• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam kelas untuk mempermudah proses belajar siswa. Di antara model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar di kelas adalah pembelajaran kooperatif.

Menurut Slavin dalam Rusman, “pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

20

Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah kontruktivisme”.21 Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengkondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas siswa, menumbuhkan kreativitas siswa, sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya.

Lebih lanjut Anita Lie dalam bukunya “Cooperatif Learning”

“bahwa model pembelajaran Cooperatif Learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan”.22 Pembelajaran kooperatif ini merupakan strategi pembelajaran dengan sejumlah kelompok kecil yang tingkat kemampuan siswanya berbeda.

Slavin dalam Solihatin mengatakan bahwa “cooperative learning

adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.23

Senada dengan pendapat itu menurut Johnson dalam Miftahul Huda pembelajaran kooperatif berarti working together to accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama).

“Pembelajaran kooperatif sering kali di definisikan sebagai pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk

21

Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 201. 22

Sofan Amri dan Iif Khoru Ahmadi, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2010), h. 90-91

23

Etin Solihatin, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 4, h. 4

bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran siswa-siswa lain”.24 Berdasarkan pendapat ini, pembelajaran kooperatif bergantung kepada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam pembelajaran ini guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan belajar dengan kelompok.

“Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk didalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses

kelompok”.25 Pada pembelajaran kooperatif ini memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama dan sejajar. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dengan teman sejawatnya, karena pada saat itu akan terjadi proses kerja sama dengan teman kelompoknya masing-masing yang saling membutuhkan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model yang digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa dengan cara membelajarkan kecakapan akademik sekaligus ketrampilan sosial yang menggunakan pengelompokan kecil yang bersifat heterogen untuk mencapai tujuan yaitu mencapai ketuntasan belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar serta dapat meningkatkan kepekaan sosial dan empati di antara siswa.

24

Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet 1, h. 31 25

Masitoh dan dewi laksmi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam,2009), h. 232.

b. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Dalam menjalankanya harus sistematis dan saling terkait. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :26

Tabel 2.1

Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Tahap 3

Mengorganisasikansiswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjalaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Tahap 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Tahap 6 Guru mencari cara-cara untuk

26

Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

c. Pengertian Kooperatif Tipe STAD a. Pengertian STAD

Banyak tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan. Di antara tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan oleh guru adalah STAD.Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini akan memudahkan siswa menyelesaikan materi pelajaran secara bersama. Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna serta dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD aktivitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa, dalam proses diskusi dan kerja kelompok guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan interaksi antara siswa dengan guru maupun antar siswa membuat proses berpikir siswa lebih optimal dan siswa mengkontruksi ilmu yang dipelajarinya menjadi pengetahuan yang akan bermakna dan tersimpan dalam ingatannya.

Menurut Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. “Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung pendekatan pembelajaran kooperatif”.27 Tipe STAD lebih merupakan metode umum dalam mengatur kelas dari pada metode komprehensif dalam mengajarkan pelajaran tertentu. Guru yang menggunakan STAD juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi kelompok yang telah ditentukan oleh guru.

Sedangkan menurut Slavin dalam Trianto menyatakan bahwa

pada “STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis

27

Muslimin ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Unesa, 2000) Eds Pertama Cet-2, h. 20

kelamin, dan suku”.28

Dalam pengertian ini, guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak boleh saling membantu.

Dengan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kegiatan belajar dalam kelompok untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

b. Komponen STAD

“Menurut Slavin ada lima komponen utama dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD”, yaitu: 29

1) Penyajian Kelas

Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.

2) Menetapkan siswa dalam kelompok

Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD karena didalam kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk mencapai kemampuan akademik yang diharapkan. Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling

28

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010) Eds Pertama Cet-4, h. 68-69

29

Robert E. Slavina, Cooperatif Learning teori, riset dan praktek, (Bandung: Nusa Media, 2005), h. 143

meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang. Guru perlu mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi pertentangan antar anggota dalam satu kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri teman sekelompoknya.

3) Tes dan Kuis

Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.

4) Skor peningkatan individual

Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Adapun penghitungan skor peningkatan individu dalam penelitian ini diambil dari peningkatan individu yang dikemukakan oleh Slavina30 seperti terlihat tabel di bawah ini:

30

Tabel 2.2 Peningkatan Individu

Skor Kuis Poin Peningkatan

Lebih dari 10 Poin dibawah skor awal 5

10-1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20

Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30

5) Pengakuan kelompok

Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas.

Adapun skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada tabel berikut ini:

Tabel 2.331

Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata Tim Predikat

0 x 5 -

5 x 15 Tim baik

15 x 25 Tim hebat

25 x 30 Tim super

c. Langkah-langkah Penerapan STAD

Dalam menerapkan model pembelajaran tipe STAD ini guru harus memperhatikan gambaran secara baik tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini agar tujuan yang dinginkan akan tercapai. Langkah-langkah penerapan STAD sebagai berikut:

Pertama, Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok. Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4-6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah), Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.

Kedua, Penyajian materi pelajaran, dalam penyajian ini guru harus memperhatikan dan menekankan pada ha-hal berikul:

1) Pendahuluan, di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.

31

2) Pengembangan, Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan- peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.

3) Praktek terkendali, Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.

Ketiga, kegiatankelompok, Guru mernbagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan.

Keempat, Evaluasi, Dilakukan selama 5-10 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.

Kelima, Penghargaan kelompok, Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.

Keenam, Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok Satu periode penilaian (3-4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru.

d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan

saling membantu dengan siswa lain.

2) Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan

3) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif 4) Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain

Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1) Membutuhkan waktu yang cukup lam untuk memahami dan

melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2) Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.

3) Tes Siswa diberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuias atau tes ini, setiap siswa bekerja sendiri bekerja sama dengan anggota kelompoknya.

4) Penentuan Skor, Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor yang diperoleh siswa masukkan dalam daftar skor individual, untuk melihat peningkatan kemampuan individual. Rata-rata skor peningkatan individual merupakan sumbangan bagi kinerja percapaian hasil kelompok.

5) Penghargaan terhadap kelompok, Berdasarkan skor peningkatan individu diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor kelompok sangat tergantung dari sumbangan skor individu.

e. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

“Karakteristik strategi pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dibawah ini”32

. a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.

Setiap anggota harus bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.

b. Didasarkan pada Managemen Kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, managemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukan bahawa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu. Fungsi pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah

32

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.

c. Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, proses kerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar p[erlu membantu yang kurang pintar.

d. Keterampilan Bekerja Sama

Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang proses belajar mengajar menggunakan ceramah. Guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa. Sedangkan peranan siswa adalah mendengarkan apa yang telah dijelaskan oleh guru.

Dalam pembelajaran matematika menggunakan metode ceramah ini guru mendominasi kegiatan pembelajaran penjelasan materi dilakukan sendiri oleh guru, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh guru. Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa. Mereka meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru. Jadi dalam hal ini menyebabkan kurangnya interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa.

Dokumen terkait