• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Tahap Pelaksanaan Siklus II

1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus II

Pada tahap perencanaan pada siklus II ini peneliti juga menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar oobservasi, lembar jurnal, dan panduan wawancara. RPP disusun oleh peneliti dan didiskusikan bersama guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk menyempurnakan proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi dari siklus I, maka proses pembelajaran pada siklus II akan lebih diarahkan dengan mengacu pada hasil evaluasi siklus I, perbaikan-perbaikan yang ada pada siklus I diterapkan pada siklus II dengan merubah beberapa peraturan pembelajaran yang terdapat pada siklus I yaitu:

a) Peneliti akan memotivasi siswa untuk bertanya

b) Peneliti akan memaksimalkan waktu dengan sebaik-baiknya.

c) Peneliti akan menekankan pada pemberian materi kelengkapan aspek formal dalam naskah drama seperti: babak, judul, dialog, kramagung dan prolog maupun epilog.

d) Peneliti akan memberikan salah satu contoh naskah drama untuk mengembangkan suatu dialog, mengubah suatu judul dan berimprovisasi dalam sebuah kramagung.

e) Peneliti akan memberikan penekanan pada penggunaan ejaan, tanda baca dan pemilihan diksi.

f) Peneliti akan memberikan satu contoh naskah drama yang berjudul Kapai-kapai karya Arifin C.Noer.

Pada siklus II ini peneliti menggunakan metode tanya jawab, ceramah dan inquiri, dalam proses pembelajaran guru tidak memberikan materi secara langsung, akan tetapi guru menggali pengetahuan siswa tentang naskah drama.

Target yang ingin dicapai pada siklus II ini adalah agar siswa lebih semangat dalam manulis naskah drama sehingga aktivitas siswa dalam menulis naskah drama meningkat dan tidak ada lagi siswa yang memiliki tingkat aktivitas yang rendah.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pada awal pembelajaran guru mengondisikan kelas dan mengucapkan salam serta menyapa para siswa. Setelah itu guru menanyakan apakah ada siswa yang tidak hadir, akan tetapi seluruh siswa hadir pada siklus II. Sebelum memulai materi guru memberikan satu ice breaking, dan siswa terlihat sangat senang dan merasa terhibur di awal pelajaran. Selanjutnya guru memberikan apersepsi yaitu pertanyaan-pertanyaan materi seputar drama dan naskah drama yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Seperti biasa, seluruh siswa antusias dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Dan selanjutnya guru menyimpulkan dari jawaban-jawaban yang diberikan siswa.

Setelah itu guru bertanya akan kesulitan-kesulitan pada siklus I. Beberapa siswa mengancungkan tangannya, dah pendapat dari beberapa

siswa hampir sama. Selanjutnya guru memberikan salah satu contoh naskah drama yang berjudul Kapai-kapai karya Arifin C.Noer. Pembacaan naskah diberi waktu lima menit. Kemudian guru bertanya apa saja aspek formal naskah drama yang terdapat dalam naskah drama berjudul Kapai-kapai karya Arifin C.Noer, dan hampir seluruh siswa dapat menjawab dengan tepat.

Selanjutnya guru mengambil contoh dialog milik Siti Aminah yang di sudah dikembangkan, seperti di bawah ini:

Serentak : “Hari sudah sore, sebentar lagi kita akan menjelang

buka puasa”

Burkat : “Tapi di mana kita akan menumpang?”

Togop : “Hmmmm... lebih baik kita bermalam di Sitinjak saja, sepertinya di sana ada warung nasi...”

Lalu, guru memberikan contoh kramagung milik Yudi, karena Yudi cukup berimprovisasi dalam kramagung-kramagungnya. Seperti di bawah ini:

Togop : “Itulah sebabnya maka saya katakan tadi, lebih baik kita bermalam di Sitinjak saja. Di sana ada warung nasi.”

(sambil memandang-mandang pohon disampingnya dengan penuh kekecewaan)

Dan selanjutnya guru memberikan salah satu judul yang sudah diubah dari judul cerpen, yaitu judul milik Rihlah Mawaddah, dengan judul

bertujuan untuk memotivasi siswa membuat naskah drama menjadi lebih kreatif.

