• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISWA"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU

DARI KEMAMPUAN AWAL DAN

GAYA BELAJAR SISWA

(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Oleh:

INDRA YUNAN YUNIANTO

S 830908205

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU

DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISW

A

(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)

Disusun Oleh:

INDRA YUNAN YUNIANTO NIM. S830908205

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal: Februari 2010

Dewan Pembimbing :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Pembimbing I 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno,M.Pd ... NIP. 19520116 198003 1 001

Pembimbing II 2. Dr. Sarwanto, MSi ... NIP. 19690901 199403 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DIVISION (STAD)MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL

DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISW

A

(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)

Disusun Oleh:

INDRA YUNAN YUNIANTO NIM. S830908205

Telah disahkan oleh Tim Penguji

Dewan Penguji

Jabatan N a m a Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. H. Ashadi ..………….

NIP. 19510102 197501 1 001

Sekretaris Dra. Suparmi, MA, Ph.D ..………….

NIP. 19520915 197603 2 001

Anggota Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ..………….

NIP. 19520116 198003 1 001

Anggota Dr. Sarwanto, M.Si ..………….

NIP. 19690901 199403 1 002

Surakarta, Februari 2010

Ketua Program Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd Mengetahui

Direktur PPs UNS,

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Indra Yunan Yunianto

NIM : S.830908205

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul "PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISWA " (Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010) adalah benar-benar hasil karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tesebut.

Surakarta, 17 Februari 2010 Yang membuat pernyataan

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Indra Yunan Yunianto. S.830908205, 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)Menggunakan Lab Riil dan Lab Virtuil Ditinjau Dari Kemampuan Awal dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis Bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)”. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Pembimbing II: Dr. Sarwanto, M.Si, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pasacasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil, (2) perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan rendah, (3) perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik, (4) interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium riil dan virtuil dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa, (5) interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi siswa, (6) interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi siswa, dan (7) interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtuil, kemampuan awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan pada bulan juni sampai dengan desember 2009. Populasi sampel adalah seluruh siswa kelas IX. Sampel diambil dengan teknik cluster random dari empat kelas, kelas IX D dan IX E diberi pembelajaran STAD menggunakan lab virtuil, sedangkan kelas IX F dan IX G diberi pembelajaran STAD menggunakan lab riil. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk mendapatkan data kemampuan awal dan data prestasi belajar, serta teknik non tes berupa angket untuk mendapatkan data gaya belajar siswa. Analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2 dan dilanjutkan dengan Analysis of Means.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Indra Yunan Yunianto. S.830908205, 2010. Cooperative Learning Through the Student Team Achievement Division (STAD) Using the Real Lab And the Virtual lab Overviewed From the Prior Knowledge and The Student’s Learning Style (Case Study of Electrics Dynamic For Student of Grade IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kebumen Academic Year 2009 / 2010)”. Thesis. Advisor I: Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd, Advisor II: Dr. Sarwanto, M.Si, Science Education Program, Post Graduate Program Sebelas Maret University of Surakarta.

The purposes of this research are to know: (1) the difference of student achievement between students who learn through STAD using real lab and virtual lab, (2) the difference of student achievement between students who have high and low prior knowledge, (3) the difference of student achievement between students who have visual and cynesthethyc learning styles, (4) the interaction between learning using real lab and virtual lab and prior knowledge, (5) the interaction between learning using real lab and virtual lab and learning styles, (6) the interaction between prior knowledge and learning styles, and (7) interaction between learning using real and virtual lab, prior knowledge, and learning style.

This research used the experimental method and was conducted March– December 2009. The population of the research was all students in grade IX. The sample was taken using cluster random sampling, consisted of four classes, grade IX D and E were treated using STAD with virtual lab and grade IX F and G were treated using STAD with real lab. The data was collected using test for student prior knowledge and student’s achievement, and questionnaire for student learning styles. Analyzing the data used the three ways anova by 2x2x2 factorial design and continued by Analysis of Means.

(7)
(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tesis ini kupersembahkan kepada:

1.

Ayahanda (Alm) dan Ibunda tercinta

2.

Istri dan anak-anakku tersayang

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Alhamdulillahi robbil ‘alamiin, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini dengan baik dan lancar untuk memenuhi sebagaian

persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

pihak-pihak yang telah membimbing dan membantu penyelesaian tesis ini, terutama

kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan segala fasilitas kepada

penulis dalam menempuh pendidikan pada program pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen

Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan pemikiran yang sangat

berharga dalam penyusunan tesis ini.

3. Dr. Sarwanto, M.Si. Selaku dosen pembimbing II Program Pendidikan Sains

yang telah memberi petunjuk dalam penyusunan tesis penelitian ini.

4. Para Dosen dan Guru Besar Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmunya kepada

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

semangat untuk selesainya tesis ini.

6. Kepala SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

ijin, fasilitas, serta pelayanan yang baik kepada penulis selama pelaksanaan

penelitian.

7. Kepala SMP Negeri 2 Kebumen Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

ijin, fasilitas, serta pelayanan yang baik kepada penulis untuk melaksanakan

ujicoba instrumen penelitian.

8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberi imbalan yang terbaik atas amal baik yang telah

diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan

demi perbaikan penelitian ini dimasa yang akan datang.

Surakarta, 17 Februari 2010

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 11

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Tinjauan Tentang Belajar ... 14

2. Pembelajaran Kooperatif ... 23

3. Laboratorium ... 29

4. Laboratorium Riil ... 33

5. Laboratorium Virtual ... 34

6. Kemampuan Awal ... 37

7. Gaya Belajar ... 39

8. Prestasi Belajar ... 41

9. Materi Pembelajaran Listrik Dinamis ... 45

B. Penelitian Yang Relevan ... 52

C. Kerangka Berpikir ... 53

D. Hipotesis ... 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 62

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 62

B. Metode dan Rancangan Penelitian ... 63

C. Variabel Penelitian ... 64

1. Variabel Bebas ... 65

2. Variabel Moderator ... 65

3. Variabel Terikat ... 65

D. Sumber Data ... 66

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Uji Validitas ... 69

2. Uji Reliabilitas ... 72

3. Indeks kesukaran ... 76

4. Daya Pembeda ... 77

H. Teknik Analisis Data ... 79

1. Uji Prasyarat ... 79

2. Uji Hipotesis ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92

A. Deskripsi Data ... 92

1. Prestasi Belajar IPA ... 92

2. Data Kemampuan Awal Siswa ... 94

3. Gaya Belajar Siswa ... 96

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 97

1. Uji Normalitas ... 97

2. Uji Homogenitas ... 98

C.Pengujian Hipotesis ... 98

1. Analisis Variansi ... 99

2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan ... 100

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Implikasi ... 121

1. Implikasi Teoretis ... 121

2. Implikasi Praktis ... 123

C. Saran-saran ... 123

1. Saran untuk Guru ... 123

2. Saran untuk sekolah ... 124

3. Saran untuk para peneliti ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Halaman

Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Ujian Nasional IPA SMPN 2 Adimulyo ... 2

