• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Tahap Pelaksanaan Siklus I

1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus I

Kegiatan pada tahap perencanaan siklus I ini adalah pertama-tama peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dilengkapi dengan lembar kerja siswa. RPP yang dibuat didiskusikan dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk menyempurnakan

proses pembelajaran. Untuk menunjang pembelajaran, peneliti menyiapkan media cerpen agar mempermudah siswa dalam membuat naskah drama, peneliti dan guru mata pelajaran memilih cerpen “Bertengkar Berbisik”

karya M. Kasim karena menurut keterangan guru mata pelajaran bahasa Indonesia bahwasannya cerpen itu pernah diberikan kepada siswa sebelumnya, tujuannya ialah agar siswa lebih mudah memahami cerpen tersebut. Selain itu, peneliti menyiapkan lembar observasi dan jurnal siswa untuk setiap pertemuan, serta pedoman wawancara yang akan diberikan pada akhir siklus.

Pada siklus I, siswa dituntut untuk memahami tentang pengertian drama, unsur intrinsik, ciri-ciri dan kriteria naskah drama yang baik. Di dalam pembelajaran guru tidak menyuguhkan secara langsung materi-materinya akan tetapi guru menggali pengetahuan awal mereka melalui tanya jawab, tujuannya agar siswa mampu menemukan sendiri tambahan pengetahuan yang dimilikinya sehingga mereka dapat mengetahui tentang naskah drama secara keseluruhan. Selanjutnya peneliti memperkenalkan media cerpen dan mempersilahkan siswa untuk membaca serta memahami isi dari cerpen dan setelah itu siswa diharapkan menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang diberikan.

Pada akhir pembelajaran peneliti memberikan ice breaking kepada siswa tujuannya agar siswa tidak merasa jenuh setelah mereka menulis naskah drama, dan juga agar pembelajaran diakhiri dengan kegiatan yang

mengesankan. Peneliti juga menggunakan metode refleksi untuk perencanaan pembelajaran selanjutnya.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 24 Mei 2011, berdurasi 2 x 45 menit (2 jam pelajaran) yaitu dimulai dari pukul 08.30-10.00 WIB. Pengkondisian kelas di awal yaitu diberikan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia, dengan memperkenalkan peneliti yang akan menggantikannya dalam beberapa hari. Dan juga guru mata pelajaran bahasa Indonesia memberi informasi bahwa yang akan menggantikannya adalah seorang mahasiswi yang sedang melakukan penelitian di MAN Cibinong-Bogor khususnya pada kelas XI IPS 1.

Tahap awal peneliti memberikan pertanyaan “Siapa yang pernah mendengar kata drama?” Siswa menjawab dengan sangat antusias bahwa

mereka sering mendengarnya. Lalu peneliti memberikan pertanyaan “Lalu

siapa yang tahu drama itu apa?” Seketika suasana menjadi hening, hanya ada satu siswa yang mengacungkan tangannya, guru memberi apresiasi dengan menulis penjelasan yang diberikan oleh siswa tersebut dan

mengatakan “Cerdas, jawabannya bagus sekali. Ada lagi yang mau melengkapi jawaban dari temannya tentang apa itu drama?” lalu satu

persatu siswa memberikan penjelasan tentang drama sehingga terkumpul lima pendapat dari masing-masing siswa. Setelah itu peneliti merangkum dan memberikan penjelasan drama secara lengkap dan jelas.

Kemudian guru memberi pertanyaan lanjutan “Apakah kalian pernah menulis naskah drama?” Serentak anak-anak menjawab “Pernah”

selanjutnya guru menjelaskan dan diikuti dengan tanya jawab tentang unsur intrinsik naskah drama, macam-macam drama, dan cara menulis naskah drama yang baik dan benar. Kemudian guru memaparkan tentang bagaimana penulisan naskah drama, teknik-teknik serta langkah-langkah menggunakan media cerpen untuk menulis naskah drama.

