• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match a.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif a.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match a.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif a.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta mengandung pemikiran yang bersifat uraian atau penjelasan berikut saran.1 Sedangkan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannyanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.2 Menurut Gage belajar adalah proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat dari pengalaman. Maka usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan maka akan terjadinya perubahan dari diri seseorang.3

1

Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta : PT Kencana, 2008),

h. 23 2

Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,2009) hal. 203-204

3

Bambang Suteng. Sosiologi SMA kelas X,(Jakarta: PT Phebeta Aneka Gama ,2006). Hal 163

Menurut B. F. Skinner dikutip dari Slameto, bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.4 Belajar juga dipahami sebagai upaya untuk menguasai sesuatu yang baru maka ada dua konsep usaha menguasai dan sesuatu yang baru maka usaha menguasai merupakan aktivitas belajar yang sesungguhnya dan baru merupakan hasil yang diperoleh dari aktivitas belajar itu.5

Dengan demikian belajar diartikan sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon.6 Jadi model pembelajaran adalah strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran lebih optimal.7

Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau dalam pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu kepada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.8 Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.9

Pemilihan penggunaan model-model pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran tertentu disesuaikan dengan

4

Slameto, Belajar & faktor- faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 5

5

Prayitno, Dasar Teori dan Praktis, (Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia ,2009), h.203

6

Slameto, Belajar & faktor- faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 82

7

Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009), h.7-8

8

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010), h. 51 9

Hamzah. B Uno, Mohamad Nurdin, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 219

materi, kemampuan siswa, karakteristik siswa dan sarana penunjang yang tersedia.

Model-model pembelajaran memiliki beberapa komponen, yaitu: 1) Fokus

Fokus merupakan aspek sentral dalam sebuah model. Fokus dari sebuah sistem merujuk kepada kerangka acuan yang mendasari pengembangan sebuah model. Tujuan-tujuan pengajaran dan aspek-aspek lingkungan pada dasarnya membentuk fokus dari model. Tujuan apa yang hendak dicapai adalah bagian model pada umumnya.

2) Sintaks

Sintasks atau tahapan dari model mengandung uraian tentang model dalam tindakan. Sebagai contoh misalnya kegiatan-kegiatan yang disusun berdasarkan tahapan-tahapan yang jelas dari keseluruhan program yang melambangkan lingkungan pendidikan dari setiap model. Ini merupakan susunan dari keseluruhan program mengajar. 3) Sistem sosial

Sistem sosial merupakan bagian penting dari setiap moel, sebab dalam proses pembelajaran terdapat interaksi antara guru dan murid serta norma-norma atau prilaku siswa yang dianggap baik. Mempelajari sesuatu ditentukan oleh jenis hubungan yang tersusun selama proses mengajar. Model-model mengajar itu menjelaskan sistem untuk mengajarkan sikap, keterampilan serta pengertian dan lain-lain.

4) Sistem pendukung

Aspek yang penting dan utama dari suatu model adalah elemen pendukung yang tujuannya adalah menyiapkan kemudahan kepada guru dan siswa bagi berhasilnya penerapan strategi mengajar. Sebagai

contohnya adalah menyiapkan bahan materi yang disusun dengan pendekatan modular, mesin-mesin mengajar, dll.10

Dalam dunia pendidikan terdapat banyak sekali model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam membantu proses pembejaran agar menjadi lebih aktif, inovatif dan kreatif serta mencapai hasil pembelajaran yang memuaskan sehingga tercapainya tujuan pendidikan di sekolah, salah satunya adalah dengan model pembelajaran kooperatif.

