perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU
DARI KEMAMPUAN AWAL DAN
GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Oleh:
INDRA YUNAN YUNIANTO
S 830908205
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU
DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISW
A
(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)
Disusun Oleh:
INDRA YUNAN YUNIANTO NIM. S830908205
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal: Februari 2010
Dewan Pembimbing :
Jabatan Nama Tanda Tangan
Pembimbing I 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno,M.Pd ... NIP. 19520116 198003 1 001
Pembimbing II 2. Dr. Sarwanto, MSi ... NIP. 19690901 199403 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DIVISION (STAD)MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL
DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISW
A
(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)
Disusun Oleh:
INDRA YUNAN YUNIANTO NIM. S830908205
Telah disahkan oleh Tim Penguji
Dewan Penguji
Jabatan N a m a Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. H. Ashadi ..………….
NIP. 19510102 197501 1 001
Sekretaris Dra. Suparmi, MA, Ph.D ..………….
NIP. 19520915 197603 2 001
Anggota Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ..………….
NIP. 19520116 198003 1 001
Anggota Dr. Sarwanto, M.Si ..………….
NIP. 19690901 199403 1 002
Surakarta, Februari 2010
Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd Mengetahui
Direktur PPs UNS,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Indra Yunan Yunianto
NIM : S.830908205
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul "PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISWA " (Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010) adalah benar-benar hasil karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, 17 Februari 2010 Yang membuat pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Indra Yunan Yunianto. S.830908205, 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)Menggunakan Lab Riil dan Lab Virtuil Ditinjau Dari Kemampuan Awal dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis Bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)”. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Pembimbing II: Dr. Sarwanto, M.Si, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pasacasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil, (2) perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan rendah, (3) perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik, (4) interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium riil dan virtuil dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa, (5) interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi siswa, (6) interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi siswa, dan (7) interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtuil, kemampuan awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan pada bulan juni sampai dengan desember 2009. Populasi sampel adalah seluruh siswa kelas IX. Sampel diambil dengan teknik cluster random dari empat kelas, kelas IX D dan IX E diberi pembelajaran STAD menggunakan lab virtuil, sedangkan kelas IX F dan IX G diberi pembelajaran STAD menggunakan lab riil. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk mendapatkan data kemampuan awal dan data prestasi belajar, serta teknik non tes berupa angket untuk mendapatkan data gaya belajar siswa. Analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2 dan dilanjutkan dengan Analysis of Means.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Indra Yunan Yunianto. S.830908205, 2010. Cooperative Learning Through the Student Team Achievement Division (STAD) Using the Real Lab And the Virtual lab Overviewed From the Prior Knowledge and The Student’s Learning Style (Case Study of Electrics Dynamic For Student of Grade IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kebumen Academic Year 2009 / 2010)”. Thesis. Advisor I: Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd, Advisor II: Dr. Sarwanto, M.Si, Science Education Program, Post Graduate Program Sebelas Maret University of Surakarta.
The purposes of this research are to know: (1) the difference of student achievement between students who learn through STAD using real lab and virtual lab, (2) the difference of student achievement between students who have high and low prior knowledge, (3) the difference of student achievement between students who have visual and cynesthethyc learning styles, (4) the interaction between learning using real lab and virtual lab and prior knowledge, (5) the interaction between learning using real lab and virtual lab and learning styles, (6) the interaction between prior knowledge and learning styles, and (7) interaction between learning using real and virtual lab, prior knowledge, and learning style.
This research used the experimental method and was conducted March– December 2009. The population of the research was all students in grade IX. The sample was taken using cluster random sampling, consisted of four classes, grade IX D and E were treated using STAD with virtual lab and grade IX F and G were treated using STAD with real lab. The data was collected using test for student prior knowledge and student’s achievement, and questionnaire for student learning styles. Analyzing the data used the three ways anova by 2x2x2 factorial design and continued by Analysis of Means.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tesis ini kupersembahkan kepada:
1.
Ayahanda (Alm) dan Ibunda tercinta
2.
Istri dan anak-anakku tersayang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Alhamdulillahi robbil ‘alamiin, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan baik dan lancar untuk memenuhi sebagaian
persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah membimbing dan membantu penyelesaian tesis ini, terutama
kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan segala fasilitas kepada
penulis dalam menempuh pendidikan pada program pascasarjana.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan pemikiran yang sangat
berharga dalam penyusunan tesis ini.
3. Dr. Sarwanto, M.Si. Selaku dosen pembimbing II Program Pendidikan Sains
yang telah memberi petunjuk dalam penyusunan tesis penelitian ini.
4. Para Dosen dan Guru Besar Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmunya kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
semangat untuk selesainya tesis ini.
6. Kepala SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen yang telah memberikan
ijin, fasilitas, serta pelayanan yang baik kepada penulis selama pelaksanaan
penelitian.
7. Kepala SMP Negeri 2 Kebumen Kabupaten Kebumen yang telah memberikan
ijin, fasilitas, serta pelayanan yang baik kepada penulis untuk melaksanakan
ujicoba instrumen penelitian.
8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberi imbalan yang terbaik atas amal baik yang telah
diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan
demi perbaikan penelitian ini dimasa yang akan datang.
