• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) a. Pengertian pembelajaran kontekstual

Dalam dokumen PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (Halaman 36-41)

Model Pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching And Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang di ajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang di milikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Rusman 2013, 189).

Untuk memperkuat di milikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja di perlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri

(learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang di sampaikan oleh guru, oleh sebab itu melalui pembelajaran kontekstual, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih di tekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bias hidup (life skill) Dari apa yang di pelajarinya. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat, secara fungsional apa yang di pelajari di sekolah senantiasa bersentuhan dengan situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkungannya.

Howey R, Keneth, dalam (Rusman, 2013; 189) mendefinisikan CTL sebagai pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata. Sistem pembelajaran kontekstual adalah proses pemdidikan yang membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan sehari-hari sosial dan budaya.

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan pembelajaran siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit, melalui keterlibatan aktivitas siswa daloam mencoba, mengalami dan melakukan sendiri, dengan demikian pembelajaran tidak di lihat dari segi produk akan tetapi yang terpenting

adalah proses. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi apa yang di ajarkaanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang di milikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Rusman, 2013; 190). Untuk memperkuat di milikinya pengalaman lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang di sampaikan oleh guru.

Oleh sebab itu, melalui model pembelajaran kontekstual, mengajar bukan hanya transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih di tekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan bias hidup (life skill) dari apa yang di pelajarinya. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat, dan secara fungsional apa yang di pelajarinya di sekolah senantiasa bersentuhan dengan situasi dan permasalahan yang terjadi di dalam kehidupannya.

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran kontekstual(contextual teaching and learning).

Pembelajaran Kontekstual dalam implementasinya memiliki 7 prinsipyang harus di kembangkan oleh guru yaitu :

1. Konstruktivisme (Constructivism): Yaitu pengetahuan di bangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya di perluas melalui konteks yang terbatas.

2. Menemukan (Inquiri): Upaya menemukan memberikan penegasan bahwa pengetahuan bukan di dapatkan dari proses mengingat tetapi hasil dari upaya menemukan sendiri.

3. Bertanya (Questioning): Pengetahuan yang di miliki oleh seseorang selalu berawal dari bertanya.

4. Masyarakat Belajar (Learning Communuty): Membiasakan siswa untuk melakukan kerja bsama dengan teman-teman belajarnya.

5. Pemodelan (Modelling): pemodelan dapat di jadikan alternative untuk mengembangkan proses pembelajaran.

6. Refleksi (Reflection): Cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau yang baru saja di pelajri.

7. Penilaian Sebenarnya (Autehentic Assesment): Penilaian yang bersumber dari proses belajar mengajar.

c.nLangkah-langkah Pembelajaran kontekstual.

Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual” sebagai berikut :

1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang lebih bermakna dengan cara menemukan sendiri.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik yang di ajarkan.

3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan- pertanyaan.

4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi.

5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bias melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.

6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang di lakukan.

7. Melakukan penilaian secara objektif yaitu menilai kemampuan sebenarnya pada setiap siswa

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kontekstual Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran kontekstualadalah : a. Kelebihan Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching and learning)

1). Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswadituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengaitkankan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

2). Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.

Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui

“mengalami” bukan “menghafal”.

b. Kekurangan Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching and learning):

1). Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode, Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. siswa dipandang sebagai individu yang

sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

2). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar.

Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadapsiswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula (Wina sanjaya 2005: 123).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila jenis-jenis model kontekstual diatas dapat dikembangkan, maka hasil belajar sosiologi dapat meningkat dengan baik karena proses pengajaran pada model kontekstual memberikan kesempatan kepada murid untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar mendengar cerita atau penjelasan guru mengenai suatu ilmu pengetahuan justru disisi lain mereka bisa merasa berbahagia dengan cara aktifnya sebagai ilmuan.

Dalam dokumen PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (Halaman 36-41)

Dokumen terkait