• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI RELIGIUS NOVEL SEBENING AIR MATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS NILAI RELIGIUS NOVEL SEBENING AIR MATA"

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS NILAI RELIGIUS

NOVEL SEBENING AIR MATA KAYLA

KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY

DAN PENERAPAN PEMBELAJARAN

UNSUR INTRINSIK NOVEL DI KELAS XII SMA

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Zaki Rachman Hakim NIM 132110152

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

1. “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (Qs. Al-Insyirah: 5-6).

2. “Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu”(Ali bin Abi Thalib).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

2. Taufiqurrahman al-Azizy selaku Penulis novel Sebening Air Mata Kayla.

(6)

vi PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis nilai relogius novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy dan penerapan pembelajaran unsur intrinsik novel di kelas XII SMA” dengan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka penyelesaian studi program Strata I Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang telah memberikan kesempatan sehingga peneliti dapat menyelsaikan studi di Universitas Muhammadiyah Purworejo;

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan;

3. Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo;

(7)

vii

4. Dr. H. Khabib Sholeh, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Suci Rizkiana, M.Pd. selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan;

5. Dosen PBSI yang telah memberikan bekal dan dorongan terhadap penulis selama kuliah di Universitas Muhammadiyah Purworejo;

6. Bapak, ibu dan adik saya atas segenap doa, pendidikan, perjuangan dan pengorbanan untuk penulis.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah Swt. selalu melimpahkan hidayah dan inayah-Nya atas segala jasa dan bantuan mereka.

(8)

viii

ABSTRAK

Zaki Rachman Hakim. “Analisis Nilai Religius Novel Sebening Air Mata Kayla

Karya Taufiqurrahman Al-Azizy dan Penerapan Pembelajaran Unsur Intrinsik Novel di Kelas XII SMA ”. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan (1) unsur intrinsik novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy, (2) nilai religius novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy, dan (3) penerapan pembelajaran unsur intrinsik novel di kelas XII SMA.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Jigsaw. Objek penelitian ini adalah novel Sebening Air Mata Kayla. Fokus penelitian ini berupa nilai akidah, nilai akhlak dan nilai syariah novel Sebening Air Mata Kayla dan Penerapan Pembelajaran Unsur Intrinsik Novel di Kelas XII SMA. Instrumen penelitian ini adalah dengan kartu pencatatan data. Teknik analisis data penelitian ini adalah dengan analisis isi. Teknik yang digunakan penulis untuk menyajikan hasil analisis adalah teknik penyajian informal.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy mencakup lima aspek, yaitu: tema dalam novel ini adalah pertentangan antara orang tua dan anaknya. Tokoh dalam novel ini dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama: Kayla, Mansur, Wiwin, Rustam, Pak Prapto dan Bu Prapto. Tokoh tambahanya adalah Mbah Yah, Mbok Sofiah, Kiai Muchotob dan Pakde Tohar. Alur yang digunakan adalah alur campuran. Latar tempat dalam novel ini adalah di kampus, pesantren, Blog G dan Desa Tempelsari; latar waktu: pagi hari, siang hari, dan malam hari; latar sosial: kebiasaan hidup, adat-istiadat dan tradisi. Amanat yang disampaikan dari novel ini yaitu agar kita selalu bersabar menghadapi masalah atau ujian, semua permasalahan pasti akan ada keindahan di akhirnya. (2) Nilai religius yang terdapat dalam novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy meliputi tiga nilai, yaitu: nilai akidah meliputi: iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada Nabi/Rasul, iman kepada kitab Allah, iman kepada takdir. Nilai akhlak meliputi: bersyukur, mengucapkan salam, saling mengingatkan, saling mendoakan, saling membantu, saling menguatkan, tidak berburuk sangka, dan bersabar. Nilai syariah: berdoa, bersedekah dan membaca al-Qur’an. (3) Langkah-langkah penerapan pembelajaran unsur intrinsik novel dengan metode Jigsaw. Langkah-langkahnya yaitu guru membagi dalam kelompok Jigsaw untuk menemukan permasalahannya dan jika kelompok Jigsaw kesulitan menemukan permasalahan itu maka guru akan membentuk kelompok ahli untuk menemukan permasalahan tersebut. Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy secara tertulis dengan menggunakan tes esai.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHLUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

F. Penegasan Istilah ... 10

G. Sistematika Skripsi ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS A. Tinjauan Pustaka ... 14

B. Kajian Teoritis ... 16

1. Pengertian Novel ... 16

2. Ciri-Ciri Novel ... 17

3. Jenis-Jenis Novel ... 18

4. Unsur Intrinsik Novel ... 20

a. Pengertian Tema... 20

b. Pengertian Tokoh dan Penokohan... 22

c. Pengertian Alur... 22

d. Pengertian Latar... 23

e. Pengertian Amanat... 24

5. Nilai Religius dalam Karya Sastra ... 25

a. Pengertian Nilai Religius ... 25

b. Macam-Macam Nilai Religius ... 27

c. Religius dalam Karya Sastra ... 28

6. Pembelajaran Sastra di SMA ... 29

a. Pengertian Pembelajaran Sastra ... 29

b. Tujuan Pembelajaran Sastra ... 30

c. Manfaat Pembelajaran Sastra ... 31

(10)

x

e. Metode Pembelajaran Sastra ... 32

f. Evaluasi ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian ... 39

B. Fokus Penelitian ... 39

C. Data dan Sumber Data ... 40

D. Instrumen Penelitian... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 42

G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 42

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA A. PENYAJIAN DATA ... 44

1. Unsur Intrinsik Novel Sebening Air Mata Kayla ... 44

2. Nilai Religius Novel Sebening Air Mata Kayla ... 46

3. Penerapan Pembelajaran Unsur Intrinsik Novel Sebening Air Mata Kayla di SMA ... 48

B. PEMBAHASAN DATA ... 52

1. Unsur Intrinsik novel Sebening Air Mata Kayla ... 52

a. Tema ... 52

b. Tokoh dan Penokohan ... 58

c. Alur... 75

d. Latar ... 84

e. Amanat ... 96

2. Nilai Religius Novel Sebening Air Mata Kayla ... 98

a. Nilai Akidah.. ... 98 b. Nilai Akhlak ... 106 c. Nilai Syariah. ... 122 3. Penerapan Pembelajaran ... 133 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN ... 151 B. SARAN. ... 153 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1: Unsur Intrinsik Novel Sebening Air Mata Kayla ... 45 Tabel 4.2: Nilai- NilaiPendidikan Novel Sebening Air Mata Kayla ... 46 Tabel 4.3: Skor Penilian dengan ranah Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik ... 149

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Pustaka Lampiran 2: Silabus

Lampiran 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 4: Sinopsis

Lampiran 5: Biografi Pengarang Lampiran 6: Kartu Pencatat Data Lampiran 7: Kartu Bimbingan Skripsi

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan lima hal pokok, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, serta sistematika skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu sastra menunjukkan keistimewaan dan juga keanehan yang mungkin tidak dapat dilihat pada banyak cabang ilmu pengetahuan lain, yaitu objek utama penelitian tidak tentu dan tidak jelas. Sastra merupakan renungan gambaran kehidupan yang disaji secara luas dan mendalam, sehingga dapat mewakili persoalan persoalan zaman dan masyarakat tertentu yang memiliki pengaruh yang menentuakan tema-tema yang diangkat dalam karya-karya tersebut. Maka suatu kewajiban apabila dalam karya-karya sastra sering kita tentukan kisah-kisah yang bertemakan masyarakat, hak-hak, politik sosial, agama budaya dan cita-cita.Karena itu bukanlah merupakan hayalan dan daya imajinasi seseorang pengarang melainkan suatu karya yang dihasilkan lewat tempaan pengalaman.