Surakarta, 17 Februari 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 10
D. Perumusan Masalah ... 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Tinjauan Tentang Belajar ... 14
2. Pembelajaran Kooperatif ... 23
3. Laboratorium ... 29
4. Laboratorium Riil ... 33
5. Laboratorium Virtual ... 34
6. Kemampuan Awal ... 37
7. Gaya Belajar ... 39
8. Prestasi Belajar ... 41
9. Materi Pembelajaran Listrik Dinamis ... 45
B. Penelitian Yang Relevan ... 52
C. Kerangka Berpikir ... 53
D. Hipotesis ... 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 62
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 62
B. Metode dan Rancangan Penelitian ... 63
C. Variabel Penelitian ... 64
1. Variabel Bebas ... 65
2. Variabel Moderator ... 65
3. Variabel Terikat ... 65
D. Sumber Data ... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Uji Validitas ... 69
2. Uji Reliabilitas ... 72
3. Indeks kesukaran ... 76
4. Daya Pembeda ... 77
H. Teknik Analisis Data ... 79
1. Uji Prasyarat ... 79
2. Uji Hipotesis ... 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92
A. Deskripsi Data ... 92
1. Prestasi Belajar IPA ... 92
2. Data Kemampuan Awal Siswa ... 94
3. Gaya Belajar Siswa ... 96
B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 97
1. Uji Normalitas ... 97
2. Uji Homogenitas ... 98
C.Pengujian Hipotesis ... 98
1. Analisis Variansi ... 99
2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan ... 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Implikasi ... 121
1. Implikasi Teoretis ... 121
2. Implikasi Praktis ... 123
C. Saran-saran ... 123
1. Saran untuk Guru ... 123
2. Saran untuk sekolah ... 124
3. Saran untuk para peneliti ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Halaman
Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Ujian Nasional IPA SMPN 2 Adimulyo ... 2
Tabel 1. 2 Nilai Rata-rata UAS Mapel IPA SMPN 2 Adimulyo ... 3
Tabel 2.1 Bentuk-bentuk belajar ... 20
Tabel 2.2 Nilai Hambat Jenis Beberapa Bahan Penghantar ... 48
Tabel 3.1 Jadual Penelitian ... 63
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ... 64
Tabel 3.3 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Awal ... 70
Tabel 3.4 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 71
Tabel 3.5 Rangkuman hasil uji Validitas Angket Gaya Belajar Visual ... 71
Tabel 3.6 Rangkuman hasil uji Validitas Angket Gaya Belajar Kinestetik ... 72
Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Awal .. 73
Tabel 3.8 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 74
Tabel 3.9 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Visual ... 75
Tabel 3.10 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Kinestetik .... 75
Tabel 3.11 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan Awal 76 Tabel 3.12 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Prestasi Belajar 77 Tabel 3.13 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Kemampuan Awal .. 79
Tabel 3.14 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Tes Prestasi ... 79
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar IPA ... 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Riil ... 95
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Virtuil ... 95
Tabel 4.7 Deskripsi Data prestasi dan kecenderungan Gaya Belajar Siswa ... 97
Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ... 97
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ... 98
Tabel 4.10 Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi ... 99
Tabel 4.11 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi vs Kemampuan Awal ... 101
Tabel 4.12 Rangkuman Probabilistik Interaksi ... 102
Tabel 4.13 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil dan Kemampuan awal ... 110
Tabel 4.14 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Virtuil dan Kemampuan awal ... 110
Tabel 4.15 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil dan Gaya Belajar ... 112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Grafik Hubungan Kuat Arus dan Beda Potensial ……….
Rangkaian Terbuka ………..
Rangkaian Tertutup………
Rangkaian Listrik Majemuk ……….
Rangkaian Seri ………..
Rangkaian Paralel ……….
Histogram Prestasi kelas Lab Riil ……….
Histogram Prestasi kelas Lab Virtuil ………
Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Riil …………...
Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Virtuil ………...
Grafik Analisis Mean Kemampuan awal terhadap Prestasi
belajar IPA ...
Grafik Analisis Mean Lab terhadap Prestasi belajar IPA ....
Grafik Analisis Mean Gaya Belajar terhadap Prestasi
belajar IPA ...
Grafik interaksi faktor Lab dan Kemampuan awal terhadap
prestasi ...
Grafik interaksi faktor model Lab dan Gaya Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 4.11 Grafik main efek faktor Lab, Kemampuan awal dan Gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 1. Silabus dan RPP Materi Pembelajaran Listrik Dinamis……
Lampiran 2. LKS ...
Lampiran 3. Kisi-kisi Soal Kemampuan Awal ...
Lampiran 4. Soal Try Out Kemampuan awal ...
Lampiran 5. Kisi-kisi Angket Gaya Belajar ...
Lampiran 6. Angket Gaya Belajar…...……….…...
Lampiran 7. Kisi-Kisi Soal Test Prestasi Belajar...
Lampiran 8. Soal Try Out Prestasi Belajar...
Lampiran 9. Soal Tes Kemampuan Awal ...
Lampiran 10. Soal Tes Prestasi Belajar ...
Lampiran 11. Data Tes Uji Coba Kemampuan Awal ...
Lampiran 12. Data Uji Coba Angket Gaya Belajar Visual ...
Lampiran 13. Data Uji Coba Angket Gaya Belajar Kinestetik ...
Lampiran 14. Data Tes Uji Coba Prestasi Belajar ...
Lampiran 15. Data Hasil Penelitian ...……….…...…..
Lampiran 16. Deskripsi Data ...……….…...…...
Lampiran 17. Uji Prasyarat Analisis ...……….…...….
Lampiran 18. Uji Hipotesis ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia,
karena pendidikan pada prinsipnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia
dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan dan
permasalahan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan ini diatur
melalui seperangkat peraturan perundang-undangan yang intinya mengharapkan agar
mutu pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu semakin baik. Salah satu usaha
dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menaikkan nilai minimal
kelulusan dan nilai rata-rata minimalnya. Namun usaha menaikkan nilai minimal
kelulusan ini pada kenyataannya mutu pendidikan di Indonesia saat ini masih
dibawah negara lain sesama negara berkembang. Hal ini bisa dilihat dari hasil Ujian
Nasional tahun pelajaran 2007/2008 yang lalu bahwa dengan standar kelulusan nilai
rata-rata 5,00 saja, terdapat 237.644 siswa yang tidak lulus atau 7,24% dari seluruh
peserta UN se-Indonesia, padahal tingkat kesulitan soal tidak terlalu tinggi (BSNP,
2008).
Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi di pulau Jawa yang menjadi
barometer pendidikan di Indonesia dan memiliki banyak sekolah baik negeri maupun
swasta, serta memiliki fasilitas pendukung yang lebih memadai dan tenaga pendidik
yang berlimpah dibanding daerah diluar pulau Jawa ternyata memiliki mutu
pendidikan yang memprihatinkan. Hal ini bisa dilihat dari laporan hasil UN tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
umum rata-rata jumlah nilai UN Propinsi Jawa Tengah hanya 28,81 dan menempati
peringkat 24 dari 33 propinsi se-Indonesia dengan 10,74% siswa tidak lulus UN.
Keadaan lebih memprihatinkan lagi terjadi di kabupaten Kebumen karena
menempati peringkat 35 dari 35 kabupaten se-propinsi Jawa Tengah dengan
persentase siswa yang tidak lulus sebesar 25,21%. Secara khusus untuk SMP Negeri 2
Adimulyo yang merupakan salah satu sekolah SSN di kabupaten Kebumen juga
mengalami hal yang sama karena hanya menempati peringkat 33 se-kabupaten
dengan rata-rata jumlah nilai UN 24,83 masih jauh dibawah rata-rata jumlah nilai
propinsi namun sedikit di atas rata-rata jumlah nilai kabupaten (BSNP, 2008).
