• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Pembelajaran PAI

Ilmu Pendidikan Agama Islam, sering disebut sebuah studi tentang proses pendidikan yang berasarkan nilai-nilai filosofis ajaran islam dengan sebagai dasarnya yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Ilmu pendidikan agama islam juga merupakan ilmu pendidikan yang berdasrkan islam atau ilmu pendidikan yang berkarakter islam.

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang atau instansi pendidikan yang memberikan materi mengenai agama islam kepada orang yang ingin mengetahui lebih dalam tentang agama islam baik dari segi materi akademis maupun dari segi praktik yang dapat dilakukan sehari hari.

Hakikat pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) menurut Muhaimin mendefinisikan suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong

26

belajar, mau belajar da tertarik untuk terus-menerus mempelajari agama islam, baik untuk mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari islam sebagai pengetahuan.

Dengan demikian pemaknaan pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) merupakan bimbingan menjadi muslim yang tangguh dan mampun merealisasikan ajaran Pendidikan Agama Islam dalam kehiduan sehari-hari sehingga menjadi insan kamil. Untuk itu penanaman Pembelajaran PAI sangant penting dalam membentuk dan mendasari peserta didik. Dengan penanaman Pembelajaran PAI sejak dini diharapkan mampu membentuk pribadi yang kokoh, kuat dan mandiri untuk berpedoman pada agama islam.

2. Karakteristik PAI

Pendidikan Agama Islam (PAI) juga memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Menurut Muhaimin (2006:102), meliputi:

a. PAI berusaha untuk menjaga akidah peserta didik agar tetap kokoh dalam situasi dan kondisi apapun.

b. PAI berusaha menjaga dan memelihara ajaran dan nilai-nilai yang tertuang dan terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist serta otentisitas keduanya sebagai sumber utama ajaran islam

c. PAI menonjolkan kesatuan iman, ilmu dan aural dalam kehidupan keseharian.

d. PAI berusaha membentuk dan mengembangkan kesalehan individu dan sekaligus kesalehan sosial.

e. PAI menjadi landasan moral dan etika dalam pengembangan iptek dan budaya serta aspek-aspek kehidupan lainnya.

27

g. PAI berusaha menggali, mengembangkan dan mengambil ibrah dari sejarah dan kebudayaan (peradaban) islam.

h. PAI mengandung pemahaman dan penafsiran yang beragam, sehingga memerlukan sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah islamiyah.

3. Tujuan Pembelajaran PAI

Adapun tujuan pembelajaran pai di sekolah menurut Dr. Zakiyah Daradjat,dkk dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, membagi lima macam tujuan, yaitu:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum yaitu tujuan yang akan di capai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yaitu perubahan-perubahan yang diingini yang merupakan bagian yang termasuk dibawah tiap tujuan umum pendidikan. Tujuan ini meliputi gabungan pengetahuan, keterampilan, pola-pola tingkah laku, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan dalam tujuan akhir dan tujuan umum.

c. Tujuan Akhir

Tujuan akhir yaitu pendidikan islam yang berlangsung selama hidup, maka dengan tujuan akhir terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula.

28

Tujuan sementara yaitu tujuan yang akan di capai setelah anak didik di beri sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dlam suatu kurikulum pendidikan formal.

e. Tujuan Operasional

Tujuian operasional yaitu tujuan praktis yang akan di capai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.