Sastra senantiasa mengungkapkan kehidupan yang luas, mendalam dan juga kehidupan manusia yang penuh tantangan serta perjuangan.Sastra juga berisikan cerita kemanusiaan, isyarat keimanan, cinta kasih, kejujuran dan realita. Banyak karya sastra yang jika terdapat hal-hal yang kurang menguntungkan dalam kehidupan masyarakat.

(14)

2

Karya sastra dapat digunakan untuk membentuk sikap dan kepribadian yang matang dan dewasa. sastra juga merupakan sarana untuk menanamkan kesadaran dan penghayatan tentang nilai-nilai kemanusiaan secara mendalam.

Selain itu juga karya satra memberikan pesan moral yang berwujud nilai religius. Nilai sangat mempengaruhi perilaku dan tindakan manusia baik yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Nilai religiusitas dalam karya sastra sangat diperlukan karena sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Dengan adanya nilai religius, dapat memberi kesadaran batin untuk membuat kebaikan, dan perlu ditanamkan kesadaran tentang pemahaman dan penghayatan terhadap nilai religius terutama pada zaman globalisasi sekarang ini sangat diperlukan sebuah karya fiksi berupa novel atau roman memiliki nilai religius sebagai pembangun iman.

Salah satu kenyataan yang terjadi dalam sepanjang perjalanan sejarah umat manusia adalah fenomena keberagamaan (religiusitas). Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan ibadah, melainkan juga ketika melakukan aktivitas yang lain. Tidak hanya melakukan aktivitas yang dapat dilihat mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang (Glock & R. Stark dalam Djamaludin, 2011: 76).

Karya sastra diciptakan sepanjang sejarah kehidupan manusia. Hal itu disebabkan manusia memerlukan karya sastra. Seorang pemikir Romawi bernama Horatius mengemukakan istilah dulce et utile yang berarti bahwa sastra memiliki fungsi ganda, yakni menghibur dan sekaligus bermanfaat bagi pembacanya. Sastra

(15)

3

menghibur karena menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, maupun kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia imajinasi (Ginanjar, 2012: 1).

Pengarang dalam menciptakan suatu karya sastra bertujuan untuk dipahami, dimanfaatkan, dan dinikmati oleh pembaca sekaligus memberikan hiburan. Karya sastra berfungsi bukan hanya memberikan hiburan atau keindahan saja terhadap pembacanya, melainkan karya sastra juga dapat memberikan sesuatu yang memang dibutuhkan manusia pada umumnya, yakni berupa nilai-nilai sastra seperti nilai pendidikan, nilai moral, nilai sosial dan nilai religius. Hal itu terjadi karena karya sastra berisi dimensi kehidupan. Contohnya jenis karya sastra berupa novel.

Pada saat ini, perkembangan novel di Indonesia sedang mengalami kemajuan. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya beraneka macam novel-novel sastra yang mengangkat cerita tidak jauh dari kehidupan masyarakat saat ini. Dalam penelitian ini akan dibahas salah satu jenis sastra, yaitu novel. Novel merupakan salah satu bentuk dari karya sastra. Novel biasanya menceritakan kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Novel juga mengandung nilai-nilai positif yang dapat dimanfaatkan pembaca setelah membacanya. Akan tetapi, tidak jarang ada novel yang beredar mengandung unsur-unsur negatif, seperti unsur-unsur seksualitas dan kekerasan.

Sebuah novel yang hadir di hadapan pembaca adalah sebuah totalitas. Novel dibangun dari sejumlah unsur, dan setiap unsur saling berhubungan secara saling menentukan, yang kesemuanya itu akan menyebabkan novel tersebut

(16)

4

menjadi sebuah karya yang bermakna, hidup. Di pihak lain, tiap-tiap unsur pembangun novel itu pun hanya akan bermakna jika ada dalam kaitannya dengan keseluruhannya. Dengan kata lain, dalam keadaan terisolasi, terpisah dari totalitasnya, unsur-unsur tersebut tidak ada artinya, tidak berfungsi (Nurgiyantoro, 2013: 13).

Salah satu pengarang novel yang mampu menarik perhatian pembaca dengan nilai-nilai religius yang terkandung dalam novelnya adalah Taufiqurrahman Al-Azizy. Novel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sebening Air Mata Kayla. Alasan penulis memilih novel tersebut yaitu: (1) novel Sebening Air Mata Kayla merupakan salah satu novel yang bernuansa religius, sangat bagus untuk perkembangan akhlak dan pendidikan agama pada remaja usia 15-17 tahun khususnya pelajar SMA. Selain itu, dari segi bahasa pun pengarang menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, (2) novel Sebening Air Mata Kayla mempunyai keunikan dari segi bentuknya, yaitu keindahan alur, tema, tokoh dan penokohan, dan latar yang menceritakan novel tersebut juga menceritakan perjuangan, cinta, pengkhianatan, kesetiaan, pengorbanan dan keteguhan hati para tokohnya. Inilah makna yang terangkum dalam novel karya Taufiqurrahman Al-Azizy. Makna cinta terwakilkan oleh ketiga tokohnya yakni Mansur, Wiwin, dan Keyla. Pengkhianatan juga terwakilkan oleh sosok Roni, kesetiaan dan pengorbanan oleh sosok Rustam.

Taufiqurrahman Al-Azizy adalah novelis muslim yang karya karyanya selalu dinantikan ribuan penggemar novel religius lintas umur, gender, dan etnis.

(17)

5

Setiap novel yang dilahirkannya memang sangat kuat, kaya mutu, readable, sarat hikmah, dan menggugah hati. Selain mengarang novel Sebening Air Mata Kayla, Taufiqurrahman Al-Azizy juga mengarang beberapa novel lainnya diantaranya; Daun pun Berzikir, Air Mata Kasih, Sholawat Zaki dan Zulfa, Jangan Biarkan Surau Ini Roboh!!, Kitab Cinta Yusuf Zulaikha (Novel Insfiratif Pembangun Kekuatan Jiwa), Makrifat Cinta (Novel Spiritual Pembangun Iman), Munajat Cinta 1, Munajat Cinta 2, Musafir Cinta (Novel Spiritual Pembangun Iman), Sahara Nainawa, Sukses dan Bahagia dengan Aurat AlInsyira’ah, dan Syahadat Cinta.

