• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi dan Analisa Data

2) Sarana dan Prasarana

3. Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan nyata;

39Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan; Dalam Konteks Penerapan MBS,

cet. 1, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012), h. 114.

40Wayan Koster, “Analisis Komparatif Antara Sekolah Efektif dengan Sekolah Tidak Efektif”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 031, 2001, h. 470-471.

4. Memiliki guru dan tenaga kependidikan yang unggul,baik dari segi penguasaan materi pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas;

5. Kurikulum yang diperkaya, yakni melakukan pengembangan dan improvisasi kurikulum secara maksimal sesuai dengan tuntutan belajar;

6. Rentang waktu belajar sekolah yang lebih panjang dibandingkan sekolah lain dan tersedianya asrama yang memadai;

7. Proses belajar mengajar yang berkualitas dan hasilnya selalu dapat dipertanggungjawabkan kepada siswa, lembaga, maupun masyarakat;

8. Adanya perlakuan tambahan di luar kurikulum, program pengayaan dan perluasan, pengajaran remedial, pelayanan bimbingan dan konseling yang berkualitas, pembinaan kreativitas, dan disiplin, sistem asrama dan kegiatan ekstrakurikuler dan lainnya;

9. Pembinaan kemampuan kepemimpinan yang menyatu dalam keseluruhan sistem pembinaan siswa melalui praktik langsung dalam kehidupan sehari-hari, bukan sebagai materi pelajaran.41

Pada dasarnya, sekolah unggulan dan non unggulan tidak bergantung pada sekolah negeri ataupun swasa. Sekolah/madrasah negeri pada masa ini tidak lagi memberlakukan biaya masuk kepada siswa karena kebijakan sekolah gratis oleh pemerintah.

Setiap sekolah unggulan biasanya memiliki standar mutu tertentu yang tidak terbatas pada kriteria input siswa, melainkan juga standar dalam proses belajar seterusnya selama di sekolah itu. Standar ini tidak hanya meliputi standar akademis, melainkan juga hubungan sosial dalam sekolah itu. Jerome S. Arcaro membuat diagram bangunan sekolah bermutu sebagai berikut.

Gambar 2. Karakteristik Sekolah Unggul42

Menurut Suryadi, indikator sekolah unggul/bermutu adalah sebagai berikut:43

Sekolah Bermutu Sekolah Tidak Bermutu 1. Masukan yang tepat

2. Semangat kerja tinggi

3. Gairah motivasi belajar tinggi 4. Penggunaan biaya, waktu,

fasilitas, tenaga yang proporsional

5. Kepercayaan berbagai pihak 6. Tamatan yang bermutu

7. Keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat

1. Masukan yang banyak 2. Pelaksanaan kerja santai 3. Aktivitas belajar santai

4. Boros memakai sumber-sumber

5. Kurang peduli terhadap lingkungan

6. Lulusan hasil katrol 7. Keluaran tidak produktif

42Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan danTata Langkah Penerapan, cet. 6, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 39.

43Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, (Sarana Panca Karya Nusa, 2009), h. 231.

F okus pa da Kustom er Ke ter li ba tan T otal P engukur an Komit men P erba ikan Be rk elanjutan

Sedangkan indikator mutu menurut Firdaus Basuni yakni “mutu pendidikan dapat diukur dari relevansinya dengan kebutuhan masyarakat, cepat tidaknya lulusan memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai serta kemampuan seseorang didalam mengatasi berbagai persoalan hidup.”44 Di samping itu, Jaap Schrens mengemukakan beberapa faktor tentang sekolah bermutu yakni diantaranya:

a.Kepemimpinan pendidikan yang kuat;

b.Penekanan pada perolehan keterampilan dasar; c.Lingkungan yang rapi dan aman;

d.Harapan pencapaian murid yang tinggi e.Penilaian tentang kemajuan murid.45

Menurut Cut Zahri Harun, ada tiga hal yang menunjang SDM yang unggul melalui program pendidikan bermutu dengan daya pendukung PBM yakni: “(1) man; (2) money; (3) materials;, dan terdapat (4) methods; (5) machines; and (6) markets sebagai sumber daya pendidikan lainnya.”46

3. Model Sekolah Unggul

Transformasi pendidikan yang terjadi, mengubah metode pengajaran yang teacher centered menjadi student centered but teacher as facilitator and confirmer, dan sudah waktunya setiap lembaga pendidikan mempunyai sumber belajar yang memadai. Hal ini diperkuat oleh Suwendi yang dikutip oleh Jejen Musfah bahwa hanyalah informasi yang diolah dengan baik akan menghasilkan pengetahuan (knowledge), dan hanyalah pengetahuan yang diolah dengan baik akan menghasilkan kearifan atau kebijaksanaan (wisdom).47 Sekolah unggul memiliki standar dan sistem

44Firdaus Basuni, “Akreditasi terhadap Kinerja Pendidik dan Hasil Ujian Nasional Madrasah”, Jurnal Evaluasi, Vol.1, h. 4.