4. Asmaul Husna

a. Pengertian Asmaul Husna

Asmaul Husna terdiri atas dua kata yaitu asma yang berarti nama-nama Allah dan

husna yang berarti baik atau indah.Jadi Asmaul Husna dapat diartikan sebagai nama-nama yang baik lagi indah yang hanya dimiliki oleh Allah SWT.Sebagai bukti keagungan-Nya, kata Asmaul Husna di ambil dari ayat Al-Qur’an yaitu QS. Taha/20:8 yang artinya Allah SWT tidak ada Tuhan melainkan Dia. Dia memiliki Asmaul Husna (nama-nama baik). Dalil tentang Asmaul Husna dalam QS. Al-A’raf/7:180

نُلمعٌاُو كبم نَضجٍس ًئبمسا ًف نَذحذٌ هىزلااَسرَبٍب يُعدبف ىىسحلاءبمسلاا للهَ

Artinya: “Dan Allah SWT memiliki Asmaul Husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan (menyebut) nama-namaNya yang baik itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Araf/7:180)

Dalam Asmaul Husna merupakan amalan yang bermanfaat dan mempunyai nilai yang tak terhingga tingginya. Berdoa dengan menyebut Asmaul Husna sangat dianjurkan

Dengan begitu menghafalkan Asmaul Husna akan mengantarkan orang yang melakukannya masuk ke dalam surga Allah SWT. Apakah hanya dengan menghafalkannya saja seseorang akan dengan mudah masuk ke dalam surga? Jawabannya, tentu saja tidak karena menghafalkan Asmaul Husna juga harus diiringi

29

dengan menjaganya, baik menjaga hafalannya dengan terus-menerus menzikirnya, maupun menjaganya dengan menhindari perilaku-perilaku yang bertentangan dengan sifat-sifat Allah SWT dalam Asmaul Husna tersebut.

b. Nama-Nama Allah Dalam Asmaul Husna 1) Al-Karim

Secara bahasa, Al-Karim mempunyai arti Yang Maha Mulia, Yang Maha Dermawan atau Yang Maha Pemurah.Secara istilah, Al-Karim diartikan bahwa Allah SWT.Al-Karim adalah yang mulia dalam segala hal, yang amat banyak pemberian dan kebaikannya, baik ketika diminta maupun tidak. Namun Al-Karim menunjukkan kesempurnaan kemuliaan Allah Azza wa Jalla dalam zat dan segala sifat serta perbuatan-Nya.

Ibnu Manzhur rahimatullah menjelaskan: “Al-Karim salah satu dari sifat Allah Azza wa Jalla dan nama-Nya. Yakni zat yang amat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah lagi pemberi.Pemberian-Nya tidak pernah habis.Dia lah zat Yang Maha Mulia secara mutlak. Al-Karim adalah nama mencakup segala kebaikan, kemuliaan dan keutamaan.

Dalil tentang Al-Karim dalam QS. Al-Infithar/82:6

يشكلبكبشبكشغبموبسولاابٌٍابٌ

Artinya:“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhau Yang Maha Pemurah.” (QS. Al-Infithar/82:6)

Al-Karim dimaknai Maha Pemberi karena Allah SWT. Senantiasa memberi tidak pernah terhenti pemberianNya. Manusia tiak boleh berputus asa dari kedermawanan Allah SWT. Jika miskin dalam harta, karena kedermawananNya tidak hanya dari harta yang dititipkan melainkan meliputi segala hal.Manusia yang berharta dan dermawan

30

hendaklah tidak sombong jika telahmemiliki sifat dermawan karena Allah SWT, tidak menyukai kesombongan. Dengan demikian, bagi orang yang diberikan harta melimpah maupun tidak dianugerahi harta oleh Allah SWT, keduanya harus bersyukkur kepadaNya karena orang yang miskin pun telah diberikan nikmat selain harta.

Penjelasan tentang Al-Karim yaitu salah satu daripada Asmaul Husna.Nama ini memberipengertian istimewa tentang Allah SWT. Al-Karim juga bermaksud sebagai berikut:

1) Allah SWT Maha Pemurah.

2) Allah SWT member tanpa diminta. 3) Allah SWT memberi sebelum diminta. 4) Allah SWT memberi apabila diminta.

5) Allah SWT member bukan karena permintaan, tetapi cukup sekesar harapan, cita-cita dan angan-angan hamba-hambaNya. Dia tidak mengecewakan harapan mereka.

6) Allah SWT memberi lebih baik daripada apa yang diminta dan diharapkan oleh hamba-hambaNya.