Kelebihan yang dimiliki oleh pengarang Taufiqurrahman Al-Azizy sendiri yakni pengarang dapat menggambarkan dengan detail setiap kejadian yang ada dengan menggunakan kata-kata yang bersifat eskplisit, dan kita sebagai pembaca dapat ikut larut dan terbawa ke dalam kisah tersebut. Sehingga kita dapat merasakan ikut berpetualang di dalamnya. Hal tersebut juga tampak dalam menggambarkan karakter dan penggunaan bahasa yang lugas serta mudah dipahami oleh pembaca sehingga dalam menceritakan perasaan dan emosi masing-masing tokoh dapat dengan mudah diterima pembaca. Banyak prestasi yang telah Taufiqurrahman dapatkan, diantaranya semua karyanya diterima luas sehingga dinobatkan sebagai National Bestseller, sebagian telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing dan sebagian karyanya akan segera difilmkan. Taufiqurrahman Al-Azizy adalah seorang penulis yang berdakwah secara bersahabat dan menyenangkan bagi pembacanya, yaitu dengan cara menulis novel-novel religius.

(18)

6

Hal-hal di atas yang menjadi latar belakang dalam melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Nilai Religius Novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy dan Penerapannya Pembelajaran Unsur Instrinsik Novel di Kelas XII SMA”. Analisis terhadap pembelajaran sastra di kelas XI SMA sesuai dengan Standar Kompetensi.

Kurikulum 2013 mengupayakan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Dengan kreativitas, anak-anak bangsa mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks. Meskipun demikian, keberhasilan Kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif, serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat sangat ditentukan oleh berbagai faktor (kunci sukses). Kunci sukses tersebut antara lain berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan akademik yang kondusif, dan partisipasi warga sekolah (Mulyasa, 2013: 39).

Penulis mengangkat judul “Analisis Nilai Religius Novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy dan Penerapannya Pembelajaran Unsur Instrinsik Novel di Kelas XII SMA” dengan alasan sebagai berikut.

1. Untuk menyikapi degradasi moral dan akhlak yang semakin marak sekaligus mengantisipasi dampak negatif perkembangan teknologi, analisis nilai religius sangat perlu diterapkan sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah. Penanaman kembali nilai religius melalui kebiasaan berbuat kebaikan, akan membuat siswa

(19)

7

mampu memahami, mampu merasakan, dan gemar melakukan perbuatan yang baik.

2. Taufiqurrahman Al-Azizy adalah seorang pengarang yang produktif dengan karya-karyanya yang menarik dan mendidik. Salah satu novel terbarunya berjudul Sebening Air Mata Kayla. Dalam novel ini, pengarang menceritakan tentang menceritakan perjuangan, cinta, pengkhianatan, kesetiaan, pengorbanan dan keteguhan hati para tokohnya.

3. Novel Sebening Air Mata Kayla sangat layak untuk dibaca dan menarik untuk bahan pembelajaran sastra khususnya nilai religius, karena di dalam novel tersebut terdapat nilai religius yang ditampilkan oleh para tokohnya. Selain itu, novel tersebut dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk memiliki akidah dan akhlak yang baik, serta sebagai bahan kajian tentang proses pendidikan religius dan sosial di kehidupan masyarakat. Dalam lingkup sekolah, upaya pembinaan religius dapat dilakukan melalui pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran sastra yang berorientasi pada nilai religius. Pembelajaran sastra merupakan bagian dari mata pelajaran bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, pembelajaran sastra dapat dimanfaatkan sebagai media penanaman nilai religius.

4. Sepengetahuan penulis belum ada penelitian tentang nilai religius novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo sebagai materi untuk pembelajaran sastra.

(20)

8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang berkaitan dengan judul penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Pendidik dalam melaksanakan pembelajaran sastra kurang menyisipkan nilai-nilai religius.

2. Pemilihan bahan ajar yang kurang sesuai dengan upaya meningkatkan pendidikan karakter pada peserta didik.

3. Pendidikan kurang memperhatikan metode pembelajaran yang di gunakan dalam pembelajaran sastra berbasis kurikulum 2013.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, batasan masalah dalam menganalisis novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman al-Azizy terfokus pada analisis nilai religius yang terdapat dalam novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman al-Azizy dan bagaimana penerapan pembelajaran unsur intrinsik novel di kelas XII SMA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang penulis rumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana unsur intrinsik novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy?

(21)

9

2. Bagaimana nilai religius novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy?

3. Bagaimana penerapan pembelajaran unsur intrinsik dan nilai religius pada novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy di kelas XI SMA?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

a. unsur intrinsik novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy;

b. nilai religius novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy; c. penerapan pembelajaran unsur intrinsik dan nilai religius novel Sebening Air

Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy di kelas XI SMA.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua macam kegunaan, yakni kegunaan secara teoretis dan kegunaan secara praktis. Uraian kedua kegunaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan wawasan mengenai media sastra sebagai media pendidikan dalam rangka menanamkan nilai-nilai religius pada peserta didik. Penanaman nilai

(22)

10

religius melalui media novel akan lebih efektif karena dengan melalui media novel pembaca secara tidak sadar sedang mempelajari nilai-nilai keislaman yang tersirat dalam alur, tokoh, dan setting yang ada di dalam novel tersebut.

b. Kegunaan Praktis 1) bagi mahasiswa

Mahasiswa dapat berlatih menjadi peneliti, menambah pengetahuan di bidang ilmu pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, serta membekali diri sebagai calon pendidik.

2) bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami unsur intrinsik dan nilai religius dalam novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy, serta dapat memberikan pelajaran mengenai nilai religius untuk diterapkan pada siswa.

3) bagi pendidik/guru bahasa Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan keterampilan guru bahasa dan sastra Indonesia dalam menerapkan pembelajaran sastra khususnya nilai religius dalam novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka perlu ditegaskan kembali istilah-istilah dalam judul tersebut. Berikut ini dipaparkan pengertian istilah-istilah yang ada di dalam judul.

(23)

11 1. Nilai Religius

Menurut Mangunwijaya, Erni (1994: 15) menegaskan bahwa nilai religius adalah nilai- nilai yang terdapat dalam karya sastra fiksi berupa penentuan manusia yang berhati nurani, berakhlak mulia atau saleh ke arah segala makna yang baik. Bagi manusia religius terdapat makna yang harus dihayati, suci dan nyata dalam bentuk kekuasaaan dan kekuatan yang tidak terhingga, sumber hidup dan kesuburan. Sesuatu yang dapat dihayati manusia religius yaitu kesadaran batin, mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan berupa sumber kehidupan dan kesuburan bagi manusia.

2. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur inilah yang menyebabkan suatu teks hadir sebagai teks sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra (Nurgiyantoro, 2013: 30).

3. Penerapan

Penerapan adalah proses, cara, perbuatan menerapkan. Dapat disimpulkan bahwa penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya (KBBI, 2008:1506).