Setelah itu guru menjelaskan tentang kegunaan media cerpen dalam menulis naskah drama. Mula-mula guru bertanya “Apakah di antara kalian

ada yang sudah menonton film Ayat-ayat Cinta dan Laskar pelangi?”

serentak siswa menjawab “Sudah bu” lalu guru memberi pertanyaan kembali “Oke, lalu siapa di antara kalian yang sudah membaca novel Ayat

-ayat Cinta dan Laskar Pelangi?” dan ternyata hanya ada beberapa dari mereka yang sudah membacanya. Di sini guru menjelaskan akan penggunaan media cerpen dalam menulis naskah drama, bahwa film Ayat-ayat Cinta dan Laskar Pelangi berawal dari sebuah novel. Maka, tidak beda dengan pembelajaran yang mereka hadapi pada saat itu, mereka seolah-oleh sedang menulis naskah drama yang dilakukan untuk sebuah film, akan tetapi novel itu digantikan dengan cerpen yang bentuknya tidak jauh berbeda. Dan siswa pun merasa senang dan antusias untuk menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen.

Selanjutnya guru memastikan bahwa seluruh siswa masih mengingat cerita yang berada dalam cerpen Bertengkar Berbisik karya M. Kasim dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar alur dan isi dalam cerita. Terlihat dari jawaban-jawaban seluruh siswa bahwa mereka masih mengingat isi cerita di dalamnya.

Setelah itu barulah guru memberikan penekanan penggunaan ejaan, penempatan huruf kapital, dan tidak boleh lagi menyingkat suatu kata. Guru juga memberikan tips-tips seputar penggunaan ejaan.

Kegiatan selanjutnya, guru membagikan lembar kerja, dan setelah semua siswa menerima lembar kerja, kuru kembali bertanya “Sudah siap menulis naskah drama dengan menggunakan cerpen yang kemarin?”

serentak semua siswa menjawab “Siap!!!”. Kemudian siswa mulai menulis naskah drama dengan menggunakan cerpen yang sama seperti pertemuan sebelumnya.

Guru berkeliling untuk memastikan semua siswa sudah mulai menulis naskah drama. Siswa terlihat lebih tenang dibandingkan dengan kegiatan menulis naskah drama pada siklus I. Di tengah-tengah proses menulis ada yang bertanya tentang penambahan babak dalam cerita, dan guru menjawab boleh karena itu akan menambah penilaian dalam poin kreativitas. Dengan catatan penambahan babak tersebut tidak mengubah alur cerita. Sementara observer atau guru mata pelajaran bahasa Indonesia terus mengamati kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan.

Dalam sepuluh menit terakhir guru mengumumkan bahwa waktu sudah habis, ada beberapa siswa yang sudah selesai mengerjakannya dan ada pula yang terlihat tergesa-gesa menyelesaikannya. Setelah semua hasil naskah drama siswa terkumpul, guru mengumumkan tiga terbaik hasil naskah drama siswa, dan suasana menjadi sangat ribut. Setelah itu, guru

membagikan lembar observasi dan jurnal siswa sebagai bahan refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Setelah terkumpul lembar observasi dan jurnal, guru mengulas kembali pelajaran yang telah didapat yaitu tentang penulisan naskah drama dan seluruh siswa sangat antusias menjawab. Setelah itu guru memberikan

ice breaking sebagai penutup pembelajaran. 3. Analisis Naskah Drama Siswa Siklus II

Peneliti menganalisis hasil siswa berdasarkan kriteria-kriteria penilaian yang telah ditetapkan. Peneliti mengambil sebelas hasil naskah drama siswa, jumlah tersebut diambil 30% dari jumlah siswa. Berikut analisis kesebelas naskah drama siswa pada siklus II:

a) Hasil naskah drama siswa bernama Ahmad Suhendar 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama hasil karya Ahmad Suhendar pada siklus II sudah sangat baik. Dalam aspek formal naskah drama Ahmad pada siklus I tidak memakai babak, akan tetapi pada siklus II ini Ahmad memberikan babak dalam naskah dramanya.

