• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. B. 1. Pengertian model pembelajaran e-learning

Pembelajaran mempunyai pengertian yang hampir sama dengan pengajaran. Pada proses pengajaran lebih menekankan pada aktivitas dari seorang guru sedangkan pembelajaran tersebut lebih menekankan pada interaksi antara guru dengan peserta didik. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan atau kemahiran dan juga pembentukan sikap serta kepercayaan pada peserta didik dengan demikian pembelajaran tersebut merupakan suatu proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Soetopo, 2005). Sejalan dengan hal tersebut di atas, pembelajaran dianggap sebagai suatu kegiatan yang terprogram yang membantu mahasiswa untuk dapat belajar secara aktif, meningkatkan cara berfikir mahasiswa serta dapat meningkatkan dan mengkonstruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan dan pengembangan yang baik terhadap materi perkulihan dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada (Bodjonegoro, 2005).

Model pembelajaran e-learning merupakan suatu jenis proses belajar- mengajar yang memungkinkan tersampainya bahan ajar ke peserta didik dengan menggunakan media internet, intranet ataupun media jaringan komputer lain (Harley, 2001). Kata e-learning bukan saja singkatan dari electronic tetapi juga experience (pengalaman), extended (perpanjangan) dan expanded (perluasan). Kata electronic bermakna bahwa dalam e-learning adanya penambahan unsur

teknologi pada proses belajar sehingga proses belajar-mengajar menyertakan berbagai perangkat keras dan perangkat lunak serta proses elektronik. Experience dalam e-learning mengarah pada terbukanya kesempatan yang sangat luas dan bervariasi untuk belajar yang disesuaikan dengan waktu, tempat, bahan maupun lingkungan yang tersedia. Extended bahwa e-learning mengarah pada perpanjangan dan perluasan kesempatan proses belajar, tidak terbatas pada program-program tertentu tetapi merupakan proses yang berkelanjutan setiap saat. Expanded dalam e-learning mengarah pada adanya kesempatan belajar yang terbuka luas bagi banyak orang baik itu pelajar, lulusan yang belum bekerja, karyawan dan juga para pejabat sedangkan bahan yang diperoleh juga menjadi sangat luas dan proses belajar tidak terhambat oleh adanya masalah dana (Sukmadinata, 2002).

Berbagai pendapat telah banyak dikemukakan oleh para tokoh untuk mendefinisikan e-learning secara tepat. E- learning ini sebenarnya merupakan bentuk dari konsep distance learning. Distance learning merupakan seluruh bentuk pembelajaran (pendidikan dan pelatihan) jarak jauh, baik yang berupa korespondensi (model tercetak) dan juga berbasis teknologi (Asep, 2005). Model pembelajaran dengan e-learning merupakan sebuah proses belajar-mengajar yang dilakukan melalui network (jaringan), biasanya lewat internet atau intranet sehingga dengan model e-learning memungkinkan tersampainya bahan ajar ke mahasiswa dengan menggunakan jaringan internet atau intranet. E-learning dapat dibagai dua yaitu synchronous dan asynchronous. Synchronous e-learning meniru model pertemuan kelas yaitu antara pengajar dan mahasiswanya berinteraksi

langsung secara real-time melalui audio, video maupun melalui chatroom pada internet sedangkan asynchronous e-learning mahasiswa diberikan kebebasan untuk membuka materi kuliah maupun tugas yang diberikan pengajar sesuai dengan waktu masing-masing, dengan demikian proses belajar-mengajar yang terjadi tidak real-time dan hubungan antara pengajar dan mahasiswanya bisa dilakukan melalui email (Widodo dalam Rosa, 2008).

E-learning merupakan segala bentuk teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet (Purbo, 2002). E-learning merupakan bentuk pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (Lokal Area Network, Wider Area Network atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi ataupun bimbingan (Koran dalam Asep, 2005). E-learning merupakan kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya (Dong dalam Asep, 2005).

E-learning merujuk pada penggunakan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Rosenberg dalam Asep, 2005). E-learning merupakan kegiatan pendidikan atau pembelajaran yang memanfaatkan sebagai sarana tekonologi, baik itu berupa web- based, web- distributed, web-capable (Mark dalam Siahaan, 2005).