4. Pembelajaran Sastra

Menurut Wellek dan Weren (dalam Nurhayati, 2012:8) sastra berkaitan erat dengan studi sastra. Sastra merupakan kegiatan penciptaan karya sastra secara

(24)

12

kreatif, sedangkan studi sastra mempelajari hasil penciptaan karya tersebut. Oleh karena itu, seorang penelaah sastra selayaknya dapat menerjemahkan pengalaman sastranyadalam bahasa ilmiah yang jelas dan rasional. Penelaah dapat dilakukan dengan menganalisis karya sastra atau menginterpretasikannya. Dengan demikian, studi sastra sebagai suatu ilmu dapat dijadikan alat bagi pembaca untuk memahami karya sastra.

Jadi, maksud judul penelitian “Analisis Nilai Religius Novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurrahman Al-Azizy dan Penerapannya Pembelajaran Unsur Instrinsik Novel di Kelas XII SMA” adalah penelitian terhadap unsur intrinsik, nilai religius pada novel Sebening Air Mata Kayla Karya Asma Taufiqurrahman Al-Azizy, dan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar di SMA.

G. Sistematika Skripsi

Agar diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang skripsi tersebut, dikemukakan sistematika pembahasan sebagai berikut.

Bab I berisi pendahuluan. Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.

Bab II berisi landasan teori yang terdiri dari tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka yang digunakan penulis sebagai landasan sebelum melaksanakan penelitian adalah skripsi karya Noviana (2009), dan skripsi karya Prasetyo (2014). Bab ini juga berisi kajian teoretis yang berisikan teori-teori dari beberapa ahli yang dijadikan landasan sebelum melaksanakan penelitian seperti pengertian tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, amanat yang tergabung dalam

(25)

13

unsur intrinsik, pengertian nilai religius dalam karya sastra, dan pembelajaran sastra di SMA.

Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian ini berisi objek penelitian, fokus penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data.

Bab IV berisi penyajian data dan pembahasan data hasil penelitian. Dalam bab ini menguraikan data penelitian difokuskan pada novel Sebening Air Mata Kayla, dan sub bab pembahasan data yang menguraikan aspek-aspek religius dalam novel tersebut.

Bab V penutup. Pada bab ini penulis menguraikan secara singkat pembahasan pada bab IV serta memberikan simpulan dan saran-saran yang relevan. Selain itu, sebagai bahan acuan penelitian, penulis juga melampirkan sinopsis novel, biografi pengarang, dan daftar pustaka.

(26)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Bab ini terdiri atas tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka berisi kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang diteliti, sedangkan kajian teoretis meliputi unsur intrinsik novel, nilai religius dalam karya sastra, dan pembelajaran sastra di SMA.

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang dilakukan dengan melalui pendekatan religiusitas sastra telah banyak dilakukan oleh mahasiswa. Peneliti memilih beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini dengan tujuan mempermudah dalam melakukan penelitian dan menentukan persamaan dan perbedaan antara peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang. Penelitian dengan pendekatan religiusitas sastra di antaranya dilakukan oleh Dian Noviana (2009) dan Dedy Tri Prasetyo (2014).

Penelitian Noviana (2009) berjudul “Nilai-Nilai Religi dalam Acara Taman Gabusan di TVRI Yogyakarta”. Penelitian yang dilakukan Noviana bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai religius yang terdapat dalam Acara Taman Gabusan di TVRI Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa nilai-nilai Religi dalam Acara Taman Gabusan di TVRI Yogyakarta Episode September 2008 dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) Nilai Religi tentang Akidah sebesar 14,3%, (2) Nilai Religi tentang Ibadah sebesar 28,6%, (3) Nilai Religi tentang Akhlak sebesar 57,1%.

(27)

15

Penelitian yang dilakukan Noviana mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya, yaitu sama-sama menganalisis nilai religius. Perbedaannya, dalam hal sumber penelitian, penelitian yang digunakan oleh Noviana yaitu acara Taman Gabusan di TVRI Yogyakarta, sedangkan sumber penelitian yang digunakan peneliti adalah novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy. Selain itu, Noviana membahas nilai religius tanpa memberikan gambaran tentang pembelajarannya di SMA, sedangkan peneliti menganalisis nilai religius disertai dengan pembelajarannya di SMA.

Prasetyo (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Nilai Religius Tokoh Utama dalam Novel Hitam dan Putih Karya Musthofa Achmad dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Penelitian yang dilakukan Prasetyo bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik pada novel Hitam dan Putih; (2) nilai religius tokoh utama pada novel Hitam dan Putih; (3) skenario pembelajaran nilai religius pada novel Hitam dan Putih di kelas XI SMA.

Dari hasil penelitian Prasetyo, disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik dalam novel Hitam dan Putih karya Musthofa Achmad mencakup lima aspek, yaitu: tema tokoh utama, alur, latar tempat, dan amanat. (2) nilai religius novel

Hitam dan Putih karya Musthofa Achmad mencakup empat aspek yaitu:

hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam sekitar, hubungan manusia dengan diri sendiri. (3) Skenario pembelajaran nilai religius pada novel Hitam dan Putih terdiri atas enam langkah, yaitu: pelacakan, penentuan sikap praktis, introduksi, penyajian, diskusi; dan

(28)

16

pengukuhan. Skenario sesuai dengan kompetensi dasar menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

Ada persamaan antara analisis Prasetyo dengan penelitian ini, yaitu sama-sama membahas unsur intrinsik dan nilai religius yang terkandung dalam sastra. Namun, ada pula perbedaannya, sumber penelitiannya adalah novel Hitam

dan Putih karya Musthofa Achmad, sedangkan peneliti menggunakan novel

Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy sebagai sumber penelitian.

Kebaruan dalam analisis ini yaitu dalam isi novel, karena pengarang novel Sebening Air Mata Kayla adalah Taufiqurrahman Al-Azizy, beliau dulunya pernah menyantri di Pesantren Ilmu al-Qur’an Hidayatul Qur’an dan beliau juga membuat novel bernuansa religius, maka novel ini lebih detail dengan nuansa religiusannya, karena pengarangnya dulunya merupakan santri.

B. Kajian Teoretis

Teori yang dibahas dalam penelitian ini mencakup unsur intrinsik novel, nilai religius dalam karya sastra, dan pembelajaran sastra di SMA. Paparan mengenai teori-teori tersebut sebagai berikut.