Ahmad masih memakai judul dalam naskah drama pada siklus I yaitu “Tiga Orang Musafir Sang Penipu Ulung”. Dalam penulisan dialog terlihat perbedaan, dialog-dialog pada siklus I Ahmad menulis sama persis dengan kalimat-kalimat yang terdapat dalam cerpen akan tetapi pada siklus II Ahmad lebih berimprovisasi, terlihat pada awal cerita yaitu sebagai berikut:

Togu : “Bagaimana ini, hari semakin petang, bagaimana kita akan berbuka puasa?”

Burkat : “Sedangkan di kampung ini tidak ada lepau nasi,

kenalanpun kita tak ada. Di manakah kita akan

menumpang?” (sambil menatap tajam kepada kedua temannya).

Pada siklus I Ahmad hanya memberikan dialog pada awal cerita sebagai berikut:

Burkat : “Di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalanpun tak

ada. Di manakah kita akan menumpang? Bertenak sendiri dalam puasa begini, saya tak sanggup

rasanya”.

Dalam penulisan kramagung pada siklus I Ahmad sedikit berimprovisasi dibandingkan kramagung pada siklus II, salah satu contohnya sebagai berikut:

Burkat : “Sedangkan di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalanpun kita tak ada. Di manakah kita akan

menumpang?” (sambil menatap tajam kepada kedua

temannya).

Dalam prolog dan epilog tidak banyak perubahan yang dilakukan Ahmad, dia hanya memberikan kata-kata yang berbeda pada prolog dan epilog siklus II.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Secara keseluruhan isi naskah drama yang ditulis Ahmad pada siklus II terdapat peningkatan dibandingkan pada siklus I yaitu isi cerpen seluruhnya terangkum dalam naskah drama, pada siklus II ini dilengkapi babak sehingga alur sudah lebih jelas.

3) Kreativitas

Dalam siklus I Ahmad hampir tidak mengembangkan cerita. Secara umum Ahmad belum mampu mengembangkan kreatifitasnya. Naskah yang ditulis Ahmad seluruhnya mengutip apa yang disajikan dalam cerpen, tetapi dalam siklus II ini Ahmad banyak sekali mengembangkan dialog dan kramagung, ia mengembangkan dialog dan kramagung menjadi lebih menarik.

4) Penggunaan EYD

Penggunaan ejaan Ahmad pada siklus II ada sedikit perbaikan, pada siklus I dalam naskah drama milik Ahmad terdapat tujuh kesalahan tetapi pada siklus II ini terdapat empat kesalahan saja. Itu artinya ada peningkatan dalam penulisan ejaannya.

b)Hasil naskah drama siswa bernama Ade Nurhasanah 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Hasil naskah drama karya Ade Nurhasanah pada siklus II sudah banyak peningkatan dibandingkan pada siklus I. Salah satunya yaitu dalam naskah drama Ade pada siklus I tidak memakai babak, akan

tetapi pada siklus II ini Ade memberikan babak dalam naskah dramanya.

Pada siklus I Ade memberikan judul pada naskah dramanya

menggunakan judul yang terdapat dalam cerpen yaitu “Bertengkar

Berbisik”, pada siklus II Ade mengubah judulnya menjadi “Menipu Demi Perut Kenyang”

Ade memang pandai sekali mengembangkan sebuah dialog. Pada siklus I Ade sudah berimprovisasi, terlebih lagi pada siklus II ini Ade banyak sekali berimprovisasi, banyak dialog yang tidak terdapat dalam cerpen dan naskah dramanya pada siklus I. Salah satu contohnya sebagai berikut:

 Di kampung Batangtoru

Si Burkat : “Saya adalah seorang kepala kampung dan

perkenalkan kedua pengikutku Togu dan Togop, kami kemalaman dalam perjalanan, sudikan Tuan mengantarkan kami ke rumah kepala kampung di

desa ini?”

Si Kodir : “Mari saya antarkan Engku ke rumah kepala kampung di desa ini”

Si Kodir : “Inilah rumah kepala kampung di desa ini”

Si Burkat : “Trimakasih, sudah mengantarkan kami ke sini”.