Setelah itu, guru bertanya “Apakah kalian pernah membaca cerpen

yang berjudul Bertengkar Berbisik karya M. Kasim?” Sebagian dari anak-anak menjawab “Pernah” sebagian lagi hanya diam saja. Lalu guru bertanya kepada anak yang menjawab pernah “Apa inti cerita dari cerpen Bertengkar

Berbisik karya M. Kasim?” Seorang siswa menjawab “Cerpen itu berisikan

tentang 3 orang musafir yang terjebak dalam sebuah kampung, saat itu waktu berbuka puasa sedangkan mereka tidak membawa bekal untuk berbuka. Lalu mereka berinisiatif untuk menipu salah satu warga dari kampung itu dengan berpura-pura salah satu dari mereka menjadi kepala kampung. Setelah mereka makan kenyang dan ketika mereka akan tidur mereka malah bertengkar, nah terdengarlah oleh yang punya rumah. Dan akhirnya mereka bertiga ketahuan menipu, setelah itu mereka melarikan

diri. Begitu bu setahu saya,” lalu guru melempar pertanyaan selanjutnya

kepada siswa “Bagaimana, benar tidak apa yang dipaparkan oleh teman kalian?” serentak siswa-siswa menjawab “Benar bu”.

Langkah selanjutnya guru membagikan cerpen Bertengkar Berbisik karya M. Kasim serta lembar tugas kepada anak-anak. Kemudian siswa diberi waktu 10 menit untuk membaca cerpen, keadaanpun menjadi ribut maka guru mencoba untuk menertibkan dengan meminta untuk segera membaca cerpen tersebut, maka suasanapun berubah menjadi hening. Guru berkeliling untuk memastikan tidak ada siswa yang mengerjakan hal lain selain membaca cerpen. Kemudian ada beberapa siswa yang bertanya tentang dialog, apakah dialognya boleh diubah atau dikreatifkan atau bahkan diefektifkan dari kalimat yang terlalu panjang dan di sinilah guru menjelaskan bahwa dari cerpen itu harus diperhatikan dialog dan kramagungnya, jika ada yang dikreatifkan atau diefektifkan kalimatnya menjadi kalimat yang mudah dipahami maka akan menambah penilaian.

Selanjutnya guru memastikan bahwa semua siswa sudah memahami cerpen yang akan diubah menjadi naskah drama tersebut dengan bertanya:

“Baik anak-anak, sudah siap menulis naskah drama?” Serentak anak-anak

menjawab “Siap!”. Lalu guru menugaskan siswa untuk memulai menulis

naskah drama dan setelah itu guru berkeliling untuk memastikan bahwa semua siswa sudah mulai menulis naskah drama.

Suasana kelas menjadi tenang karena semua siswa sudah mulai berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Sesekali guru membimbing siswa yang kesulitan dalam menulis naskah drama seperti kesulitan dalam menulis kramagung, dialog dan babak. Sementara guru mata pelajaran bahasa

Indonesia yang bertugas sebagai observer mengamati proses pembelajaran, observer duduk berada di belakang siswa.

Pada waktu sepuluh menit terakhir guru meminta untuk mengumpulkan hasil naskah drama mereka, ada siswa yang sudah selesai mengerjakannya dan ada juga beberapa siswa yang tergesa-gesa karena belum selesai. Setelah semua siswa mengumpulkan naskah dramanya guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai pembelajaran, tetapi tidak ada siswa yang bertanya. Setelah itu guru membagikan jurnal serta format observasi untuk diisi sebagai bahan refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru menginformasikan untuk membaca lagi cerpen Bertengkar Berbisik karya M. Kasim di rumah serta membawa cerpen tersebut pada pertemuan selanjutnya.

Pada detik-detik terakhir pembelajaran, guru memberikan satu ice breaking. Kegiatan ini bertujuan agar pembelajaran diakhiri dengan mengesankan, terlihat dari ekspresi seluruh siswa yang sangat ceria dan senang ketika guru menutup pelajaran dan memberi salam.

