• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tujuan Penelitian

2. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2008:4), “pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran menekankan para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Menurut Paul Suparno (2006:134), “pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan siswa dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan bekerjasama untuk semakin menguasai bahan”. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2009:242), “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen)”.

Pembelajaran kooperatif dianjurkan oleh ahli pendidikan untuk digunakan, hal ini dikarenakan terdapat dua alasan seperti yang dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Wina Sanjaya (2009:242) yaitu:

Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta meningkatkan harga diri. Kedua, merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan serta keterampilan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sejalan dengan teori belajar Vygotsky, pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa ketrampilan kerjasama dan kolaboratif serta memahami konsep yang dianggap sulit oleh siswa, siswa berinteraksi dengan orang lain dalam kelompoknya maupun dengan lingkungannya. Dengan adanya interaksi ini siswa saling bertukar pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi siswa SMP Negeri 2 Adimulyo kelas IX telah memasuki masa remaja, pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya dan lingkungannya.

b. Keunggulan, Kelemahan Pembelajaran Kooperatif, dan Cara Mengatasinya

Siswa yang bekerja dalam kelompok kooperatif belajar lebih banyak dari pada siswa pada kelas-kelas tradisional. Teori yang menjelaskan keunggulan pembelajaran kooperatif ini terbagi menjadi dua yaitu teori motivasi yang menekankan pada derajat perubahan tujuan kooperatif mengubah insentif bagi siswa untuk melakukan tugas- tugas akademik, dan teori kognitif yang menekankan pada pengaruh dari kerjasama itu sendiri. Pembelajaran kooperatif disamping memiliki keunggulan, juga memiliki kelemahan karena dapat memicu munculnya “pengendara bebas” atau “para pembonceng”, artinya sebagian anggota kelompok mengerjakan sebagian besar atau seluruh pekerjaan sedangkan yang lainnya hanya tinggal mengendarainya. Untuk menghindari hal ini diperlukan dua langkah yaitu dengan membuat masing-masing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

anggota kelompok bertanggungjawab atas unit yang berbeda dalam tugas kelompok, dan dengan membuat para siswa bertanggungjawab secara individual atas tugasnya.

Dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo ini juga mengalami hal yang sama. Dalam setiap kelompok selalu ada siswa yang diam, bekerja ala kadarnya, bahkan ada yang tidak bekerja sama sekali karena hanya mengandalkan pekerjaan anggota lain dalam kelompoknya. Alokasi waktu yang tersedia dalam pebelajaran juga sering tidak mencukupi untuk menyelesaikan satu pokok bahasan, sehingga perlu penambahan waktu. Hal ini dikarenakan pembagian tugas dalam kelompok tidak merata sehingga pekerjaan siswa tidak terarah. Belum lagi beberapa siswa yang tidak bekerja, terlihat bercanda dengan anggota kelompok lainnya sehingga mengganggu kegiatan kelompoknya dan kelompok lainnya.

c. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah STAD (Student Team Achievement Division), Jigsaw, dan TGT(Teams Games Tournament) yang diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas, pembelajaran kooperatif lain yaitu TAI (Team Accelerated Instruction) dan CIRC (Cooperatif Integrated Reading and Composition) merupakan kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu, GI (Group Investigation), Learning Together, Complex Instruction, dan Structure Dyadic Methods. Dalam hal ini penulis menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai metode mengajar dalam penelitian karena metode ini paling mudah diterapkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. STAD(Student Team Achievement Division),

Menurut Slavin (2008:143), “STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”. Siswa- siswa yang berkemampuan berbeda dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 4-5 orang ditugasi untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diajarkan oleh guru. Dalam kelompok ini diharapkan masing-masing siswa akan meningkatkan pemahamannya masing-masing setiap siswa diuji sendiri-sendiri. Kelompok juga dinilai berdasarkan tingkat kemajuan yang melampui tingkat kemampuan rata-rata. Dalam STAD anggota kelompok terdiri atas orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dan saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu.

Senada dengan hal tersebut, Armstrong, dkk (1998) mengemukakan bahwa dalam pendekatan STAD siswa ditugaskan untuk empat atau lima anggota tim yang mencerminkan pengelompokan secara heterogen pada siswa yang tinggi, sedang, dan rendah kemampuannya, siswa dari beragam etnis, latar belakang yang berbeda, dan jenis kelamin yang berbeda. Setiap minggu, guru memperkenalkan bahan baru melalui ceramah, diskusi kelas, atau beberapa bentuk presentasi guru. Anggota tim kemudian berkolaborasi pada kertas kerja yang dirancang untuk memperluas dan memperkuat materi yang diajarkan oleh guru. Anggota tim (a) bekerja pada lembar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kerja secara berpasangan, (b) bergiliran menanyai satu sama lain, (c) membahas masalah sebagai sebuah kelompok, atau (d) menggunakan strategi apa pun untuk mempelajari materi pembelajaran. Setiap tim akan menerima lembar jawaban, sehingga jelas kepada siswa bahwa tugas mereka adalah untuk mempelajari konsep- konsep tidak hanya mengisi worksheet. Anggota tim yang diinstruksikan bahwa tugas belum selesai sampai semua anggota tim memahami materi yang diberikan. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan menkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis.

Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup. Dalam hal ini STAD digunakan dalam penelitian dikarenakan siswa SMP Negeri 2 Adimulyo telah memasuki masa remaja, tentu saja sebagai remaja mereka ingin berperan penting dalam dalam hidupnya, termasuk dalam pembelajaran kelompok. Dalam STAD semua anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi yang positif dalam kelompoknya, mereka merasa bangga jika kelompoknya menkan penghargaan dari guru atas peranannya dalam kelompok, sehingga tiap siswa akan termotivasi dan berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik bagi kelompoknya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

e. Langkah-langkah pembelajaran dalam STAD

Dalam STADterdapat lima komponen utama yaitu: 1) presentasi kelas, materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual, 2) tim, tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jens kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari Tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Ditekankan bahwa anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan tim pun melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya, 3) kuis, setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materi, 4) skor kemajuan individual, gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dicapai bila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam skor ini, tetapi tak ada siswa yang melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka, 5) rekognisi tim, tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain bila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu, skor tim siswa juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Namun meskipun para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling bantu dalam mengerjakan kuis, tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan.

3. Laboratorium

a. Pengertian Laboratorium

Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995) dalam Wira Bahari Nurdin (2005), ”laboratorium adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan”. Tempat ini merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun. Dalam pengertian yang terbatas laboratorium ialah suatu ruangan yang tertutup tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Selain itu, menurut Widyarti (2005) dalam Wira Bahari Nurdin (2009), “laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

alat-alat laboratorium serta adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap”. Kemudian, menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009), “pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum”. Pendapat lain mengemukakan bahwa laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dan siswa berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. (tersedia dalam http://lib.bsn.go.id/) b. Fungsi dan Peranan Laboratorium dalam Pembelajaran

Amien dalam Tarmizi (2005) dalam Wira Bahari Nurdin (2009) (tersedia dalam http://lib.bsn.go.id/) mengemukakan bahwa fungsi laboratorium adalah sebagai tempat untuk menguatkan/memberi kepastian keterangan, menentukan hubungan sebab-akibat, membuktikan benar tidaknya faktor-faktor atau fenomena-fenomena tertentu, membuat hukum atau dalil dari suatu fenomena bila sudah dibuktikan kebenarannya, mempraktikkan sesuatu yang diketahui, mengembangkan keterampilan, memberikan latihan, menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan problem dan untuk melaksanakan penelitian perorangan. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006), fungsi dari pada ruangan Laboratorium Sains/IPA adalah sebagai tempat pembelajaran, tempat peragaan dan tempat praktik Sains/IPA. c. Fasilitas dan Penataan Ruang Laboratorium

Menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009) fasilitas Laboratorium adalah sebagai berikut: laboratorium yang baik harus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakaian laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada yang berupa fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang digunakan oleh semua pemakai Laboratorium contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran listrik dan gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan mebelair, contohnya meja siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, pn tulis, lemari alat, lemari bahan, ruang timbang, lemari asam, perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dan lain-lain. Menurut Wicahyono (2003) dalam Wira Bahari Nurdin (2009), “untuk menentukan suatu ruangan itu cocok atau tidak untuk dijadikan laboratorium, perlu memperhatikan beberapa hal seperti arah angin, dan arah datangnya cahaya”. Bila memungkinkan, ruangan Laboratorium sebaiknya terpisah dari bangunan ruangan kelas. Hal ini perlu untuk menghindari terganggunya proses belajar mengajar di kelas yang dekat dengan laboratorium.

d. Struktur Organisasi dan Pengelolaan Laboratorium

Agar kesinambungan dan daya guna laboratorium dipertahankan, laboratorium perlu dikelola secara baik. Salah satu bagian dari pengelolaan laboratorium ini adalah staf atau personal laboratorium. Menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009) tentang struktur organisasi dan pengelolaan laboratorium adalah sebagai berikut: Staf atau personal Laboratorium mempunyai tanggung jawab terhadap efektifitas dan efesiensi laboratorium termasuk fasilitas, alat-alat dan bahan-bahan praktikum. Pada sekolah menengah, biasanya laboratorium dikelola oleh seorang penanggung jawab laboratorium yang diangkat dari salah seorang guru IPA (Fisika, Kimia atau Biologi). Selain pengelola laboratorium