Pembelajaran dengan e-learning merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, yang mana berperan sebagai media yang dapat menyediakan interaksi antara staff pengajar dengan

mahasiswanya, sumber belajar dan juga sarana untuk mengefisiensikan evaluasi pembelajaran. Ciri khas dari pembelajaran dengan e-learning adalah independen terhadap waktu dan ruang. Independen terhadap waktu dan ruang memiliki arti bahwa pembelajaran dapat dilaksanakan kapan saja. Hal ini, lebih terkait dengan kemampuan teknologi informasi yang dapat menyediakan bahan ajar dan menyimpan instruksi pembelajaran yang dapat diakses kapan saja. Independen terhadap ruang lebih terkaiat dengan fasilitas dari e-learning yang tidak membutuhkan tempat yang luas sebagaimana ruang kelas konvensional. Pembelajaran yang menggunakan e-learning, mahasiswa dapat melakukan interaksi terhadap staff pengajar. Interaksi dapat berupa pertanyaan atau evaluasi terhadap proses pembelajaran mahasiswa, dengan demikian hasil evaluasi pembelajaran tersebut dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan kelulusan mahasiswa terhadap sebuah mata kuliah tertentu. Informasi kelulusan tersebut dapat dijadikan sebagai stimulus untuk menerbitkan tanda kelulusan, KRS ataupun untuk izin mengambil mata kuliah lanjutan (Wijaya dalam Rosa, 2008). Model pembelajaran e-learning yang menggunakan internet memberikan berbagai fasilitas yang dapat diakses oleh mahasiswa secara pribadi seperti materi pembelajaran, interaksi dengan pengajar atau sesama mahasiswa serta dapat mengetahui informasi tentang nilai, jadwal, konsep pembelajaran. Selain hal tersebut mahasiswa juga dapat memperoleh layanan berupa perpustakaan digital (Karsen dalam Rosa, 2008).

Definisi lain dari e-learning adalah sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya. E-learning

ditujukan sebagai suatu usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar-mengajar yang ada di sekolah ke dalam bentuk digital yang di jembatani oleh teknologi internet. Penerapan model e-learning ini diharapkan dapat memberikan pilihan solusi yang sangat luas yang mengarah pada peningkatan pengetahuan dan performa (Sadiman, 2005).

Berbagai pengertian pembelajaran e-learning yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model e-learning merupakan kegiatan pendidikan atau pembelajaran yang memanfaatkan sarana tekonologi berupa media internet, intranet maupun melalui media komputer lainnya yang memungkinkan tersampainya bahan ajar ke peserta didik untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi yang berupa pertanyaan atau evaluasi terhadap proses pembelajaran mahasiswa dan juga bimbingan dengan cara langsung (synchronous) dan tidak langsung (asynchronous).

II. B. 2. Ciri-ciri e-Learning

Sukmadinata (2002) menyebutkan ada beberapa ciri dari e-learning, yaitu: 1. E-learning adalah network, yang memungkinkan informasi selalu mutahir,

disimpan, didistribusikan dan dipertukarkan.

2. Informasi yang disampaikan langsung kepada pengguna melalui teknologi internet.

Karakteristik e-learning menurut Cisco (dalam Asep, 2005) antara lain : 1. Memanfaatkan jasa teknologi elektonik, yang mana siswa ataupun guru dapat

berkomunikasi dengan relatif mudah dan tanpa batas.

2. Memanfaatkan media komputer (media digital dan computer network). 3. Menggunakan bahan pembelajaran yang bersifat mandiri.

4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat saat menggunakan dan mengakses komputer.

Purbo (2002) menyatakan bahwa ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk menjadikan e-learning dapat terlihat menarik, antara lain :

1. Sederhana, yang mengarah pada kemudahan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi yang ada.

2. Personal, mengarah pada interaksi guru dengan anak didiknya sehingga dapat diketahui setiap persoalan dan kemajuan dari anak didik tersebut.

3. Kecepatan, mengarah pada respon bagi setiap keluhan dan kebutuhan peserta didik sehingga perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin.

II. B. 3. Kelebihan dan kekurangan e-Learning

Rotor (1995) mengemukakan bahwa ada beberapa kelebihan dari penerapan e-learning dalam dunia pendidikan, yaitu :

1. Interactivity; Siswa dan pengajar memungkinkan tersedianya komunikasi lebih banyak dan interaktif baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Independency; Mengenai waktu, tempat, pengajar menjadi fleksibel, pembelajaran lebih berorientasi pada siswa (siswa lebih banyak aktif). Siswa dapat mengulang pelajarannya sehingga pemahaman tercapai. Mereka belajar dalam suasana aman tanpa ada rasa malu untuk bertanya.

3. Adaptivity; Mudah beradaptasi dengan lingkungannya.

4. Enrichment/Enlivenment; Memperkaya pengajaran dengan menggunakan video, simulasi ataupun animasi.

Sedangkan kekurangan dari pemanfaatan e-learning ini adalah:

1. Dalam model belajar e-learning interaksi antara pengajar dan pelajar bahkan antara pelajar dengan pelajar lain sangat kurang.

2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial sehingga mendorong tumbuhnya aspek komersil.

3. Proses belajar mengajar cenderung kearah pelatihan.

4. Berubahnya peran pengajar yang semula sebagai menguasai teknik pengajaran konvensional, kini juga dituntut untuk mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT (Information, Communication and Technologi).