Pada siklus I Ade tidak memberikan epilog, itu disebabkan cerita dalam naskah drama ade terhenti di tengah jalan. Akan tetapi pada siklus II ini ade menyelesaikan naskah dramanya dengan melengkapi epilog pada akhir cerita.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Ade tidak menyelesaikan naskah dramanya pada siklus I, akan tetapi pada siklus II ini ade menuntaskan cerita dalam naskah dramanya. Sehingga alur dalam cerita terangkum seluruhnya, dan juga dibubuhi babak sehingga cerita menjadi lebih jelas.

3) Kreativitas

Secara keseluruhan isi naskah drama yang ditulis Ade pada siklus II terdapat peningkatan kreatifitas dibandingkan pada siklus I, yaitu adanya peningkatan dalam penulisan judul, yang diubah dari judul yang terdapat dalam cerpen, dan juga pengembangan dalam dialog-dialog.

4) Penggunaan EYD

Naskah drama milik Ade pada siklus II ini lebih baik penulisan ejaannya dibandingkan hasil naskah drama pada siklus I, kesalahan-kesalahan Ade masih seputar penggunaan kata depan di yang mengikuti kata kerja atau kata benda.

c) Hasil naskah drama siswa bernama Ana Nurjanah 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama milik Ana Nurjanah pada siklus II ini mengalami peningkatan dibandingkan naskah drama pada siklus I. Dalam siklus I Ana tidak memberikan babak dalam naskah dramanya, akan tetapi pada siklus II ini Ana memberikan babak, sehingga naskah drama hasil Ana sedikit dapat dipahami karena sudah jelas perpindahan babak dan perpindahan latarnya.

Dalam siklus I Ana sedikit merubah judul dari judul yang

terdapat dalam cerpen yaitu “Pertengkaran dengan Berbisik”, akan

tetapi dalam siklus II Ana merubah kembali judulnya dari pada judul pada siklus I yaitu dengan judul “Musafir Penipu yang Berbisik” itu artinya semakin meningkat daya kreatifitas dalam segi penulisan judul yang dibuat oleh Ana.

Dalam penulisan dialog pada siklus I Ana menuliskannya hampir sama dengan dialog yang terdapat dalam cerpen, akan tetapi sangat berbeda sekali dengan dialog yang terdapat pada siklus II. Ana banyak berimprovisasi dalam dialog, salah satunya sebagai berikut:

Tuan Rumah :“Assalamu’alaikum, Engku ....” (sambil

bersalaman)

Burkat : “Wa’alaikum salam ...”

Tuan Rumah : “Silahkan duduk Engku”

Burkat : “Terimakasih ...”

Burkat : “Lihatlah, komidi kita berhasil baik” (sambil

Ana memang pandai sekali membuat kramagung, pada siklus I sudah dijelaskan sebelumnya akan kepandaian Ana membuat kramagung-kramagung. Peneliti berikan salah satu contoh kramagung lagi yang dibuat oleh Ana yaitu:

Togop : “Tadi aku sudah bilang, lebih baik kita berhenti dan

bermalam di Sitinjak saja, di sana ada sebuah warung nasi” (sambil kesal dan menggaruk-garuk kepala) Burkat : “Aku dapat akal!!!” (sambil mengancungkan jari

telunjuknya)

Togop : “Kalau begitu apa idemu?” (sambil penasaran)

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Secara keseluruhan isi naskah drama yang ditulis Ana pada siklus II terdapat peningkatan dibandingkan pada siklus I yaitu isi cerpen seluruhnya terangkum dalam naskah drama, pada siklus II ini dilengkapi babak sehingga alur sudah lebih jelas.

3) Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Ana cukup kreatif, Ana mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi. Terlihat dari penyuguhan kramagung, dialog yang bervarisi dan judul yang sudah diubah dari bentuk aslinya.