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

biasanya terdapat pula seorang teknisi laboratorium atau sering disebut Laboran. Tugas Laboran adalah membantu penyin bahan-bahan/alat-alat praktikum, pengecekan secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan. Agar kinerja pengelola laboratorium berjalan baik, perlu disusun struktur organisasi laboratorium. Di SMP Negeri 2 Adimulyo pengelola laboratorium adalah Ketua Urusan Bidang Kurikulum dibantu seorang Laboran yang berada dibawah tanggung jawab langsung Kepala Sekolah.

e. Pelaksanaan Praktikum di Laboratorium

Menurut Azizah (2003) dalam Arianto (2009) pelaksanaan praktikum dalam laboratorium umumnya adalah: 1) persiapan, meliputi: menetapkan tujuan praktikum, mempersiapkan alat dan bahan, memperhatikan keamanan, kesehatan dan kenyamanan, dan memberi penjelasan yang harus diperhatikan dan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa, 2) pelaksanaan, meliputi: siswa melakukan praktikum, Guru, asisten dan ko-asisten mengamati proses praktikum, dan 3) tindak lanjut, meliputi: mengumpulkan laporan praktikum, mendiskusikan masalah yang ditemukan siswa, dan memeriksa dan menyimpan peralatan.

Dalam pelaksanaan praktikum akan lebih mudah lagi jika siswa diberi LKS (Lembar Kegiatan Siswa) yang berisi urutan-urutan atau langkah-langkah kerja dalam praktikum, alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum, lembar yang berisi tabel pengisian data hasil pengamatan, soal yang mengarah pada penarikan kesimpulan praktikum, dan lembar soal untuk menguji tingkat pengetahuan siswa setelah prakatikum. Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 2 Adimulyo ini juga penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Laboratorium Riil

Laboratorium riil menyediakan seperangkat peralatan nyata dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menggunakan laboratorium merupakan sebuah eksperimen nyata. Melalui kegiatan laboratorium riil siswa mempelajari fakta, gejala, merumuskan, konsep, prinsip, hukum dan sebagainya.

Tujuan kegiatan praktikum menggunakan laboratorium riil selain untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat kognitif juga bertujuan untuk memperoleh keterampilan/ kinerja, menetapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada situasi baru, serta memperoleh sikap ilmiah. Dale (1956) dalam Sri Anitah (2008:55) mengemukakan, “pengalaman manusia digambarkan sebagai suatu kerucut yang dimulai dari pengalaman langsung sampai dengan yang paling abstrak yaitu belajar melalui lambang kata-kata”. Pengalaman langsung yaitu melihat, mendengar, memegang, merasakan, menyentuh, mambau. Menurut Rose dan Nicholl (2002: ) pelajaran diingat rata-rata 20% dari yang dibaca, 30% dari yang didengar, 40% dari yang dilihat, 50% dari yang dikatakan, 60% dari yang dikerjakan dan 90% dari yang dilihat, didengar, dikatakan, dan dikerjakan sekaligus.

Senada dengan hal tersebut, maka penggunaan laboratorium riil sebagai media pembelajaran di SMP Negeri 2 Adimulyo mempunyai keunggulan sebagai berikut: siswa menkan pengalaman belajar secara langsung, menggerakkan seluruh panca indera siswa untuk belajar, meningkatkan keterampilan psikomotor, siswa tidak jenuh karena pembelajaran tidak di dalam kelas, penggunaan peralatan lab membuat anak lebih senang dan termotivasi dan tertantang untuk membuktikan teori yang ada. Namun demikian penggunaan laboratorium riil di SMP Negeri 2 Adimulyo juga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mempunyai kelemahan yaitu: rentan dengan masalah kemanan, lagi materi yang dipelajari adalah permasalahan listrik, alokasi waktu yang tersedia sering tidak mencukupi karena pelaksanaannya sangat tergantung keterampilan siswa dalam menggunakan peralatan, dalam pengukuran bisa terjadi siswa salah membaca angka, siswa yang tidak bekerja terlihat bercanda dengan teman lain, peralatan lab sering dijadikan permainan sehingga anak tidak fokus pada materi, kelompok yang tidak kompak sering tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya, sering terjadi salah paham dengan teman satu kelompok.

Dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo pada materi pembelajaran listrik dinamis khususnya, peralatan dalam lab riil mencakup: lampu pijar dengan berbagai ukuran volt, sumber arus listrik/baterai 1,5 V, saklar dua kutub, ampere-meter (0– 5A), voltmeter, kabel, dan power supply 12 volt.

