• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Matematika di SD/MI

Dalam dokumen IMAM BONJOL PADANG 1438 H 2017M (Halaman 27-33)

BAB II LANDASAN TEORI

2. Pembelajaran Matematika di SD/MI

Peserta didik Sekolah Dasar (SD) umumnya berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Nursidik Kurniawan, karakteristik peserta didik sekolah dasar adalah senang bermain, senang

6Op. Cit.,Wahab Jufri, hal. 32-33 7

Abuddin Nata, (2009), Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, hal. 85.

8

Ali Hamzah dan Muhlisrarini, (2014), Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hal. 42.

bergerak, anak yang senang belajar dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu yang langsung9.

Dalam matematika, setiap konsep abstrak yang baru dipahami peserta didik segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama di memori peserta didik, sehingga akan melekat dalam pola berfikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena ini akan mudah dilupakan peserta didik.

Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam pembelajaran, karena dengan memahami konsep peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya dalam setiap materi pelajaran. Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurur Sardiman, pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran10. Pemahaman merupakan perangkat standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi sehingga dapat mengantarkan peserta didik untuk menjadi kompeten dalam berbagai ilmu pengetahuan, sedangkan suatu konsep menurut Oemar Hamalik adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum11. Jadi pemahaman konsep adalah menguasai sesuatu dengan pikiran yang mengandung kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum.

9

Faisal, (2014), Sukses Mengawal Kurikulum 2013 di SD (Teori dan Aplikasi), Yogyakarta: Diandra Creative, cet. 1, hal. 24

10

Sardiman. (2010).Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Rajawali Pers. h. 43 11

Oemar Hamalik. (2008). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. h. 162

Menurut Depdiknas, kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagai berikut12:

a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.

b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume. c. Menentukan sifat simetris, kesebangunan, dan sistem koordinat.

d. Menggunakan pengukuran satuan, kesetaraan antarsatuan, dan penaksiran satuan.

e. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikannya.

f. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika.

Menurut Depdiknas, pelajaran matematika Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut13:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep.

12

Ahmad Susanto, (2014), Teori Belajar dan Pembelajaran di SD, Jakarta: Prenada Media, hal. 189-190.

13

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untu menjelaskan keadaan dan masalah.

e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai tujun pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut, seorang pendidik hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian peserta didik dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui satu proses belajar dan menkonstruksinya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget, bahwa pengetahuan atau pemahaman peserta didik itu ditemukan, dan dikembangkan oleh peserta didik itu sendiri14.

Dalam mengembangkan kreatifitas dan kompetensi peserta didik Sekolah Dasar maka pendidik hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan karakteristik peserta

14

didik. Pada saat mengerjakan matematika, pendidik harus memahami bahwa kemampuan setiap peserta didik berbeda, serta tidak semua peserta didik menyenangi pelajaran matematika.

Pembelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar dan mengkomunikasikan gagasan melalui kegiatan pendidikan, eksplorasi dan eksperimen sebagai alat memecahkan masalah melalui pola pikir dan model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, dan simbol.

Pembelajaran matematika sangat penting bagi kehidupan, sebagaimana terdapat hubungan antara ilmu agama dan ilmu alam. Hubungan matematika dengan Al-Qur’an sangatlah erat, dibuktikan dengan banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah Maha Cepat dan Maha Teliti dalam masalah hitung-menghitung, Allah senantiasa mencatat amal perbuatan manusia dan bahkan segala sesuatu di alam semesta ini telah tercatatat dengan rapi dan teliti dalam kitab. Allah bahkan berfirman atas nama bilangan atau sifat bilangan dalam QS. Al-Fajr ayat 1-3 yang berbunyi:15

Artinya:

“1. Demi fajar, 2. Dan demi malam yang sepuluh, 3. Dan demi yang genap dan yang ganjil.”(QS. Al-Fajr, ayat 1-3)

15

Kementrian Agama, (2009),Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Sygma Examedia Araknleema, QS. Al-Fajr: 1-3

Al-Qur’an secara tersirat memerintahkan umat Islam untuk mempelajari matematika, yakni berkenaan dengan masalah faraidh. Faraidh adalah masalah yang berkenaan dengan pengaturan dan pembagian harta warisan bagi ahli waris menurut bagian yang ditentukan dalam Al-Qur’an. Sebelum dilakukan pembagian warisan, beberapa hak dan kewajiban yang bertalian dengan harta warisan harus diselesaikan lebih dahulu, misalnya wasiat dan hutang. Sedangkan untuk pembagian harta warisan perlu diketahui lebih dahulu berapa jumlah semua harta warisan yang ditinggalkan, berapa jumlah ahli waris yang berhak menerima, dan berapa bagian yang berhak diterima ahli waris16.

Untuk dapat memenuhi dan dapat melaksanakan masalah faraidh dengan baik maka hal yang perlu dipahami lebih dahulu adalah konsep matematika yang berkaitan dengan bilangan pecahan, pecahan senilai, konsep keterbagian, faktor persekutuan terbesar (FPB), kelipatan persekutuan terkecil (KPK), dan konsep pengukuran yang meliputi pengukuran luas, berat, dan volume. Pemahaman terhadap konsep-konsep tersebut akan memudahkan untuk memahami masalah faraidh. Jadi, adanya masalah faraidh dapat diartikan bahwa umat islam perlu mempelajari matematika17.

16

Abdusysyakir, (2007),Ketika Kyai Mengajar Matematika, Malang: UIN Malang Press, hal. 94

Dalam dokumen IMAM BONJOL PADANG 1438 H 2017M (Halaman 27-33)

Dokumen terkait