• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran dengan Pendekatan Bermain

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

3. Pembelajaran dengan Pendekatan Bermain

a. Hakikat Bermain

Bermain merupakan suatu aktivitas yang disukai oleh anak-anak. Dengan bermain anak akan merasa senang dan germbira. Jika diamati di sekolah-sekolah pada saat waktu luang, waktu sebelum masuk atau waktu istirahat, para siswa bermain di halaman sekolah, mereka berlari, berkejar-kejaran, main bola dan masih banyak aktivitas bermain lainnya. Rusli Lutan dkk., (1992: 2) dalam Seri Bahan Kuliah Olahraga ITB menyatakan, “Bermain merupakan kegiatan hakiki atau kebutuhan dasar pada manusia”. Menurut Soemitro (1992: 1) bahwa,

“Bermain sebenarnya merupakan dorongan dari dalam anak, atau merupakan

commit to user

25

naluri. Semua naluri atau dorongan dari dalam harus diusahakan untuk disalurkan secara baik”. Menurut hasil Lokakarya Nasional Ilmu Keolahragaan (1998: 16) dijelaskan, “Bermain merupakan dorongan naluri, fitrah manusia, dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Ciri lain yang amat mendasar yakni kegiatan itu dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, dalam waktu luang”.

Sedangkan M. Furqon H. (2006: 2) berpendapat, “Bermain merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga menemukan sesuatu dari pengalaman bermain”.

Berdasarkan empat pendapat tersebut menunjukkan, bermain merupakan suatu luapan ekspresi anak tanpa paksaan dan sungguhan yang dilakukan dalam waktu luang tanpa terikat pada peraturan. Banyak hal yang didapat dari bermain yaitu dapat memberikan pengalaman belajar misalnya membina hubungan sesama teman, menjalin kerjasama, saling menghargai dan lain sebagainya. Seperti diungkapkan Sukintaka (1992: 7) bahwa, “Salah satu sifat dari bermain yaitu:

“Bermain untuk memperoleh kesenangan, menimbulkan kesadaran agar bermain dengan baik perlu berlatih, kadang-kadang memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan dan mengetahui kemampuan diri sendiri”.

Bermain merupakan kebutuhan atau dorongan dari dalam diri anak.

Dorongan dari dalam ini harus disalurkan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, pada masa anak-anak kesempatan bermain harus diberikan seluas-luasnya. Banyak manfaat yang diperoleh dari bermain baik fisik, mental maupun sosial. M. Furqon H. (2006: 4-5) menyatakan pengaruh bermain terhadap perkembangan anak yaitu: “(1) Pengembangan keterampilan gerak, (2) perkembangan fisik dan kesegaran jasmani, (3) dorongan berkomunikasi, (4) penyaluran energi emosional yang terpendam, (5) penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, (6) sumber belajar, (7) rangasangan bagi kreativitas, (8) perkembangan wawasan diri, (9) belajar bermasyarakat dan (10 perkembangan kepribadian”.

commit to user

Pengaruh dari bermain cukup kompleks di antaranya dapat mengembangkan keterampilan gerak anak, mengembangkan fisik dan kesegaran jasmani, memberikan dorongan berkomunikasi, tempat menyalurkan energi emosional yang terpendam, penyaluran kebutuhan dan keinginan, sebagai sumber belajar, sebagai rangsangan berkreativitas, sebagai tempat perkembangan wawasan diri, tempat belajar bermasyarakat dan mengembangkan kepribadian.

Banyaknya manfaat dari bermain, maka seyogyanya orang tua tidak melarang anaknya bermain. Hal ini karena dengan bermain akan membantu perkembangan dan pertumbuhan anak. Seperti dikemukakan Toho Cholik M dan Rusli Lutan (2001: 127) bahwa, “Usia 6-12 tahun adalah masa penting untuk pertumbuhan baik secara fisik, mental, emosional, intelektual maupun sosial anak. Karena itu sangat diharapkan bahwa bermain merupakan wahana pembelajaran. Anak bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain”.

b. Pendekatan Bermain

Pendekatan bermain merupakan suatu cara yang diterapkan seorang guru dalam kegiatan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk bermain atau permainan. Berkaitan dengan pendekatan bermain Wahjoedi (1999: 121) menyatakan, “Pendekatan bermain adalah latihan yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan”. Menurut Beltasar Tarigan (2001: 17) bahwa, “Pengajaran melalui pendekatan bermain adalah meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan sesungguhnya”. Menurut Depdiknas. (2004: 28) dijelaskan, “Pendekatan permainan bertujuan untuk mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak”. Sedangkan Benny A.

Pribadi (2009: 43-44) berpendapat:

Metode pembelajaran bermain bersifat kompetetif dan mengarahkan siswa untuk dapat mencapai dan mengarahkan siswa untuk dapat mencapai prestasi atau hasil belajar tertentu. Permainan harus menyenangkan dan memberi pengalaman belajar baru bagi siswa. Pada umumnya dalam metode pembelajaran bermain ada pihak yang menang ada pihak yang

commit to user

27

kalah. Pihak yang menang akan mendapat reward, sedangkan pihak yang kalah perlu berlatih lebih keras untuk memenangkan permainan.

Berdasarkan pengertian pendekatan bermain yang dikemukakan empat ahli tersebut dapat disimpulkan, pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan atau belajar teknik suatu cabang olahraga yang dikemas dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pendekatan bermain siswa belajar teknik suatu cabang olahraga yang dikemas dalam bentuk permainan. Dari permainan yang dilaksanakan ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah.

Mempelajari suatu cabang olahraga yang dikemas dalam bentuk bermain menuntut siswa untuk mandari dan memecahkan permasalahan yang muncul dalam permainan. Dalam pendekatan bermain siswa dituntut mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Dalam hal ini Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 35-36) menyatakan:

Manakala guru atau pelatih menyadari bahwa rendahnya kualitas permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut:

1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya.

2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan membiarkan siswa berlaih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi.

3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar startegi bermain.

Memahami dan memberikan solusi yang tepat adalah sangat penting dalam pendektan bermain, jika pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai seperti yang diharapkan. Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan permainan sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama bermain harus dicermati dan dibenarkan. Jika kesalahan-kesalahan yang dilakukan

commit to user

selama bermain dibiarkan akan berakibat penguasaan skill yang salah, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai.

Dokumen terkait