• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tujuan Penelitian

1. Tinjauan Tentang Belajar

Sebagaian besar orang beranggn bahwa belajar adalah mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran, ada juga yang memandang belajar sebagai latihan membaca dan menulis. Pemahaman ini tentu saja kurang lengkap karena pada kenyataannya banyak sekali perbuatan yang termasuk dalam belajar. Menurut Gagne dalam Slameto (2003:13), “(1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku, (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari interaksi”. Menurut Winkel (1996:53), belajar dirumuskan sebagai: “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan- pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”. Menurut Muhibbin Syah (2001:64) secara umum belajar dipahami sebagai “Tahapan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognisi”. Sedangkan menurut Mohamad Surya (2003:11), “Pembelajaran ialah suatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan definisi belajar adalah aktivitas mental/psikis individu dengan bekerjasama dalam kelompoknya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

b. Teori Belajar

1) Teori Belajar Gagne

Robert M. Gagne mengemukakan sebuah model belajar yang terkenal dengan model pemrosesan informasi, Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989:141-143) mengemukakan bahwa suatu tindakan belajar atau learning act meliputi delapan fase belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap fase belajar tersebut dipasangkan dengan suatu proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa. Kedelapan fase tersebut adalah fase motivasi, pengenalan, perolehan, retensi, pemanggilan, generalisasi, penampilan, dan umpan balik.

Dalam fase motivasi melibatkan motivasi yang dimiliki oleh siswa. Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai semangat untuk belajar. Menurut Ratna Wilis Dahar (1989:141), “siswa harus diberi motivasi dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hadiah”, selaras dengan hal tersebut, pada penelitian dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini memungkinkan siswa untuk termotivasi karena pada langkah/fase terakhir dari sintak dalam STAD adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

rekognisi tim atau penghagaan tim, artinya siswa diberi motivasi agar belajar dengan sebaik-baiknya agar berperan dalam kelompoknya untuk mendapatkan rekognisi.

Dalam fase pengenalan, siswa harus memperhatikan bagian-bagian yang relevan yaitu aspek-aspek yang berhubungan dengan materi pelajaran. Dalam penelitian ini, fase ini terjadi pada sintak dalam STAD yaitu pada presentasi kelas, dalam presentasi kelas, guru menyampaikan materi pelajaran, memperkenalkan kepada siswa peralatan lab maupun software dalam lab virtuil ataupun langkah-langkah dalam LKS.

Dalam fase perolehan, siswa dikatakan telah siap memperoleh pelajaran bila memperhatikan informasi yang relevan. Informasi yang diterima tidak langsung disimpan dalam memori tetapi diubah menjadi informasi yang bermakna yang dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa. Dalam penelitian ini, fase perolehan didapatkan karena siswa langsung berhubungan dengan peralatan laboratorium, dengan cara meyentuh, memasang peralatan lab, melihat langsung efek dari rangkaian yang telah dibuatnya sehingga memungkinkan siswa mendapatkan gambaran-gambaran mental dari informasi/konsep yang didapatkan sebelumnya.

Dalam fase retensi terjadi proses pemindahan informasi agar informasi yang diperoleh tidak mudah hilang. Caranya yaitu dengan memindahkan informasi baru yang diperoleh oleh siswa dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Menurut Ratna Wilis Dahar, hal ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali, praktek, ataupun elaborasi. Dalam penelitian ini, fase retensi terjadi karena pembelajaran dilengkapi dengan praktikum dalam laboratorium, dengan adanya praktikum memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan yang tidak hanya sekedar hafalan, namun mendalam dan bermakna.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam fase pemanggilan, ada kemungkinan siswa dapat kehilangan hubungan informasi dalam memori jangka panjangnya. Untuk menghindari hal tersebut siswa harus memperhatikan informasi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu dengan cara mengelompokkan informasi menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep dan memperhatikan kaitan antara konsep-konsep tersebut. Dalam penelitian ini, fase pemanggilan terjadi pada saat siswa menjawab latihan soal yang mengarah pada kesimpulan ataupun rumus seperti yang terdapat dalam LKS.

