• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

J. Pembelajaran Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen

Sesuai dengan jenjang pendidikan, sekolah menengah atas (SMA) materi yang diajarkan pun semakin mendalam. Salah satu kompetensi pembelajaran sastra yang harus dicapai oleh siswa adalah menulis teks drama. Adapun indikator yang harus dicapai oleh siswa adalah siswa mampu menulis teks drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai untuk mengembangkan

36

Jakob Sumarjo, Seluk-Beluk dan Petunjuk Menulis Cerita Pendek, (Bandung: Pustaka Latifah, 2004), h.10.

penokohan, menghidupkan konflik, dan manghadirkan latar yang mendukung. Bahan pembelajaran yang digunakan adalah materi tentang menulis teks drama. Materi tersebut, terdiri atas bagian-bagian teks drama dan langkah-langkah menulis teks drama. Teks drama memiliki bagian-bagian judul, deskripsi penokohan, babak (yang terdiri atas prolog, monolog/dialog, dan epilog).

Langkah-langkah menulis naskah drama dimulai dari merumuskan tema atau gagasan, mendeskripsikan penokohan atau memberi nama-nama tokoh, membuat garis besar isi cerita, mengembangkan garis besar isi cerita ke dalam dialog-dialog, membuat petunjuk pementasan yang baiasanya ditulis dalam tanda kurung maupun dapat ditulis dengan huruf miring atau huruf kapital semua, dan memberi judul pada naskah drama yang sudah ditulis.

Dalam pembelajaran menulis naskah drama guru memberikan sebuah media agar proses pembelajaran dapat berjalan lebih mudah. Menurut Oemar

Hamalik “media pendidikan adalah suatu bagian integral dari proses

pendidikan di sekolah karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru profesional.”37

Dalam proses pembelajaran guru memberikan sebuah cerpen yang sudah dibaca sebelumnya oleh murid. Kegiatan membaca cerpen sebelum menulis naskah drama sejalan dengan definisi yang diberikan Siahaan yang dikutip oleh Alek yaitu “Proses mengolah bacaan secara kritis dan kreatif yang

dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh

37

tentang bacaan itu, penilaian terhadap keadaan, dan dampak bacaan itu.”38

Cerpen tersebut dihadirkan untuk memberitahukan kepada siswa tentang cerita yang terkandung di dalamnya serta unsur-unsur penting seperti: tokoh, alur, tema, latar dan lainnya untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami naskah drama, sehingga siswa dapat memahami unsur-unsur yang terdapat di dalam naskah drama. Media cerpen ini berguna untuk menstimulus siswa agar siswa dapat memiliki gambaran tentang naskah drama yang akan siswa buat. Di sini siswa menjadi lebih aktif karena siswa harus bisa menemukan sendiri pengetahuan tentang naskah drama dari cerpen tersebut. Dan peran guru di sini hanya sebagai fasilitator dan motivator yang mengarahkan dan memotivasi keaktifan siswa.

Setelah siswa mengetahui hal-hal yang berakitan dengan naskah drama, siswa diminta menulis sebuah naskah drama dengan memperhatikan hal-hal yang berakaitan dengan drama. Agar situasi cerita dalam naskah drama tersebut menjadi lebih hidup, siswa harus bisa menggambarkannya sesuai dengan situasi yang ada tentang apa yang dirasakan, dilihat, dan didengar dari cerpen. Pada saat siswa praktik menulis naskah drama, guru mengarahkan kegiatan siswa.

Biasanya anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan dalam menulis naskah drama, disebabkan penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami. Maka, apa salahnya jika seorang guru menghadirkan media cerpen sebagai

38

alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.

Begitulah, guru bahasa harus melihat intruksi atau pengajarannya dalam konteks yang tepat lagi wajar. “Guru harus melihat bahwa pengajaran membaca dan menulis itu berkaitan erat.” 39

Dengan membaca cerpen siswa dapat menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan baik tentang kerakter tokohnya, alur cerita dan dapat memperoleh perincian-perincian dalam cerita sehingga bisa dia terapkan dalam menulis sebuah naskah drama. Beberapa hal penting yang dapat ditemukan dalam membaca cerpen ialah:

1. Untuk memperoleh perincian-perincian, seperti: apa yang telah dilakukan tokoh, apa yang terjadi pada tokoh dan mengetahui bagaimana tokoh itu memecahkan masalahnya.

2. Untuk memperoleh ide utama, seperti: mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa saja yang dialami tokoh dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya.

3. Untuk mengetahui urutan atau susunan, yaitu untuk mengetahui apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, ketiga dan seterusnya dalam cerita.

