BAB V PENUTUP
B. SARAN
1. Bagi Guru
Peran guru sangat besar dalam dunia pendidikan, khususnya guru dalam bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Untuk menciptakan kecintaan siswa dalam dunia sastra, diharapkan agar guru selalu membangkitkan minat para siswa dalam dunia kesusastraan.
154 2. Bagi siswa
Para siswa hendakanya lebih kreatif dalam mengapresiasi novel, sehingga selain memiliki daya apresoasi, tetapi juga dapat menganalisis sebuah novel. Perbanyaklah membaca untuk menungkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan terutama bacaan-bacaan (novel).
3. Bagi Pembaca
Semoga penelitian ini dapat lebih mudah dalam memahami skripsi yang ada dalam novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Semoga penelitian ini dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya yang serupa dan mampu menemukan nilai-nilai pendidikan yang lain dalam sebuah novel, agar nantinya dapat dimanfaatkan bagi dunia pendidikan dalam menjawab permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
155
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dedy Tri Prasetyo. 2014. “Nilai Religius Tokoh Utama dalam Novel Hitam dan Putih karya Musthofa Achmad dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Erni Susilawati. 2014. “Nilai-Nilai Religius dalam Novel Sandiwara Bumi Karya Taufiqurrahman Al-Azizy”. Jurnal Sastra, Bahasa dan pengajarannya, 2 (1), 38 Muhammad Saenal. 2016. “Perbandingan Karakter Tokoh Dalam Novel Jangan
Bercerai Bunda Karya Asma Nadia Dengan Putri Kecilku dan Astrocytoma Karya dr. Elia Barasila, M.A.R.S dan dr. Sanny Santana, Sp.OG. Jurnal Humanika, 16 (1).
Djamaludin, Fuat. 2011. Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ginanjar, Nurhayati. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi Teori dan Praktik. Surakarta: Cakrawala Media.
Mulyasa. 2016. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Posdakarya.
Al-Azizy, Taufiqurrahman. 2014. Sebening Air Mata Kayla. Jogjakarta: Diva Press.
Noviana, Dian. 2009. “Nilai-Nilai Religi dalam Acara Taman Gabusan di TVRI Yogyakarta”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Nurhayati. 2012. Pengantar Ringkas Teori Sastra. Yogyakarta: Media Perkasa. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra Pegangan Guru Pengajar Sastra.
Yogyakarta: Kanisius.
Roestiyah, N.K. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro.
156
SISDIKNAS. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
Sudaryanto. 2016. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Waluyo, Herman J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS Press.
Huda, Miftahul. 2014. Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR
LAMPIRAN 1
SINOPSIS
Mansur adalah teman akrab Rustam, keduanya bertemu ketika mondok di Pesantren Mbah Mun. Hubungan keduanya sangatlah dekat. Mereka seringkali bertukar pendapat, saling membantu satu sama lain dan kadangkala saling mencurahkan hatinya tentang wanita. Misalnya ketika Mansur mencurahkan hatinya kepada Rustam, bahwa Mansur sedang dekat Wiwin dan tak lama lagi akan menikahinya. Mendengar curahan hati sahabatnya itu, Rustam kaget dan tidak setuju sebab calon istri sahabatnya itu adalah wanita yang tak berjilbab dan seringkali memakai pakaian kecil dan ketat. Hal itu sangatlah bertolak belakang dengan kepribadian dengan Mansur, Mansur adalah pemuda yang shaleh, hafal al-Qur’an dan pandai membaca kitab-kitab kuning. Selain itu, Rustam juga agak ragu akan keputusan Mansur untuk menikahi Wiwin, Mansur adalah seorang pemuda yang miskin dan hanyalah anak seorang janda yang tinggal di pedalaman Solo, sementara Wiwin adalah anak orang kaya yang tinggal di kota. Namun demikian Mansur tak menghiraukan anggapan yang negatif tentang diri Wiwin. Akhirnya Mansur pun menikahi Wiwin.
Pesta pernikahan Mansur dan Wiwin berlangsung sangat meriah. Pesta pernikahan tersebut di adakan di sebuah gedung pertemuan di pusat kota. Hal itu sangatlah wajar karena orang tua Wiwin adalah kalangan yang berada dan sangat terhormat di kota tersebut. Acara tersebut berlangsung hingga malam hari dengan didatangkan grup organ tunggal dan kesenian emblek dan juga kuda lumping.
