• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Sastra di SMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

B. Kajian Teoritis

6. Pembelajaran Sastra di SMA

Pembahasan pembelajaran sastra di SMA dalam analisis penulis terdiri dari pengertian pembelajaran sastra, tujuan pembelajaran sastra, manfaat pembelajaran sastra, materi pembelajaran sastra, metode pembelajaran sastra, dan evaluasi.

a. Pengertian pembelajaran sastra

Menurut Wellek dan Waren (dalam Nurhayati, 2012: 8) sastra berkaitan erat dengan studi sastra. Sastra merupakan kegiatan penciptaan karya sastra secara kreatif, sedangkan studi sastra mempelajari hasil penciptaan karya tersebut. Oleh karena itu, seorang penelaah sastra selayaknya dapat menerjemahkan pengalaman sastranya dalam bahasa ilmiah yang jelas dan rasional. Penelaahan dapat dilakukan dengan menganalisis karya sastra atau meng-interpretasikannya. Dengan demikian, studi sastra sebagai suatu ilmu dapat dijadikan alat bagi pembaca untuk memahami karya sastra.

Menurut UU Bab 1 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran terkandung lima konsep, yaitu interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar.

Di sekolah SMA terdapat pembelajaran sastra, yang secara khusus membahas tentang novel. Kelebihan novel sebagai bahan pembelajaran sastra

30

yaitu cukup mudahnya karya tersebut dinikmati siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing. Akan tetapi, tingkat kemampuan tiap individu tidaklah sama. Hal ini tentu dapat menimbulkan masalah di dalam kelas. Di satu pihak guru harus berusaha meningkatkan kemampuan membaca para siswanya yang masih rendah, di pihak lain guru tidak ingin kemampuan membaca siswanya yang telah maju terhalang. Oleh karena itu, guru dituntut kreatif dalam memberikan pembelajaran dengan baik.

Pembelajaran sastra dengan bahan novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy, diharapkan dapat membantu siswa semakin mencintai sastra dan mempunyai moral yang baik sesuai dengan ajaran agama.

b. Tujuan pembelajaran sastra

Tujuan dari pembelajaran sastra adalah agar siswa memiliki rasa peka terhadap karya sastra yang berharga sehingga merasa terdorong dan tertarik untuk membacanya. Dengan membaca karya sastra diharapkan mereka mempunyai pengertian yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenai nilai, dan mendapatkan ide-ide baru.

Setiap pembelajaran pasti memiliki tujuan. Rahmanto (1988: 16) mengemukakan bahwa tujuan dari pembelajaran sastra yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Tujuan pembelajaran sastra berdasarkan silabus Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran sastra di SMA meliputi kemampuan dasar, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Kemampuan dasar berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal

31

yang harus dikuasai siswa. Standar kompetensi dalam pembelajaran sastra adalah memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Kompetensi dasar dalam pembelajaran sastra disesuaikan berdasarkan silabus dengan menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/novel terjemahan.

c. Manfaat pembelajaran sastra

Rahmanto (1988: 16-25) menyatakan bahwa pembelajaran sastra bermanfaat untuk:

1) melatih peserta didik supaya mampu menghayati nilai-nilai luhur, melihat dan mengenal nilai dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik; 2) membantu keterampilan berbahasa. Dalam berbahasa, ada 4 keterampilan dasar

yang harus dimiliki siswa yaitu: (i) menyimak (ii) berbicara (iii) membaca (iv) menulis. Keterampilan tersebut sangat erat hubungannya dalam pembelajaran sastra;

3) pembelajaran sastra dapat meningkatkan pengetahuan budaya, karena sastra merupakan cerminan dari kebudayaan yang ada di dalam masyarakat yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia; dan

4) pembelajaran sastra dapat mengembangkan cipta dan rasa peserta didik; 5) pembelajaran sastra dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan

32

d. Materi pembelajaran sastra

Di dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya dapat memilih bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, guru harus mampu memperhatikan pedoman dalam menentukan materi pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra harus sesuai dengan materi yang sudah disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa agar siswa lebih tertarik dan mudah dalam menerima materi.

Dalam Kurikulum 2013, guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran, karena pembelajaran dalam Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat menggunakan aneka sumber belajar yang ada (Mulyasa, 2013: 70). Dalam penyampaian materi, guru tidak harus menggunakan metode ceramah secara terus-menerus. Walaupun demikian, guru hendaknya tetap memperhatikan materi pembelajaran yang akan disampaikan.

Materi pembelajaran erat kaitannya dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku pelajaran baik yang wajib maupun buku penunjang, media cetak, media elektronik, lingkungan sekitar, dan juga bisa berupa hasil karya dari siswa. Aneka sumber belajar yang dimiliki sekolah seperti televisi, radio, surat kabar, dan majalah dapat digunakan sebagai penunjang bagi peserta didik dalam memahami materi.

e. Metode pembelajaran sastra

Tema Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi

33

kurikulum, guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna (menyenangkan), mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan (Mulyasa, 2013:99).