Tabel 1. 2 Nilai Rata-rata UAS Mapel IPA SMPN 2 Adimulyo ... 3

Tabel 2.1 Bentuk-bentuk belajar ... 20

Tabel 2.2 Nilai Hambat Jenis Beberapa Bahan Penghantar ... 48

Tabel 3.1 Jadual Penelitian ... 63

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ... 64

Tabel 3.3 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Awal ... 70

Tabel 3.4 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 71

Tabel 3.5 Rangkuman hasil uji Validitas Angket Gaya Belajar Visual ... 71

Tabel 3.6 Rangkuman hasil uji Validitas Angket Gaya Belajar Kinestetik ... 72

Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Awal .. 73

Tabel 3.8 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 74

Tabel 3.9 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Visual ... 75

Tabel 3.10 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Kinestetik .... 75

Tabel 3.11 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan Awal 76 Tabel 3.12 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Prestasi Belajar 77 Tabel 3.13 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Kemampuan Awal .. 79

Tabel 3.14 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Tes Prestasi ... 79

Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar IPA ... 92

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Riil ... 95

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Virtuil ... 95

Tabel 4.7 Deskripsi Data prestasi dan kecenderungan Gaya Belajar Siswa ... 97

Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ... 97

Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ... 98

Tabel 4.10 Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi ... 99

Tabel 4.11 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi vs Kemampuan Awal ... 101

Tabel 4.12 Rangkuman Probabilistik Interaksi ... 102

Tabel 4.13 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil dan Kemampuan awal ... 110

Tabel 4.14 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Virtuil dan Kemampuan awal ... 110

Tabel 4.15 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil dan Gaya Belajar ... 112

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Grafik Hubungan Kuat Arus dan Beda Potensial ……….

Rangkaian Terbuka ………..

Rangkaian Tertutup………

Rangkaian Listrik Majemuk ……….

Rangkaian Seri ………..

Rangkaian Paralel ……….

Histogram Prestasi kelas Lab Riil ……….

Histogram Prestasi kelas Lab Virtuil ………

Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Riil …………...

Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Virtuil ………...

Grafik Analisis Mean Kemampuan awal terhadap Prestasi

belajar IPA ...

Grafik Analisis Mean Lab terhadap Prestasi belajar IPA ....

Grafik Analisis Mean Gaya Belajar terhadap Prestasi

belajar IPA ...

Grafik interaksi faktor Lab dan Kemampuan awal terhadap

prestasi ...

Grafik interaksi faktor model Lab dan Gaya Belajar

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.11 Grafik main efek faktor Lab, Kemampuan awal dan Gaya

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 1. Silabus dan RPP Materi Pembelajaran Listrik Dinamis……

Lampiran 2. LKS ...

Lampiran 3. Kisi-kisi Soal Kemampuan Awal ...

Lampiran 4. Soal Try Out Kemampuan awal ...

Lampiran 5. Kisi-kisi Angket Gaya Belajar ...

Lampiran 6. Angket Gaya Belajar…...……….…...

Lampiran 7. Kisi-Kisi Soal Test Prestasi Belajar...

Lampiran 8. Soal Try Out Prestasi Belajar...

Lampiran 9. Soal Tes Kemampuan Awal ...

Lampiran 10. Soal Tes Prestasi Belajar ...

Lampiran 11. Data Tes Uji Coba Kemampuan Awal ...

Lampiran 12. Data Uji Coba Angket Gaya Belajar Visual ...

Lampiran 13. Data Uji Coba Angket Gaya Belajar Kinestetik ...

Lampiran 14. Data Tes Uji Coba Prestasi Belajar ...

Lampiran 15. Data Hasil Penelitian ...……….…...…..

Lampiran 16. Deskripsi Data ...……….…...…...

Lampiran 17. Uji Prasyarat Analisis ...……….…...….

Lampiran 18. Uji Hipotesis ...

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia,

karena pendidikan pada prinsipnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia

dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan dan

permasalahan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan ini diatur

melalui seperangkat peraturan perundang-undangan yang intinya mengharapkan agar

mutu pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu semakin baik. Salah satu usaha

dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menaikkan nilai minimal

kelulusan dan nilai rata-rata minimalnya. Namun usaha menaikkan nilai minimal

kelulusan ini pada kenyataannya mutu pendidikan di Indonesia saat ini masih

dibawah negara lain sesama negara berkembang. Hal ini bisa dilihat dari hasil Ujian

Nasional tahun pelajaran 2007/2008 yang lalu bahwa dengan standar kelulusan nilai

rata-rata 5,00 saja, terdapat 237.644 siswa yang tidak lulus atau 7,24% dari seluruh

peserta UN se-Indonesia, padahal tingkat kesulitan soal tidak terlalu tinggi (BSNP,

2008).

Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi di pulau Jawa yang menjadi

barometer pendidikan di Indonesia dan memiliki banyak sekolah baik negeri maupun

swasta, serta memiliki fasilitas pendukung yang lebih memadai dan tenaga pendidik

yang berlimpah dibanding daerah diluar pulau Jawa ternyata memiliki mutu

pendidikan yang memprihatinkan. Hal ini bisa dilihat dari laporan hasil UN tahun

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

umum rata-rata jumlah nilai UN Propinsi Jawa Tengah hanya 28,81 dan menempati

peringkat 24 dari 33 propinsi se-Indonesia dengan 10,74% siswa tidak lulus UN.

Keadaan lebih memprihatinkan lagi terjadi di kabupaten Kebumen karena

menempati peringkat 35 dari 35 kabupaten se-propinsi Jawa Tengah dengan

persentase siswa yang tidak lulus sebesar 25,21%. Secara khusus untuk SMP Negeri 2

Adimulyo yang merupakan salah satu sekolah SSN di kabupaten Kebumen juga

mengalami hal yang sama karena hanya menempati peringkat 33 se-kabupaten

dengan rata-rata jumlah nilai UN 24,83 masih jauh dibawah rata-rata jumlah nilai

propinsi namun sedikit di atas rata-rata jumlah nilai kabupaten (BSNP, 2008).