1. Novel

Nurgiyantoro (2013: 12) mendeskripsikan novel sebagai sebuah prosa karya fiksi yang cukup panjang tidak terlalu panjang namun tidak terlalu pendek. Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang). Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang), novel mengandung konflik-konflik

(29)

17

yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup para pelakunya (Nurhayati, 2012:7).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan novel sebagai prosa yang cukup opanjang tetapi tidak terlalu pendek dan novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia, didalam novel terdapat konflik-konflik yang berakhir dengan perubahan jalan hidup para tokoh didalamnya. 2. Ciri-ciri Novel

Sebagai salah satu karya sastra, novel memiliki ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan karya sastra lain. dari segi jumlah kata ataupun kalimat, novel lebih mengandung banyak kata dan kalimat sehingga dalam proses pemaknaan relative jauh lebih mudah dari pada memaknai sebuah puisi yang cenderung mengandung beragam bahasa kias. dari segi panjang cerita novel lebih panjang dari pada cerpen sehingga novel dapat mengemukakan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang komplek. Menurut Hendy, Saenal (1993: 225) menyebutkan ciri-ciri novel sebagai berikut.

a. sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari roman. Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian. Maksudnya sebuah cerita yang panjang, katakanlah berjumlah ratusan halaman, jelas tidak dapat disebut sebagai cerpen, melainkan lebih tepat disebut sebagai novel.

b. bahan cerita diangkat dari keadaan yang ada dalam masyarakat dengan ramuan fiksi pengarang. Maksudnya pengarang mendapatkan bahan untuk novel tersebut langsung dari keadaan masyarakat yang ditemuinya, karena sama dengan apa yang pembaca biasa rasakan, hanya saja pengarang mengisahkan cerita tersebut dengan kata-kata yang baik.

c. penyajian berita berlandas pada alur pokok atau alur utama yang batang tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang yang bersifat otonom (mempunyai latar tersendiri).

(30)

18

d. tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan tema bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut. Maksudnya novel bisa saja menawarkan lebih dari satu tema, yaitu satu atau beberapa tema utamadan sejumlah tema tambahan. Tema-tema tambahan tersebut haruslah berfungsi menopang dan berkaitan dengan tema utama untuk mencapai efek kepaduan.

e. karakter tokoh-tokoh utama dalam novel berbeda-beda. Demikian juga karakter tokoh lainnya. Selain itu, dalam novel dijumpai pula tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang digambarkan berwatak tetap sejak awal hingga akhir. Tokoh dinamis sebaliknya, ia bisa mempunyai beberapa karakter yang berbeda atau tidak tetap.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri novel adalah cerita yang lebih panjang dari cerita pendek, diambil dari cerita masyarakat yang diolah secara fiksi, serta mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik. Ciri-ciri novel tersebut dapat menarik pembaca atau penikmat karya sastra karena cerita yang terdapat di dalamnya akan menjadikan lebih hidup.

3. Jenis-jenis Novel

Menurut Nurgiyantoro (2013: 19) novel dibagi menjadi tiga jenis, yaitu novel populer, novel teenlit dan novel serius. Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja, novel ini menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman. Novel teenlit merupakan novel populer dengan pangsa pembaca para remaja, novel ini dapat mewakili dan atau mencerminkan diri, dunia, cita-cita, keinginan, gaya hidup, gaya gaul, dan lain sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulan bahwa novel popular adalah cerita yang bisa dibilang tidak terlalu rumit. Alur cerita yang mudah ditelusuri, gaya bahasa yang sangat mengena, fenomena yang diangkat terkesan sangat dekat. Hal ini pulalah yang menjadi daya tarik bagi kalangan remaja

(31)

19

sebagai kalangan yang paling menggemari novel populer. Novel populer juga mempunyai jalan cerita yang menarik, mudah diikuti, dan mengikuti selera pembaca. Selera pembaca yang dimaksudkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan kegemaran naluriah pembaca, seperti motif-motif humor dan heroisme sehingga pembaca merasa tertarik untuk selalu mengikuti kisah ceritanya.

Novel serius adalah novel yang diungkap dan disoroti sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Berbeda dengan novel populer yang selalu mengikuti selera pasar, novel sastra tidak bersifat mengabdi pada pembaca. Novel sastra cenderung menampilkan tema-tema yang lebih serius. Teks sastra sering mengemukakan sesuatu secara implisit sehingga hal ini bisa dianggap menyibukkan pembaca. Nurgiyantoro (2013: 21) mengungkapkan bahwa dalam membaca novel serius, jika ingin memahaminya dengan baik diperlukan daya konsentrasi yang tinggi disertai dengan kemauan untuk itu. Novel jenis ini, di samping memberikan hiburan juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau paling tidak mengajak pembaca untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.

Kecenderungan yang muncul pada novel serius memicu sedikitnya pembaca yang berminat pada novel sastra ini. Meskipun demikian, hal ini tidak menyebabkan popularitas novel serius menurun. Justru novel ini mampu bertahan dari waktu ke waktu. Misalnya, roman Romeo Juliet karya William Shakespeare atau karya Sutan Takdir, Armin Pane, Sanusi Pane yang memunculkan polemik

(32)

20

yang muncul pada dekade 30-an yang hingga saat ini masih dianggap relevan dan belum ketinggalan zaman (Nurgiyantoro, 2013:23).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulan bahwa novel serius adalah novel yang mengungkapkan sesuatu yang baru dengan cara penyajian yang baru pula. Secara singkat disimpulkan bahwa unsur kebaruan sangat diutamakan dalam novel serius. Di dalam novel serius, gagasan diolah dengan cara yang khas. Hal ini penting mengingat novel serius membutuhkan sesuatu yang baru dan memiliki ciri khas daripada novel-novel yang telah dianggap biasa. Sebuah novel diharapkan memberi kesan yang mendalam kepada pembacanya dengan teknik yang khas ini.

4. Unsur Intrinsik Novel

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud (Nurgiyantoro, 2013: 30). Unsur intrinsik novel yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur, latar dan amanat.

a. Tema

Menurut Nurgiyantoro (2013: 31) mengatakan Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia akan selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupa, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut, religius, sosial, dan sebagainya. Tema juga dapat disinonimkan dengan ide atau tujuan utama cerita. dari pendapat tersebut,

(33)

21

dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan utama, ide pokok atau pikiran utama pada sebuah cerita atau karya sastra.

Menurut Waluyo (2011: 7) berpendapat bahwa setiap prosa fiksi mengandung gagasan pokok yang lazim disebut tema. Tema adalah gagasan pokok dalam cerita fiksi. Tema cerita mungkin dapat diketahui oleh pembaca melalui judul atau petunjuk setelah judul, tetapi yang banyak ialah melalui proses pembacaan karya sastra yang perlu dilakukan beberapa kali karena belum cukup dilakukan hanya dengan sekali baca.

Menurut Nurgiyantoro (2013: 125-133) menggolongkan tema ke dalam beberapa kategori, yaitu tradisional, nontradisional, mayor dan minor. Tema tradisional menunjuk pada tema yang telah lama dipergunakan serta dapat ditemukan dalam berbagai cerita termasuk cerita lama, sedangkan tema nontradisional bersifat tidak lazim, tidak sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan, bahkan boleh jadi mengesalkan, atau berbagai reaksi afektif yang lain. Tema mayor merupakan makna pokok cerita yang menjadi dasar/gagasan umum karya sastra, sedangkan tema minor atau tema tambahan bersifat mempertegas eksistensi makna utama (tema mayor).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan utama, ide pokok atau pikiran utama pada sebuah cerita atau karya sastra.