Pemilihan penggunaan model-model pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran tertentu disesuaikan dengan materi, kemampuan siswa, karakteristik siswa dan sarana penunjang yang tersedia. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dalam kelompok- kelompok kecil, dengan anggota kelompok 3-5 orang, yang dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap anggota kelompok harus saling kerjasama dan saling membantu untuk memahami materi, sehingga setiap siswa selain mempunyai tanggung jawab individu, tanggung jawab berpasangan dan juga mempunyai tanggung jawab kelompok.11

Pendekatan model pembelajaran seperti ini didasarkan kepada pemikiran bahwa manusia memiliki derajat potensi yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu manusia dapat saling asah, asih dan asuh sehingga terjadi masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak harus belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa. Metode yang cocok untuk pendekatan ini yaitu STAD (Student Team Achievement Divisions), jigsaw, GI (Group Investigation), NHT dan sebagainya.12

Johnson dan Johnson mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah penerapan pembelajaran terhadap kelompok kecil sehingga para siswa dapat bekerja sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri

10

La Iru dan La Ode Safiun Arihi, Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, Dan Model-Model Pembelajaran, (Yogyakarta : PT Multi Presindo,2012) cet.1, h. 7

11

Ibid, h. 48 12

serta memaksimalkan pembelajaran anggota yang lain. Spencer Kagan secara sederhana merumuskan tentang pembelajaran kooperatif bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerja sama dan belajar bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Pembelajaran kooperatif terkadang disebut juga kelompok pembelajaran (group learning), yang merupakan istilah generik bagi bermacam prosedur intruksional yang melibatkan kelompok kecil interaktif. Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas akademik dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok mereka serta dengan kelompok yang lain. Pada umumnya dalam implementasi model pembelajaran kooperatif, siswa saling berbagi (sharing), bertukar pikiran tentang masalah yang mereka tangani.13

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan- bahaan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.14

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal- asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu

13

Warsono, DKK. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. 2012.Bandung: PT Remaja Rosdakarya, h. 161

14

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT Pustaka Pelajar, 2009), hal. 54

pembelajraan yang bercitrakan memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.15

Dalam menjalankan model kooperatif ini guru sering kali tidak memahami langkah yang benar dan prosedur model pembelajaran yang harusnya diterapkan, sehingga model kooperatif ini tidak berjalan dengan baik. Pembagian kerja yang kurang adil dalam kelompok dan memberikan tugas kepada kelompok tanpa memberikan pedoman yang perlu dikerjakan, membuat siswa tidak tahu harus bekerja sama dan membuat kondisi kelas gaduh. Supaya hal ini tidak terjadi, guru wajib memahami sintak model pembelajaran kooperatif.

Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase, yaitu;

Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran. Fase kedua, guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase ketiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus di orkestrasi dengan cermat. Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya. Guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus bekerja sama didalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok merupakan tujuan kelompok, setiap anggota memiliki peran demi kelompoknya masing-masing. Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan. pada tahap ini, guru harus meengarahkan, memberikan petunjuk dan membimbing siswa. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten

15

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Pailkem, (Surabaya: PT Pustaka Pelajar, 2009), h. 58

dengan tujuan pembelajaran. Fase keenam, guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada peserta didik.16

Hal yang terpenting dalam model pembelajaran ini adalah bahwa siswa dapat belajar dengan bekerja sama dengan teman. Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok.para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi.17

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran cooperatif learning adalah suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja bersama-sama diantara sesama anggota kelompok mampu meningkatkan motivasi, produktifitas dan perolehan belajar.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menunut kerja sama dan interpedensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur rewardnya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah interaksi kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal. Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan intelegensi interpersonal. Intelegensi berupa kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga

16

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT Pustaka Pelajar, 2009), h. 64-66

17

Hamzah. B Uno, Mohamad Nurdin, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 210

termasuk dalam intelegensi ini. Secara umum intelegensi seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Interaksi kelompok dalam interaksi pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan keterampilan sosial. Beberapa keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif serta solidaritas.18

Aspek-aspek esensial yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif adalah :

1) Saling bergantung antara satu sama lain secara positif (positif interdependence).

2) Saling berinteraksi langsung antara anggota dalam kelompok ( face-to-face intraction).

3) Akuntabilitas individu atas pembelajaran diri sendiri (individual accountability).

4) Keterampilan sosial (cooperative social skill). 5) Pemerosesan kelompok (group processing).19 c. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Berbagai sumber memang banyak mengungkapkan manfaat pembelajaran kooperatif ini. Berdasarkan berbagai hasil penelitian serta fakta empiris di lapangan, pembelajaran kooperatif ternyata telah mampu meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam hal:

1) Memberikan kesempatan kepada sesama siswa untuk saling berbagi informaasi kognitif.