Khusus untuk nilai UN pada Mapel IPA SMP N 2 Adimulyo menempati

peringkat 56 se-kabupaten Kebumen. Berikut ini adalah tabel nilai rata-rata Ujian

Sekolah/UN IPA SMPN 2 Adimulyo pada 3 tahun terakhir:

Tabel 1.1 Nilai rata–rata Ujian IPA SMP Negeri 2 Adimulyo

No. Tahun Pelajaran Kelas Nilai Rata – Rata

Ujian Sekolah Ujian Nasional

1. 2005/2006 IX 5,39 -

2. 2006/2007 IX 5,66 -

3. 2007/2008 IX - 5,93

Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen.

Dari tabel 1.1 terlihat kecenderungan nilai rata–rata IPA walupun berada di atas nilai

minimum 4,25 namun masih di bawah standar ketuntasan belajar minimal yang

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

konsep–konsep IPA yang dipahami para siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan pula

dalam tabel nilai mata pelajaran IPA pada tiap akhir semester seperti yang

diperlihatkan pada tabel 1.2 sebagai berikut:

Tabel 1.2 Nilai rata – rata Ulangan Akhir Semester (UAS) mata pelajaran IPA SMP Negeri 2

Adimulyo, 3 (tiga) tahun terakhir

No. Tahun Pelajaran Kelas Nilai Rata – Rata Semester 1 Semester 2

1. 2005/2006 IX 56,8 57,2

2. 2006/2007 IX 58,2 58,6

3. 2007/2008 IX 59,2 60,4

Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen.

Prestasi belajar dalam materi pembelajaran listrik dinamis juga mengalami hal

yang sama karena berdasarkan dokumen di SMP Negeri 2 Adimulyo, nilai ulangan

pada materi listrik dinamis pada tiga tahun terakhir yaitu pada tahun pembelajaran

2006/2007 sampai dengan tahun pembelajaran 2008/2009 masing-masing diperoleh

rata-rata 58,5, 60,4, dan 59,3. Perolehan nilai ini masih jauh dari KKM yang di

tentukan sekolah pada Komptensi Dasar Listrik Dinamis yaitu sebesar 67.

Rendahnya minat siswa untuk belajar IPA juga ikut berpengaruh terhadap

rendahnya prestasi belajar siswa, terlebih lagi untuk mata pelajaran fisika, karena

selama ini fisika merupakan salah satu momok yang ditakuti siswa selain matematika,

apalagi sejak tahun pelajaran 2008/2009, IPA termasuk di dalamnya fisika merupakan

mata pelajaran yang diujikan secara nasional melalui UN dan menjadi penentu

kelulusan. Motivasi siswa untuk belajar fisika pun rendah, hal ini diperparah lagi

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Metode mengajar guru yang monoton dan kurang sesuai dengan karakteristik

mata pelajaran juga memberikan andil pada rendahnya prestasi belajar siswa karena

dalam hal ini guru sering memposisikan dirinya sebagai “Teacher Centered

Learning”. Ini bisa dilihat dalam pengajaran menggunakan metode ceramah dan

mencatat. Siswa kurang diajak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran,

interaksi antar siswa kurang diperhatikan, padahal banyak penelitian menunjukkan

bahwa siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman lainnya dari pada belajar

dengan guru. Apalagi dalam pembelajaran materi listrik dinamis yang merupakan

materi aplikatif, memerlukan metode yang tepat dalam pembelajaran yang

memungkinkan siswa untuk aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran.

Pembelajaran yang terpusat pada guru tidak tepat dilaksanakan pada materi

pembelajaran listrik dinamis.

Sesuai dokumentasi SMP Negeri 2 Adimulyo tahun 2008 menunjukkan

bahwa prestasi belajar siswa pada materi pembelajaran listrik dinamis mempunyai

standar deviasi yang tinggi yaitu sebesar 19,7, ini menunjukkan bahwa terjadi

kesenjangan yang terlalu ekstrim antara siswa dengan nilai tinggi dengan siswa

dengan nilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam tiap kelas terdapat siswa

yang tergolong superior dan siswa yang tergolong cacat akademik ringan yang kinerja

akademiknya dibelakang para siswa yang taraf perkembangannya normal.

Kesenjangan ini juga menunjukkan bahwa selama ini siswa tidak saling bekerjasama

dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar. Metode mengajar

guru juga turut andil dalam hal ini, karena selama ini guru jarang menggunakan

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembelajaran secara berkelompok, metode yang dimaksud adalah metode

pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2009:9), “ide yang melatarbelakangi

bentuk pembelajaran kooperatif ini adalah apabila para siswa ingin agar timnya

berhasil, mereka akan mendorong timnya untuk lebih baik dan akan membantu

mereka melakukannya”. Jadi dalam metode kooperatif siswa dalam kelas dibagi

menjadi kelompok-kelompok kecil duduk bersama saling membantu dalam

mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa dengan kemampuan

rendah akan belajar banyak dari rekan yang lebih tinggi kemampuannya dalam

kelompoknya.

Kesenjangan prestasi belajar IPA di SMP Negeri 2 Adimulyo yang ekstrim ini

terjadi pada hampir pada semua materi pembelajaran yang diajarkan, padahal dalam

IPA terdapat materi pembelajaran yang saling berhubungan satu sama lain, bahkan

terdapat suatu materi pembelajaran yang merupakan prasyarat pada materi

pembelajaran yang lain. Seperti halnya materi pembelajaran listrik statis merupakan

materi prasyarat pada listrik dinamis. Hal ini bisa dikatakan bahwa tingkat

penguasaan materi pembelajaran listrik statis siswa merupakan kemampuan awal

siswa tersebut pada materi pembelajaran listrik dinamis. Menurut Winkel (1996:134),

“pada setiap awal proses belajar mengajar, guru seharusnya meneliti terlebih dahulu

tingkah laku awal siswa, karena dari tingkah laku inilah tergantung bagaimana proses

belajar mengajar sebaiknya diatur dan apakah tujuan instruksional khusus yang

mula-mula ditetapkan harus mengalami perubahan”. Uraian tersebut mengeaskan bahwa

kemampuan awal siswa harus mendapatkan perhatian dari guru karena akan

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

materi pembelajaran lain yang relevan. Selama ini guru di SMP Negeri 2 Adimulyo

tidak memperhatikan kemampuan awal siswa, dalam arti siswa yang mempunyai

kemampuan awal rendah diperlakukan sama dengan siswa yang mempunyai

kemampuan awal tinggi, ini dibuktikan dengan tidak adanya materi tambahan untuk

siswa yang kemampuan awalnya rendah. Akibatnya siswa yang mempunyai

kemampuan awal rendah semakin tertinggal dalam mengikuti pembelajaran dari

siswa lain yang mempunyai kemampuan awal tinggi.