(34)

22

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan sebagai kualitas moral, intelektual dan emosional tertentu dengan kesimpulan dari apa yang orang-orang katakan dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan tindakan (Wicaksono, 2014:171). Dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang kajadiannya lebih sedikit dibandingkan dengan okoh utama. Kejadiannya hanya ada ketika berkaitan dengan tokoh utamanya secara langsung.

c. Alur

Dalam suatu karya sastra, alur merupakan unsur yang penting karena tanpa adanya alur cerita sastra tidak akan menarik dan membuat pembaca penasaran. Waluyo (2011: 9) berpendapat bahwa alur atau plot sering juga disebut kerangka cerita, yaitu jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan memiliki kemungkinan agar pembaca menebak peristiwa yang akan datang.

(35)

23

Dalam suatu karya sastra, alur merupakan unsur yang penting karena tanpa adanya alur cerita sastra tidak akan menarik, dan membuat pembaca penasaran. Menurut Nurgiyantoro(2013: 173) membedakan tahapan alur (plot) menjadi tiga bagian yaitu: tahap situation (penyituasian), tahap generating circimtances (pemunculan konflik), tahap climax (klimak)

1) Tahap situation (penyituasian)

Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

2) Tahap generating circimtances (pemunculan konflik)

Tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan.

3) Tahap climax (klimak)

Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita ketika mencapai titik puncak.

d. Latar

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abraham (dalam Nurgiyantoro, 2013: 302).

Nurgiyantoro (2013: 314-322) berpendapat bahwa unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.

(36)

24

1) Latar tempat

Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Keberhasilan latar tempat lebih ditentukan oleh ketepatan deskripsi, fungsi, dan keterpaduannya dengan unsur latar yang lain sehingga semuanya bersifat saling mengisi.

2) Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

3) Latar sosial

Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

e. Amanat

Dari sebuah karya sastra ada kalanya dapat diangkat suatu ajakan moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang; itulah yang disebut amanat (Sudjiman, 1988:57). Amanat dalam sebuah karya sastra dapat disampaikan, baik secara implisit maupun eksplisit. Amanat yang diuraikan secara implisit yaitu jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang akhir cerita. Amanat yang diuraikan secara eksplisit menuntut penikmat karya sastra menyimpulkan sendiri amanat yang terkandung dalam suatu karya sastra karena pengarang tidak menjelaskan langsung amanat yang terdapat dalam karya sastra tersebut.

(37)

25

Amanat merupakan opini, kecenderungan, dan visi pengarang terhadap tema yang dikemukakan. Amanat dalam karya sastra dapat terjadi lebih dari satu, asal kesemuanya itu terkait dengan tema. Amanat biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis (Waluyo 2011: 28). Fungsi karya sastra adalah dulce et utile. Jadi, amanat menyorot pada manfaat yang dapat dipetik dari sebuah karya sastra. Dalam keadaan demikian, karya sastra yang kurang baik sekalipun akan memberikan manfaat kepada kita, jika kita mampu memetik manfaatnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa amanat pada umumnya hampir sama, yaitu pesan moral yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

5. Nilai Religius dalam Karya Sastra

Pembahasan nilai religius dalam karya sastra di dalam analisis penulis terdiri dari pengertian nilai religius, macam-macam nilai religius, dan religiusitas dalam karya sastra.

a. Pengertian nilai religius

Menurut Mangunwijaya, Erni (1994: 15) menegaskan bahwa nilai religius adalah nilai- nilai yang terdapat dalam karya sastra fiksi berupa penentuan manusia yang berhati nurani, berakhlak mulia atau saleh ke arah segala makna yang baik. Bagi manusia religius terdapat makna yang harus dihayati, suci dan nyata dalam bentuk kekuasaaan dan kekuatan yang tidak terhingga, sumber hidup dan kesuburan. Sesuatu yang dapat dihayati manusia religius yaitu kesadaran batin, mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan berupa sumber kehidupan dan kesuburan bagi manusia.

(38)

26

Menilai berarti menimbang, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghubungkan antara nilai yang satu dengan yang lain, dan kemudian diambil keputusan. Keputusan tersebut merupakan keputusan nilai yang menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, dan indah atau tidak indah. Keputusan nilai yang dilakukan oleh penilai tentu berhubungan dengan unsur-unsur yang ada, yaitu unsur-unsur jasmani, akal, rasa, kehendak dan kepercayaan. Segala sesuatu dikatakan bernilai apabila berharga, berguna, benar, indah, dan baik.

Islam menyuruh umatnya untuk beragama (berislam) secara menyeluruh (QS 2: 208). Setiap Muslim, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, diperintahkan untuk berislam. Dalam melakukan aktivitas ekonomi, sosial, politik atau aktivitas apapun, si Muslim diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah. Di mana pun dan dalam keadaan apa pun, setiap Muslim hendaknya berislam (Djamaludin, 2011: 79).

Konsep religiusitas versi Glock & Stark (dalam Djamaludin, 2011: 80) yakni melihat keberagamaan seseorang bukan hanya dari satu atau dua dimensi, tapi mencoba memperhatikan segala dimensi. Keberagamaan seseorang tidak hanya dilihat dari satu atau dua dimensi, tapi mencoba memperhatikan segala dimensi. Keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa nilai religius merupakan timbangan, keputusan terhadap sifat atau kualitas kebaikan keagamaan seseorang dan keyakinannya terhadap adanya Tuhan yang diwujudkan

(39)

27

dalam bentuk aktivitas sehari-hari serta mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dengan keikhlasan hati.

b. Macam-macam nilai religius

Menurut (Djamaludin, 2011: 80) untuk memahami Islam dan umat Islam, konsep yang tepat adalah konsep yang mampu memahami adanya beragam dimensi nilai dalam berislam. Dimensi nilai tersebut diantaranya mencakup tiga dimensi, diantaranya:

a) dimensi keyakinan (akidah)

Menurut (Djamaludin, 2011: 80) Aqidah dalam Islam menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan Muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Dalam Islam, isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar.

b)dimensi pengamalan (akhlak)

Menurut (Djamaludin, 2011: 80) akhlaq menunjuk pada seberapa tingkatan Muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam Islam, dimensi ini meliputi perilaku suka tolong menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak meminum minuman yang memabukkan, mematuhi norma-norma Islam

(40)

28

dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam, dan sebagainya.

c) Dimensi peribadatan (syari’at)

Menurut Djamaludin (2011: 80) syari’ah menunjukan pada seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya. dalam keberislama, dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan sholat, puasa, zakat, haji, membaca al-Qur’an, doa, zikir, ibadah kurban, iktikaf, di masjid di bulan puasa, dan sebagainya.

c. Religius dalam karya sastra

Karya sastra memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai hiburan dan di sisi lain berusaha memberikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan. Salah satu fungsi tersebut berupa fungsi religius. Fungsi religius yaitu karya sastra mengandung ajaran-ajaran agama yang harus dan wajib diteladani oleh para penikmatnya. Sasaran karya sastra bukanlah pikiran penikmat, melainkan perasaan. Karya sastra tidak bermaksud agar penikmat tahu yang dikomunikasikan, tetapi mengajak apa yang dirasakan pengarang (Ginanjar, 2012: 58). Hal ini sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (2013: 448) bahwa sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius, termasuk yang bersifat keagamaan, dan kritik sosial banyak ditemukan dalam karya fiksi atau dalam genre sastra lain.

