BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
B. Kajian Teoritis
4. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud (Nurgiyantoro, 2013: 30). Unsur intrinsik novel yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur, latar dan amanat.
a. Tema
Menurut Nurgiyantoro (2013: 31) mengatakan Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia akan selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupa, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut, religius, sosial, dan sebagainya. Tema juga dapat disinonimkan dengan ide atau tujuan utama cerita. dari pendapat tersebut,
21
dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan utama, ide pokok atau pikiran utama pada sebuah cerita atau karya sastra.
Menurut Waluyo (2011: 7) berpendapat bahwa setiap prosa fiksi mengandung gagasan pokok yang lazim disebut tema. Tema adalah gagasan pokok dalam cerita fiksi. Tema cerita mungkin dapat diketahui oleh pembaca melalui judul atau petunjuk setelah judul, tetapi yang banyak ialah melalui proses pembacaan karya sastra yang perlu dilakukan beberapa kali karena belum cukup dilakukan hanya dengan sekali baca.
Menurut Nurgiyantoro (2013: 125-133) menggolongkan tema ke dalam beberapa kategori, yaitu tradisional, nontradisional, mayor dan minor. Tema tradisional menunjuk pada tema yang telah lama dipergunakan serta dapat ditemukan dalam berbagai cerita termasuk cerita lama, sedangkan tema nontradisional bersifat tidak lazim, tidak sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan, bahkan boleh jadi mengesalkan, atau berbagai reaksi afektif yang lain. Tema mayor merupakan makna pokok cerita yang menjadi dasar/gagasan umum karya sastra, sedangkan tema minor atau tema tambahan bersifat mempertegas eksistensi makna utama (tema mayor).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan utama, ide pokok atau pikiran utama pada sebuah cerita atau karya sastra.
22
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan sebagai kualitas moral, intelektual dan emosional tertentu dengan kesimpulan dari apa yang orang-orang katakan dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan tindakan (Wicaksono, 2014:171). Dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang kajadiannya lebih sedikit dibandingkan dengan okoh utama. Kejadiannya hanya ada ketika berkaitan dengan tokoh utamanya secara langsung.
c. Alur
Dalam suatu karya sastra, alur merupakan unsur yang penting karena tanpa adanya alur cerita sastra tidak akan menarik dan membuat pembaca penasaran. Waluyo (2011: 9) berpendapat bahwa alur atau plot sering juga disebut kerangka cerita, yaitu jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan memiliki kemungkinan agar pembaca menebak peristiwa yang akan datang.
23
Dalam suatu karya sastra, alur merupakan unsur yang penting karena tanpa adanya alur cerita sastra tidak akan menarik, dan membuat pembaca penasaran. Menurut Nurgiyantoro(2013: 173) membedakan tahapan alur (plot) menjadi tiga bagian yaitu: tahap situation (penyituasian), tahap generating circimtances (pemunculan konflik), tahap climax (klimak)
1) Tahap situation (penyituasian)
Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.
2) Tahap generating circimtances (pemunculan konflik)
Tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan.
3) Tahap climax (klimak)
Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita ketika mencapai titik puncak.
d. Latar
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abraham (dalam Nurgiyantoro, 2013: 302).
Nurgiyantoro (2013: 314-322) berpendapat bahwa unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.
24
1) Latar tempat
Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Keberhasilan latar tempat lebih ditentukan oleh ketepatan deskripsi, fungsi, dan keterpaduannya dengan unsur latar yang lain sehingga semuanya bersifat saling mengisi.
2) Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.
3) Latar sosial
Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
e. Amanat
Dari sebuah karya sastra ada kalanya dapat diangkat suatu ajakan moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang; itulah yang disebut amanat (Sudjiman, 1988:57). Amanat dalam sebuah karya sastra dapat disampaikan, baik secara implisit maupun eksplisit. Amanat yang diuraikan secara implisit yaitu jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang akhir cerita. Amanat yang diuraikan secara eksplisit menuntut penikmat karya sastra menyimpulkan sendiri amanat yang terkandung dalam suatu karya sastra karena pengarang tidak menjelaskan langsung amanat yang terdapat dalam karya sastra tersebut.
25
Amanat merupakan opini, kecenderungan, dan visi pengarang terhadap tema yang dikemukakan. Amanat dalam karya sastra dapat terjadi lebih dari satu, asal kesemuanya itu terkait dengan tema. Amanat biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis (Waluyo 2011: 28). Fungsi karya sastra adalah dulce et utile. Jadi, amanat menyorot pada manfaat yang dapat dipetik dari sebuah
karya sastra. Dalam keadaan demikian, karya sastra yang kurang baik sekalipun akan memberikan manfaat kepada kita, jika kita mampu memetik manfaatnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa amanat pada umumnya hampir sama, yaitu pesan moral yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.