Kebahagiaan yang dirasakan Mansur dan Wiwin tidaklah lama. Kini Mansur sudah mempunyai tanggungan untuk menafkahi istrinya, sedangkan dirinya belum mempunyai pekerjaan. Menurut adat orang jawa setelah menikah, pengantin wanita wajib ikut dengan suaminya dan tinggal bersamanya. Begitu juga dengan Wiwin, setelah menikah dengan Mansur, Wiwin pun memutuskan untuk tinggal di rumah Mansur. Di desa Tempelsari, Wiwin seakan sudah menyatu dengan kehidupan warga. Tak jarang ia pergi ke sawah dan hutan untuk mencari kayu bakar. Meskipun Wiwin dan Mansur hidup dalam keadaan yang serba pas-pasan, namun keduanya tetap mensyukurinya.
Hampir delapan bulan Wiwin tinggal di rumah Mansur, hal ini membuat Pak Prapto dan Bu Prapto merasa kehilangan anak semata wayangnya. Hingga mereka meminta Wiwin untuk pulang dan tinggal bersamanya. Hal ini membuat Wiwin terjerembab dalam keadaan yang sangat berat. Disamping ia sudah bahagia tinggal bersama suaminya, disisi lain ia tak bisa menolak keinginan ayahnya untuk tinggal bersama ayahnya. Setelah berdiskusi dengan Mansur, akhirnya Wiwin dan suaminya memutuskan untuk pulang dan tinggal di rumah Pak Prapto.
Wiwin dan Mansur akhirnya tinggal di rumah Pak Prapto. Mansur pun masih dalam kebimbangan karena ia belum juga mendapatkan pekerjaan, sudah beberapa kali ia mengikuti tes CPNS namun selalu gagal, diitambah lagi kini Wiwin sedang mengandung. Sementara itu mertuanya selalu memojokkan dirinya untuk segera mendapatkan pekerjaan yang layak. Akhirnya Mansur memutuskan untuk ikut mas Saifuddin berjualan Koran di lampu merah ataupun angkot. Walaupun sudah bekerja keras, tetap saja mertuanya itu selalu menuntut lebih
agar Mansur bisa mendapat pekerjaan yang layak. Mertuanya merasa malu pada tetangganya, orang yang terhormat seperti Pak Prapto dan Bu Prapto kok mempunyai menantu penjual Koran. Sementara itu kandungan Wiwin sudah menginjak usia tujuh bulan.
Hubungan Pak Prapto dan Mansur semakin memanas ketika Mansur hendak mengadakan acara tujuh bulanan atau pitonan dalam rangka memperingati tujuh bulan kehamilan Wiwin. Menurut Pak Prapto acara tersebut tidak ada dalam ajaran agama yang dipercayainya, berbeda dengan Mansur menurut Mansur acara tersebut diadakan semata-mata untuk mendo’akan anaknya agar kelak bisa menjadi anak yang shalih/shalihah dan berbakti pada kedua orang tuanya.
Setelah menginjak usia Sembilan bulan, akhirnya Wiwin pun melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat imut. Bayi tersebut diberi nama Kayla. Kayla tumbuh menjadi gadis kecil yang cerdas. Diusianya yang baru menginjak usia lima tahun setengah, ia bisa dikatakan tidak seperti teman sebayanya, ia sudah pandai membaca, sedikit-sedikit ia juga sudah bisa membaca al-Qur’an. Selain itu, ia juga sudah bisa membedakan hal yang baik dan yang buruk.
Ketika sedang bahagianya Wiwin dan Mansur mempunyai seorang anak yang cerdas dan juga periang, munculah masalah baru pada keluarga tersebut. Roni, masalalu Wiwin datang dalam kehidupan keluarga mereka. Roni adalah anak dari teman ayahnya Wiwin. Roni adalah pemuda yang sukses. Seringkali ketika Roni datang ke rumah Wiwin, membuat Wiwin merasa risih pada Roni karena kini Wiwin tak lagi sendiri. Berbeda halnya dengan Pak Prapto dan Bu
Prapto, mereka sangat mengagumi Roni, diusianya yang masih muda ia sudah menjadi orang yang sukses, hingga ada niatan untuk menjodohkan Wiwin dengan Roni.