Selama ini guru-guru di SMP Negeri 2 Adimulyo juga kurang

memperhatikan potensi dan gaya belajar siswanya. Gaya belajar menurut DePorter

dan Hernacki (1999:109-124) dibagi menjadi tiga macam yaitu, visual (belajar

dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik

(belajar dengan bergerak, banyak melakukan aktivitas fisik, interaksi kelompok).

Metode mengajar guru selama ini yang memposisikan guru sebagai “Teacher

Centered learning” tentu saja hanya cocok bagi salah satu gaya belajar saja.

Sedangkan bagi gaya belajar yang lain akan membuat siswa kurang berminat pada

pelajaran tersebut. Padahal menurut DePorter dan Hernacki (1999:50), menciptakan

minat merupakan jalan untuk menciptakan motivasi demi mencapai tujuan. Apalagi

selama ini banyak yang menganggap bahwa anak yang gaduh di kelas, banyak

bergerak, dan mengganggu proses belajar mengajar adalah anak yang nakal sehingga

harus dikeluarkan dari kelas. Padahal sebenarnya anak tersebut adalah anak dengan

gaya belajar kinestetik, namun metode mengajar guru tidak memuaskan anak untuk

memahami materi sehingga anak menjadi bosan. Efeknya siswa merasa tidak

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penyebab lain adalah guru-guru di SMP Negeri 2 Adimulyo kurang inovatif

dalam penggunaan media, padahal mata pelajaran fisika selain menuntut keaktifan

siswa, guru juga dituntut untuk menggunakan media yang bisa menjembatani

pengetahuan fisika yang sifatnya abstrak menjadi lebih konkret. Dengan media

sesuatu yang dilihat, dibaca, didengar, dirasa, dan dikerjakan bisa sekaligus dilakukan

oleh siswa. Menurut Rose dan Nicholl (2002:192) “pelajaran diingat rata-rata 20%

dari yang dibaca, 30% dari yang didengar, 40% dari yang dilihat, 50% dari yang

dikatakan, 60% dari yang dikerjakan dan 90% dari yang dilihat, didengar, dikatakan,

dan dikerjakan sekaligus”. Dalam pembelajaran listrik dinamis, selama ini guru hanya

memakai laboratorium riil saja, itupun tidak maksimal, praktikum hanya dilaksanakan

pada beberapa sub komptensi saja sehingga pelaksanaan yang tidak kontinyu ini

mengakibatkan pengetahuan siswa tidak terbangun secara runut dan teratur.

Praktikum yang menggunakan lab riil saja juga menyebabkan kurang bervariasinya

kegiatan praktikum, padahal ada media lain yang bisa dijadikan media interaktif

seperti halnya lab riil yang biayanya murah, aman, variatif, dan menyenangkan.

Media yang dimaksud diantaranya adalah media komputer. Media komputer yang

dimiliki SMP Negeri 2 Adimulyo yang berjumlah 20 unit dapat dijadikan sebagai

laboratorium virtuil, namun selama ini guru tidak memanfaatkannya sebagai

laboratorium alternatif dalam pembelajaran, padahal dengan adanya lab virtuil ini

diharapkan siswa menjadi tertarik dan berminat untuk belajar fisika.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang masalah, diidentifikasi beberapa masalah

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Mutu pendidikan di Indonesia masih rendah yang ditandai dengan persentase

siswa yang tidak lulus Ujian Nasional tinggi padahal standar nilai rata-rata

kelulusan hanya sebesar 5,00.

2. Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi di pulau Jawa memiliki fasilitas

pendukung pendidikan yang lebih memadai dan tenaga pendidik yang berlimpah

dibanding daerah diluar pulau Jawa, namun kenyataannya mutu pendidikannya

masih memprihatinkan, yang ditandai dengan peringkat Jawa Tengah hanya

menempati urutan 24 dari 33 propinsi.

3. Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang memiliki banyak

sekolah baik negeri maupun swasta, namun mutu pendidikan di Kebumen masih

rendah bahkan menempati peringkat paling bawah se-propinsi Jawa Tengah.

4. SMP Negeri 2 Adimulyo Kab. Kebumen sebagai sekolah favorit di kecamatan

Adimulyo seharusnya mempunyai nilai semester yang tinggi, namun

kenyataannya prestasi belajar IPA pada UAS/UN maupun nilai raport tiap

semester masih dibawah kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan sekolah.

5. Perolehan nilai ulangan pada materi pembelajaran listrik dinamis masih belum

mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah.

6. Minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya Fisika

rendah, bahkan Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi momok

bagi siswa apa lagi sejak tahun pelajaran 2008/2009 IPA di ujikan secara

nasional.

7. Metode mengajar guru monoton, siswa kurang diajak berpartisispasi aktif dalam

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. Di SMP Negeri 2 Adimulyo terjadi kesenjangan nilai yang ekstrem antara siswa

yang pandai dengan siswa yang tidak pandai, dan Guru tidak pernah

menggunakan metode kooperatif dalam mengajar agar siswa dengan kemampuan

rendah ikut terangkat kemampuan akademiknya.

9. Kesenjangan prestasi belajar juga terjadi pada kemampuan awal siswa, namun

Guru tidak pernah memperhatikan kemampuan awal siswa, hal ini ditandai

dengan tidak adanya pendalaman materi bagi siswa yang kemampuannya rendah.

10.Dalam satu kelas siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda sehingga

akan menyenangi tipe mengajar guru sesuai dengan gaya belajarnya, namun

selama ini Guru tidak memperhatikan gaya belajar yang dimiliki siswa dalam

mengajar, bahkan guru cenderung tidak menyukai siswa yang banyak bergerak

seperti ciri-ciri siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik.

11.Media pembelajaran sangat banyak jenisnya dan tersedia di sekitar lingkungan

sekolah, namun selama ini Guru di SMP Negeri 2 Adimulyo kurang inovatif

dalam penggunaan media pembelajaran sehingga tidak memungkinkan siswa

untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung.

12.SMP Negeri 2 Adimulyo Kab. Kebumen merupakan salah satu sekolah yang

mempunyai laboratorium lengkap termasuk laboratorium komputer, namun dalam

praktikum Guru hanya memakai laboratorium riil saja dan tidak pernah

menggunakan media alternatif untuk praktikum yang hemat biaya, aman, variatif,

menyenangkan, media yang dimaksud adalah komputer yang merupakan

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian tentang identifikasi masalah, maka dalam penelitian perlu

diadakan pembatasan masalah agar penelitian lebih jelas dan terarah. Adapun batasan

masalah pada penelitian ini meliputi:

1. Subyek Penelitian

Sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo,

tahun pelajaran 2009 / 2010 yang berjumlah 139 siswa.