3. Analisis Naskah Drama Siklus I

Peneliti menganalisis hasil naskah drama siswa berdasarkan kriteria-kriteria penilaian yang telah ditetapkan. Peneliti mengambil sebelas hasil naskah drama siswa, jumlah tersebut diambil 30% dari jumlah siswa. “Cara pengambilan sampel hasil naskah drama siswa diambil dengan teknik random atau random sampling.”1

Naskah-naskah itu akan dianalisis pada

1

setiap siklus sehingga peneliti dapat mengetahui peningkatan atau penurunan yang terjadi pada siswa. Berikut analisis kesebelas naskah drama siswa tersebut:

a) Hasil naskah drama siswa bernama Ahmad Suhendar 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama hasil karya Ahmad Suhendar sudah cukup baik, di dalamnya sudah terdapat judul yang diubah dari judul aslinya yaitu

judul berasal dari “Bertengkar Berbisik” berubah menjadi “Tiga Orang Musafir Sang Penipu Ulung” itu artinya sudah ada daya

kreatifitas dalam segi penulisan judul, judul yang diberikan Ahmad sangat cocok diberikan untuk cerita tersebut.

Dalam penulisan dialog yang ditulis oleh Ahmad hampir sama dengan dialog-dialog yang terdapat dalam cerpen. Hal tersebut menyebabkan naskah drama terasa kaku ditambah dengan tidak adanya pembagian babak dalam cerita sehingga tidak jelas perpindahan babak atau perpindahan latarnya.

Begitu pula dalam penulisan kramagung, Ahmad menulis hampir sama dengan yang terdapat dalam cerpen. Hanya ada beberapa kramagung yang disederhanakan oleh Ahmad, misalnya:

Burkat : “Engkau pun penipu” (sambil terengah-engah ketakutan)

“Engkau pun penipu” kata kepala kampung palsu itu terengah -engah sebab ketakutan.

Sama halnya dalam penulisan prolog dan epilog, Ahmad menuliskannya hampir sama dengan kalimat-kalimat yang terdapat dalam cerpen.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Secara keseluruhan isi naskah drama yang ditulis Ahmad sudah sesuai dengan isi cerpen. Isi cerpen seluruhnya terangkum dalam naskah drama meskipun tidak adanya pembagian babak dan penggambaran latarnya kurang jelas.

3) Kreativitas

Ahmad hampir tidak mengembangkan cerita. Secara umum Ahmad belum mampu mengembangkan kreativitasnya. Naskah yang ditulis Ahmad seluruhnya mengutip apa yang disajikan dalam cerpen. Hanya saja penulisan judul yang diubah dari judul yang terdapat dalam cerpen.

4) Penggunaan EYD

Penggunaan ejaan Ahmad masih diabaikan. Contohnya banyak sekali kesalahan dalam penggunaan kata depan di sebelum kata kerja yaitu di panggilkan yang seharusnya disambung menjadi

dipanggilkan, di malui yang seharusnya dimalui. Lalu ada kata yang tidak menggunakan huruf kapital pada awal nama orang yaitu togop yang seharusnya Togop.

b)Hasil naskah drama siswa bernama Ade Nurhasanah 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Hasil naskah drama karya Ade Nurhasanah pada siklus 1 ini sudah cukup baik, hanya tidak ada babak dalam kelangkapan aspek formal naskah dramanya. Judul yang diberikan Ade masih menggunakan judul yang terdapat dalam cerpen, ia tidak mengubah

judul menjadi lebih kreatif yaitu “Bertengkar Berbisik”.

Ade cukup pandai sekali mengembangkan sebuah dialog. Ia membuat dialog-dialog baru yang tidak terdapat dalam cerpen. Dialog-dialog itu Ade buat agar naskah dramanya terlihat lebih menarik. Contoh dialog-dialog yang ditambahkan oleh Ade adalah sebagai berikut:

Si Burkat : “Hai Togop, Togu ayo cepet jalannya

nanti kita kesorean”

Si Togop dan Togu : “Iya, ini juga sudah cepat-cepat”

Dalam naskah drama Ade terdapat prolog tetapi tidak ada epilog. Ade salah satu siswa yang tidak menyelesaikan naskah drama, itu disebabkan karena waktu yang terbatas. Ade sangat menyederhanakan bentuk prolognya, seperti di bawah ini:

Pada waktu itu matahari sudah condong ke barat. Tiga orang musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya. Mereka mempercepat langkah, agar dapat berbuka puasa di kampung orang.