Khusus untuk nilai UN pada Mapel IPA SMP N 2 Adimulyo menempati
peringkat 56 se-kabupaten Kebumen. Berikut ini adalah tabel nilai rata-rata Ujian
Sekolah/UN IPA SMPN 2 Adimulyo pada 3 tahun terakhir:
Tabel 1.1 Nilai rata–rata Ujian IPA SMP Negeri 2 Adimulyo
No. Tahun Pelajaran Kelas Nilai Rata – Rata
Ujian Sekolah Ujian Nasional
1. 2005/2006 IX 5,39 -
2. 2006/2007 IX 5,66 -
3. 2007/2008 IX - 5,93
Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen.
Dari tabel 1.1 terlihat kecenderungan nilai rata–rata IPA walupun berada di atas nilai
minimum 4,25 namun masih di bawah standar ketuntasan belajar minimal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
konsep–konsep IPA yang dipahami para siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan pula
dalam tabel nilai mata pelajaran IPA pada tiap akhir semester seperti yang
diperlihatkan pada tabel 1.2 sebagai berikut:
Tabel 1.2 Nilai rata – rata Ulangan Akhir Semester (UAS) mata pelajaran IPA SMP Negeri 2
Adimulyo, 3 (tiga) tahun terakhir
No. Tahun Pelajaran Kelas Nilai Rata – Rata Semester 1 Semester 2
1. 2005/2006 IX 56,8 57,2
2. 2006/2007 IX 58,2 58,6
3. 2007/2008 IX 59,2 60,4
Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen.
Prestasi belajar dalam materi pembelajaran listrik dinamis juga mengalami hal
yang sama karena berdasarkan dokumen di SMP Negeri 2 Adimulyo, nilai ulangan
pada materi listrik dinamis pada tiga tahun terakhir yaitu pada tahun pembelajaran
2006/2007 sampai dengan tahun pembelajaran 2008/2009 masing-masing diperoleh
rata-rata 58,5, 60,4, dan 59,3. Perolehan nilai ini masih jauh dari KKM yang di
tentukan sekolah pada Komptensi Dasar Listrik Dinamis yaitu sebesar 67.
Rendahnya minat siswa untuk belajar IPA juga ikut berpengaruh terhadap
rendahnya prestasi belajar siswa, terlebih lagi untuk mata pelajaran fisika, karena
selama ini fisika merupakan salah satu momok yang ditakuti siswa selain matematika,
apalagi sejak tahun pelajaran 2008/2009, IPA termasuk di dalamnya fisika merupakan
mata pelajaran yang diujikan secara nasional melalui UN dan menjadi penentu
kelulusan. Motivasi siswa untuk belajar fisika pun rendah, hal ini diperparah lagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Metode mengajar guru yang monoton dan kurang sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran juga memberikan andil pada rendahnya prestasi belajar siswa karena
dalam hal ini guru sering memposisikan dirinya sebagai “Teacher Centered
Learning”. Ini bisa dilihat dalam pengajaran menggunakan metode ceramah dan
mencatat. Siswa kurang diajak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran,
interaksi antar siswa kurang diperhatikan, padahal banyak penelitian menunjukkan
bahwa siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman lainnya dari pada belajar
dengan guru. Apalagi dalam pembelajaran materi listrik dinamis yang merupakan
materi aplikatif, memerlukan metode yang tepat dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang terpusat pada guru tidak tepat dilaksanakan pada materi
pembelajaran listrik dinamis.
Sesuai dokumentasi SMP Negeri 2 Adimulyo tahun 2008 menunjukkan
bahwa prestasi belajar siswa pada materi pembelajaran listrik dinamis mempunyai
standar deviasi yang tinggi yaitu sebesar 19,7, ini menunjukkan bahwa terjadi
kesenjangan yang terlalu ekstrim antara siswa dengan nilai tinggi dengan siswa
dengan nilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam tiap kelas terdapat siswa
yang tergolong superior dan siswa yang tergolong cacat akademik ringan yang kinerja
akademiknya dibelakang para siswa yang taraf perkembangannya normal.
Kesenjangan ini juga menunjukkan bahwa selama ini siswa tidak saling bekerjasama
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar. Metode mengajar
guru juga turut andil dalam hal ini, karena selama ini guru jarang menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pembelajaran secara berkelompok, metode yang dimaksud adalah metode
pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2009:9), “ide yang melatarbelakangi
bentuk pembelajaran kooperatif ini adalah apabila para siswa ingin agar timnya
berhasil, mereka akan mendorong timnya untuk lebih baik dan akan membantu
mereka melakukannya”. Jadi dalam metode kooperatif siswa dalam kelas dibagi
menjadi kelompok-kelompok kecil duduk bersama saling membantu dalam
mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa dengan kemampuan
rendah akan belajar banyak dari rekan yang lebih tinggi kemampuannya dalam
kelompoknya.
Kesenjangan prestasi belajar IPA di SMP Negeri 2 Adimulyo yang ekstrim ini
terjadi pada hampir pada semua materi pembelajaran yang diajarkan, padahal dalam
IPA terdapat materi pembelajaran yang saling berhubungan satu sama lain, bahkan
terdapat suatu materi pembelajaran yang merupakan prasyarat pada materi
pembelajaran yang lain. Seperti halnya materi pembelajaran listrik statis merupakan
materi prasyarat pada listrik dinamis. Hal ini bisa dikatakan bahwa tingkat
penguasaan materi pembelajaran listrik statis siswa merupakan kemampuan awal
siswa tersebut pada materi pembelajaran listrik dinamis. Menurut Winkel (1996:134),
“pada setiap awal proses belajar mengajar, guru seharusnya meneliti terlebih dahulu
tingkah laku awal siswa, karena dari tingkah laku inilah tergantung bagaimana proses
belajar mengajar sebaiknya diatur dan apakah tujuan instruksional khusus yang
mula-mula ditetapkan harus mengalami perubahan”. Uraian tersebut mengeaskan bahwa
kemampuan awal siswa harus mendapatkan perhatian dari guru karena akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
materi pembelajaran lain yang relevan. Selama ini guru di SMP Negeri 2 Adimulyo
tidak memperhatikan kemampuan awal siswa, dalam arti siswa yang mempunyai
kemampuan awal rendah diperlakukan sama dengan siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi, ini dibuktikan dengan tidak adanya materi tambahan untuk
siswa yang kemampuan awalnya rendah. Akibatnya siswa yang mempunyai
kemampuan awal rendah semakin tertinggal dalam mengikuti pembelajaran dari
siswa lain yang mempunyai kemampuan awal tinggi.