2. Obyek Penelitian

a. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran

kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD), yaitu pembelajaran

yang membagi siswa-siswa berkemampuan berbeda, suku, ras, dan agama yaang

berbeda kedalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 4-5 orang ditugasi untuk

mempelajari konsep yang telah diajarkan oleh guru.

b. Laboratorium yang digunakan dalam pembelajaran adalah lab riil dan lab virtuil,

Pembelajaran fisika menggunakan laboratorium riil adalah pembelajaran listrik

dinamis menggunakan komponen dan peralatan sesungguhnya yang ada dalam

lab IPA SMP Negeri 2 Adimulyo. Sedangkan pembelajaran fisika menggunakan

lab virtuil adalah pembelajaran listrik dinamis menggunakan komputer yang telah

diinstal software Edison4 yang menyajikan komponen dan peralatan bukan

sesungguhnya yang ditampilkan dalam monitor komputer. Siswa mempraktekkan

langkah-langkah yang ada dalam LKS.

c. Kemampuan awal adalah penguasaan konsep atau materi pelajaran sebelumnya

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

didapatkan dari nilai tes pada materi prasyarat. Kemampuan awal dibedakan

menjadi kemampuan awal tinggi dan rendah. Kemampuan awal dikategorikan

tinggi jika nilai tes prasyarat di atas nilai rata-rata seluruh sampel, dan

kemampuan awal dikategorikan rendah jika nilai hasil tes prasyarat di bawah nilai

rata-rata seluruh sampel. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan materi

prasyarat adalah materi pembelajaran pada pokok bahasan Listrik Statis.

d. Gaya belajar adalah cara siswa menyerap pelajaran dan informasi. Gaya belajar

ada tiga macam yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Dalam penelitian ini gaya

belajar dibatasi hanya dua cara yaitu visual dan kinestetik.

e. Prestasi belajar siswa merupakan nilai yang diperoleh siswa dari test hasil belajar

pada materi pelajaran listrik dinamis yang dalam hal ini hanya mencakup pada

ranah kognitif.

D. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran

kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dengan siswa yang diberi

pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab virtuil?

2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan

awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah?

3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan

lab riil dan lab virtuil dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa?

5. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan

lab riil dan lab virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa?

6. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi

belajar siswa?

7. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe menggunakan lab riil

dan lab virtuil, gaya belajar, dan kemampuan awal terhadap prestasi siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD

menggunakan lab riil dan lab virtuil.

2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan

rendah.

3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik.

4. Interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium riil dan virtuil dengan

kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab

virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7. Interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtuil, kemampuan

awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penulis memandang bahwa penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis:

a. penulis melakukan penelitian sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah,

b. menambah wawasan keilmuan karena penelitian ini didukung dengan teori-teori

dari para pakar pendidikan,

c. sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.

2. Manfaat praktis:

a. memberi masukan kepada guru agar selalu berinovasi mengembangkan media

pembelajaran agar menarik minat siswa untuk belajar,

b. hasil penelitian diharapkan dijadikan acuan bagi guru dalam pembelajaran

menggunakan laboratorium atau media pembelajaran untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa,

c. memberi masukan kepada guru agar dalam mengajar guru harus memperhatikan

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,

DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Belajar

a. Definisi Belajar

Sebagaian besar orang beranggn bahwa belajar adalah mengumpulkan atau

menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran, ada juga yang

memandang belajar sebagai latihan membaca dan menulis. Pemahaman ini tentu saja

kurang lengkap karena pada kenyataannya banyak sekali perbuatan yang termasuk

dalam belajar. Menurut Gagne dalam Slameto (2003:13), “(1) belajar adalah suatu

proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan

tingkah laku, (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

diperoleh dari interaksi”. Menurut Winkel (1996:53), belajar dirumuskan sebagai:

“Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif

konstan dan berbekas”. Menurut Muhibbin Syah (2001:64) secara umum belajar

dipahami sebagai “Tahapan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan definisi

belajar adalah aktivitas mental/psikis individu dengan bekerjasama dalam

kelompoknya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

b. Teori Belajar

1) Teori Belajar Gagne

Robert M. Gagne mengemukakan sebuah model belajar yang terkenal dengan

model pemrosesan informasi, Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989:141-143)

mengemukakan bahwa suatu tindakan belajar atau learning act meliputi delapan fase

belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh

siswa atau guru. Setiap fase belajar tersebut dipasangkan dengan suatu proses internal

yang terjadi dalam pikiran siswa. Kedelapan fase tersebut adalah fase motivasi,

pengenalan, perolehan, retensi, pemanggilan, generalisasi, penampilan, dan umpan

balik.

Dalam fase motivasi melibatkan motivasi yang dimiliki oleh siswa. Motivasi

merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai semangat

untuk belajar. Menurut Ratna Wilis Dahar (1989:141), “siswa harus diberi motivasi

dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hadiah”, selaras dengan hal tersebut,

pada penelitian dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini memungkinkan siswa

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

rekognisi tim atau penghagaan tim, artinya siswa diberi motivasi agar belajar dengan

sebaik-baiknya agar berperan dalam kelompoknya untuk mendapatkan rekognisi.

Dalam fase pengenalan, siswa harus memperhatikan bagian-bagian yang relevan

yaitu aspek-aspek yang berhubungan dengan materi pelajaran. Dalam penelitian ini,

fase ini terjadi pada sintak dalam STAD yaitu pada presentasi kelas, dalam presentasi

kelas, guru menyampaikan materi pelajaran, memperkenalkan kepada siswa peralatan

lab maupun software dalam lab virtuil ataupun langkah-langkah dalam LKS.

Dalam fase perolehan, siswa dikatakan telah siap memperoleh pelajaran bila

memperhatikan informasi yang relevan. Informasi yang diterima tidak langsung

disimpan dalam memori tetapi diubah menjadi informasi yang bermakna yang

dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa. Dalam penelitian

ini, fase perolehan didapatkan karena siswa langsung berhubungan dengan peralatan

laboratorium, dengan cara meyentuh, memasang peralatan lab, melihat langsung efek

dari rangkaian yang telah dibuatnya sehingga memungkinkan siswa mendapatkan

gambaran-gambaran mental dari informasi/konsep yang didapatkan sebelumnya.

Dalam fase retensi terjadi proses pemindahan informasi agar informasi yang

diperoleh tidak mudah hilang. Caranya yaitu dengan memindahkan informasi baru

yang diperoleh oleh siswa dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.