Berasal dari sebuah paragraf berikut.

Pada waktu itu matahari sudah condong ke Barat. Tiga orang musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya. Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka di kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung kecil, yang masuk bahagian Batangtoru, mereka itu berhenti sebentar akan bermusyawarah.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Ade menggantung, Ade tidak menyelesaikan naskah dramanya, padahal tinggal sedikit lagi naskah drama ade dapat sempurna. Sehingga isi cerita dalam cerpen kurang lengkap terangkum dalam naskah drama.

3) Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Ade cukup kreatif, terlihat dari pengembangan cerita yang dituliskan Ade melalui dialog-dialognya dengan ragam bahasa yang cukup menarik. Ade pun sangat pandai berimprovisasi dalam dialog-dialog yang terdapat dalam naskah dramanya.

4) Penggunaan EYD

Naskah drama milik Ade terdapat sedikit kesalahan dalam penulisan EYD. Kesalahan-kesalahan itu ialah dalam penggunaan kata depan di dan ke yang masih tertukar apakah disambung atau dipisah.

Contohnya kata di mulai yang seharusnya dimulai, di panggilkan yang seharusnya dipanggilkan, dan ke sorean yang seharusnya kesorean.

c) Hasil naskah drama siswa bernama Ana Nurjanah 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Hasil karya Ana Nurjanah ini sudah baik, sudah terdapat judul dalam naskah drama yang diubah sedikit saja dari judul aslinya yaitu judul berasal dari “Bertengkar Berbisik” berubah menjadi “Pertengkaran dengan Berbisik”.

Dalam penulisan dialog Ana menuliskannya hampir menyerupai dengan dialog yang terdapat dalam cerpen, hanya saja ada sedikit kata-kata yang ditambahkan atau dihilangkan dalam dialog.

Tidak ada pembagian babak dalam naskah drama milik Ana, sehingga naskah dramanya sedikit menyebabkan sulit dipahami karena tidak jelas perpindahan babak dan perpindahan latarnya.

Ana sangat pandai sekali membuat kramagung, kramagung yang dibuat Ana sangat bervariasi, digambarkan sesuai dengan perilaku para tokoh dalam cerita misalnya:

Si Togu : “Saya sangka tadi, jika diburu-buru berjalan dapat juga kita bermalam di Batangtoru, tetapi rupanya

tidak.” (Ia kecewa, menyesal, dan mengeluh)

Si Togop : “Kalau begitu (dengan berfikir panjang) lebih baik kita cari akal, supaya kita dapat makan petang ini”

Prolog dan epilog yang dibuat oleh Ana masih sama dengan prolog dan epilog yang terdapat dalam cerpen. Belum adanya perubahan kreatifitas dalam penulisan prolog dan epilog.

2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Ana sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Ana. Meskipun dalam naskah drama Ana tidak ada babak.

3) Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Ana cukup kreatif, Ana mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi. Terlihat dari penyuguhan kramagung yang bervarisi dan judul yang sudah diubah dari bentuk aslinya. Meskipun dalam dialog Ana masih sedikit untuk berimprovisasi.

4) Penggunaan EYD

Ana begitu mengabaikan penggunaan ejaan. Ada tujuh kesalahan atau pertukaran antara preposisi dengan imbuhan kata di

yaitu di panggilkan yang seharusnya disambung menjadi

dipanggilkan, diantara yang seharusnya di antara, di iringkan yang seharusnya diiringkan, dan sebagainya.

d)Hasil naskah drama siswa bernama Asri Puspitasari 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama hasil karya Asri masih bnyak kekurangan, tidak ada judul dan babak dalam naskah drama. Sehingga cerita masih

mengambang untuk dibaca. Dalam penulisan dialog Asri masih menyalin dengan dialog-dialog yang terdapat di dalam cerpen, hanya sedikit saja Asri menambahkan kata-kata sebagai pelengkap dialog.