Selama ini guru-guru di SMP Negeri 2 Adimulyo juga kurang
memperhatikan potensi dan gaya belajar siswanya. Gaya belajar menurut DePorter
dan Hernacki (1999:109-124) dibagi menjadi tiga macam yaitu, visual (belajar
dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik
(belajar dengan bergerak, banyak melakukan aktivitas fisik, interaksi kelompok).
Metode mengajar guru selama ini yang memposisikan guru sebagai “Teacher
Centered learning” tentu saja hanya cocok bagi salah satu gaya belajar saja.
Sedangkan bagi gaya belajar yang lain akan membuat siswa kurang berminat pada
pelajaran tersebut. Padahal menurut DePorter dan Hernacki (1999:50), menciptakan
minat merupakan jalan untuk menciptakan motivasi demi mencapai tujuan. Apalagi
selama ini banyak yang menganggap bahwa anak yang gaduh di kelas, banyak
bergerak, dan mengganggu proses belajar mengajar adalah anak yang nakal sehingga
harus dikeluarkan dari kelas. Padahal sebenarnya anak tersebut adalah anak dengan
gaya belajar kinestetik, namun metode mengajar guru tidak memuaskan anak untuk
memahami materi sehingga anak menjadi bosan. Efeknya siswa merasa tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penyebab lain adalah guru-guru di SMP Negeri 2 Adimulyo kurang inovatif
dalam penggunaan media, padahal mata pelajaran fisika selain menuntut keaktifan
siswa, guru juga dituntut untuk menggunakan media yang bisa menjembatani
pengetahuan fisika yang sifatnya abstrak menjadi lebih konkret. Dengan media
sesuatu yang dilihat, dibaca, didengar, dirasa, dan dikerjakan bisa sekaligus dilakukan
oleh siswa. Menurut Rose dan Nicholl (2002:192) “pelajaran diingat rata-rata 20%
dari yang dibaca, 30% dari yang didengar, 40% dari yang dilihat, 50% dari yang
dikatakan, 60% dari yang dikerjakan dan 90% dari yang dilihat, didengar, dikatakan,
dan dikerjakan sekaligus”. Dalam pembelajaran listrik dinamis, selama ini guru hanya
memakai laboratorium riil saja, itupun tidak maksimal, praktikum hanya dilaksanakan
pada beberapa sub komptensi saja sehingga pelaksanaan yang tidak kontinyu ini
mengakibatkan pengetahuan siswa tidak terbangun secara runut dan teratur.
Praktikum yang menggunakan lab riil saja juga menyebabkan kurang bervariasinya
kegiatan praktikum, padahal ada media lain yang bisa dijadikan media interaktif
seperti halnya lab riil yang biayanya murah, aman, variatif, dan menyenangkan.
Media yang dimaksud diantaranya adalah media komputer. Media komputer yang
dimiliki SMP Negeri 2 Adimulyo yang berjumlah 20 unit dapat dijadikan sebagai
laboratorium virtuil, namun selama ini guru tidak memanfaatkannya sebagai
laboratorium alternatif dalam pembelajaran, padahal dengan adanya lab virtuil ini
diharapkan siswa menjadi tertarik dan berminat untuk belajar fisika.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah, diidentifikasi beberapa masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Mutu pendidikan di Indonesia masih rendah yang ditandai dengan persentase
siswa yang tidak lulus Ujian Nasional tinggi padahal standar nilai rata-rata
kelulusan hanya sebesar 5,00.
2. Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi di pulau Jawa memiliki fasilitas
pendukung pendidikan yang lebih memadai dan tenaga pendidik yang berlimpah
dibanding daerah diluar pulau Jawa, namun kenyataannya mutu pendidikannya
masih memprihatinkan, yang ditandai dengan peringkat Jawa Tengah hanya
menempati urutan 24 dari 33 propinsi.
3. Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang memiliki banyak
sekolah baik negeri maupun swasta, namun mutu pendidikan di Kebumen masih
rendah bahkan menempati peringkat paling bawah se-propinsi Jawa Tengah.
4. SMP Negeri 2 Adimulyo Kab. Kebumen sebagai sekolah favorit di kecamatan
Adimulyo seharusnya mempunyai nilai semester yang tinggi, namun
kenyataannya prestasi belajar IPA pada UAS/UN maupun nilai raport tiap
semester masih dibawah kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan sekolah.
5. Perolehan nilai ulangan pada materi pembelajaran listrik dinamis masih belum
mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah.
6. Minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya Fisika
rendah, bahkan Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi momok
bagi siswa apa lagi sejak tahun pelajaran 2008/2009 IPA di ujikan secara
nasional.
7. Metode mengajar guru monoton, siswa kurang diajak berpartisispasi aktif dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8. Di SMP Negeri 2 Adimulyo terjadi kesenjangan nilai yang ekstrem antara siswa
yang pandai dengan siswa yang tidak pandai, dan Guru tidak pernah
menggunakan metode kooperatif dalam mengajar agar siswa dengan kemampuan
rendah ikut terangkat kemampuan akademiknya.
9. Kesenjangan prestasi belajar juga terjadi pada kemampuan awal siswa, namun
Guru tidak pernah memperhatikan kemampuan awal siswa, hal ini ditandai
dengan tidak adanya pendalaman materi bagi siswa yang kemampuannya rendah.
10.Dalam satu kelas siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda sehingga
akan menyenangi tipe mengajar guru sesuai dengan gaya belajarnya, namun
selama ini Guru tidak memperhatikan gaya belajar yang dimiliki siswa dalam
mengajar, bahkan guru cenderung tidak menyukai siswa yang banyak bergerak
seperti ciri-ciri siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik.
11.Media pembelajaran sangat banyak jenisnya dan tersedia di sekitar lingkungan
sekolah, namun selama ini Guru di SMP Negeri 2 Adimulyo kurang inovatif
dalam penggunaan media pembelajaran sehingga tidak memungkinkan siswa
untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung.