(41)

29

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karya sastra khususnya novel mengandung religius, tergantung bagaimana luas sempitnya dan banyak sedikitnya nilai religius yang terkandung di dalamnya.

6. Pembelajaran Sastra di SMA

Pembahasan pembelajaran sastra di SMA dalam analisis penulis terdiri dari pengertian pembelajaran sastra, tujuan pembelajaran sastra, manfaat pembelajaran sastra, materi pembelajaran sastra, metode pembelajaran sastra, dan evaluasi.

a. Pengertian pembelajaran sastra

Menurut Wellek dan Waren (dalam Nurhayati, 2012: 8) sastra berkaitan erat dengan studi sastra. Sastra merupakan kegiatan penciptaan karya sastra secara kreatif, sedangkan studi sastra mempelajari hasil penciptaan karya tersebut. Oleh karena itu, seorang penelaah sastra selayaknya dapat menerjemahkan pengalaman sastranya dalam bahasa ilmiah yang jelas dan rasional. Penelaahan dapat dilakukan dengan menganalisis karya sastra atau meng-interpretasikannya. Dengan demikian, studi sastra sebagai suatu ilmu dapat dijadikan alat bagi pembaca untuk memahami karya sastra.

Menurut UU Bab 1 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran terkandung lima konsep, yaitu interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar.

Di sekolah SMA terdapat pembelajaran sastra, yang secara khusus membahas tentang novel. Kelebihan novel sebagai bahan pembelajaran sastra

(42)

30

yaitu cukup mudahnya karya tersebut dinikmati siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing. Akan tetapi, tingkat kemampuan tiap individu tidaklah sama. Hal ini tentu dapat menimbulkan masalah di dalam kelas. Di satu pihak guru harus berusaha meningkatkan kemampuan membaca para siswanya yang masih rendah, di pihak lain guru tidak ingin kemampuan membaca siswanya yang telah maju terhalang. Oleh karena itu, guru dituntut kreatif dalam memberikan pembelajaran dengan baik.

Pembelajaran sastra dengan bahan novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy, diharapkan dapat membantu siswa semakin mencintai sastra dan mempunyai moral yang baik sesuai dengan ajaran agama.

b. Tujuan pembelajaran sastra

Tujuan dari pembelajaran sastra adalah agar siswa memiliki rasa peka terhadap karya sastra yang berharga sehingga merasa terdorong dan tertarik untuk membacanya. Dengan membaca karya sastra diharapkan mereka mempunyai pengertian yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenai nilai, dan mendapatkan ide-ide baru.

Setiap pembelajaran pasti memiliki tujuan. Rahmanto (1988: 16) mengemukakan bahwa tujuan dari pembelajaran sastra yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Tujuan pembelajaran sastra berdasarkan silabus Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran sastra di SMA meliputi kemampuan dasar, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Kemampuan dasar berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal

(43)

31

yang harus dikuasai siswa. Standar kompetensi dalam pembelajaran sastra adalah memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Kompetensi dasar dalam pembelajaran sastra disesuaikan berdasarkan silabus dengan menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/novel terjemahan.

c. Manfaat pembelajaran sastra

Rahmanto (1988: 16-25) menyatakan bahwa pembelajaran sastra bermanfaat untuk:

1) melatih peserta didik supaya mampu menghayati nilai-nilai luhur, melihat dan mengenal nilai dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik; 2) membantu keterampilan berbahasa. Dalam berbahasa, ada 4 keterampilan dasar

yang harus dimiliki siswa yaitu: (i) menyimak (ii) berbicara (iii) membaca (iv) menulis. Keterampilan tersebut sangat erat hubungannya dalam pembelajaran sastra;

3) pembelajaran sastra dapat meningkatkan pengetahuan budaya, karena sastra merupakan cerminan dari kebudayaan yang ada di dalam masyarakat yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia; dan

4) pembelajaran sastra dapat mengembangkan cipta dan rasa peserta didik; 5) pembelajaran sastra dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan

(44)

32

d. Materi pembelajaran sastra

Di dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya dapat memilih bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, guru harus mampu memperhatikan pedoman dalam menentukan materi pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra harus sesuai dengan materi yang sudah disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa agar siswa lebih tertarik dan mudah dalam menerima materi.

Dalam Kurikulum 2013, guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran, karena pembelajaran dalam Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat menggunakan aneka sumber belajar yang ada (Mulyasa, 2013: 70). Dalam penyampaian materi, guru tidak harus menggunakan metode ceramah secara terus-menerus. Walaupun demikian, guru hendaknya tetap memperhatikan materi pembelajaran yang akan disampaikan.

Materi pembelajaran erat kaitannya dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku pelajaran baik yang wajib maupun buku penunjang, media cetak, media elektronik, lingkungan sekitar, dan juga bisa berupa hasil karya dari siswa. Aneka sumber belajar yang dimiliki sekolah seperti televisi, radio, surat kabar, dan majalah dapat digunakan sebagai penunjang bagi peserta didik dalam memahami materi.

e. Metode pembelajaran sastra

Tema Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi

(45)

33

kurikulum, guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna (menyenangkan), mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan (Mulyasa, 2013:99).

Kegiatan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 mengedepankan pengalaman personal melalui observasi (menyimak, melihat, membaca, mendengar), asosiasi, bertanya, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan sifat pembelajaran yang konstektual.

Metode merupakan cara yang digunakan seorang guru dalam menyampaikan pelajaran untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Seorang guru dapat memilih metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan menyesuaikan materi pelajaran dan keadaan siswa. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode Jigsaw.

Slavin mengatakan (Suprihatin, 2005:5) metode Jigsaw ialah metode pembelajaran yang dalam aplikasi pembelajarannya dibentuk beberapa kelompok kecil dalam setiap satu kelompok ada satu yang bertanggung jawab untuk menguasai pokok bahan materi belajar dan satu orang tersebut yang harus bertanggung jawab untuk membelajarkan kepada kelompok lain dan kelompoknya. Dalam Jigsaw guru harus memahami kemampuan dan pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar materi pelajaran menjadi lebih bermakna (Huda, 2014: 204). Guru juga memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan

(46)

34

berkomunikasi. Sintak metode Jigsaw dapat dilihat sebagai berikut (Huda, 2014: 205):

1) guru membagi topik pelajaran menjadi empat bagian/subtopik. Misalnya, topik tentang novel dibagi menjadi alur, tokoh, latar, dan tema.