Fase generalisasi merupakan fase pengubah informasi. Siswa dapat berhasil dalam belajar apabila dapat menerapkan hasil belajarnya ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya. Siswa dapat menggunakan keterampilan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah-masalah nyata, yaitu masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi pembelajaran listrik dinamis.

Dalam fase penampilan, siswa telah mampu memperlihatkan secara nyata dengan penampilan yang tampak atau respon dari apa yang telah dipelajari. Dalam penelitian ini, fase ini terjadi pada saat siswa mengerjakan kuis yang merupakan bagian dari STAD. Kuis yang dikerjakan secara individual ini akan memperlihatkan tingkat respon yang telah dipelajari siswa.

Dalam fase umpan balik, siswa memberikan respon tentang hal-hal yang telah diperolehnya melalui proses pembelajaran. Dengan memberikan respon, maka siswa mendapat kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari apa yang telah dipelajarinya.

Pembelajaran fisika pada materi pembelajaran listrik dinamis dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan virtuil pada penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ini membutuhkan pemrosesan informasi agar dapat berlangsung dengan optimal. Siswa diharapkan akan mudah memproses, mengenal, mudah memperoleh, mudah menyimpan konsep dalam memori otak dalam jangka waktu panjang, serta mudah mengingat kembali konsep listrik dinamis.

2) Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget semua individu melalui empat tingkat perkembangan kognitif yaitu: a) tahap sensorimotor (0–2 tahun), selama periode ini anak mengatur alam dengan indera-inderanya (sensori) dan dengan tindakan-tindakan (motor), b) tahap pra-operasional (2–7 tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi matematika seperti menambah, mengurangi, dan lain sebagainya, c) tahap operasional (7–11 tahun), tahap ini merupakan permulaan anak mulai berpikir secara rasional, akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-materi abstrak seperti hipotesis. Pada periode ini sifat egosentris dalam berkomunikasi berubah menjadi sosiosentris, d) tahap operasional formal (11 tahun keatas), anak pada periode ini tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa konkret. Anak sudah mempunyai kemampuan untuk berfikir secara abstrak. Perkembangan intelektual itu dipengaruhi oleh faktor kedewasaan, pengalaman fisik, pengalaman logiko- matematik, transmisi sosial, dan proses ekuilibrasi. Menurut Piaget ada tiga bentuk pengetahuan yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logiko-matematik, dan pengetahuan sosial. Pengetahuan sosial dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa, sedangkan pengetahuan fisik dan pengetahuan logiko-matematik harus dibangun sendiri oleh anak sehingga dalam mengajar harus diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh anak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada penelitian ini, seluruh siswa SMP Negeri 2 Adimulyo masuk dalam kategori perkembangan kognitif tahap operasional formal. Pada tahap ini siswa mampu menerima pembelajaran dengan menggunkan model atau tiruan benda, sehingga pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dalam penelitian ini.

3) Teori Belajar Ausubel

Seorang ahli psikologi pendidikan, Ausubel dalam Ratna Wilis (1989:110) menyatakan bahwa:

Belajar diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi disajikan kepada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut bagaimana cara siswa mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Kedua dimensi tidak menunjukkan dikotomi sederhana melainkan merupakan suatu kontinum. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final maupun bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi tersebut pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya. Dalam hal ini terjadi belajar bermakna yaitu suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan dengan struktur kognitif seseorang. Penerapan teori Ausubel dalam mengajar perlu diperhatikan prinsip pengatur awal, diferensisi progresif, penyesuaian integratif, dan belajar superordinat. Bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel disajikan dalam tabel 2.1:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1 Bentuk-bentuk belajar

No Belajar berupa

Belajar Hafalan Belajar bermakna

Secara penerimaan

Secara penemuan

Secara penerimaan Secara penemuan 1 Materi disajikan dalam bentuk final Materi ditemukan oleh siswa Materi disajikan dalam bentuk final

Materi ditemukan oleh siswa 2 Siswa menghafal materi yang disajikan Siswa menghafal materi Siswa memasukkan materi kedalam struktur kognitifnya Siswa memasukkan matri kedalam struktur kognitifnya