12.SMP Negeri 2 Adimulyo Kab. Kebumen merupakan salah satu sekolah yang
mempunyai laboratorium lengkap termasuk laboratorium komputer, namun dalam
praktikum Guru hanya memakai laboratorium riil saja dan tidak pernah
menggunakan media alternatif untuk praktikum yang hemat biaya, aman, variatif,
menyenangkan, media yang dimaksud adalah komputer yang merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian tentang identifikasi masalah, maka dalam penelitian perlu
diadakan pembatasan masalah agar penelitian lebih jelas dan terarah. Adapun batasan
masalah pada penelitian ini meliputi:
1. Subyek Penelitian
Sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo,
tahun pelajaran 2009 / 2010 yang berjumlah 139 siswa.
2. Obyek Penelitian
a. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD), yaitu pembelajaran
yang membagi siswa-siswa berkemampuan berbeda, suku, ras, dan agama yaang
berbeda kedalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 4-5 orang ditugasi untuk
mempelajari konsep yang telah diajarkan oleh guru.
b. Laboratorium yang digunakan dalam pembelajaran adalah lab riil dan lab virtuil,
Pembelajaran fisika menggunakan laboratorium riil adalah pembelajaran listrik
dinamis menggunakan komponen dan peralatan sesungguhnya yang ada dalam
lab IPA SMP Negeri 2 Adimulyo. Sedangkan pembelajaran fisika menggunakan
lab virtuil adalah pembelajaran listrik dinamis menggunakan komputer yang telah
diinstal software Edison4 yang menyajikan komponen dan peralatan bukan
sesungguhnya yang ditampilkan dalam monitor komputer. Siswa mempraktekkan
langkah-langkah yang ada dalam LKS.
c. Kemampuan awal adalah penguasaan konsep atau materi pelajaran sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
didapatkan dari nilai tes pada materi prasyarat. Kemampuan awal dibedakan
menjadi kemampuan awal tinggi dan rendah. Kemampuan awal dikategorikan
tinggi jika nilai tes prasyarat di atas nilai rata-rata seluruh sampel, dan
kemampuan awal dikategorikan rendah jika nilai hasil tes prasyarat di bawah nilai
rata-rata seluruh sampel. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan materi
prasyarat adalah materi pembelajaran pada pokok bahasan Listrik Statis.
d. Gaya belajar adalah cara siswa menyerap pelajaran dan informasi. Gaya belajar
ada tiga macam yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Dalam penelitian ini gaya
belajar dibatasi hanya dua cara yaitu visual dan kinestetik.
e. Prestasi belajar siswa merupakan nilai yang diperoleh siswa dari test hasil belajar
pada materi pelajaran listrik dinamis yang dalam hal ini hanya mencakup pada
ranah kognitif.
D. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran
kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dengan siswa yang diberi
pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab virtuil?
2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan
awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah?
3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan
lab riil dan lab virtuil dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa?
5. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan
lab riil dan lab virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa?
6. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi
belajar siswa?
7. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe menggunakan lab riil
dan lab virtuil, gaya belajar, dan kemampuan awal terhadap prestasi siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD
menggunakan lab riil dan lab virtuil.
2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan
rendah.
3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik.
4. Interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium riil dan virtuil dengan
kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa.
5. Interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab
virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7. Interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtuil, kemampuan
awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Penulis memandang bahwa penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis:
a. penulis melakukan penelitian sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah,
b. menambah wawasan keilmuan karena penelitian ini didukung dengan teori-teori
dari para pakar pendidikan,
c. sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.
2. Manfaat praktis:
a. memberi masukan kepada guru agar selalu berinovasi mengembangkan media
pembelajaran agar menarik minat siswa untuk belajar,
b. hasil penelitian diharapkan dijadikan acuan bagi guru dalam pembelajaran
menggunakan laboratorium atau media pembelajaran untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa,
c. memberi masukan kepada guru agar dalam mengajar guru harus memperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Belajar
a. Definisi Belajar
Sebagaian besar orang beranggn bahwa belajar adalah mengumpulkan atau
menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran, ada juga yang
memandang belajar sebagai latihan membaca dan menulis. Pemahaman ini tentu saja
kurang lengkap karena pada kenyataannya banyak sekali perbuatan yang termasuk
dalam belajar. Menurut Gagne dalam Slameto (2003:13), “(1) belajar adalah suatu
proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku, (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari interaksi”. Menurut Winkel (1996:53), belajar dirumuskan sebagai:
“Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
konstan dan berbekas”. Menurut Muhibbin Syah (2001:64) secara umum belajar
dipahami sebagai “Tahapan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan definisi
belajar adalah aktivitas mental/psikis individu dengan bekerjasama dalam
kelompoknya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
b. Teori Belajar
1) Teori Belajar Gagne
Robert M. Gagne mengemukakan sebuah model belajar yang terkenal dengan
model pemrosesan informasi, Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989:141-143)
mengemukakan bahwa suatu tindakan belajar atau learning act meliputi delapan fase
belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh
siswa atau guru. Setiap fase belajar tersebut dipasangkan dengan suatu proses internal
yang terjadi dalam pikiran siswa. Kedelapan fase tersebut adalah fase motivasi,
pengenalan, perolehan, retensi, pemanggilan, generalisasi, penampilan, dan umpan
balik.
Dalam fase motivasi melibatkan motivasi yang dimiliki oleh siswa. Motivasi
merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai semangat
untuk belajar. Menurut Ratna Wilis Dahar (1989:141), “siswa harus diberi motivasi
dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hadiah”, selaras dengan hal tersebut,
pada penelitian dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini memungkinkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
rekognisi tim atau penghagaan tim, artinya siswa diberi motivasi agar belajar dengan
sebaik-baiknya agar berperan dalam kelompoknya untuk mendapatkan rekognisi.
Dalam fase pengenalan, siswa harus memperhatikan bagian-bagian yang relevan
yaitu aspek-aspek yang berhubungan dengan materi pelajaran. Dalam penelitian ini,
fase ini terjadi pada sintak dalam STAD yaitu pada presentasi kelas, dalam presentasi
kelas, guru menyampaikan materi pelajaran, memperkenalkan kepada siswa peralatan
lab maupun software dalam lab virtuil ataupun langkah-langkah dalam LKS.