Menurut Ratna Wilis Dahar, hal ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali,

praktek, ataupun elaborasi. Dalam penelitian ini, fase retensi terjadi karena

pembelajaran dilengkapi dengan praktikum dalam laboratorium, dengan adanya

praktikum memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan yang tidak hanya sekedar

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam fase pemanggilan, ada kemungkinan siswa dapat kehilangan hubungan

informasi dalam memori jangka panjangnya. Untuk menghindari hal tersebut siswa

harus memperhatikan informasi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu dengan cara

mengelompokkan informasi menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep dan

memperhatikan kaitan antara konsep-konsep tersebut. Dalam penelitian ini, fase

pemanggilan terjadi pada saat siswa menjawab latihan soal yang mengarah pada

kesimpulan ataupun rumus seperti yang terdapat dalam LKS.

Fase generalisasi merupakan fase pengubah informasi. Siswa dapat berhasil

dalam belajar apabila dapat menerapkan hasil belajarnya ke dalam situasi-situasi yang

sesungguhnya. Siswa dapat menggunakan keterampilan yang dimilikinya untuk

memecahkan masalah-masalah nyata, yaitu masalah-masalah dalam kehidupan

sehari-hari yang berhubungan dengan materi pembelajaran listrik dinamis.

Dalam fase penampilan, siswa telah mampu memperlihatkan secara nyata

dengan penampilan yang tampak atau respon dari apa yang telah dipelajari. Dalam

penelitian ini, fase ini terjadi pada saat siswa mengerjakan kuis yang merupakan

bagian dari STAD. Kuis yang dikerjakan secara individual ini akan memperlihatkan

tingkat respon yang telah dipelajari siswa.

Dalam fase umpan balik, siswa memberikan respon tentang hal-hal yang telah

diperolehnya melalui proses pembelajaran. Dengan memberikan respon, maka siswa

mendapat kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari apa yang telah

dipelajarinya.

Pembelajaran fisika pada materi pembelajaran listrik dinamis dengan metode

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ini membutuhkan pemrosesan informasi agar dapat berlangsung dengan optimal.

Siswa diharapkan akan mudah memproses, mengenal, mudah memperoleh, mudah

menyimpan konsep dalam memori otak dalam jangka waktu panjang, serta mudah

mengingat kembali konsep listrik dinamis.

2) Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget semua individu melalui empat tingkat perkembangan kognitif

yaitu: a) tahap sensorimotor (0–2 tahun), selama periode ini anak mengatur alam

dengan indera-inderanya (sensori) dan dengan tindakan-tindakan (motor), b) tahap

pra-operasional (2–7 tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi

matematika seperti menambah, mengurangi, dan lain sebagainya, c) tahap operasional

(7–11 tahun), tahap ini merupakan permulaan anak mulai berpikir secara rasional,

akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-materi abstrak seperti hipotesis.

Pada periode ini sifat egosentris dalam berkomunikasi berubah menjadi sosiosentris,

d) tahap operasional formal (11 tahun keatas), anak pada periode ini tidak perlu

berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa konkret. Anak sudah

mempunyai kemampuan untuk berfikir secara abstrak. Perkembangan intelektual itu

dipengaruhi oleh faktor kedewasaan, pengalaman fisik, pengalaman

logiko-matematik, transmisi sosial, dan proses ekuilibrasi. Menurut Piaget ada tiga bentuk

pengetahuan yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logiko-matematik, dan

pengetahuan sosial. Pengetahuan sosial dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran

siswa, sedangkan pengetahuan fisik dan pengetahuan logiko-matematik harus

dibangun sendiri oleh anak sehingga dalam mengajar harus diperhatikan pengetahuan

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada penelitian ini, seluruh siswa SMP Negeri 2 Adimulyo masuk dalam

kategori perkembangan kognitif tahap operasional formal. Pada tahap ini siswa

mampu menerima pembelajaran dengan menggunkan model atau tiruan benda,

sehingga pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil

dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dalam penelitian ini.

3) Teori Belajar Ausubel

Seorang ahli psikologi pendidikan, Ausubel dalam Ratna Wilis (1989:110)

menyatakan bahwa:

Belajar diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi disajikan kepada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut bagaimana cara siswa mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Kedua dimensi tidak menunjukkan dikotomi sederhana melainkan merupakan

suatu kontinum. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dikomunikasikan

pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam

bentuk final maupun bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk

menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan. Pada tingkat kedua,

siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi tersebut pada pengetahuan

(berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya. Dalam hal ini terjadi

belajar bermakna yaitu suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep

yang relevan dengan struktur kognitif seseorang. Penerapan teori Ausubel dalam

mengajar perlu diperhatikan prinsip pengatur awal, diferensisi progresif, penyesuaian

integratif, dan belajar superordinat. Bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel disajikan

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Selaras dengan teori belajar Ausubel, materi pembelajaran dalam penelitian

ini yaitu listrik dinamis seperti materi pembelajaran fisika yang lain bukan merupakan

materi hafalan, listrik dinamis merupakan materi yang berhubungan dengan materi

sebelumnya yaitu listrik statis. Konsep-konsep dalam listrik dinamis dapat dikaitkan

dengan konsep-konsep dalam listrik statis, karena materi pembelajaran listrik statis

merupakan materi prasyarat dalam materi pembelajaran lisrik dinamis. Penggunaan

lab dalam pembelajaran memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman nyata dan

memunkinkan terjadinya proses penemuan, sehingga pembelajaran tidak hanya

dihafalkan saja tetapi siswa memasukkan materi kedalam struktur kognitifnya. Jadi

dalam penelitian ini penggunaan penggunaan lab dengan memperhatikan kemampuan

awal dalam penelitian memungkinkan terjadinya belajar bermakna seperti apa yang

diungkapkan oleh Ausubel.

4) Teori Belajar Bruner

Menurut Bruner dalam teori “Free Discovery Learning”, proses belajar akan

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menemukan suatu aturan (termasuk teori, konsep, definisi, dan sebagainya) melalui

contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili sumbernya. Untuk memahami

suatu konsep, siswa tidak menghafal definisi dari konsep tersebut, tetapi langsung

mempelajai contoh-contoh kongkret dari konsep tersebut, baru kemudian dibimbing

untuk memahami definisi dari konsep tersebut. Menurut Bruner dalam Ratna Wilis

(1989:101), “proses belajar akan melibatkan tiga hal sekaligus yaitu memperoleh

informasi baru, transformasi informasi, dan menguji relevansi serta ketepatan

pengetahuan”. Suatu pengajaran atau teori instruksi menurut Bruner hendaknya

meliputi pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan belajar, penstrukturan

pengetahuan untuk pemahaman optimal, perincian urutan penyajian materi pelajaran

secara optimal, dan bentuk pemberian reinforcement.