Hubungan Mansur dan Pak Prapto semakin renggang, disamping Rustam belum mempunyai pekerjaan yang layak, di sisi lain ada pemuda yang lebih segalanya dari Mansur yaitu Roni. Tidak tahan dengan sikap mertuanya yang selalu menjelek-jelekkan dan memojokkan dirinya, Mansur akhirnya memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Hal itu ia lakukan berharap bisa memperbaiki keadaan keluarganya dan berharap bisa membanggakan mertuanya itu. Setelah mendapat restu dari Rustam, Wiwin dan mertuanya, akhirnya Masur berangkat ke Jakarta untuk mengadu nasib.
Semenjak kepergian Mansur ke Jakarta, membuat Kayla sangat kehilangan sosok seorang Mansur. Kayla menjadi gadis kecil yang pemurung, suka menyendiri, dan sering menangis. Di Jakarta Mansur bekerja sebagai kuli bangunan, terkadang ia juga mengisi pengajian di masjid-masjid. Setiap bulan ia juga selalu mengirim uang untuk Wiwin dan Kayla. Namun ia belum bisa pulang menemui Wiwin dan Kayla karena menurutnya ia belum bisa menjadi apa yang diinginkan Pak Prapto dan Bu Prapto.
Sementara itu, di Magelang tepatnya rumah Pak Prapto, Roni selalu datang untuk menemui dan merayu Wiwin. Hal itu membuat Wiwin tidak tahan dengan sikap Roni. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari rumah dan tinggal di rumah Mbok Sofiah. Meskipun hal itu ditentang oleh Pak Prapto dan Bu
Prapto, Wiwin tetap pada pendirianya untuk tinggal di rumah Mbok Sofiah. Ia tidak tahan terhadap sikap kedua orag tuanya yang selalu memojokkan dirinya. Wiwin dan Kayla pun pergi dari rumahnya. Namun, ketika di perjalanan tepatnya di terminal, ia bertemu dengan Rustam. Rustam memberikan arahan kepada Wiwin agar mengurungkan niatnya untuk pergi dari rumah dalam keadaan dirinya yang masih kacau. Mendengar nasihat dari Rustam akhirnya Wiwin memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya.
Sepulangnya Wiwin ke rumah orang tuanya tidak membuat Pak Prapto senang, malahan membuat ia semakin membenci anaknya itu. Hingga suatu hari ia membuat surat perceraian Wiwin dan Mansur tanpa sepengetahuan anaknya itu. Dengan kekuatan dan kekuasannya, dengan mudah Pak Prapto mendapat surat cerai untuk Mansur dan Wiwin. Akhirnya Wiwin dan Mansur pun bercerai.
Melihat apa yang terjadi pada Mansur dan istrinya, Rustam merasa prihatin dan hendak mengeluarkan Wiwin dari masalah yang menimpanya. Akhirnya setelah mendapatkan restu dari Mansur, Rustam memberanikan diri untuk melamar Wiwin. Ketika Rustam hendak melamar Wiwin, di rumah Prapto juga ada Roni yang juga hendak meminang Wiwin. Pak Prapto, Bu Prapto dan Wiwin pun bingung, mengapa ada dua pemuda yang secara bersamaan hendak melamar Wiwin. Ketika Wiwin di minta untuk memilih salah satu antara Roni dan Rustam, tiba-tiba Kayla berlari menuju ke Rustam dan memeluk tubuh Rustam dengan erat. Di mata Kayla, ada sosok Mansur di dalam diri Rustam. Wiwin pun akhirnya memilih Rustam untuk menjadi suaminya. Sementara itu Roni, Pak
Prapto dan Bu Prapto menyadari bahwa yang dilakukannya selama ini adalah salah. Mereka hanya terbakar nafsu yang demi kepentingan pribadi.
Sementara itu, di Jakarta diam-diam sahabat Mansur yaitu Pak Badri telah menyusun rencana untuk mempertemukan Wiwin, Kayla dengan Mansur. Kala itu di masjid Istiqlal sedangdiadakan acara Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. Rustam yang diminta untuk menjadi pembicara dalam acara tersebut, sedangkan Mansur diminta sebagai pembaca do’a. Benar saja ketika Rustam dan keluarganya hendak menghadiri acara tersebut, mereka singgah dahulu di kontrakan Mansur. Pertemuan yang mengharukan antara Mansur, Wiwin dan Kayla benar-benar terjadi, tangis haru mewarnai pertemuan insane yang telah lama dipisahkan.