7) Allah Yang Maha Pemurah tidak pelit dalam pemberianNya. Tidak dikira berapa banyak diberikan dan kepada siapa Dia memberi.

8) Yang paling penting, demi kebaikan hambaNya sendiri, Allah SWT member dengan bijaksana, dengan cara yang baik, masa yang paling sesuai dan paling bermanfaat kepada hambanya yang menerima.

31

Al-Mu’min secara bahasa berasal dari kata amina yang berarti pembenaran, ketenangan hati, dan aman.Al-mu’min artinya Dia Maha Pemberi rasa aman kepada semua makhlukNya, terutama kepada manusia. Al-Mu’min artinya Allah adalah Maha Pemberi keamanan, setiap manusia di berikan hak untuk diberikan oleh Allah hak yang sama yaitu hak keamanan. Allah akan memberikan rasa aman kepada setiap manusia yang merasa ketakutan, baik takut terhadap dirinya, agama maupun kehidupannya di dunia. Maka di antara kewajiban sebagai muslim member rasa aman terhadap masyarakat sekitar, karena siapa saja yang belum bias member rasa aman kepada masyarakat tidak masuk surga.

Dalil tentang Al-Mu’min dalam QS. Al-An’am/6:82

نَذتٍممٌُىملابمٍلكئلَبملظبمٍوبمٌااُسبلٍملَاُىمبىٌزلا

Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mnedapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am/6:82)

Berzikir dengan nama Allah SWT, Al-Mu’min di samping menumbuhkan dan memperkuat keyakinan dan keimanan kita, bahwa kemanan dan rasa aman yang dirasakan manusia sebagai makhluk adalah suatu rahmat dan karunia yang diberikan dari sisi Allah SWT. Sebagai Al-Mu’min yaitu Tuhan yang Maha Pemberi Rasa Aman juga terkandung pengetian bahwa sebagai hamba yang beriman, seorang mukmin dituntut mampu menjadi bagian dari pertumbuhan dan perkembangan rasa aman terhadap lingkungannya.

Sebagai orang beriman harus bias memberikan keamanan kepada orang lain dari azab Allah dengan memberikan petunjuk atau hidayah kepada jalan Allah dan nasihat menuju jalan keselamatan. Makna dari sifat almu’min bagi kehidupan manusia

32

adalah orang-orang yang berada di sekitarnya merasakan tenang, damai, sejuk, sedih, ketika berada di dekatnya orang itu akan menjadi bahagia dan tenang. Hal ini disebabkan hatinya telah dipenuhi dengan ketenangan hatinya selalu berhubungan dengan Allah, dan ketinggian nilai tawakal yang dimiliki.

3) Al-Wakil

Kata Al-Wakil menngandung arti Maha Mewakili atau Pemelihara. Al-Wakil (Yang Maha Mewakili atau Pemelihara) yaitu Allah SWT.Yang memelihara dan mengurusi segala kebutuhan makhlukNya, baik itu dalam urusan dunia maupun urusan akhirat. Dia menyelesaikan segala sesuatu yang diserahkan hambanya tanpa membiarkan apapun terbengkalai.

Allah SWT itu zat yang maha memlihara, yaitu Dia yang memlihara dan mengurusi segala kebutuhan makhlukNya, baik itu dalam urusan dunia maupun urusan akhirat.Hamba Al-Wakil adalah yang bertawakal kepada Allah SWT. Ketika hamba tersebut telah melihat “tangan” Allah dalam sebab dan alas an segala sesuatu dia menyerahkan seluruh hidupnya di tangan Al-Wakil.

Dalil tentang Al-Wakil dalam QS. Az-Zumar/39:62

لٍكَءًشلكىلعٌَُءًشلكقلبخٍللا

Artinya: “Allah SWT pencipta segala suatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.” (QS. Az-Zumar/39:62)

Orang yang mempercayakan segala urusan kepada Allah SWT, akan memiliki kepastian bahwa semua akan di selesaikan dengan sebaik-baiknya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh hamba yang mengetahui bahwa Allah SWT yang Maha Kuasa, Maha Pengasih adalah satu-satunya yang dapat dipercaya oleh para hambaNya.

