberapa keterampilan membaca kreatif yang perlu dilatihkan antara lain keterampilan: 1) mengikuti petunjuk dalam bacaan kemudian menerapkannya, 2) membuat resensi buku, 3) memecahkan masalh sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam buku, 4) mengubah buku cerita menjadi bentuk naskah drama dan sandiwara

55

6

radio, 5) mengubah puisi menjadi prosa. Dan adapun tujuan dari membaca pemahaman secara umum adalah (1) mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan sesuai topik bacaan, (2) menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri, (3) meringkas bacaan, (4) mengemukakan gagasan utama, (5) menentukan bagian yang menarik dalam cerita, (6) mengemukakan pesan cerita dan sifat pelaku, (7) memberi tanggapan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Jadi seorang dikatakan memahami bacaan secara baik apabila memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) kemampuan menangkap arti kata dan ungkapan yang digunakan oleh penulis, (2) kemampuan menangkap makna tersurat dan makna tersirat, dan (3) kemampuan membuat kesimpulan.

56 56 BAB III METODE PENELITIAN

Dalam dokumen ZULFITHRIAH Nomor Induk Mahasiswa: (Halaman 81-92)

Dokumen terkait