• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran keterampilan menulis

Dalam dokumen Abdul Munir 10A09014 (Halaman 139-145)

TINJAUAN PUSTAKA

G. Aspek Reseptif dan Produktif

4. Pembelajaran keterampilan menulis

Menurut pendapat Lado (dalam Sannang, 1985) mengemukakan bahwa menulis adalah meletakkan atau mengatur symbol-simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca simbol-simbol grafis itu, sebagai bagian dari penyajian satuan-satuan ekspresi bahasa.

Menulis juga dapat dipandang sebagai upaya untuk merekam ucapan manusia menjadi bahasa baru, yaitu bahasa tertulis. Proses pembelajaran keterampilan menulis merupakan suatu proses yang sangat kompleks, yang merupakan keterampilan berbahasa yang membutuhkan perhatian paling akhir di sekolah. Menulis sering dipandang secara berlebihan sebagai suatu ilmu dan seni karena di samping memiliki aturan-aturan pada unsur-unsurnya, juga mengandung tuntutan bakat yang menyebabkan suatu tulisan tidak semata-mata sebagai batang tubuh sistem yang membawakan makna atau maksud, tetapi juga membuat penyampaian maksud tersebut menjadi unik dan menarik, serta menyenangkan pembacanya.

Program pembelajaran menulis pada dasarnya dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut: (1) mendorong siswa untuk menulis dengan jujur dan bertanggung jawab, dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa secara berhati-hati, integritas, dan sensitif; (2) merangsang imajinasi dan daya pikir atau

intelek siswa; (3) menghasilkan tulisan atau karangan yang bagus organisasinya, tepat, jelas, dan ekonomis penggunaan bahasanya.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, prinsip yang mendasari program pembelajaran menulis adalah sebagai berikut: (1) menulis merupakan proses dua arah, dalam pengertian si penulis menyampaikan atau menghasilkan dan menghendaki sesuatu dari pembacanya; (2) menulis didasarkan pada pengalaman, yakni bahwa sumber utama tulisan adalah pengalaman si penulis; (3) perbaikan hasil tulisan terjadi karena praktik, dalam pengertian bahwa aktivitas menulis yang kontinu dapat mengembangkan kelancaran, keterampilan dan keteraturan pikiran; (4) pengertian yang akan dikandung atau dilahirkan dalam tulisan lahir lebih awal sebelum tercipta bentuk.

Berikut ini, disajikan beberapa langkah yang penting dipedomani guru atau murid dalam proses pembelajaran keterampilan menulis adalah sebagai berikut: (1) diskusi umum atau kelas dan kelompok guna menghasilkan topik-topik untuk dijadikan rujukan memulai sebuah tulisan; (2) siswa menuliskan kerangka kasar dan menghaluskannya dengan sebaik-baiknya; (3) guru membaca dan member komentar tulisan siswa; (4) mendiskusikan hasil tulisan siswa secara berkelompok atau diskusi kelas; (5) guru menggunakan perangkat tulisan untuk menentukan segi-segi atau hal-hal yang harus dibicarakan atau diajarkan (6) siswa merevisi karangan atau tulisan sesuai dengan saran-saran yang diperoleh dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas.

Berdasarkan pendapat Poerwadarminta (1979) menyatakan bahwa menulis selalu berurusan dengan bahasa. Hanya bahasalah satu-satunya rumusan untuk

menulis, itulah sebabnya kecakapan menggunakan bahasa merupakan bekal utama. Selanjutnya Tarigan (2007) mengemukakan pula bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

Program pembelajaran keterampilan menulis harus dirancang dengan cermat dan teliti. Oleh karena itu, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat diatur dari yang sederhana menuju ke yang kompleks, dari yang mudah ke yang sukar, dan yang mencerminkan eksplorasi pengalaman dan pikiran siswa dari kehidupan sehari-hari yang konkret sampai pada hal-hal yang menuntut pemikiran yang abstrak.

Sejalan dengan penjelasan di atas, maka pembelajaran keterampilan menulis dapat diurutkan sebagai berikut: (1) penciptaan diksi, yaitu siswa mendapat latihan untuk memilih kata secara tepat dan menggunakannya sesuai dengan gagasan dan perasaannya, serta pembaca yang ingin dituju dengan karangannya itu; (2) pembuatan kalimat efektif, siswa berlatih menciptkan berbagai variasi kalimat serta memilihnya sedemikian rupa sehingga siswa benar-benar mengasyikkan pembacanya, karena tulisan itu dibangun dengan kalimat-kalimat yang efektif; (3) membangun paragraf, yaitu dengan cara siswa dilatih membuat paragraph yang disusun berdasarkan kalimat topik yang dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas, kalimat topik dikembangkan sampai akhirnya terbentuk sebuah paragraf induktif dan deduktif; (4) menyusun paragraf, siswa diminta menyusun beberapa paragraf secara kronologis dengan sistem tertentu berdasarkan suatu topik atau judul karangan, sehingga secara padu membentuk