Setelah mereka meluapkan kerinduannya, mereka lantas menuju ke masjid Istiqlal, untuk menghadiri acara Isra’ Mi’raj nabi Muhammad saw. Ketika Rustam sedang berdakwah di mimbar dalam acara tersebut, tiba-tiba badanya terkulai dan akhirnya ia meninggal. Sontak saja peristiwa itu membuat para hadirin kaget, begitu juga dengan Mansur, Wiwin, dan Kayla. Ternyata sebelum meninggal, Rustam menulis surat Wasiat untuk Mansur. Isi surat tersebut adalah Rustam meminta agar Mansur bisa bersatu lagi dengan Wiwin. Tidak hanya itu, Rustam juga memberikan semua harta yang dimilikinya untuk Mansur.
Lampiran 2
BIOGRAFI PENGARANG
Taufiqurrahman al-Azizy, lahir pada 9 Desember 1975. Asli orang Indonesia, tepatnya Jawa Tengah. Pernah menyantri di Pesantren Ilmu al-Qur’an Hidayatul Qur’an yang diasuh oleh KH. Drs. Ahsin Wijaya al-Hafizh, M.A. Pernah pula kuliah di Universitas Sains al-Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo, jurusan Dakwah dan Komunikasi.
Beberapa karyanya antara lain: Syahadat Cinta (2006), Musafir Cinta (2007), Makrifat Cinta (2007), Kitab Cinta Yusuf Zulaikha (2007), Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa (2010), Alif (2011), Laki-laki yang Menggenggam
Ayat-ayat Tuhan (2012), Butiran Debu (2013), Emak; Aku Minta Surgamu, ya (2013),
Lampiran 3
DAFTAR TABEL
1. Daftar Tabel Unsur Intrinsik dan Nilai Religius Novel Sebening Air
Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy
Tabel 1
Unsur Intrinsik Novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy
No Struktur Karya Sastra Halaman Data
1. Tema
d. Masalah ekonomi 145, 177
e. Masalah Pertentangan Paham (agama) f. Masalah dalam rumah tangga
151, 152, 281 240, 286, 154 2. Tokoh
c. Tokoh utama
7) Kayla (sabar dan baik hati) 8) Mansur (selalu bersyukur)
9) Wiwin (rendah hati dan penyayang) 10) Rustam (suka menolong)
11) Pak Prapto (dengki dan jahat) 12) Bu Prapto (sombong) 174, 186 25, 27 29, 106 17, 172 52, 202 46, 275 d. Tokoh tambahan
13) Mbah Yah (baik dan suka menolong) 14) Mbok Sofiah (penyabar)
15) Kiai Muchotob (ramah) 16) Pakde Tohar (rendah hati) 17) Aziz Muslim (suka membantu) 18) Zarkasi (peduli terhadap orang lain) 19) Pak Haji Tohir (sering membantu) 20) Saifuddin (sahabat yang baik)
16, 20 46, 106 179, 173 96, 127 93, 93 110, 110 111, 111 149, 146
21) Mbak Ambar (pemberi motivasi) 22) Pak Prastowo (sering berbuat jahat) 23) Roni (suka merusak hubungan) 24) Mbah Apah (pemberi solusi)
176, 177 191, 191 192, 247 244, 292 3. Alur f. Tahap penyituasian 16, 17
g. Tahap pemunculan konflik 22, 23
h. Tahap peningkatan konflik 119, 151, 217, 230 i. Tahap klimaks 254, 297 j. Tahap penyelesaian 318, 334, 342 4. Latar d. Latar tempat 15, 17, 26, 43, 57, 190, 222, 314 e. Latar waktu 14, 67, 71, 240, 292, 308, 312 f. Latar social 47, 143, 147, 173 5. Amanat 26, 38, 64, 115, 214, 217
Tabel 2
Nilai Religius Novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy
Wujud Nilai-Nilai Religius Halaman Data 1. Akidah
f) Iman kepada Allah
g) Iman kepada Malikat
h) Iman kepada Nabi/Rasul i) Iman kepada Kitab Allah j) Iman kepada Takdir
62, 80, 88, 96. 115, 176, 94, 157, 256. 116 93, 86, 169, 336 272, 34 70, 142 2. Akhlak i) Bersyukur j) Mengucapkan salam k) Saling mengingatkan l) Saling mendoakan m) Saling membantu n) Saling menguatkan o) Tidak berburuk sangka p) Bersabar 49, 103, 171, 266 21, 64, 173 24, 44, 64, 68, 130 27, 101, 142, 313, 316 48, 83, 84, 85, 126, 177, 214 212, 214, 217 145, 282 207, 153 3. Syariah g) Berdoa 27, 75, 110, 113, 134, 141,
h) Bersedekah i) Membaca al-Qur’an j) Sholat k) Mengamalkan ilmu l) Puasa 258, 301 18, 20 18, 80, 94, 168 20. 81, 102, 147, 170, 187, 76, 111, 28 235, 27
2. Daftar Tabel Skor Penilaian
a. Penilaian Kognitif
No. Aspek yang dinilai Skor
1. 2.