5. Kurangnya pengetahuan tentang bahasa komputer serta penggunaan internet sehingga berpengaruh pada proses belajar.

II. B. 4. Beberapa aspek dari model pembelajaran e-Learning

Rogers (dalam Mulyana & Saepudin, 2006) mengemukakan aspek dari model pembelajaran e-learning, antara lain:

1. Relative Advantage

Pemanfaatan teknologi informasi menghasilkan komunikasi yang dapat dilakukan antara personal ataupun kelompok secara nyata walaupun yang bersangkutan tidak hadir secara nyata. Selain itu proses belajar-mengajar tidak harus mengeluarkan biaya yang relatif mahal.

2. Compatibility

Penerapan teknologi internet tidak bertentangan dengan nilai yang berkembang dalam masyarakat seperti nilai-nilai budaya ataupun norma masyarakat.

3. Complexity

Proses belajar-mengajar dengan memanfaatkan teknologi internet tidak terlepas dari peran lembaga kursus komputer dan juga tersedianya buku untuk pengoperasian komputer sehingga dapat menghasilkan proses belajar yang lebih optimal.

4. Triability

Teknologi internet menggunakan sarana komputer yang merupakan barang nyata yang dapat dicoba langsung oleh setiap warga belajar bahkan dapat dipelajari oleh siapa saja.

5. Observability

Proses kerja komputer adalah proses kerja yang menggunakan teknologi terkini dan hasilnya dapat langsung dilihat. Dengan demikian, setelah pelajar memasukkan data maka komputer akan memproses data yang kita masukkan dan hasilnya akan segera keluar.

Oetomao (dalam Patmanthara, 2006) menyatakan bahwa pembelajaran melalui internet harus mengandung beberapa unsur, antara lain :

1. Silabus berbasis web, siswa dapat mengetahui dengan pasti kurikulum yang akan diikuti selama masa pendidikannya.

2. E-mail, siswa dapat berkonsultasi secara elektronik dengan guru atau dosen. 3. Diskusi beralur, fasilitasnya melengkapi diskusi kelas biasa dengan model

debat online yang hidup dan dapat dijalankan dengan teknologi.

4. Diskusi elektronik, peserta didik seakan dapat hadir untuk mengunjungi masing-masing peserta untuk memberikan pekerjaan rumah (PR) atau bahan diskusi untuk topik yang menarik.

5. Bahan ajar secara online, mengarah pada digitalisasi dari materi ajar yang disusun oleh pendidikan.

6. Buku nilai secara online, untuk melihat hasil belajar dan evaluasi pribadi atas prestasi.

7. Ujian berbasis komputer, dimungkinkan untuk diakses oleh para siswa bilamana telah menyelesaikan pemahaman terhadap materi dari suatu topik atau mata pelajaran yang telah ditekuninya.

Beberapa potensi dari penerapan e-learning dalam pembelajaran antara lain: memberikan peluang bagi siswa untuk dapat berinteraksi dengan guru dan sesama temannya. Komunikasi dengan guru mengarah bahwa siswa dapat bertanya langsung kepada gurunya tentang materi tertentu dan pertanyaan beserta jawaban yang diberikan guru atau dosen dapat dibaca oleh siswa yang lain. Sedangkan untuk guru sendiri potensi utama dari e-learning ini membantu guru

melihat perkembangan siswanya secara pribadi yang meliputi guru dapat mengetahui tentang topik apa yang dipelajari siswanya sampai berapa skor nilai yang berhasil diperoleh siswanya dalam mengerjakan soal tes setelah memahami suatu materi (Koesnanda, 2003)

II. C. Mahasiswa

Mahasiswa adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi (Salim & salim dalam kamus umum Bahasa Indonesia, 2002). Secara umum, mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya dalam kaitannya dengan perguruan tinggi, sedangkan perguruan tinggi didefenisikan sebagai lembaga pendidikan formal di atas sekolah lanjutan menengah ke atas yang terutama memberikan pendidikan teori dari suatu ilmu pengetahuan, disamping mengajarkan keterampilan (skill) tertentu (Sarwono dalam Nugraha, 2001).

Masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun (Winkel, 1997). Rentang umur mahasiswa ini dibagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I sampai dengan semester IV; dan periode waktu 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa dari semester V sampai semester VIII (Winkel, 1997). Pada rentang usia tersebut mahasiswa berada pada masa dewasa dini. Menurut Hurlock (1980) menyatakan bahwa pada masa dewasa dini disebut sebagai masa pembentukan komitmen artinya mahasiswa pada masa dewasa dini mengalami perubahan dari pelajar yang mulanya tergantung pada orang lain menjadi pelajar/mahasiswa yang tidak

tergantung kepada orang lain/pengajar dan lebih mandiri, sehingga mahasiswa mampu untuk menentukan komitmen baru, bertanggungjawab dan menjadi pribadi yang lebih mandiri.

II. D. Gambaran Student Centered Learning (SCL) Pada Mahasiswa

Dokumen terkait