4) Penggunaan EYD

Penggunaan ejaan Ana pada siklus II ada sedikit perbaikan, pada siklus I dalam naskah drama milik Ana terdapat tujuh kesalahan tetapi

pada siklus II ini terdapat empat kesalahan saja. Itu artinya ada peningkatan dalam penulisan ejaannya. Kesalahan-kesalahan Ana masih seputar penggunaan kata depan di sebagai preposisi atau sebagai imbuhan.

d)Hasil naskah drama siswa bernama Asri Puspitasari 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Dalam siklus II Asri mengalami banyak peningkatan dibanding hasil naskahnya pada siklus I. Aspek formal naskah drama milik Asri sudah lengkap, pada siklus I Asri tidak memberikan judul dan babak, tetapi pada siklus II ini Asri memberikan judul dan babak dalam naskah dramanya. Judul yang diberikan Asri pada siklus II ini cukup menarik, berbeda dengan judul yang terdapat dalam cerpen, judul yang diberikan Asri pada siklus II ini yaitu “Kepala Kampung Palsu”.

Dalam penulisan dialog pada siklus I Asri masih menyalin dengan dialog-dialog yang terdapat di dalam cerpen, akan tetapi pada siklus II Asri lebih kreatif dan lebih bisa mengembangkan dalam penulisan dialog. Salah satu contohnya sebagai berikut:

Burkat : “Saya adalah kepala kampung, kami

kemalaman dan kami mencari rumah yang dapat

disinggahi, apakah ada?” (Burkat bertanya

kepada salah satu penduduk)

Pak Samin : “Mari saya antarkan Engku ke salah satu penduduk kampung yang kaya raya”.

Burkat : “Terimakasih”

Togop : “Rencana kita sebenntar lagi akan berhasil”

(mengedipkan salah satu matanya kepada burkat)

Dalam siklus I penulisan kramagung Asri cukup berimprovisasi, Asri banyak menambahkan kramagung-kramagung yang tidak terdapat dalam cerpen. Begitu pula pada siklus II Asri menambahan bermacam-macam kramagung. Misalnya dalam dialog-dialog di bawah ini:

Burkat : “Di kampung ini tidak ada warung nasi, orang

yang kita kenalpun tidak ada” (menatap temannya

dengan wajah cemas)

Togop : “Tadi saya sudah bilang, kita lebih baik berhenti di kampung Sitinjak saja di sana ada warung nasi”

(dengan suara penyesalan)

Burkat : “Aku dapat ide!!!” (jari telunjuk diacungkan)

Togop : “Ide apa yang kamu dapatkan?” (menatap

Burkat dengan wajah penuh harapan).

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah drama milik Asri pada siklus II secara keseluruhan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I yaitu isi cerpen seluruhnya terangkum dalam naskah drama dan pada siklus II ini dilengkapi babak dan judul sehingga alur terlihat sudah lebih jelas.

3) Kreativitas

Naskah drama milik Asri pada siklus I hampir tidak mengembangkan cerita. Naskah yang ditulis Asri hampi seluruhnya mengutip apa yang disajikan cerpen. Namun, pada siklus II ini, hal tersebut tidak terjadi kembali. Asri mulai berimprovisasi yaitu dengan menambahkan dialog-dialog yang tidak terdapat dalam cerpen. Hal tersebut menyebabkan alur yang pada siklus I sulit dimengerti, menjadi lebih jelas dalam naskah drama siklus II ini. secara keseluruhan, Asri mengalami peningkatan dalam kreativitas.

4) Penggunaan EYD

Kekurangan pada naskah drama Asri ini terletak pada penggunaan ejaan, baik pada siklus I atau pada siklus II. Permasalahan penempatan prefiks di sudah mengalami perbaikan. Dalam siklus I Asri mengalami enam belas kesalahan ejaan, akan tetapi pada siklus II Asri mengalami sebelas kesalahan ejaan.

Secara umum naskah drama milik Asri mengalami peningkatan dan perbaikan. Kekurangan-kekurangan hanya terdapat dalam ejaan. Hal tersebut dapat diperbaiki dengan mulai membiasakan menulis dengan benar.

e) Hasil naskah drama siswa bernama Endah Ami Pratiwi 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama hasil Endah pada siklus I diberi judul

judul naskah drama Endah berubah menjadi “Tiga Sekawan Musafir

Penipu”. Itu artinya kreativitas dalam diri Endah makin berkembang.