sebuah tulisan atau karangan yang serasi dan utuh; (5) pembatasan dan penjabaran topik, yaitu siswa harus mampu membatasi ruang lingkup judul atau topik karangan, kemudian dijabarkan sedemikian rupa sehingga disusun suatu karangan sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia; (6) penilaian jenis dan penciptaan wacana, yaitu siswa diberi latihan untuk dapat menyusun suatu wacana (eksposisi, deskripsi, argumentasi, dan narasi) kemudian dapat membentuk suatu wacana yang menjadi sebuah hasil karangan yang baik dan benar. Berdasarkan sifat teknik penyajiannya dikenal empat jenis menulis yaitu: (1) eksposisi atau paparan, (2) deskripsi atau lukisan, (3) argumentasi atau dalihan, (4) narasi atau kisahan.

1) Eksposisi; Syafi’ie (1990:160) menyatakan bahwa eksposisi adalah wacana yang berusaha menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca. Wacana ini bertujuan menyampaikan fakta-fakta secara teratur, logis dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan suatu ide, istilah, masalah, proses, unsur-unsur sesuatu, hubungan sebab akibat dan sebagainya. Wacana ini dapat memberikan keterangan, serta dapat mengembangkan gagasan agar menjadi luas dan mudah dimengerti.

2) Deskripsi; Menurut Syafi’ie (1990:156) deskripsi adalah tulisan yang menggambarkan sesuatu sesuai dengan yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai ( melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.

3) Argumentasi; Supriyadi (1992:244) menyatakan bahwa argumentasi adalah suatu jenis wacana atau tulisan yang memberikan alasan dengan contoh dan

bukti yang kuat serta menyakinkan agar pembaca terpengaruh dan membenarkan pendapat, gagasan, sikap, dan keyakinan penulis, sehingga mau berbuat sesuai dengan kemampuan menulis.

4) Narasi; Supriyadi (1992:242) menyatakan bahwa wacana narasi adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal kejadian melalui tokoh atau pelaku dengan maksud memperluas pengetahuan, pendengar atau pembaca.

Tujuan yang ingin dicapai pada aspek keterampilan menulis yang diamanatkan di dalam kurikulum bahasa Indonesia tingkat sekolah dasar yaitu agar siswa mampu: (1) mampu memilih dan menata gagasan dengan penalaran yang logis dan sistematis, (2) mampu menuangkan ke dalam bentuk-bentuk tuturan dalam bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia, (3) mampu menuliskan sesuai dengan pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (selanjutnya disingkat EYD), (4) mampu memilih ragam bahasa Indonesia sesuai dengan konteks komunikasi. (Syafi’ie dan Subana, 1933:57).

Mencapai tujuan pembelajaran keterampilan menulis, khususnya pada tingkat sekolah dasar dianjurkan agar guru bahasa Indonesia memperhatikan tahap-tahap menulis untuk diterapkan, sebagai berikut:

a) Tahap persiapan

Siswa bersama guru mendiskusikan kegiatan menulis yang dikerjakan sesuai dengan KD dan indicator yang ingin dicapai dalam kurikulum pada setiap tingkat pendidikan. Kegiatan selanjutnya ialah membahas model bentuk tulisan yang akan dikerjakan siswa, terutama mengenai pengorganisasian (perwajahan)

jenis wacana itu dan topik tulisan. Pada tahap ini guru diharapkan mengarahkan siswa sebaik-baiknya agar dapat mengerjakan tugas-tugas dengan baik sesuai dengan prosedur.

b) Tahap menulis

Siswa menulis karangan sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang telah diperoleh dari guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Guru memberikan petunjuk kepada siswa tentu berpedoman pada perencanaan pembelajaran keterampilan menulis yang telah disusun sebelum melakukan kegiatan proses belajar-mengajar di kelas.

c) Tahap revisi

Tahap revisi dilaksanakan setelah siswa selesai merampungkan aktivitas menulisnya. Guru bersama siswa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar di kelas. Siswa dianjurkan melakukan revisi setelah karangannya rampung. Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah merevisi suatu tulisan atau karangan yang baru saja dikerjakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam merevisi suatu karangan yaitu susunan penyajian, pilihan kata atau istilah, penulisan ejaan, dan penataan tepi lembar

karangan (margin), kohesi/koherensi dalam paragraph, dan penataan ide.

Tahap menulis yang dikemukakan di atas diterapkan dalm kegiatan belajar-mengajar di kelas. Penerapan tahap itu akan menjadi pengetahuan bagi siswa dalam melakukan kegiatan menulis untuk berbagai keperluan dalam

aktivitas berkomunikasi. Tulisan untuk tujuan ini memerlukan pemahaman kondisi pembaca secara luas.

Dalam dokumen Abdul Munir 10A09014 (Halaman 139-145)