• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

5. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif merupakan sistem

pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja

sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Menurut

Solihatin dan Rahardjo (Slavin,2005:56) pembelajaran kooperatif

mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam

bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang

teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana

keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota

kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai

suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama

anggota kelompok. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa pada

kelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan

pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya

terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran

kooperatif menurut Lie (2004) adalah:

a. Saling Ketergantungan Positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana

yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan.

dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan

dapat dicapai melalui: saling ketergantungan mencapai tujuan,

saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling

ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan

peran dan saling ketergantungan hadiah.

b. Interaksi Tatap Muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap

muka dalam kelompok, sehingga mereka dapat berdialog.

Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam

itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari

sesamanya. Ini juga mencerminkan konsep pengajaran teman

sebaya.

c. Akuntabilitas Individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam

belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual.

Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh

guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok

mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan

dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok

didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya,

karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan

yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota

kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan

akuntabilitas individual.

d. Keterampilan Menjalin Hubungan antar Pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan

terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman,

berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi

orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat

dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya

diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak

dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh

teguran dari guru juga dari sesama siswa.

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana

keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan

kelompoknya (Slavin,1994). Model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran

yang penting (Ibrahim, 2000) yaitu:

a. Hasil Belajar Akademik

Dalam belajar kooperatif, meskipun mencakup beragam

tujuan sosial juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas

akademis penting lainnya. Para ahli berpendapat bahwa metode

ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep

b. Penerimaan terhadap Perbedaan Individu

Tujuan lain metode pembelajaran kooperatif adalah

penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda ras,

budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya.

Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari

berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan

saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui

struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai

satu sama lain.

c. Pengembangan Keterampilan Sosial

Tujuan penting ketiga dari model pembelajaran kooperatif

adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama

dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting

dimiliki siswa sebab saat ini masih banyak anak muda kurang

memiliki keterampilan sosial.

Menurut Gulley dalam Jack Rgibb (1960) model pembelajaran

kooperatif mempunyai banyak keuntungan diantaranya:

1. Anggota-anggota kelompok mempunyai lebih banyak sumber

belajar daripada individual.

2. Anggota kelompok sering terstimulus oleh anggota yang lain.

3. Kelompok lebih mungkin menghasilkan keputusan yang lebih

4. Komitmen anggota kelompok mungkin merasa lebih kuat.

5. Partisipasi dapat meningkatkan pemahaman personal dan

sosial.

Sementara itu kelemahan dari model pembelajaran kooperatif ini

adalah:

1. Diskusi dapat memakan banyak waktu.

2. Diskusi dapat menekan keyakinan.

3. Diskusi dapat sia-sia.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

serta memotivasi siswa.

2. Guru menyajikan informasi kepada siswa.

3. Guru menginformasikan pengelompokan siswa.

4. Guru membimbing, memotivasi, serta memfasilitasi kerja siswa

dalam kelompok-kelompok belajar.

5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran

yang telah dilaksanakan.

6. Guru memberi penghargaan hasil belajar baik secara individu

maupun kelompok.

Ada beberapa tipe dalam model pembelajaran kooperatif, antara

lain (Trianto, 2009):

1. STAD ( Student Team Achievement Divisions)

STAD dikembangkan oleh Slavin yaitu merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang sederhana. Ide dasar yang

melatar belakangi adalah untuk memotivasi siswa dalam

usahanya memahami dan mendalami materi yang telah

disampaikan oleh guru melalui kerja kelompok. Pembelajaran

ini menekankan kerja sama setiap individu dalam tim dan

dalam tipe ini terdapat persaingan antar tim untuk mendapatkan

tim yang terbaik. Dengan adanya persaingan itu, maka setiap

anggota tim benar-benar berusaha memahami apa yang

ditugaskan oleh guru, sehingga setiap siswa dapat menjawab

semua pertanyaan ketika diberi kuis. Hasil kuis tiap siswa

memberi sumbangan terhadap keberhasilan tiap kelompok.

Tipe ini menggunakan langkah pembelajaran di kelas

dengan menempatkan siswa ke dalam tim-tim, dimana

masing-masing tim terdiri dari empat siswa. Selanjutnya guru memberi

tugas kepada tim untuk dikerjakan oleh tim. Anggota tim yang

tahu jawaban dari tugas tersebut menjelaskan kepada anggota

lainnya sampai anggota dalam kelompok itu mengerti. Pada

siswa dan ketika menjawab, siswa tidak boleh saling

membantu.

2. Jigsaw

Tipe ini menekankan pada tanggung jawab setiap anggota

kelompok terhadap penguasaan bagi dirinya sendiri maupun

bagi siswa lain, karena dalam tipe ini penguasaan materi setiap

anggota kelompok dipengaruhi oleh anggota yang lain dapat

dikatakan bahwa dalam metode ini terdapat ketergantungan

yang positif antar siswa. Dalam tipe Jigsaw tidak ada

persaingan antar kelompok. Tiap anggota kelompok

bertanggung jawab terhadap setiap penguasaan materi yang

ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa yang

bertanggung jawab terhadap komponen yang sama membentuk

kelompok baru yang dinamakan “kelompok ahli”. Setelah

berdiskusi dalam kelompok ahli, masing-masing siswa kembali

ke kelompoknya masing-masing yaitu “kelompok asal” dan

masing-masing siswa wajib menjelaskan kepada anggota

kelompoknya materi yang telah mereka diskusikan di

kelompok ahli. Dengan demikian seluruh siswa dapat

memahami semua komponen yang diberikan oleh guru.

3. Investigasi Kelompok ( Group Investigation)

Group Investigation (investigasi kelompok) adalah metode

kelompok-kelompok kecil untuk menyelidiki topik tertentu

yang telah ditentukan terlebih dahulu. Tipe ini merupakan

pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan

paling sulit untuk diterapkan. Setelah memilih topik, setiap

kelompok membuat rencana kegiatan pembelajaran dan

kemudian melaksanakannya. Akhirnya, setiap kelompok

mempresentasikan hasilnya.

4. Team Games Tournament (TGT)

TGT dikembangkan oleh Vries, Edwards, dan Slavin

(1987,1995). Dalam TGT, guru juga menggunakan presentasi

kelas dan siswa bekerja dalam kelompok. Proses pembelajaran

TGT hampir sama dengan pembelajaran dalam tipe STAD.

Perbedaanya dalam TGT, kuis individu diganti turnamen yang

diadakan seminggu sekali. Dalam turnamen, tim beranggota

tiga orang anggota yang mempunyai kemampuan setara.

Dokumen terkait