Dalam penulisan kramagung Asri cukup berimprovisasi, Asri banyak menambahkan kramagung-kramagung yang tidak terdapat dalam cerpen. Misalnya:

Burkat : “Engkau Togu, bagaimana pikiranmu? (sambil

memandang wajah Togu)

Kepala Kampung : “Tidak tau adat engkau ini, berani

menjatuhkan tangan rajamu!” (sambil

menolak tangannya dan berkata dengan gusar)

Dalam penulisan prolog dan epilog Asri tidak banyak merubah dengan prolog dan epilog yang terdapat dalam cerpen. Sehingga masih terlihat tidak berbeda jauh isinya dengan prolog dan epilog cerpen. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Asri sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Asri. Meskipun dalam naskah drama Asri tidak adanya babak dan judul.

3) Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Asri cukup kreatif, terlihat dari penulisan kramagung, prolog serta epilog yang diubah oleh Asri.

Sehingga Asri cukup mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi.

4) Penggunaan EYD

Penggunaan ejaan Asri sangat diabaikan. Lebih dari 15 kesalahan dalam naskah drama hasil Asri. Contohnya banyak sekali kesalahan dalam penggunaan preposisi dan imbuhan di yaitu

dikampung yang seharusnya dipisah menjadi di kampung, diantara

yang seharusnya di antara. Lalu penggunaan huruf kapital di dalam kata tempat dan nama orang yaitu di sitinjak yang seharusnya di Sitinjak, sutan menjinjing alam yang seharusnya Sutan Menjinjing Alam.

e) Hasil naskah drama siswa bernama Endah Ami Pratiwi 1). Kelengkapan aspek formal naskah drama

Hasil karya Endah Ami Prtiwi ini sudah sangat baik, aspek formal naskah drama sudah lengkap, di dalamnya sudah terdapat judul, dialog, babak, kramagung, prolog dan epilog. Judul cerpen yaitu

“Bertengkar Berbisik” Endah merubahnya menjadi “Pertengkaran 3

Serangkai dalam Berbisik” itu artinya Endah memberikan judul dengan cukup kreatif.

Dalam penulisan dialog sudah tertulis secara rapih dan benar, dan ada beberapa dialog yang diubah oleh Endah sehingga lebih menarik untuk dibaca.

“Engkau Togu, bagaimana pikiranmu?” bertanya si Burkat

kepada temannya seorang lagi.

“Saya menurut saja” jawab si Togu.

Lalu diubah menjadi dialog berikut ini.

Burkat : “Oke, dan kamu Togu, bagaimana denganmu? Setuju gak?”

Togu : “Kalau saya setuju-setuju aja sih, atur aja deh sama

kalian”.

Endah menuliskan babak dalam naskahnya, ia memberikan babaknya dengan tulisan Scene 1, Scene 2, Scene 3, dst. Tetapi tidak mencantumkan di mana keberadaan latar dalam setiap babak.

Dalam penulisan kramagung, Endah menuliskan dengan menambahkan beberapa kalimat misalnya:

Berasal dari paragraf berikut

“Anak Keparat rupanya engkau ini, curang, tamak tidak setia kawan, hanya memikirkan kesenangan sendiri saja,” kata si

Togop berbisik.

Endah mengubah kramagung menjadi berikut.

Togop : “Anak keparat rupanya kamu ini, curang, tamak, tidak

setia kawan, hanya mementingkan kesenangan sendiri

saja, egois kamu!!!” (sambil berbisik dan mulailah

emosinya naik)

Suatu hari ada 3 orang musafir yang sedang berjalan di kampung orang. Mataharipun sudah condong ke Barat, mereka sangat bingung untuk berbuka puasa di mana.

Berasal dari sebuah paragraf berikut.

Pada waktu itu matahari sudah condong ke Barat. Tiga orang musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya. Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka di kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung kecil, yang masuk bahagian Batangtoru, mereka itu berhenti sebentar akan bermusyawarah.