Jelaskan pengertian novel?
Sebutkan unsur intrinsik dan ekstriksik?
b. Penilaian Psikomotorik
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Mengidentifikasi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik?
c. Penilaian Afektif
No Nama Siswa Indikator Sikap
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2 x Pertemuan)
A. Kompetensi Inti
KI2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan menunjukan sikap pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam kehidupan sosial secara efektif dengan memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia serta mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia.
B. Kompetensi Dasar
2.4 Mengembangkan sikap apresiatif dalam menghayati karya sastra.
C. Indikator
1. Mencari isi novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Azizy.
2. Mengidentifikasi unsur intrinsik novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy.
3. Menganalisi nilai religius novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menceritakan isi novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy.
2. Siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy.
3. Siswa dapat menjelaskan nilai religius novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy.
E. Materi pelajaran
1. Pengertian novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita yang melukiskan kehidupan para tokoh secara imajinatif berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat.
2. Unsur intrinsik adalah unsur yang melekat langsung pada bagian pokok dari karya sastra. Unsur intrinsik yang penulis analisis dalam novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy meliputi
tema, tokoh dan penokohan, alur, latar dan amanat.
3. Unsur ekstrinsik yang menjadi materi dalam novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy, yaitu berkaitan dengan nilai religius di dalam kehidupan. Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan nilai akidah, nilai akhlak dan nilai syariah.
F. Metode Pembelajaran
G. Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Unsur Intrinsik
Pertemuan pertama (2 x 45 menit) 4) Kegiatan Awal (15 menit)
Dalam pembelajaran sastra kegiatan awal meliputi f) doa dan salam pembuka dengan penuh religius;
g) guru mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti proses pembelajaran;
h) presensi untuk mengetahui kehadiran siswa;
i) guru memberikan motivasi kepada siswa untuk kegiatan pembelajaran yang akan di lakukan;
j) siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5) Kegiatan Inti
Dalam pembelajaran sastra, kegiatan inti meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
d) Eksplorasi (25 menit)
Dalam pembelajaran sastra eksplorasi meliputi:
(5) siswa dibagi menjadi lima kelompok belajar sesuai dengan arahan guru untuk mengerjakan tugas menentukan tema, tokoh, alur, latar dan amanat. Anggota/siswa 1 mengerjakan tema, anggota/siswa 2 mengerjakan tokoh, anggota/siswa 3 mengerjakan alur, anggota/siswa 4 mengerjakan latar dan anggota/siswa 5 mengerjakan amanat;
(6) masing-masing kelompok membaca dan memahami isi novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy yang
sudah di sediakan oleh guru;
(7) siswa melakukan penyelidikan sesuai dengan bagian yang telah di berikan kepada masing-masing anggota kelompok yaitu mencari tema, tokoh, alur, latar dan amanat;
(8) guru memfasilitasi dan membimbing kelompok belajar untuk menemukan hasil yang harus mereka cari.
e) Elaborasi (25 menit)
Dalam pembelajaran sastra kegiatan elaborasi meliputi:
(5) siswa masing-masing dalam anggota kelompok merumuskan hasil temuannya mengenai unsur intrinsik yang di fokuskan pada bagian-bagian yang telah mereka terima dalam novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy;
(6) siswa saling berkomunikasi memberikan pendapat temuannya dengan teman kelompok mereka;
(7) siswa saling berdiskusi dan menentukan temuan siapa yang akan mereka gunakan;
(8) jika masing-masing kelompok mengalami kesulitan, guru selanjutna membentuk kelompok ahli. Anggota kelompok yang mendapatkan tugas mencari tema pada kelompok 1, 2, 3, 4, dan 5 membentuk kelompok baru/kelompok ahli untuk menemukan tema. Demikian pula kelompok tokoh, alur, latar dan amanat.