2) sebelum subtopik-subtopik itu diberikan, guru memberikan pengenalan mengenalkan topik yang akan dibahas pada pertemuan hari itu. Guru bisa menuliskan topik ini di papan tulis dan bertanya kepada siswa apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini bermaksud untuk mengaktifkan kemampuan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.

3) siswa dibagi dalam kelompok berempat.

4) bagian/subtopik pertama diberikan kepada siswa/anggota 1, sedangkan siswa/anggota 2 menerima bagian/subtopik yang ke dua. Demikian seterusnya.

5) kemudian, siswa diminta membaca/mengerjakan bagian/subtopik mereka masing-masing.

6) setelah selesai, siswa saling berdiskusi mengenai bagian/subtopik yang dibaca/dikerjakan masing-masing bersama rekan anggotanya. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antar satu dan lainnya.

7) khusus untuk kegiatan membaca , guru dapat membagi bagian-bagian sebuah cerita yang belum utuh kepada masing-masing siswa. Siswa

(47)

35

membaca bagian-bagian tersebut untuk memprediksikan apa yang dikisahkan dalam cerita tersebut.

8) kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik tersebut. Diskusi ini bisa dulakukan antar kelompok atau bersama seluruh siswa. Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, guru dapat membentuk “kelompok ahli” (expret group). Setiap anggota yang mendapat bagian/subtopik yang sama berkumpul dengan anggota kelompok-kelompok yang juga mendapat bagian/subtopik tersebut. Misalnya, anggota yang memperoleh bagian/subtopik alur berkumpul dengan anggota atau kelompok yang mendapatkan alur. Perkumpulan inilah yang disebut “kelompok ahli”. Kelompok-kelompok ini lalu bekerja sama mempelajari/mengerjakan bagian/subtopik tersebut. Kemudian, masing-masing anggota dari kelompok ahli kembali ke kelompoknya yang semula, lalu menjelaskan apa yang baru saja dipelajarinya (dari “kelompok ahli”) kepada rekan-rekan kelompoknya yang semula.

Pembelajaran metode Jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode Jigsaw adalah sebagai berikut:

a) mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya. b) mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan

dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.

c) dapat meningkatkan kemampuan sosial, mengembangkan rasa harga diri dan hubungan interpersonal yang positif.

(48)

36

d) siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing kelompok.

e) siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan menjelaskan materi pada masing-masing kelompok.

f) siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut kepada teman kelompok belajarnya.

g) siswa diajarkan bagaimana dalam kelompok. h) materi yang diberikan kepada siswa dapat merata.

i) dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif. Adapun kekurangan yang bisa ditemukan didalam pembelajaran dengan metode Jigsaw adalah sebagai berikut:

a) siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit menyampaikan materi kepada rekannya.

b) siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.

c) siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.

d) siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.

e) siswa yang tidak terbiasa berkopetensi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.

(49)

37

f) penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara kemampuan dan kopetensi yang harus dipelajari.

g) keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa kurang bisa berkonsentrasi dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasainya. h) jika jumlah kelompok kurang maka akan menimbulkan masalah, misal

jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.

i) jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit dijalankan mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti kelompok.

j) membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik. f. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi dalam pembelajaran sastra ini ditujukan untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa dan diarahkan terhadap semua aspek pribadi siswa, bukan hanya terhadap aspek penguasaan pengetahuan saja, melainkan aspek keterampilan juga perlu mendapatkan penilaian.

(50)

38

Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran novel Sebening Air Mata Kayla secara tertulis dengan menggunakan tes esai. Tuckman (dalam Nurgiyantoro, 2010: 117) menyatakan bahwa tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri. Dalam tes bentuk esai siswa dituntut berpikir tentang dan mempergunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab. Tes bentuk esai memberi kebebasan kepada siswa untuk menyusun dan mengemukakan jawabannya sendiri dalam lingkup yang secara relatif dibat asi.

(51)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2016: 6). Pada bagian ini peneliti menguraikan gambaran umum tentang objek penelitian, fokus penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sebuah unit yang terdiri dari beberapa komponen yang saling kait mengkait dan bekerja sama untuk mencapai tujuan (Arikunto, 38:2010). Objek penelitian ini adalah unsur intrinsik dari novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy yang diterbitkan oleh Diva Press

(Anggota IKAPI) pada tahun 2014 dengan tebal 344 halaman.

B. Fokus Penelitian

Sugiono (286: 2016) menyatakan fokus penelitian merupakan pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih di dasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi, dan feasebilitas masalah yang akan dipecahkan. Fokus penelitian ini adalah unsur intrinsik dan nilai religius dalam novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqur rahman Al-Azizy yang meliputi nilai akidah, syariah, akhlak, dan penerapan pembelajaran unsur intrinsik novel di kelas XII SMA.

(52)

40

C. Data dan Sumber Data

Arikunto (2010: 172) data merupakan segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang di pakai untuk suatu keperluan. Data peneliti ini berupa narasi dan percakapan yang berhubungan dengan objek penelitian.

Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Sumber data meliputi data primer dan data sekunder.. Menurut Umi, Darman (2008: 98) sumber data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Sumber data primer yang di gunakan dalam penelitian ini adalah novel Sebening Air Mata Kayla karya Taufiqurrahman Al-Azizy yang diterbitkan oleh Diva Press (Anggota IKAPI)

pada tahun 2014 dengan tebal 344 halaman.

Menurut Sugiono, Darman (2008: 402) sumber data sekunder adalah

sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Penelitian ini sumber data yang di pakai adalah sumber tertulis seperti jurnal, sumber buku dan majalah ilmiah.

D. Instrumen Penelitian

Sugiono (2011: 102) menyatakan bahwa pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah konflik dalam novel Daun Pun Berzikir karya Taufiqurrahman Al Azizy dan kelayakan novel tersebut sebagai bahan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan aspek moral tokoh utama yang bernama Wisnu dalam novel Alif karya Taufiqurrahman Al-Azizy meliputi (1) kejujuran ditujukkan

Masalah yang diteliti: (1) bagaimanakah struktur novel Munajat Cinta , dan (2) bagaimanakah konflik batin tokoh utama dalam novel Munajat Cinta karya Taufiqurrahman

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul: “Kajian Religius dalam Novel Jangan Biarkan Surau Ini Roboh karya Taufiqurrahman al- Azizy” adalah

Iman kepada takdir seperti seorang hamba tidak memiliki kehendak dan kemampuan untuk melakukan perbuatan-perbuatan-nya yang bersifat ikhtiari (yang ditentukan oleh

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana struktur yang membangun novel Pasir Pun Enggan Berbisik Karya Taufiqurrahman Al- Azizy?, (2) bagaimana penggunaan

Latar Belakang Sastra merupakan pencerminan masyarakat.Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya.Karya

Iman terhadap Takdir Iman kepada takdir seperti seorang hamba tidak memiliki kehendak dan kemampuan untuk melakukan perbuatan-perbuatan-nya yang bersifat ikhtiari yang ditentukan oleh