Dalam hal ini siswa dapat menarik kesimpulan-kesimpulan, memvisualisasikan tokoh-tokoh, memproyeksikan akibat-akibat, serta mengadakan interpretasi-interpretasi ketika dia membaca, membawa

39

Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 5-6.

kesempurnaan pengalamannya sendiri pada bacaan itu. Dia mempunyai kesempatan untuk mencari petunjuk-petunjuk bagi tokoh. Tatkala dia membaca baris-baris, menciptakan dalam hatinya suatu ide bagaimana wajah-wajah akan melihat, suara-suara berbunyi, dan para tokoh bergerak pada saat-saat ketakutan, kebahagiaan dan ketegangan.

Melalui pembelajaran seperti ini diharapkan dapat memecahkan masalah kemampuan menulis naskah drama siswa dan diharapkan dapat mengubahan tingkah laku siswa selama pembelajaran menulis naskah drama.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Cibinong Bogor. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus atau dua kali pertemuan, yaitu dari bulan Mei dan bulai Juni 2011.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu “Sebuah pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.”1

Sedangkan menurut H.E. Mulyasa mengartikan PTK sebagai “penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.”2

Adapun menurut Rochiati Wiraatmadja menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:

“Penelitian yang dilakukan bagaimana sekelompok guru dapat

mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.”3

1

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. IV, h. 3.

2

H.E Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. III, h. 10.

3

Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 13.

Metode ini dipilih peneliti karena berdasarkan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa PTK sangat bermanfaat bagi guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil belajar di kelas. Selain itu, pada PTK sifatnya bukan mengetes sebuah perlakuan, tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya sebuah perlakuan. Penelitian tindakan kelas merupakan cara untuk melakukan perubahan ke arah perbaikan dalam pembelajaran.

Melalui metode ini, peneliti menerapkan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas terhadap proses belajar mengajar penulisan naskah drama menggunakan media cerpen dengan beberapa siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu “(1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.”4

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan partisipan ialah “Bahwa

orang yang akan melakukan tindakan haruslah terlibat dalam proses

penelitian dari awal.”5

Penelitian ini dilakukan secara partisipan karena peneliti berperan sebagai pengkaji permasalahan, pendiagnosis masalah, perencana tindakan, pengamat, dan pelaksana tindakan. Dalam penelitian

partisipan ini, “Peneliti mengamati apa yang dikerjakan siswa, mendengarkan

apa yang mereka ucapkan, dan berpatisipasi dalam aktivitas mereka.”6

Kondisi ini dimaksudkan agar mempermudah peneliti saat pengumpulan data sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai dengan hasil yang diharapkan.

4

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. IV, h. 16.

5

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 208.

6

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru bidang studi bahasa Indonesia di sekolah. Kondisi ini dimaksudkan agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Adapun penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan terhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, di mana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini, peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar tugas siswa, lembar observasi untuk siswa, lembar jurnal, wawancara dan lembar wawancara untuk guru dan siswa.

2. Tindakan (Acting)

Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakan kelas.

3. Pengamatan (Observing)

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan mengodumentasikan semua gejala indikator yang terjadi selama proses penilaian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu

oleh guru kelas yang berperan sebagai observer dan kolaborator. Sebagai observer guru membantu peneliti untuk mengamati perkembangan aktivitas siswa selama proses pembelajaran menulis naskah drama. Sebagai kolaborator guru kelas mengamati dan menilai peneliti dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, hasil pengamatan yang didapat dari semua instrumen penelitian dianalisa bersama oleh peneliti dengan guru kolaborator, sehingga dapat diketahui kekurangan yang ada pada siklus I. Hasil analisis tersebut dapat dijadikan acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus II. Hasil observasi yang diperoleh dianalisis peneliti bersama guru kolaborator. Untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Hasil analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Adapun model untuk penelitian tindakan kelas terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:

Siklus I

Siklus II

Gambar

Desain Penelitian Tindakan Kelas7

7

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. VIII, h. 74. Permasalahan Perencanaan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Refleksi Pengamatan/ Pengumpulan data I Perencanaan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Pengamatan/ Pengumpulan data I Refleksi II Dilanjutkan Ke siklus berikutnya Permasalahan baru hasil refleksi Apabila permasalahan belum terselesaikan

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah “seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu

ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.”8

Populasi dan sampel dalam penelitian ini merupakan sumber data, artinya memiliki sifat-sifat atau karakteristik dari sekelompok subyek. Gejala atau objek sifat dan karakteristik tersebut dijaring melalui instrumen yang telah dipilih oleh peneliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MAN 1 Cibinong Bogor, yang berjumlah 294 orang. Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siwa kelas XI IPS 1 yaitu sebanyak 36 orang siswa atau peneliti hanya mengambil satu kelas untuk dijadikan sampel, cara pengambilan sampel ini dengan menggunakan teknik random disebut random sampling, yaitu dilakukan dengan cara memilih acak dengan melakukan pengocokan.

Dokumen terkait