33

Hamba yang melakukan urusannya dengan sebaik-baiknya dan kemudian akan menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT untuk menentukan karuniaNya. Hamba tersebut akan berdoa kepada AL WAKIL yang “tangan”-Nya mengendalikan hidupnya untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya, karena ia sendiri mengakui ketidak tahuannya. Inilah pengertian tawakal atau berserah siri kepada Allah SWT. Orang berserah diri kepada wakil tertinggi dan terpercaya berarti memiliki kekayaan lebih besar dari pada kekayaan yang ada di dunia ini. Sebab meskipun usahanya mengalami kerugian besar dia tidak akan berputus asa, dia berada dalam ketentraman.

Jika rasa tentram itu tidak ada, maka tidak ada keuntungan duniawi dan tidak ada kekayaan material yang dapat mendatangkan kebahagiaan. Kesulitan-kesulitan yang menghalangi atau merusak rasa tentram di dalam pikiran seperti ambisi yang besar, sifat kikir, persaingan dan khayalan, dengan banyaknya uang, besarnya keamanan tidak akan melapangkan hati orang-orang yang terkena penyakit tersebut.

4) Al-Matiin

Al-Matiin adalah Yang Maha sangat kuat, sedangkan Al-Qawiy adalah Yang tidak ada sesuatupun yang mampu menundukkan dan mengalahkanNya, serta menolak ketentuanNya.Dia (Maha Mampu) memberlakukan perintah dan ketentuanNya kepada semua makhlukNya (tanpa ada satupun yang mampu menghalangi).Dia mampu memuliakan siapapun yang dikehendakiNya dan mampu menjadikan hina siapapun yang dikehendakiNya. Segala (daya dan) kekuatan hanya milik Allah Azza wa Jalla, tidak aka nada yang mendapat kemuliaan kecuali orang yang dimuliakanNya. Orang yang tidak ditolong oleh Allah Azza wa Jalla pasti akan kalah dan orang-orang yang dihinakanNya pasti akan hina.

34

Dalil tentang Al-Matiin dalam QS. Az-Zariyat/51:58 هٍتملاةُقلاَزقاصشلاٍٍُللبوا Artinya: “Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Az-Zariyat/51:58)

Keimanan yang benar terhadap nam Allah Yang Maha Agung ini akan membuahkan dalam hati seorang hamba perasaan tunduk, merendahkan diri, takut dan selalu bersabar kepada Allah Jalla Jalaluhu semata, serta selalu bertawakal (berserah diri), taat, memasrahkan segala urusan dan berlepas diri dari (segala) daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolonganNya).

Karena itulah kalimat zikir “LAA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH” (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolonganNya) kedudukannya dalam islam sangat agung, serta memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menumbuhkan serta menyuburkan keimanan dalam hati seorang hamba.

Seseorang yang menemukan kekuatan dan kekukuhan Allah SWT, akan membuatnya menjadi manusia yang tawakal, memiliki kepercayaan dalam jiwanya dan tidak merasa rendah di hadapan manusia lain. Ia akan selalu merasa rendah di hadapan Allah SWT. Hanya Allah SWT Yang Maha Menilai.

Oleh karena itu, Allah SWT melarang manusia bersikap atau merasa lebih dari saudaranya.Karena hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui baik buruknya seorang hamba. Allah SWT juga menganjurkan manusia bersabar, karena Allah SWT Maha tau apa yang terbaik untuk hambaNya. Kekuatan dan kekukuhanNya tidak terhingga dan tidak terbaik terbayangkan oleh manusia yang lemah dan tidak memiliki daya upaya.