Dalam menerapkan belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya

beriring, tujuan mengajar hanya dirumuskan secara garis besar, cara yang digunakan

para siswa untuk menci tujuan tidak perlu sama, guru tidak begitu mengendalikan

proses mengajar, dan penilaian hasil belajar meliputi pemahaman tentang

prinsip-prinsip dasar bidang studi dan aplikasi prinsip-prinsip-prinsip-prinsip itu pada situasi baru. Menurut

Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh

manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Kebaikan belajar

penemuan adalah pengetahuan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih

baik daripada hasil belajar lainnya, meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan

untuk berpikir bebas.

Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian yang ditunjang dengan lab riil dan

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terlibat langsung dan diberi kebebasan untuk menemukan suatu aturan (termasuk

teori, konsep, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan

atau mewakili sumbernya, yaitu dengan mengeksplorasi sendiri pengetahuannya

melalui kegiatan praktikum agar pengetahuan yang didapatnya merupakan hasil

temuannya sendiri. Ketika percobaan siswa diarahkan untuk dapat merumuskan

masalah. Dari percobaan siswa akan memperoleh data untuk dianalisis sehingga

akhirnya siswa dapat menarik suatu kesimpulan dan menemukan konsep dalam

materi pembelajaran.

5) Teori Belajar Vygotsky

Vygotsky dalam Paul Suparno (2006:45) mengemukakan, “pembelajaran

merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian

yang spontan dan yang ilmiah”. Pengertian spontan didapatkan dari pengalaman anak

sehari-hari, sedangkan pengertian ilmiah adalah pengertian yang dikan kelas.

Seseorang yang belajar akan semakin mengangkat pengertiannya menjadi pengertian

yang ilmiah. Pengertian spontan mempunyai dua segi yaitu pengertian dalam dirinya

sendiri dan pengertian untuk orang lain. Pengertian untuk orang lain ini menyebabkan

anak berusaha untuk mengungkapkan pengertian mereka dengan simbol yang sesuai

untuk berkomunikasi dengan orang lain, itulah sebabnya Vygotsky menekankan

pentingnya interaksi sosial dengan orang lain terlebih yang mempunyai pengetahuan

lebih baik dan sistem yang secara kultural berkembang dengan baik. Teori Vigotsky

menekankan pada bakat sosiokulktural dalam pembelajaran.

Sejalan dengan Vygotsky, dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo yang

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan orang lain, siswa yang mempunyai pengetahuan kurang baik akan berinteraksi

dan berkomunikasi dengan siswa yang berkemampuan tinggi, sehingga siswa dengan

kemampuan tinggi akan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada

siswa lain dalam kelompoknya sehingga pengetahuan siswa lain meningkat.

2. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2008:4), “pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai

macam metode pengajaran menekankan para siswa bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi

pelajaran”. Menurut Paul Suparno (2006:134), “pembelajaran kooperatif adalah

model pembelajaran yang menekankan siswa dibiarkan belajar dalam kelompok,

saling menguatkan, mendalami, dan bekerjasama untuk semakin menguasai bahan”.

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2009:242), “pembelajaran kooperatif merupakan

model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu

antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen)”.

Pembelajaran kooperatif dianjurkan oleh ahli pendidikan untuk digunakan, hal

ini dikarenakan terdapat dua alasan seperti yang dikemukakan oleh Slavin (1995)

dalam Wina Sanjaya (2009:242) yaitu:

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sejalan dengan teori belajar Vygotsky, pembelajaran kooperatif mengajarkan

siswa ketrampilan kerjasama dan kolaboratif serta memahami konsep yang dianggap

sulit oleh siswa, siswa berinteraksi dengan orang lain dalam kelompoknya maupun

dengan lingkungannya. Dengan adanya interaksi ini siswa saling bertukar

pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam

proses pembelajaran. Terlebih lagi siswa SMP Negeri 2 Adimulyo kelas IX telah

memasuki masa remaja, pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan

perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan

kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri

remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman

sebaya dan lingkungannya.

b. Keunggulan, Kelemahan Pembelajaran Kooperatif, dan Cara Mengatasinya

Siswa yang bekerja dalam kelompok kooperatif belajar lebih banyak dari pada

siswa pada kelas-kelas tradisional. Teori yang menjelaskan keunggulan pembelajaran

kooperatif ini terbagi menjadi dua yaitu teori motivasi yang menekankan pada derajat

perubahan tujuan kooperatif mengubah insentif bagi siswa untuk melakukan

tugas-tugas akademik, dan teori kognitif yang menekankan pada pengaruh dari kerjasama

itu sendiri. Pembelajaran kooperatif disamping memiliki keunggulan, juga memiliki

kelemahan karena dapat memicu munculnya “pengendara bebas” atau “para

pembonceng”, artinya sebagian anggota kelompok mengerjakan sebagian besar atau

seluruh pekerjaan sedangkan yang lainnya hanya tinggal mengendarainya. Untuk

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

anggota kelompok bertanggungjawab atas unit yang berbeda dalam tugas kelompok,

dan dengan membuat para siswa bertanggungjawab secara individual atas tugasnya.

Dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo ini juga mengalami hal yang

sama. Dalam setiap kelompok selalu ada siswa yang diam, bekerja ala kadarnya,

bahkan ada yang tidak bekerja sama sekali karena hanya mengandalkan pekerjaan

anggota lain dalam kelompoknya. Alokasi waktu yang tersedia dalam pebelajaran

juga sering tidak mencukupi untuk menyelesaikan satu pokok bahasan, sehingga

perlu penambahan waktu. Hal ini dikarenakan pembagian tugas dalam kelompok

tidak merata sehingga pekerjaan siswa tidak terarah. Belum lagi beberapa siswa yang

tidak bekerja, terlihat bercanda dengan anggota kelompok lainnya sehingga

mengganggu kegiatan kelompoknya dan kelompok lainnya.

c. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah STAD

(Student Team Achievement Division), Jigsaw, dan TGT(Teams Games Tournament)

yang diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas,

pembelajaran kooperatif lain yaitu TAI (Team Accelerated Instruction) dan CIRC

(Cooperatif Integrated Reading and Composition) merupakan kurikulum

komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada

tingkat kelas tertentu, GI (Group Investigation), Learning Together, Complex

Instruction, dan Structure Dyadic Methods. Dalam hal ini penulis menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai metode mengajar dalam penelitian

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. STAD(Student Team Achievement Division),

Menurut Slavin (2008:143), “STAD merupakan metode pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk

permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”.

Siswa-siswa yang berkemampuan berbeda dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri

atas 4-5 orang ditugasi untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diajarkan oleh

guru. Dalam kelompok ini diharapkan masing-masing siswa akan meningkatkan

pemahamannya masing-masing setiap siswa diuji sendiri-sendiri. Kelompok juga

dinilai berdasarkan tingkat kemajuan yang melampui tingkat kemampuan rata-rata.

