• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Kajian Pustaka

2.1.3 Pembelajaran Kooperatif

Sanjaya (2006:240) menyatakan bahwa salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran kooperatif (cooperative

learning). Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Menurut Sugiyanto (2010:37) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Siregar dan Nara (2011:115) berpendapat bahwa cooperative learning merupakan model pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok, mempelajari materi pelajaran, dan memecahkan masalah secara kolektif kooperatif. Menurut Shoimin (2014:45) model pembelajaran

cooperative learning adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok

untuk bekerjasama saling membantu mengonstruksi konsep dan menyelesaikan persoalan. Sedangkan menurut Ngalimun (2012:161-162) model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.

Dari beberapa pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah salah satu model pembelajaran kelompok yang terdiri dari beberapa siswa heterogen untuk saling

bekerjasama dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan guru dengan konsep tertentu.

2.1.3.1 Macam-Macam Tipe Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2014:118) terdapat empat pendekatan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dalam menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang tiap siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.

2. Tim Ahli (Jigsaw) merupakan tipe pembelajaran yang terdiri atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang: kelompok asal dan kelompok ahli) di mana setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas subbab yang ditugaskan kepadanya. Anggota kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya, kemudian anggota kelompok ahli kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.

3. Investigasi Kelompok (Group Investigation) merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks, di mana siswa dibagi menjadi kelompok dengan anggota 5-6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan

melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih kemudian mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

4. Think-Pair-Share (TPS) merupakan strategi berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa di mana dalam diskusi kelas yang membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dapat memberi siswa lebih banyak berpikir untuk merespon dan saling membantu.

5. Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

6. Teams Games Tournament (TGT) atau pertandingan permainan tim, siswa diminta untuk memainkan permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Model ini mirip STAD di mana siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat orang heterogen yang seluruhnya sudah menguasai pelajaran dan siap untuk mengikuti kuis tanpa saling membantu.

2.1.3.2 Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division )

Menurut Trianto (2014:118) pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang

siswa secara heterogen, dengan diawali penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Ngalimun (2012:168) menyatakan bahwa STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolaboratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. Sedangkan Hamdayama (2014: 115) berpendapat bahwa guru yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Menurut Slavin (dalam Trianto, 2009:68) pada pembelajaran menggunakan STAD siswa ditempatkan dalam kelompok atau tim belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa anggota seluruh tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, dan tidak diperbolehkan untuk saling membantu. Huda (2011:116) menyatakan bahwa STAD yang dikembangkan Slavin ini melibatkan “kompetisi” antarkelompok, di mana siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis, lalu siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman satu kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis. Oleh sebab itu, siswa saling bekerjasama di dalam kelompoknya demi “mencapai tujuan bersama” yaitu

menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran. Hal inilah yang menjadi kekhasan dari STAD.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 4-5 orang siswa heterogen dalam setiap kelompok untuk mencapai tujuan bersama yaitu mendiskusikan tugas yang diberikan guru, dan setiap anggota bertanggung jawab atas tugas tersebut menurut pembagian yang disepakati dalam kelompoknya.

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, perlu ada persiapan-persiapan seperti:

1. Membuat Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan tersebut meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku siswa, Lembar Kerja Siswa (LKS), beserta lembar jawabannya.

2. Membentuk Kelompok Kooperatif

Dalam membentuk anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok lainnya relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial

3. Menentukan Skor Awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nlai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada

pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.

4. Pengaturan Tempat Duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu diatur dengan baik, agar dapat menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.

5. Kerja Kelompok

Agar tidak terjadi hambatan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja bersama kelompok, sehingga setiap anggota kelompok dapat mengenal masing-masing individu dalam kelompoknya.

Ada beberapa pendapat para ahli terkait langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu sebagai berikut: menurut Sugiyanto (2010:44-45) ada 4 langkah dalam STAD, yaitu yang pertama para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah). Langkah yang kedua, tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Langkah selanjutnya, secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Langkah terakhir, tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada

siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu. Rusman (2013:215) berpendapat bahwa ada 6 langkah dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu (1) Penyampaian tujuan dan motivasi, (2) Pembagian kelompok, (3) Presentasi dari guru, (4) Kerja tim, (5) Kuis (Evaluasi), dan (6) Penghargaan prestasi tim. Sependapat dengan itu, Trianto menyatakan bahwa ada 6 fase atau langkah kooperatif tipe STAD. Berikut ini merupakan tabel langkah-langkah kooperatif tipe STAD yang terdiri atas enam langkah atau fase (Trianto, 2009:71) dalam pembelajaran, sebagai berikut:

Tabel 1.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Fase 2

Menyajikan/ menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang diajarkan atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6

Memberi penghargaan kepada tim

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti memilih menggunakan langkah-langkah STAD menurut Trianto, dengan 6 langkah, yaitu menyampaikan tujuan dan motivasi, menyajikan/ menyampaikan informasi, mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok, membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi, dan memberi penghargaan kepada tim. Hal ini dikarenakan peneliti ingin proses pembelajaran lebih berurutan secara teratur, mulai dari mempersiapkan siswa untuk menerima pembelajaran dengan menyampaikan tujuan dan memberi motivasi di awal pembelajaran, dilanjutkan dengan penyampaian informasi dari guru terkait materi yang akan dipelajari. Kemudian, setelah siswa mengetahui tujuan pembelajaran, diberi motivasi dan memahami materi yang diberikan guru, maka siswa benar-benar dapat disiapkan untuk bekerja di dalam kelompok kooperatif, dengan cara pembagian kelompok secara heterogen. Di dalam kelompok, siswa saling membantu menyelesaikan tugas yang diberikan terkait materi yang telah disampaikan guru, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Hingga akhirnya, setelah beberapa langkah tersebut sudah terlaksana, maka guru dapat melanjutkan dengan melakukan evaluasi berupa kuis untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Siswa atau kelompok yang memiliki skor terbanyak selama mengikuti kuis, diberikan penghargaan dari guru atas prestasi yang telah diperoleh. Hal demikian, dapat membuat siswa menjadi bersemangat, termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, khususnya belajar di dalam kelompok kecil, sehingga tercipta sikap saling kerjasama, dan membantu di dalam kelompoknya.

Dokumen terkait