5. Laboratorium Virtuil

Laboratorium virtuil merupakan fasilitas untuk melakukan kegiatan ilmiah berupa penelitian, eksperimen, pengujian dan pengukuran yang terkontrol dalam kondisi tidak nyata atau tidak sebenarnya. UNESCO memberikan definisi yang lebih luas: “Virtuil laboratory is an electronic workspace for distance collaboration and experimentation in research or other creative activity, to generate and deliver results using distributet information and communication technologies”, jika diterjemahkan laboratorium virtuil adalah ruang kerja elektronik untuk berkolaborasi dan eksperimentasi dalam penelitian atau kegiatan kreatif lainnya, untuk menghasilkan dan memberikan hasil melalui dan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Peralatan yang tersedia dalam kegiatan praktikum menggunakan lab virtuil bukan seperangkat peralatan nyata, karena peralatan yang disediakan hanya tampak dalam layar monitor saja, sehingga proses pembelajaran menggunakan laboratorium virtuil hanya berupa simulasi. Pemakaian komputer sebagai media pembelajaran dewasa ini sudah bukan hal baru karena banyaknya berbagai perusahaan software melakukan inovasi untuk menggaet pelanggannya dari kalangan perguruan tinggi maupun sekolah. Komputer bisa berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal Computer Managed Instruction (CMI), komputer juga bisa berperan sebagai pembantu tambahan dalam belajar seperti penyajian informasi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya, modus ini dikenal dengan Computer assisted Instruction (CAI), dalam hal ini CAI bukanlah penyampai utama materi pelajaran. Format penyajian pesan dan informasi dalam CAI terdiri atas tutorial terpogram, tutorial intelijen, drill and practice, dan simulasi.

Tutorial terprogram adalah seperangkat tayangan baik statis maupun dinamis yang telah diprogramkan. Seperangkat kecil informasi ditayangkan yang diikuti dengan pertanyaan. Jawaban siswa dianalisis oleh komputer dibandingkan dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah diprogram oleh guru/programmer. Manfaat tutorial terprogram akan tampak jika menggunakan kemampuan teknologi komputer untuk bercabang dan interaktif. Dalam Tutorial intelijen jawaban komputer untuk pertanyaan siswa dihasilkan oleh inteligensia artifisial bukan jawaban yang terprogram sebelumnya. Dengan demikian ada dialog antara siswa dengan komputer, baik komputer maupun siswa bertanya atau memberikan jawaban. Drill and practice

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diajarkan kepada siswa. Program ini menuntun siswa dengan serangkaian contoh untuk meningkatkan kemahiran keterampilan. Hal yang utama adalah memberikan penguatan yang konstan terhadap jawaban siswa.

Simulasi pada komputer memberikan kesempatan untuk belajar secara dinamis, interaktif, dan perorangan. Dengan simulasi lingkungan pekerjaan yang kompleks ditata sehingga menyerupai dunia nyata. Keberhasilan simulasi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu skenario, model dasar, dan lapisan pengajaran. Skenario harus mencerminkan kehidupan nyata. Komputer harus menanggapi tindakan siswa seperti dalam situasi kehidupan sesungguhnya. Model dasar adalah formula matematis atau aturan “jika-maka” yang mencerminkan hubungan sebab- akibat dalam pengalaman kehidupan nyata. Sedangkan lapisan pembelajaran adalah taktik dan strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengoptimalkan pembelajaran dan motivasi.

Dalam penelitian ini, laboratorium virtuil yang digunakan adalah komputer yang berbasis windows dengan software Edison 4. Penggunaan laboratorium virtuil mempunyai kelebihan diantaranya keselamatan lebih terjamin, siswa bisa mengeksplorasi konsep dengan melakukan percobaan sendiri, lagi bagi siswa yang mempunyai komputer bisa melakukannya sendiri dirumah, bisa dilakukan berulang- ulang, kegiatan praktikum dilakukan dengan cepat karena waktu tidak banyak tersita, dan kegiatan lebih terkontol. Sedangkan kelemahannya adalah keterbatasan software yang realistis serta tidak memberikan pengalaman langsung kepada siswa karena siswa hanya berinteraksi dengan komputer, benda, hasil pengukuran, gejala yang terjadi, dan peralatan yang digunakan dalam praktikum hanya simulasi, disamping

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

itu, karena menggunakan metode STAD, satu unit komputer dipakai untuk satu kelompok sehingga tempat kurang memadai, siswa tampak berjejalan mengerumuni komputer.

6. Kemampuan Awal

a. Pengertian Kemampuan Awal

Kemampuan adalah kesanggupan atau kekuatan untuk melakukan sesuatu.

Dokumen terkait