Dalam STAD anggota kelompok terdiri atas orang yang berbeda-beda tingkat

kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan

pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua

anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis

mengenai materi secara sendiri-sendiri, dan saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk

saling bantu.

Senada dengan hal tersebut, Armstrong, dkk (1998) mengemukakan bahwa

dalam pendekatan STAD siswa ditugaskan untuk empat atau lima anggota tim yang

mencerminkan pengelompokan secara heterogen pada siswa yang tinggi, sedang, dan

rendah kemampuannya, siswa dari beragam etnis, latar belakang yang berbeda, dan

jenis kelamin yang berbeda. Setiap minggu, guru memperkenalkan bahan baru

melalui ceramah, diskusi kelas, atau beberapa bentuk presentasi guru. Anggota tim

kemudian berkolaborasi pada kertas kerja yang dirancang untuk memperluas dan

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kerja secara berpasangan, (b) bergiliran menanyai satu sama lain, (c) membahas

masalah sebagai sebuah kelompok, atau (d) menggunakan strategi apa pun untuk

mempelajari materi pembelajaran. Setiap tim akan menerima lembar jawaban,

sehingga jelas kepada siswa bahwa tugas mereka adalah untuk mempelajari

konsep-konsep tidak hanya mengisi worksheet. Anggota tim yang diinstruksikan bahwa tugas

belum selesai sampai semua anggota tim memahami materi yang diberikan. Skor kuis

para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan

kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang

diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin kemudian

dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria

tertentu akan menkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian

kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis.

Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian

identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi

seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup. Dalam hal ini STAD

digunakan dalam penelitian dikarenakan siswa SMP Negeri 2 Adimulyo telah

memasuki masa remaja, tentu saja sebagai remaja mereka ingin berperan penting

dalam dalam hidupnya, termasuk dalam pembelajaran kelompok. Dalam STAD

semua anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan

kontribusi yang positif dalam kelompoknya, mereka merasa bangga jika

kelompoknya menkan penghargaan dari guru atas peranannya dalam kelompok,

sehingga tiap siswa akan termotivasi dan berlomba-lomba untuk memberikan yang

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

e. Langkah-langkah pembelajaran dalam STAD

Dalam STADterdapat lima komponen utama yaitu: 1) presentasi kelas, materi

dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini

merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi

pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi

audiovisual, 2) tim, tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh

bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jens kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi

utama dari Tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota benar-benar belajar, dan

lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa

mengerjakan kuis dengan baik. Ditekankan bahwa anggota tim melakukan yang

terbaik untuk tim dan tim pun melakukan yang terbaik untuk membantu tiap

anggotanya, 3) kuis, setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan

presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan

kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam

mengerjakan kuis. Sehingga siswa bertanggung jawab secara individual untuk

memahami materi, 4) skor kemajuan individual, gagasan dibalik skor kemajuan

individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan

dicapai bila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik

daripada sebelumnya. Tiap siswa memberikan kontribusi poin yang maksimal

kepada timnya dalam skor ini, tetapi tak ada siswa yang melakukannya tanpa

memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor awal yang

diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal

mereka, 5) rekognisi tim, tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan

yang lain bila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu, skor tim siswa juga

digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya saling

mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang

diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim,

mereka harus membantu teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik,

menunjukkan norma belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Namun

meskipun para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling bantu dalam

mengerjakan kuis, tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab individual

seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain,

karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua

anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan.

3. Laboratorium

a. Pengertian Laboratorium

Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995) dalam Wira Bahari

Nurdin (2005), ”laboratorium adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan”.

Tempat ini merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya

kebun. Dalam pengertian yang terbatas laboratorium ialah suatu ruangan yang

tertutup tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Selain itu, menurut Widyarti

(2005) dalam Wira Bahari Nurdin (2009), “laboratorium adalah suatu ruangan tempat

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

alat-alat laboratorium serta adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap”.

Kemudian, menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009),

“pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah

laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya

terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum”. Pendapat lain mengemukakan

bahwa laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang

dapat menghasilkan pengalaman belajar dan siswa berinteraksi dengan berbagai alat

dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan

membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. (tersedia dalam http://lib.bsn.go.id/)

b. Fungsi dan Peranan Laboratorium dalam Pembelajaran

Amien dalam Tarmizi (2005) dalam Wira Bahari Nurdin (2009) (tersedia

dalam http://lib.bsn.go.id/) mengemukakan bahwa fungsi laboratorium adalah sebagai

tempat untuk menguatkan/memberi kepastian keterangan, menentukan hubungan

sebab-akibat, membuktikan benar tidaknya faktor-faktor atau fenomena-fenomena

tertentu, membuat hukum atau dalil dari suatu fenomena bila sudah dibuktikan

kebenarannya, mempraktikkan sesuatu yang diketahui, mengembangkan

keterampilan, memberikan latihan, menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan

problem dan untuk melaksanakan penelitian perorangan. Menurut Departemen

Pendidikan Nasional (2006), fungsi dari pada ruangan Laboratorium Sains/IPA

adalah sebagai tempat pembelajaran, tempat peragaan dan tempat praktik Sains/IPA.

c. Fasilitas dan Penataan Ruang Laboratorium

Menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009)

Gambar

Gambar 2.2 Cara pemasangan voltmeter
Tabel 2.2 Nilai hambat jenis beber bahan penghantar
Gambar 2.5 Rangkaian tertutup
Gambar 2.6 Rangkaian Listrik Majemuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan penetapan tarif sewa kamar dan ruang pertemuan dengan menggunakan metode Activity Based Costing pada Hotel Royal Regal

menggunakan metode pembelajaran di dalam kelas. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 2 Sukoharjo yang berjumlah 65 siswa. Teknik

Web adalah kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau bergerak, data animasi, suara, video, dan atau gabungan dari semuanya, baik yang

Panitia Pengadaan Tanah pada Proyek Pembanguan Terminal Bumiayu (Tesis), Universitas Diponegioro, Semarang, 2007, hlm.. tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan

Saudara diminta untuk menyiapkan seluruh data/dokumen penawaran dan kualifikasi perusahaan yang asli dan sah sesuai yang disampaikan dalam penawaran dan dapat

[r]

Etika perdamaian yang terkandung dalam hukum Islam, seja- lan dengan yang disebut oleh Hans Kung sebagai “Global Ethics.” Etika global bukanlah pengganti kitab-kitab suci agama dunia,

Salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi di Indonesia adalah dengan pengembangan bahan bakar alternatif terbarukan yang berasal