Dalam fase perolehan, siswa dikatakan telah siap memperoleh pelajaran bila
memperhatikan informasi yang relevan. Informasi yang diterima tidak langsung
disimpan dalam memori tetapi diubah menjadi informasi yang bermakna yang
dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa. Dalam penelitian
ini, fase perolehan didapatkan karena siswa langsung berhubungan dengan peralatan
laboratorium, dengan cara meyentuh, memasang peralatan lab, melihat langsung efek
dari rangkaian yang telah dibuatnya sehingga memungkinkan siswa mendapatkan
gambaran-gambaran mental dari informasi/konsep yang didapatkan sebelumnya.
Dalam fase retensi terjadi proses pemindahan informasi agar informasi yang
diperoleh tidak mudah hilang. Caranya yaitu dengan memindahkan informasi baru
yang diperoleh oleh siswa dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Menurut Ratna Wilis Dahar, hal ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali,
praktek, ataupun elaborasi. Dalam penelitian ini, fase retensi terjadi karena
pembelajaran dilengkapi dengan praktikum dalam laboratorium, dengan adanya
praktikum memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan yang tidak hanya sekedar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam fase pemanggilan, ada kemungkinan siswa dapat kehilangan hubungan
informasi dalam memori jangka panjangnya. Untuk menghindari hal tersebut siswa
harus memperhatikan informasi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu dengan cara
mengelompokkan informasi menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep dan
memperhatikan kaitan antara konsep-konsep tersebut. Dalam penelitian ini, fase
pemanggilan terjadi pada saat siswa menjawab latihan soal yang mengarah pada
kesimpulan ataupun rumus seperti yang terdapat dalam LKS.
Fase generalisasi merupakan fase pengubah informasi. Siswa dapat berhasil
dalam belajar apabila dapat menerapkan hasil belajarnya ke dalam situasi-situasi yang
sesungguhnya. Siswa dapat menggunakan keterampilan yang dimilikinya untuk
memecahkan masalah-masalah nyata, yaitu masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari yang berhubungan dengan materi pembelajaran listrik dinamis.
Dalam fase penampilan, siswa telah mampu memperlihatkan secara nyata
dengan penampilan yang tampak atau respon dari apa yang telah dipelajari. Dalam
penelitian ini, fase ini terjadi pada saat siswa mengerjakan kuis yang merupakan
bagian dari STAD. Kuis yang dikerjakan secara individual ini akan memperlihatkan
tingkat respon yang telah dipelajari siswa.
Dalam fase umpan balik, siswa memberikan respon tentang hal-hal yang telah
diperolehnya melalui proses pembelajaran. Dengan memberikan respon, maka siswa
mendapat kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari apa yang telah
dipelajarinya.
Pembelajaran fisika pada materi pembelajaran listrik dinamis dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ini membutuhkan pemrosesan informasi agar dapat berlangsung dengan optimal.
Siswa diharapkan akan mudah memproses, mengenal, mudah memperoleh, mudah
menyimpan konsep dalam memori otak dalam jangka waktu panjang, serta mudah
mengingat kembali konsep listrik dinamis.
2) Teori Belajar Piaget
Menurut Piaget semua individu melalui empat tingkat perkembangan kognitif
yaitu: a) tahap sensorimotor (0–2 tahun), selama periode ini anak mengatur alam
dengan indera-inderanya (sensori) dan dengan tindakan-tindakan (motor), b) tahap
pra-operasional (2–7 tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi
matematika seperti menambah, mengurangi, dan lain sebagainya, c) tahap operasional
(7–11 tahun), tahap ini merupakan permulaan anak mulai berpikir secara rasional,
akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-materi abstrak seperti hipotesis.
Pada periode ini sifat egosentris dalam berkomunikasi berubah menjadi sosiosentris,
d) tahap operasional formal (11 tahun keatas), anak pada periode ini tidak perlu
berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa konkret. Anak sudah
mempunyai kemampuan untuk berfikir secara abstrak. Perkembangan intelektual itu
dipengaruhi oleh faktor kedewasaan, pengalaman fisik, pengalaman
logiko-matematik, transmisi sosial, dan proses ekuilibrasi. Menurut Piaget ada tiga bentuk
pengetahuan yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logiko-matematik, dan
pengetahuan sosial. Pengetahuan sosial dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran
siswa, sedangkan pengetahuan fisik dan pengetahuan logiko-matematik harus
dibangun sendiri oleh anak sehingga dalam mengajar harus diperhatikan pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada penelitian ini, seluruh siswa SMP Negeri 2 Adimulyo masuk dalam
kategori perkembangan kognitif tahap operasional formal. Pada tahap ini siswa
mampu menerima pembelajaran dengan menggunkan model atau tiruan benda,
sehingga pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil
dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dalam penelitian ini.
3) Teori Belajar Ausubel
Seorang ahli psikologi pendidikan, Ausubel dalam Ratna Wilis (1989:110)
menyatakan bahwa:
Belajar diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi disajikan kepada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut bagaimana cara siswa mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Kedua dimensi tidak menunjukkan dikotomi sederhana melainkan merupakan
suatu kontinum. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dikomunikasikan
pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam
bentuk final maupun bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk
menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan. Pada tingkat kedua,
siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi tersebut pada pengetahuan
(berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya. Dalam hal ini terjadi
belajar bermakna yaitu suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep
yang relevan dengan struktur kognitif seseorang. Penerapan teori Ausubel dalam
mengajar perlu diperhatikan prinsip pengatur awal, diferensisi progresif, penyesuaian
integratif, dan belajar superordinat. Bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel disajikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Selaras dengan teori belajar Ausubel, materi pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu listrik dinamis seperti materi pembelajaran fisika yang lain bukan merupakan
materi hafalan, listrik dinamis merupakan materi yang berhubungan dengan materi
sebelumnya yaitu listrik statis. Konsep-konsep dalam listrik dinamis dapat dikaitkan
dengan konsep-konsep dalam listrik statis, karena materi pembelajaran listrik statis
merupakan materi prasyarat dalam materi pembelajaran lisrik dinamis. Penggunaan
lab dalam pembelajaran memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman nyata dan
memunkinkan terjadinya proses penemuan, sehingga pembelajaran tidak hanya
dihafalkan saja tetapi siswa memasukkan materi kedalam struktur kognitifnya. Jadi
dalam penelitian ini penggunaan penggunaan lab dengan memperhatikan kemampuan
awal dalam penelitian memungkinkan terjadinya belajar bermakna seperti apa yang
diungkapkan oleh Ausubel.