Jadi, karena kekukuhanNya, Allah SWT tidak terkalahkan dan tidak tergoyahkan. Siapakah yang palingn kuat dan kukkuh selain Allah SWT? Tidak ada

35

satu makhluk pun yang dapat menundukkan Allah SWT, meskipun seluruh makhluk di bumi ini bekerja sama.

5) Al-Jami’

Al-Jami’ secara bahasa artinya Yang Maha Mengumpulkan atau Menghimpun yaitu bahwa Allah SWT Maha Mengumpulkan atau menghimpun segala sesuatu yang tersebar atau terserak. Allah SWT Maha Mengmpulkan apa yang dikehendakiNya dan dimana pun Allah SWT berkehendak.

Allah SWT Maha Menngumpulkan manusia dan jin untuk dihisab, ditunjukkan amal-amal yang telah dikerjakan di dunia dan ditunjukkan pula pelaksanaan mizan (timbangan amal). Hal demikian pasti terjadi karena Allah SWT tidak mungkin akan mengingkari janjiNya.

Penghimpunan ini ada berbagai macam bentuknya, di antaranya adalah mengumpulkan seluruh makhluk yang beraneka ragam, termasuk manusia dan lain-lainnya, di permukaan bumi ini dan kemudian mengumpulkan mereka di padangmahsyar pada hari kiamat.

Dalil tentang Al-Jami’ dalam QS. Ali Imran/3:9

ٍملا فلحٌلا للهبوبٍٍفبٌسلامٍُلسبىلبعمبجكوابىبس د بع

Artinya: “Ya Tuhan kami sesungguhnya engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (QS. Ali Imran/3:9)

Allah SWT akan menghimpun manusia di akhirat kelak sama dengan orang-orang yang satu golongan di dunia. Hal ini bias dijadikan sebagai barometer, kepada siapa kita berkumpul di dunia itulah yang akan menjadi teman kita di akhirat. Walaupun kita berjauhan secara fisik, akan tetapi hati kita terhimpun, di akhirat kelak kita juga akan terhimpun dengan mereka. Begitupun sebaliknya walaupun kita

36

berdekatan secara fisik akan tetapi hati kita jauh, maka kita juga tidak akan berkummpul dengan mereka.

Oleh bsebab itu, apabila di dunia hati kita terhimpun dengan orang-orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya, di akhirat kelak kita akan berkumpul dengan mereka di dalam neraka. Karena orang-orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya, tempatnya adalah di neraka.

Begitupun sebaliknya, apabila kecenderungan hati kita terhimpun dengan orang-orang yang beriman, bertakwa dan orang-orang-orang-orang saleh, di akhirat kelak kita juga akan terhimpun dengan mereka. Karena tidaklah mungkin orang-orang beriman hatinya terhimpun dengan orang-orang kafir dan orang-orang kafir juga tidak mungkin terhimpun dengan orang-orang beriman.

6) Al-Adl

Al-Adl berasal dari kata adala yang berarti lurus dan sama. Orang yang adil adalah oarng yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Al-Adl artinya Maha adil. Keadilan Allah SWT bersifat mutlak, tidak dipengaruhi oleh apa pun dan oleh siapa pun. Keadilan Allah SWT juga didasari dengan ilmu Allah SWT Yang Maha Luas.Sehingga tidak mungkin keputusanNya itu salah.Al-Adlu di artikan juga adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Umpamanya manusia itu kewajibannya menyembah Allah, bila mau menyembah berarti adil, bila tidak mau menyembah berarti dhalim. Allah itu Maha Adil terhadap semua makhluk. Yang berbuat baik akan diberi balaasan kebaikannya, dan yang berbuat kesalahan akan diberi balasan kesalahannya, karena Allah itu seadil-adilnya hakim.