Pada siklus II dialog Endah lebih berkembang dan variatif. Tidak banyak menyalin dari cerpen. Hal tersebut menyebabkan cerita lebih jelas dan menarik. Ada penambahan dialog dalam awal cerita seperti dialog berikut ini:

Togop : “Hari sudah gelap, sebentar lagi saatnya berbuka puasa, lalu kita akan berbuka puasa di mana?”

Pembagian babak dalam siklus II sudah sangat jelas diberikan Endah. Dalam siklus I Endah hanya membagi babak dengan Scene 1, Scene 2, dst. Dalam siklus II ini Endah membagi babak dengan menginformasikan latar, yaitu: Dalam Perjalanan Menuju Batangtoru, Di Kampung Batangtoru, Sampai Di rumah Kepala Kampung Batangtoru, Istirahat malam di Kamar Tidur.

Dalam penulisan kramagung pada siklus II Endah memberikan kramagung dengan lebih variatif dibanding naskah drama siklus I. Dan penulisan prolog pada siklus II ini masih hampir sama dengan prolog di siklus I. Akan tetapi Epilog dalam siklus II Endah menampilkannya dengan lebih kreatif dan tidak lagi menyalin epilog yang terdapat dalam cerpen, seperti berikut ini:

Siklus II

Namun akan tetapi sebelum para warga menangkap tiga sekawan penipu itu, mereka bertiga berusaha kabur dan membawa dirinya masing-masing, dan mereka hilang di tempat itu.

Siklus I

Akan tetapi sebelum para warga melakukan perintah itu, Sutan Menjinjing Alam dan kedua pengiringnya meloloskan diri masing-masing, melompat dari jendela kamar itu dan hilang di tempat yang kelam.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Kesesuaian cerita dalam naskah drama milik Endah pada siklus I memang sudah cukup sesuai, dan pada siklus II kesesuaian itu lebih meningkat karena diperjelas dengan babak yang diberikan informasi latar. Sehingga alur dalam cerita semakin jelas.

3) Kreativitas

Pada siklus I Endah hanya sedikit saja mengembangkan cerita dalam naskahnya, ia banyak menyalin dialog-dialog dalam cerpen. Tetapi dalam siklus II ini Endah lebih banyak berimprovisasi dalam dialog, banyak dialog yang ditambahkan oleh Endah yang tidak terdapat dalam cerpen. Begitu juga dengan kramagung, kramagung Endah dalam siklus II ini lebih bervariatif. Sehingga alurnya dapat

mudah dimengerti. Secara keseluruhan Endah mengalami peningkatan dalam kreativitas.

4) Penggunaan EYD

Ejaan Endah dalam siklus II ini juga masih ada kekurangannya. Hanya saja tidak sebanyak kesalahan ejaan pada siklus I. Dalam siklus I ada 12 kesalahan dalam ejaan dan tanda baca, tetapi dalam siklus II ini hanya ada 3 kesalahan tanda baca dan ejaannya. Itu artinya sudah banyak peningkatan dan perbaikan dalam penggunaan ejaan.

f) Hasil naskah drama siswa bernama Kemala Saras Rianty 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama hasil Kemala Saras Rianty pada siklus II mengalami banyak peningkatan dibandingkan dengan naskah drama pada siklus I. Dalam siklus II sudah terdapat judul dan babak. Judul yang diberikan oleh Kemala ialah “Penipu Muslihat Para Musafir”. Itu artinya cerita dalam naskah drama milik kemala menjadi semakin jelas.

Dalam siklus I Kemala hanya sedikit berimprovisasi dalam dialog. Akan tetapi pada siklus II ini sudah banyak sekali perubahan dalam dialog yang dibuat oleh Kemala, ia begitu pandai mengembangkan cerita dan berimprovisasi pada siklus II ini. salah satu pengembangan dialog yang dibuat Kemala adalah sebagai berikut:

 Di ruang makan

Engku Kinanda :“Silahkan santap jamuan ini duhai

Sutan. (mempersilahkan makan)

Burkat :“Kinanda amatlah baik. Merasa tidak

Dokumen terkait