2).Kesesuaian naskah drama dengan cerpen

Naskah yang dibuat oleh Endah sudah sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Endah. Diperjelas dengan pembagian babak, dan alurnya sesuai dengan isi cerita dalam cerpen.

3).Kreativitas

Naskah yang disuguhkan oleh Endah sudah cukup kreatif, terlihat dari penulisan dialog yang diberikan dengan beberapa kalimat yang cukup unik, judul yang dibah menjadi “Pertengkaran 3 Sekawan

dalam Berbisik”, kramagung yang diberikan sesuai dengan kondisi cerita, epilog dan prolog yang tidak lagi menggunakan kata-kata dalam cerpen.

4).Penggunaan EYD

Endah cukup mengabaikan penggunaan ejaan. Contohnya banyak sekali kesalahan dalam penggunaan kata depan di yang mengikuti kata tempat yaitu dikampung yang seharusnya dipisah menjadi di kampung, diantara yang seharusnya di antara. Lalu penggunaan huruf kapital yang sering terdapat di tengah kalimat, contohnya Dengan cara itu kita bisa menetap sementara di Rumah kepala kampung sini yang seharusnya kata rumah tidak diawali oleh huruf kapital.

f) Hasil naskah drama siswa bernama Kemala Saras Rianty 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama

Naskah drama hasil Kemala Saras Rianty ini masih dalam taraf nilai cukup, di dalamnya belum terdapat judul dan babak. Sehingga naskahnya langsung kepada prolog cerita dan pembagian latar masih kurang jelas.

Dalam beberapa dialog Kemala seringkali menghemat sebuah dialog yang cukup panjang. Dialog yang dibuat oleh Kemala berikut ini:

Burkat : “Di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalanpun

tiada. Bagaimana kita akan berhenti nanti, apalagi dalam puasa begini, tak sanggup rasanya ku

tanggung.”

“Di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalan kita pun tak ada. Di manakah kita akan menumpang? Bertanak sendiri dalam

puasa begini, saya tak sanggup rasanya.”

Dialog yang dihemat oleh Kemala:

Togu : “(Menghela nafas) Tiada guna menyesal dan

mengeluh sekarang. Lebih baik kita cari akal agar

dapat makan dan merehat malam ini!”

Berasal dari paragraf berikut ini:

“Saya sangka tadi, jika diburu-buru berjalan, dapat juga kita bermalam di Batangtoru, tetapi rupanya tidak. Akan tetapi, menyesal dan mengeluh tak ada gunanya. Lebih baik kita cari

akal, supaya kita dapat makan petang ini.”

Dalam dialog di atas Kemala tidak menyebutkan “Saya sangka

tadi, jika diburu-buru berjalan, dapat juga bermalam di Batangtoru...”

kalimat itu tidak begitu penting, karena pada dialog sebelumnya si Togop sudah menjelaskan bahwa dia menyesal tidak bermalam di Sitinjak.

Dalam penulisan kramagung, Kemala menambahkan dan menuliskannya dengan cukup kreatif misalnya:

Burkat : “Di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalanpun

tiada. Bagaimana kita akan berhenti nanti, apalagi dalam puasa begini, tak sanggup rasanya ku

tanggung.” (Mengeluh sembari mengusap

keringatnya itu)

Dalam cerpen tidak terdapat kata-kata seperti yang dituliskan Kemala dalam kramagung. Itu artinya Kemala sudah dapat mendeskripsikan peristiwa yang terjadi dalam cerpen sehingga ia bisa menggambarkan ekspresi tokoh dalam cerita.

Dalam naskah drama Kemala terdapat prolog dan epilog. Prolog yang dikreatifkan Kemala sebagai berikut.

Matahari nampak condong ke arah barat. Tiga orang musafir mempercepat langkahnya untuk berbuka puasa di lai kampung orang. Terhentilah mereka sejenak di awal sebuah kampung kecil, bahagian Batangtoru.

Berasal dari sebuah paragraf berikut.

Pada waktu itu matahari sudah condong ke Barat. Tiga orang musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya. Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka di kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung

Dokumen terkait