4) Teori Belajar Bruner
Menurut Bruner dalam teori “Free Discovery Learning”, proses belajar akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menemukan suatu aturan (termasuk teori, konsep, definisi, dan sebagainya) melalui
contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili sumbernya. Untuk memahami
suatu konsep, siswa tidak menghafal definisi dari konsep tersebut, tetapi langsung
mempelajai contoh-contoh kongkret dari konsep tersebut, baru kemudian dibimbing
untuk memahami definisi dari konsep tersebut. Menurut Bruner dalam Ratna Wilis
(1989:101), “proses belajar akan melibatkan tiga hal sekaligus yaitu memperoleh
informasi baru, transformasi informasi, dan menguji relevansi serta ketepatan
pengetahuan”. Suatu pengajaran atau teori instruksi menurut Bruner hendaknya
meliputi pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan belajar, penstrukturan
pengetahuan untuk pemahaman optimal, perincian urutan penyajian materi pelajaran
secara optimal, dan bentuk pemberian reinforcement.
Dalam menerapkan belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya
beriring, tujuan mengajar hanya dirumuskan secara garis besar, cara yang digunakan
para siswa untuk menci tujuan tidak perlu sama, guru tidak begitu mengendalikan
proses mengajar, dan penilaian hasil belajar meliputi pemahaman tentang
prinsip-prinsip dasar bidang studi dan aplikasi prinsip-prinsip-prinsip-prinsip itu pada situasi baru. Menurut
Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Kebaikan belajar
penemuan adalah pengetahuan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih
baik daripada hasil belajar lainnya, meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan
untuk berpikir bebas.
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian yang ditunjang dengan lab riil dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terlibat langsung dan diberi kebebasan untuk menemukan suatu aturan (termasuk
teori, konsep, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan
atau mewakili sumbernya, yaitu dengan mengeksplorasi sendiri pengetahuannya
melalui kegiatan praktikum agar pengetahuan yang didapatnya merupakan hasil
temuannya sendiri. Ketika percobaan siswa diarahkan untuk dapat merumuskan
masalah. Dari percobaan siswa akan memperoleh data untuk dianalisis sehingga
akhirnya siswa dapat menarik suatu kesimpulan dan menemukan konsep dalam
materi pembelajaran.
5) Teori Belajar Vygotsky
Vygotsky dalam Paul Suparno (2006:45) mengemukakan, “pembelajaran
merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian
yang spontan dan yang ilmiah”. Pengertian spontan didapatkan dari pengalaman anak
sehari-hari, sedangkan pengertian ilmiah adalah pengertian yang dikan kelas.
Seseorang yang belajar akan semakin mengangkat pengertiannya menjadi pengertian
yang ilmiah. Pengertian spontan mempunyai dua segi yaitu pengertian dalam dirinya
sendiri dan pengertian untuk orang lain. Pengertian untuk orang lain ini menyebabkan
anak berusaha untuk mengungkapkan pengertian mereka dengan simbol yang sesuai
untuk berkomunikasi dengan orang lain, itulah sebabnya Vygotsky menekankan
pentingnya interaksi sosial dengan orang lain terlebih yang mempunyai pengetahuan
lebih baik dan sistem yang secara kultural berkembang dengan baik. Teori Vigotsky
menekankan pada bakat sosiokulktural dalam pembelajaran.
Sejalan dengan Vygotsky, dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan orang lain, siswa yang mempunyai pengetahuan kurang baik akan berinteraksi
dan berkomunikasi dengan siswa yang berkemampuan tinggi, sehingga siswa dengan
kemampuan tinggi akan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada
siswa lain dalam kelompoknya sehingga pengetahuan siswa lain meningkat.
2. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2008:4), “pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai
macam metode pengajaran menekankan para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran”. Menurut Paul Suparno (2006:134), “pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang menekankan siswa dibiarkan belajar dalam kelompok,
saling menguatkan, mendalami, dan bekerjasama untuk semakin menguasai bahan”.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2009:242), “pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen)”.
Pembelajaran kooperatif dianjurkan oleh ahli pendidikan untuk digunakan, hal
ini dikarenakan terdapat dua alasan seperti yang dikemukakan oleh Slavin (1995)
dalam Wina Sanjaya (2009:242) yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sejalan dengan teori belajar Vygotsky, pembelajaran kooperatif mengajarkan
siswa ketrampilan kerjasama dan kolaboratif serta memahami konsep yang dianggap
sulit oleh siswa, siswa berinteraksi dengan orang lain dalam kelompoknya maupun
dengan lingkungannya. Dengan adanya interaksi ini siswa saling bertukar
pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
proses pembelajaran. Terlebih lagi siswa SMP Negeri 2 Adimulyo kelas IX telah
memasuki masa remaja, pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan
perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan
kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri
remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman
sebaya dan lingkungannya.
b. Keunggulan, Kelemahan Pembelajaran Kooperatif, dan Cara Mengatasinya
Siswa yang bekerja dalam kelompok kooperatif belajar lebih banyak dari pada
siswa pada kelas-kelas tradisional. Teori yang menjelaskan keunggulan pembelajaran
kooperatif ini terbagi menjadi dua yaitu teori motivasi yang menekankan pada derajat
perubahan tujuan kooperatif mengubah insentif bagi siswa untuk melakukan
tugas-tugas akademik, dan teori kognitif yang menekankan pada pengaruh dari kerjasama
itu sendiri. Pembelajaran kooperatif disamping memiliki keunggulan, juga memiliki
kelemahan karena dapat memicu munculnya “pengendara bebas” atau “para
pembonceng”, artinya sebagian anggota kelompok mengerjakan sebagian besar atau
seluruh pekerjaan sedangkan yang lainnya hanya tinggal mengendarainya. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
anggota kelompok bertanggungjawab atas unit yang berbeda dalam tugas kelompok,
dan dengan membuat para siswa bertanggungjawab secara individual atas tugasnya.
Dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo ini juga mengalami hal yang
sama. Dalam setiap kelompok selalu ada siswa yang diam, bekerja ala kadarnya,
bahkan ada yang tidak bekerja sama sekali karena hanya mengandalkan pekerjaan
anggota lain dalam kelompoknya. Alokasi waktu yang tersedia dalam pebelajaran
juga sering tidak mencukupi untuk menyelesaikan satu pokok bahasan, sehingga
perlu penambahan waktu. Hal ini dikarenakan pembagian tugas dalam kelompok
tidak merata sehingga pekerjaan siswa tidak terarah. Belum lagi beberapa siswa yang
tidak bekerja, terlihat bercanda dengan anggota kelompok lainnya sehingga
mengganggu kegiatan kelompoknya dan kelompok lainnya.
c. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah STAD
(Student Team Achievement Division), Jigsaw, dan TGT(Teams Games Tournament)
yang diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas,
pembelajaran kooperatif lain yaitu TAI (Team Accelerated Instruction) dan CIRC
(Cooperatif Integrated Reading and Composition) merupakan kurikulum
komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada
tingkat kelas tertentu, GI (Group Investigation), Learning Together, Complex
Instruction, dan Structure Dyadic Methods. Dalam hal ini penulis menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai metode mengajar dalam penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. STAD(Student Team Achievement Division),
Menurut Slavin (2008:143), “STAD merupakan metode pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk
permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”.
Siswa-siswa yang berkemampuan berbeda dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri
atas 4-5 orang ditugasi untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diajarkan oleh
guru. Dalam kelompok ini diharapkan masing-masing siswa akan meningkatkan
pemahamannya masing-masing setiap siswa diuji sendiri-sendiri. Kelompok juga
dinilai berdasarkan tingkat kemajuan yang melampui tingkat kemampuan rata-rata.
Dalam STAD anggota kelompok terdiri atas orang yang berbeda-beda tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan
pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis
mengenai materi secara sendiri-sendiri, dan saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk
saling bantu.
Senada dengan hal tersebut, Armstrong, dkk (1998) mengemukakan bahwa
dalam pendekatan STAD siswa ditugaskan untuk empat atau lima anggota tim yang
mencerminkan pengelompokan secara heterogen pada siswa yang tinggi, sedang, dan
rendah kemampuannya, siswa dari beragam etnis, latar belakang yang berbeda, dan
jenis kelamin yang berbeda. Setiap minggu, guru memperkenalkan bahan baru
melalui ceramah, diskusi kelas, atau beberapa bentuk presentasi guru. Anggota tim
kemudian berkolaborasi pada kertas kerja yang dirancang untuk memperluas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kerja secara berpasangan, (b) bergiliran menanyai satu sama lain, (c) membahas
masalah sebagai sebuah kelompok, atau (d) menggunakan strategi apa pun untuk
mempelajari materi pembelajaran. Setiap tim akan menerima lembar jawaban,
sehingga jelas kepada siswa bahwa tugas mereka adalah untuk mempelajari
konsep-konsep tidak hanya mengisi worksheet. Anggota tim yang diinstruksikan bahwa tugas
belum selesai sampai semua anggota tim memahami materi yang diberikan. Skor kuis
para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan
kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang
diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin kemudian
dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria
tertentu akan menkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian
kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis.
Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian
identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi
seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup. Dalam hal ini STAD
digunakan dalam penelitian dikarenakan siswa SMP Negeri 2 Adimulyo telah
memasuki masa remaja, tentu saja sebagai remaja mereka ingin berperan penting
dalam dalam hidupnya, termasuk dalam pembelajaran kelompok. Dalam STAD
semua anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan
kontribusi yang positif dalam kelompoknya, mereka merasa bangga jika
kelompoknya menkan penghargaan dari guru atas peranannya dalam kelompok,
sehingga tiap siswa akan termotivasi dan berlomba-lomba untuk memberikan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e. Langkah-langkah pembelajaran dalam STAD
Dalam STADterdapat lima komponen utama yaitu: 1) presentasi kelas, materi
dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini
merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi
pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi
audiovisual, 2) tim, tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jens kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi
utama dari Tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota benar-benar belajar, dan
lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa
mengerjakan kuis dengan baik. Ditekankan bahwa anggota tim melakukan yang
terbaik untuk tim dan tim pun melakukan yang terbaik untuk membantu tiap
anggotanya, 3) kuis, setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan
kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam
mengerjakan kuis. Sehingga siswa bertanggung jawab secara individual untuk
memahami materi, 4) skor kemajuan individual, gagasan dibalik skor kemajuan
individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan
dicapai bila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik
daripada sebelumnya. Tiap siswa memberikan kontribusi poin yang maksimal
kepada timnya dalam skor ini, tetapi tak ada siswa yang melakukannya tanpa
memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor awal yang
diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal
mereka, 5) rekognisi tim, tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan
yang lain bila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu, skor tim siswa juga
digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya saling
mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang
diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim,
mereka harus membantu teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik,
menunjukkan norma belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Namun
meskipun para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling bantu dalam
mengerjakan kuis, tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab individual
seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain,
karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua
anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan.
3. Laboratorium
a. Pengertian Laboratorium
Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995) dalam Wira Bahari
Nurdin (2005), ”laboratorium adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan”.
Tempat ini merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya
kebun. Dalam pengertian yang terbatas laboratorium ialah suatu ruangan yang
tertutup tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Selain itu, menurut Widyarti
(2005) dalam Wira Bahari Nurdin (2009), “laboratorium adalah suatu ruangan tempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
alat-alat laboratorium serta adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap”.
Kemudian, menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009),
“pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah
laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya
terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum”. Pendapat lain mengemukakan
bahwa laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang
dapat menghasilkan pengalaman belajar dan siswa berinteraksi dengan berbagai alat
dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. (tersedia dalam http://lib.bsn.go.id/)
b. Fungsi dan Peranan Laboratorium dalam Pembelajaran
Amien dalam Tarmizi (2005) dalam Wira Bahari Nurdin (2009) (tersedia
dalam http://lib.bsn.go.id/) mengemukakan bahwa fungsi laboratorium adalah sebagai
tempat untuk menguatkan/memberi kepastian keterangan, menentukan hubungan
sebab-akibat, membuktikan benar tidaknya faktor-faktor atau fenomena-fenomena
tertentu, membuat hukum atau dalil dari suatu fenomena bila sudah dibuktikan
kebenarannya, mempraktikkan sesuatu yang diketahui, mengembangkan
keterampilan, memberikan latihan, menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan
problem dan untuk melaksanakan penelitian perorangan. Menurut Departemen
Pendidikan Nasional (2006), fungsi dari pada ruangan Laboratorium Sains/IPA
adalah sebagai tempat pembelajaran, tempat peragaan dan tempat praktik Sains/IPA.
c. Fasilitas dan Penataan Ruang Laboratorium
Menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009)