2) Memberi motivasi kepada siswa untuk mempelajari bahan pembelajaran lebih baik.

3) Meyakinkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri

18

Hamzah. B Uno, Mohamad Nurdin, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 62

19

Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT Wacana Prima,2009), h. 54

4) Mengembangkan keterampilan sosial kelompok yang diperlukan untuk berhasil diluar ruangan kelas, bahkan diluar sekolah

5) Meningkatkan interaksi positif antar anggota yang berasal dari berbagai kultur berbeda serta kelompok sosial ekonomi yang berlainan 6) Meningkatkan daya ingat siswa karena dalam pembelajaran kooperatif,

siswa secara langsung dapat menerapkan kegiatan mengajar siswa yang lain (teach order).20

Sedangkan Kelebihan Model Cooperative Learning menurut Jarolimek & Parker adalah sebagai berikut:

a. Adanya saling ketergantungan yang positif antar siswa b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas

d. Tercipta suasana kelas yang menyenangkan sehingga membuat siswa merasa rileks.

e. Terjalinnya hubungan hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.

f. Siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.21

Sejauh ini kritik yang ditunjukkan terhadap implementasi pembelajaran kooperatif hanya menemukan satu kelemahan pembelajaran kooperatif, yaitu terhadap harapan timbulnya pemikiran tingkat tinggi (higher order thinking) dari para siswa yang ternyata sesuai dengan keterbatasan kemampuan berfikir dan tingkat kedewasaan para siswa. Dampak positif ini tidak berkembang, terutama kepada siswa kelas-kelas rendah.22

Orlich menyebutkan kritiknya terhadap upaya pengelompokan para siswa dengan kecakapan yang berbeda-beda. Sementara para ahli menyakini bahwa pembentukan heterogen terhadap siswa-siswa yang

20

Warsono. DKK. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. 2012.Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Hal. 164

21

Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabet, 2009), h. 24 22

berbakat seperti itu justru menurunkan kemampuan belajar mereka atau kemampuan belajar mereka menjadi berkurang karena terganggu dengan keharusan membantu teman yang lain.23

Vicki Randall mengemukakan kritikannya terhadap implementasi pembelajaran kooperatif terutama terkait dengan bertanggung jawab kelompok dalam kelompok yang berkemampuannya berbeda-beda. Seringkali siswa yang lebih cerdas meninggalkan siswa yang lebih lemah pembelajaranya. Dalam hal ini harus selalu ada kontrol dari guru. Kemudian dalam asesmen menyusun rubrik yang diantaranya menilai sikap siswa dalam membantu temannya.24

Walapun terdapat kritikan terhadap pembelajaran kooperatif ini, akan tetapi kecil kemungkinan hal itu bisa terjadi jika proses pembelajaran di jalankan dengan baik sesuai dengan prinsip dan langkah-langkah yang benar, juga di awasi secara teliti oleh guru.

Sedangkan Kelemahan model pembelajaran kooperatif diantaranya 1. Faktor Dari Dalam

a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

b) Agar dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai c) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung ada kecenderungan

topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,dan

2. Faktor dari Luar erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah mengenai pendidikan. 25

23

Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabet, 2009), h. 24 24

Warsono, DKK. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. 2012. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 240-241

25

Isjono, pembelajaran kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta didik, Cetakan Kesatu, Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 2009.

d. Pengertian Model Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa kurang terjadi. Untuk memperbaiki pembelajaran yang lebih komperehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya atas dasar itu mencoba dikembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan tipe Make a Match.