37

Dalil tentang Al-Adl dalam QS. Al-An’am/6:115

مٍلعلبعٍمسلاٌٍُُتملكللذبملالاذعَبقذصكبشتملكتمتَ

Artinya: “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu Al-Qur’an sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimatNya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am/6:115)

Sebagian dari keadilanNya, Dia hanya menghukum dan member sanksi kepada mereka yang terlibat langsung dalam perbuatan maksiat atau dosa. Istilah dosa turunan, hokum karma dan lain semisalnya tidak dikenal dalam syari’at islam. Semua manusia di hadapan Allah SWT akan mempertanggungjawabkan dirinya sendiri.

Lebih dari itu, keadilan Allah SWT selalu disertai dengan sifat kasih sayang. Dia memberi pahala sejak seseorang berniat berbuat baik dan melipat gandakan pahalanya jika kemudian direalisasikan dalam amal perbuatan. Sebaliknya Dia tidak langsung member catatan dosa selagi masih berupa niat berbuat jahat. Sebuah dosa baru dicatat apabila seseorang telah benar-benar berlaku jahat.

7) Al-Akhir

Al-Akhir artinya Yang Maha Akhir yang tidak ada sesuatu pun setelah Allah SWT. Dia Maha kekal tatkala semua makhluk hancur, Maha kekal dengan kekekalanNya. Adapun kekekalan makhlukNya adalah kekekalan yang terbatas, seperti halnya kekekalan surga, neraka, dan apa yang ada di dalamnya. Surga adalah makhluk yang Allah SWT ciptakan dengan ketentuan, kehendak, dan perintahNya.

Dalil tentang Al-Akhir dalam QS. Al-Hadid/57:3

مٍلعءًشلكبٌُُىطببااَشٌبظلاَشخلااُلَلااٌُ

Artinya: “Dialah Yang awal dan Akhir Yang Zahir dan Yang Batin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid/57:3)

38

Allah SWT berkehendak untuk menetapkan makhluk yang kekal dan yang tidak, namun kekekalan makhluk itu tidak terasa zat dan tabi’at. Karena secara tabi’at dan zat seluruh makhluk ciptaan Allah SWT adalah fana (tidak kekal).

Sifat kekal tidak dimiliki oleh makhluk, kekekalan yang ada hanya sebatas kekal untuk beberapa masa sesuai dengan ketentuanNya.

Orang yang menegaskan Al-Akhir akan menjadikan Allah SWT. Sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selainNya, tidak ada permintaan kepada selainNya, dan segala kesudahan tertuju hanya kepadaNya. Oleh sebab itu, jadikanlah akhir kesudahan kita hanya kepadaNya. Karena sungguh akhir kesudahan hanya kepada Rabb kita, seluruh sebab dan tujuan jalan akan berujung ke haribaanNya semata.

Orang yang mengesakan Al-Akhir akan selalu merasa membutuhkan Rabb-Nya, ia akan selalu mendasarkan apa yang diperbuatnya kepada apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk hambaNya, karena ia mengetahui bahwa Allah SWT adalah pemilik segala kehendak hati dan niat.

Hal ini menuntut seorang hamba agar memerhatikan keutamaan Rabbnya dalam setiap nikmat, baik berupa nikmat agama ataupun dunia, di mana sebab dan musababnya berasal dari Allah.Makna Al-Akhir adalah Dzat yang tiada sesuatu setelahNya. Nama Allah ini menunjukkan keabadianNya dan kekekalanNya. Dan ini menunjukkan bahwa Dia merupakan tujuan dan tempat bergantung yang seluruh makhluk menuju kepadaNya dengan ibadah, harapan, rasa takut dan seluruh keperluan mereka.

39

Adapun hikmah dari pada mengenal Asmaul Husna adalah seperti berikut, diantaranya:

1) Menyadari bahwa manusia adalah makhluk lemah. Pembuktiannya seperti yaitu merasa paling kuat, paling pandai, termodern, paling maju dan sifat-sifat tercela lainnya.

2) Berupaya untuk menjadi orang yang kuat dan pandai. 3) Bersikap sabar, kasih sayang dan pemaaf.

4) Berupaya menjadi kreatif dan aktif.

Dokumen terkait