Anggota kelompok ahli berdiskusi mengenai permasalahan atau membahas topik yang harus diselesaikan. Jika sudah menemukan jawaban, masing-masing kelompok ahli kembali ke kelompok asal/kelompok jigsaw untuk menyampaikan hasil temuannya. f) Konfirmasi (15 menit)
Dalam pembelajaran sastra, konfirmasi meliputi:
(3) perwakilan masing-masing kelompok jigsaw diminta untuk menyampaikan hasil kesimpulannya;
(4) anggota kelompok menemukan hasil temuannya mengenai unsur intrinsik yang di fokuskan pada alur, latar, tokoh dan tema yang terdapat dalam novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy.
6) Penutup (10 menit)
Dalam pembelajaran sastra, kegiatan penutup meliputi:
e) guru membimbing siswa melakukan analisis terhadap pemecahan-pemecahan masalah yang telah ditemukan siswa;
f) guru melakukan penilaian mengenai kerja kelompok, dan sikap yang dilakukan selama pembelajaran;
g) guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya;
Pertemuan kedua (2 x 45 menit) 4) Kegiatan Awal (15 menit)
Dalam pembelajaran sastra, kegiatan awal meliputi; h) doa dan salam dengan penuh religius;
i) guru mengkondisikan untuk siap mengikuti proses pembelajaran; j) presensi untuk mengetahui kehadiran siswa;
k) guru memberian motivasi kepada siswa untuk kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan;
l) guru sedikit mengulas mengenai pembelajaran novel sebelumnya; m) siswa menyimak permasalahan yang disampaikan guru tentang
analisis unsur intrinsik dalam novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy;
n) siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat dan langkah pembelajaran yang akan dilakukan.
5) Kegiatan Inti
Dalam pembelajaran sastra, kegiatan inti meliputi: eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
d) Eksplorasi (25 menit)
Dalam pembelajaran sastra, kegiatan eksplorasi meliputi:
(5) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bergabung dengan kelompok yang lalu;
(6) guru mengemukakan unsur intrinsik dalam novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy;
(7) setiap siswa dalam kelompok memahami tentang unsur intrinsik dalam novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy;
(8) guru membahas tentang unsur instrinsik yang ada dalam novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy.
e) Elaborasi (25 menit)
Dalam pembelajaran sastra, kegiatan elaborasi meliputi:
(3) siswa mencoba mengemukakan hasil temuannya mengenai analisis unsur intrinsik dalam novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy;
(4) siswa dalam satu kelompok berdiskusi tentang temuannya yaitu unsur intrinsik dalam novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy.
f) Konfirmasi (15 meit)
Dalam pembelajaran sastra, kegiatan konfirmasi meliputi:
(4) perwakilan masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil kesimpulannya;
(5) melaporkan hasil temuannya mengenai unsur intrinsik yaitu alur, latar, tokoh dan tema yang telah dibagikan kepada masing-masing kelompok;
(6) kelompok lain menanggapi hasil pembahasan kelompok yang mempresentasikan temuannya.
6) Penutup (10 menit)
Dalam pembelajaran sastra, kegiatan penutup meliputi:
e) umpan balik yang diberikan guru kepada siswa mengenai kesimpulan yang dihasilkan;
f) penilaian kerja kelompok, sikap yang dilakukan selama proses pembelajaran;
g) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya; h) guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
H. Sumber Belajar
1. Buku Bahasa Indoneia untuk SMA dan MA Kelas XII Program IPA dan IPS penyusun Suratno dan Wahono yang diterbitkan oleh Pusat
Pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional 2010.
2. LKS Bahara, Alfa Betha Purworejo. Dra. Ratna Adiarti, dkk. 3. Novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy.
I. Evaluasi
1. Evaluasi proses
Bacalah Novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy. 2. Evaluasi hasil
a. Jelaskan tema dalam Novel Sebening Air Mata Kayla karya