Selaras dengan teori belajar Ausubel, materi pembelajaran dalam penelitian ini yaitu listrik dinamis seperti materi pembelajaran fisika yang lain bukan merupakan materi hafalan, listrik dinamis merupakan materi yang berhubungan dengan materi sebelumnya yaitu listrik statis. Konsep-konsep dalam listrik dinamis dapat dikaitkan dengan konsep-konsep dalam listrik statis, karena materi pembelajaran listrik statis merupakan materi prasyarat dalam materi pembelajaran lisrik dinamis. Penggunaan lab dalam pembelajaran memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman nyata dan memunkinkan terjadinya proses penemuan, sehingga pembelajaran tidak hanya dihafalkan saja tetapi siswa memasukkan materi kedalam struktur kognitifnya. Jadi dalam penelitian ini penggunaan penggunaan lab dengan memperhatikan kemampuan awal dalam penelitian memungkinkan terjadinya belajar bermakna seperti apa yang diungkapkan oleh Ausubel.

4) Teori Belajar Bruner

Menurut Bruner dalam teori “Free Discovery Learning”, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menemukan suatu aturan (termasuk teori, konsep, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili sumbernya. Untuk memahami suatu konsep, siswa tidak menghafal definisi dari konsep tersebut, tetapi langsung mempelajai contoh-contoh kongkret dari konsep tersebut, baru kemudian dibimbing untuk memahami definisi dari konsep tersebut. Menurut Bruner dalam Ratna Wilis (1989:101), “proses belajar akan melibatkan tiga hal sekaligus yaitu memperoleh informasi baru, transformasi informasi, dan menguji relevansi serta ketepatan pengetahuan”. Suatu pengajaran atau teori instruksi menurut Bruner hendaknya meliputi pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan belajar, penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, perincian urutan penyajian materi pelajaran secara optimal, dan bentuk pemberian reinforcement.

Dalam menerapkan belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring, tujuan mengajar hanya dirumuskan secara garis besar, cara yang digunakan para siswa untuk menci tujuan tidak perlu sama, guru tidak begitu mengendalikan proses mengajar, dan penilaian hasil belajar meliputi pemahaman tentang prinsip- prinsip dasar bidang studi dan aplikasi prinsip-prinsip itu pada situasi baru. Menurut Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Kebaikan belajar penemuan adalah pengetahuan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya, meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.

Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian yang ditunjang dengan lab riil dan lab virtuil ini sangat memungkinkan terjadinya belajar penemuan karena siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terlibat langsung dan diberi kebebasan untuk menemukan suatu aturan (termasuk teori, konsep, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili sumbernya, yaitu dengan mengeksplorasi sendiri pengetahuannya melalui kegiatan praktikum agar pengetahuan yang didapatnya merupakan hasil temuannya sendiri. Ketika percobaan siswa diarahkan untuk dapat merumuskan masalah. Dari percobaan siswa akan memperoleh data untuk dianalisis sehingga akhirnya siswa dapat menarik suatu kesimpulan dan menemukan konsep dalam materi pembelajaran.

5) Teori Belajar Vygotsky

Vygotsky dalam Paul Suparno (2006:45) mengemukakan, “pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian yang spontan dan yang ilmiah”. Pengertian spontan didapatkan dari pengalaman anak sehari-hari, sedangkan pengertian ilmiah adalah pengertian yang dikan kelas. Seseorang yang belajar akan semakin mengangkat pengertiannya menjadi pengertian yang ilmiah. Pengertian spontan mempunyai dua segi yaitu pengertian dalam dirinya sendiri dan pengertian untuk orang lain. Pengertian untuk orang lain ini menyebabkan anak berusaha untuk mengungkapkan pengertian mereka dengan simbol yang sesuai untuk berkomunikasi dengan orang lain, itulah sebabnya Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain terlebih yang mempunyai pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural berkembang dengan baik. Teori Vigotsky menekankan pada bakat sosiokulktural dalam pembelajaran.

Sejalan dengan Vygotsky, dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo yang menggunakan metode kooperatif tipe STAD ini memungkin siswa untuk berinteraksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan orang lain, siswa yang mempunyai pengetahuan kurang baik akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa yang berkemampuan tinggi, sehingga siswa dengan kemampuan tinggi akan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa lain dalam kelompoknya sehingga pengetahuan siswa lain meningkat.

Dokumen terkait