Dan model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama, kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka tujuan pembelajaran. Guna meningkatkan dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan Model Pembelajaran Make a Match. Tipe Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model pembelajaran dimulai dari teknik siswa mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal batas waktunya siswa yang dapat mencocokan kartunya diberi poin.26

Model pembelajaran dapat direalisasikan dengan menerapkan suatu tipe pembelajaran. Terdapat beberapa Model Pembelajaran Kooperatif, salah satu nya adalah Tipe Make a Match. Pembelajaran seperti ini yaitu mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran. Make a Match

(mencari pasangan kartu) yaitu suatu teknik yang cukup menyenangkan dan digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian materi barupun tetap bisa diajarkan dengan catatan siswa diberi tugas untuk mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan. Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Kekurangan dari teknik ini adalah kurang efektif bila

26

http:// ras-eko. Blogspot.com/2011/05//metode – make- match. Html diakses pada tanggal 20 November 2013.

digunkan untuk kelas yang jumlahnya siswanya lebih dari 50 orang dan terdapat keributan di dalam kelas. 27

Tipe Make a Match melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga siswa lebih banyak memberikan perhatian dan lebih menikmati proses pembelajaran karena teknik ini dikemas seperti sebuah permainan dengan tidak membuang esensi dari proses pembelajaran tersebut. Tipe ini biasanya digunakan untuk mengajarkan kata- kata atau kalimat dengan pasangannya. Misalnya kata dengan artinya atau soal dengan jawabannya dan sebagainya. Tipe ini bisa dikatakan sebuah permainan yang menyenagkan karena siswa ditantang untuk menemukan pasangannya dengan cocok pertanyaan dan jawaban dengan melibatkan materi sosiologi.

Model Make a Match akan membuat siswa antusias dalam pembelajaran karena tipe ini dirancang seperti mainan tanpa disadari siswa belajar sambil bermain. Konsep tersebut akan tertanam dengan baik di memori siswa sehingga siswa mampu mengingat pengetahuan tersebut pada masa berikutnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

dirasa solusi tepat untuk meningkatkan tingkat pemahaman siswa sehingga meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa. Karena kooperatif dan make a match merupakan model dan tipe dengan tahapan- tahapan yang menarik untuk diikuti siswa dan diharapkan siswa akan merasa lebih tertarik untuk mempelajari sosiologi dengan sebaik- baiknya.

Model pembelajaran kooperatif dengan tipe Make a Match ini telah diteliti oleh beberapa ahli dengan melihat pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Banyaknya hasil penelitian yang telah dilakukan memberikan hasil secara signifikan memberikan pengaruh positif terhadap variabel dependennya. Maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh model pembelajaran tipe Make a Match terhadap prestasi belajar. Dengan demikian pembelajaran

27

Hisyam zaini, et.al,. strategi pembelajaran aktif, (yogyakarta: pustaka insan madani 2008), h. 67

kooperatif dengan tipe Make a Match diduga dapat meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa, sehingga siswa mengalami pembelajaran yang lebih bermakna sehingga siswa gemar belajar Sosiologi.

e. Langkah-langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Make a Match Adapun langkah- langkah yang digunakan pada Tipe Make a Macth

adalah:

1) Buatlah potongan- potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada dalam kelas.

2) Bagi jumlah kertas- kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama. 3) Tulis pertanyaan materi yang telah diberikan sebelumnya pada

setengah bagian kertas yang telah disiapkan setiap kertas berisi satu pertanyaan.

4) Pada separuh kertas yang lain tulis jawaban dari pertanyaan yang tadi dibuat.

5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur anatara soal dan jawaban.

6) Beri setiap peserta didik satu kertas jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh peserta didik akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.

7) Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka jika ada yang sudah menemukan pasangan minta mereka untuk duduk berdekatan terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.

8) Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang tersebut dijawab oleh pasangan pasangan yang lain.

9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan 28

28

Hamzah. B Uno, Mohamad Nurdin, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 210 hal 84

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran ini adalah kartu-kartu. Telah dijelaskan diatas terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu yang lainnya berisi jawaban dari-pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua membawa kartu-kartu yang berisi jawaban-jawaban. Kelompok yang ketiga adalah kelompok penilai. T Kemudian aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan.

Jika masing-masing kelompok sudah ada dalam posisinya yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk tadi wajib menunjukan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok atau tidak. Setelah mengadakan diskusi maka kelompok penilai memberikan penilaiannya.

Perlu diketahui bahwa tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang kartu jawaban dan kelompok penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaan-jawaban yang mereka pasangkan tidak cocok. Berdasarkan kondisi inilah guru memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik menginformasikan hal-hal yang

telah mereka lakukan yaitu memasangkan pertanyaan-jawaban dan