Kegiatan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 mengedepankan pengalaman personal melalui observasi (menyimak, melihat, membaca, mendengar), asosiasi, bertanya, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan sifat pembelajaran yang konstektual.

Metode merupakan cara yang digunakan seorang guru dalam menyampaikan pelajaran untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Seorang guru dapat memilih metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan menyesuaikan materi pelajaran dan keadaan siswa. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode Jigsaw.

Slavin mengatakan (Suprihatin, 2005:5) metode Jigsaw ialah metode pembelajaran yang dalam aplikasi pembelajarannya dibentuk beberapa kelompok kecil dalam setiap satu kelompok ada satu yang bertanggung jawab untuk menguasai pokok bahan materi belajar dan satu orang tersebut yang harus bertanggung jawab untuk membelajarkan kepada kelompok lain dan kelompoknya. Dalam Jigsaw guru harus memahami kemampuan dan pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar materi pelajaran menjadi lebih bermakna (Huda, 2014: 204). Guru juga memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan

34

berkomunikasi. Sintak metode Jigsaw dapat dilihat sebagai berikut (Huda, 2014: 205):

1) guru membagi topik pelajaran menjadi empat bagian/subtopik. Misalnya, topik tentang novel dibagi menjadi alur, tokoh, latar, dan tema.

2) sebelum subtopik-subtopik itu diberikan, guru memberikan pengenalan mengenalkan topik yang akan dibahas pada pertemuan hari itu. Guru bisa menuliskan topik ini di papan tulis dan bertanya kepada siswa apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini bermaksud untuk mengaktifkan kemampuan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.

3) siswa dibagi dalam kelompok berempat.

4) bagian/subtopik pertama diberikan kepada siswa/anggota 1, sedangkan siswa/anggota 2 menerima bagian/subtopik yang ke dua. Demikian seterusnya.

5) kemudian, siswa diminta membaca/mengerjakan bagian/subtopik mereka masing-masing.

6) setelah selesai, siswa saling berdiskusi mengenai bagian/subtopik yang dibaca/dikerjakan masing-masing bersama rekan anggotanya. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antar satu dan lainnya.

7) khusus untuk kegiatan membaca , guru dapat membagi bagian-bagian sebuah cerita yang belum utuh kepada masing-masing siswa. Siswa

35

membaca bagian-bagian tersebut untuk memprediksikan apa yang dikisahkan dalam cerita tersebut.

8) kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik tersebut. Diskusi ini bisa dulakukan antar kelompok atau bersama seluruh siswa. Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, guru dapat membentuk “kelompok ahli” (expret group). Setiap anggota yang mendapat bagian/subtopik yang sama berkumpul dengan anggota kelompok-kelompok yang juga mendapat bagian/subtopik tersebut. Misalnya, anggota yang memperoleh bagian/subtopik alur berkumpul dengan anggota atau kelompok yang mendapatkan alur. Perkumpulan inilah yang disebut “kelompok ahli”. Kelompok-kelompok ini lalu bekerja sama mempelajari/mengerjakan bagian/subtopik tersebut. Kemudian, masing-masing anggota dari kelompok ahli kembali ke kelompoknya yang semula, lalu menjelaskan apa yang baru saja dipelajarinya (dari “kelompok ahli”) kepada rekan-rekan kelompoknya yang semula.

Pembelajaran metode Jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode Jigsaw adalah sebagai berikut:

a) mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya. b) mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan

dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.

c) dapat meningkatkan kemampuan sosial, mengembangkan rasa harga diri dan hubungan interpersonal yang positif.

36

d) siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing kelompok.

e) siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan menjelaskan materi pada masing-masing kelompok.

f) siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut kepada teman kelompok belajarnya.

g) siswa diajarkan bagaimana dalam kelompok. h) materi yang diberikan kepada siswa dapat merata.

i) dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif. Adapun kekurangan yang bisa ditemukan didalam pembelajaran dengan metode Jigsaw adalah sebagai berikut:

a) siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit menyampaikan materi kepada rekannya.

b) siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.

c) siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.

d) siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.

e) siswa yang tidak terbiasa berkopetensi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.

37

f) penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara kemampuan dan kopetensi yang harus dipelajari.

g) keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa kurang bisa berkonsentrasi dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasainya. h) jika jumlah kelompok kurang maka akan menimbulkan masalah, misal

jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.

i) jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit dijalankan mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti kelompok.

j) membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

f. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi dalam pembelajaran sastra ini ditujukan untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa dan diarahkan terhadap semua aspek pribadi siswa, bukan hanya terhadap aspek penguasaan pengetahuan saja, melainkan aspek keterampilan juga perlu mendapatkan penilaian.

38

Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran novel Sebening Air Mata Kayla secara tertulis dengan menggunakan tes esai. Tuckman (dalam Nurgiyantoro,

2010: 117) menyatakan bahwa tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri. Dalam tes bentuk esai siswa dituntut berpikir tentang dan mempergunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab. Tes bentuk esai memberi kebebasan kepada siswa untuk menyusun dan mengemukakan jawabannya sendiri dalam lingkup yang secara relatif dibat asi.

39

Dokumen terkait