45Abas Al-Jauhari, Buku Peningkatan Mutu Sekolah, Terj. dari Improving School Effectivenes oleh Jaap Schrens, (United Nations, 2000), h.38-39.

46Cut Zahri Harun, “Sumber Daya Pendidikan Merupakan Penunjang Utama dalam

Menghasilkan Manusia Unggul melalui Program Sekolah Binaan,” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.73, 2008, h. 621.

47Jejen Musfah (ed.), Pendidikan Holistik; Pendekatan Lintas Perspektif, (Tangerang:

tertentu seperti sumber-sumber belajar yang dapat menggali potensi siswa agar optimal.

Beberapa indikator yang menunjukkan sekolah berpenampilan unggul yaitu sekolah memiliki visi dan misi untuk meraih prestasi/mutu yang tinggi, semua personel sekolah memiliki komitmen yang tinggi untuk berprestasi, adanya program pengadaan staf sesuai dengan perkembangan Iptek, adanya kendali mutu yang terus menerus (quality control), adanya perbaikan mutu yang berkelanjutan (continous quality improvement), serta adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid dan masyarakat.48 Model sekolah yang baik menurut Hedley Beare, adalah sebagai berikut.

“model should be consistent with what is known about understanding leadership, especially those aspects concerned with ensuring clarity, consensus and commitment to the purposes of the school, the unification of people around values, responsibility and authority at the school level, the sharing of leader ship roles, and implementing the vision for a school in policies, plans, budgets, and processes so that day to day activities ara shaped by the vision.”49 Dalam pengertian lain yakni model sekolah yang baik harus konsisten dengan apa yang diketahui tentang pemahaman kepemimpinan, terutama yang berkaitan dengan aspek kebutuhan dunia usaha, dunia kerja, dan pendidikan, konsensus dan komitmen terhadap tujuan sekolah, pengorganisasian orang-orang yang berkepentingan, tanggung jawab dan kewenangan di tingkat sekolah, berbagi peran pemimpin dalam unit, dan melaksanakan visi untuk sekolah dalam kebijakan, rencana, anggaran, dan proses sehingga suatu saat mencapai visi yang dirumuskan.

Pengembangan sekolah di Indonesia mengacu pada tiga konsep yaitu pengembangan manajemen sekolah, pengembangan misi dan visi sekolah, serta pengembangan fasilitas.50 Pemecahan masalah nasional melalui sekolah unggulan dan pemenangan persaingan, menuntut dimilikinya sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya yang

48Nanang Fattah, loc.cit.

49Hedley Beare, et.al., Creating an Excellent School; Some New Management Techniques,(London: Routledge, 1989), p. 149.

50Iif Khairu dan Sofyan, Strategi Pembelajaran Sekolah Berstandar Internasional dan Nasional, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2010), h. 109.

disertai dengan kepemilikan moral.51 Masalah tersebut dapat diperbaiki dengan pendidikan bermutu. Mutu pendidikan tidak lepas dari kajian mengenai bagaimana sebuah sekolah dapat dikelola secara efektif, efisien, dan berkeadilan untuk mewujudkan mutu pendidikan berdasar pada tujuan pendidikan nasional. Menurut Idris M. Noor, setelah proses pendidikan di sekolah unggul selesai, maka para lulusannya diharapkan agar:

“a) kompetensi sesuai dengan standar lulusan dan diperkaya dengan standar kompetensi, b) daya saing komparatif tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan menampilkan keunggulan lokal di tingkat daerah, wilayah, nasional bahkan internasional, c) kemampuan bersaing dalam berbagai lomba tingkat daerah, wilayah, nasional bahkan internasional, d) kemampuan melanjutkan studi bersaing ke luar negeri, e) kemampuan berbahasa asing, f) kemampuan berperan aktif dalam sosio-kultural di masyarakat, dan g) kemampuan menggunakan dan mengembangkan teknologi komunikasi dan informasi secara global.”52

C. Pembentukan Citra Sekolah/Madrasah Unggul

Masyarakat saat ini sudah pandai mencari tahu informasi sekolah terbaik dari kemajuan teknologi informasi. Kemudahan akses yang ditawarkan memudahkan berbagai informasi tentang keberhasilan sekolah dengan berbagai prestasinya. Berikut ini beberapa pemikiran yang dapat sebagai pertimbangan bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya:

a. Pengakuan SMA/MA unggulan atau biasa; b. Kualitas guru dan siswa-siswanya;

c. Kemanan sekolah dalam menunjang stabilitas belajar-mengajar;

d. Fasilitas sekolah yang menunjang perkembangan kecerdasan dan prestasi anak; dan

e. Ragam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.53

Sekolah yang baik dan urung diinginkan siswa perlu menunjukkan kelebihan/kekuatannya, bukan kekurangannya. Dalam hal ini, Cyril Poster

51Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,

2010), h. 289.

52Idris HM Noor, “Evaluasi Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, 2011, h. 255-256.

mengungkapkan bahwa, “Citra sekolah adalah memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, modal, dana, personal dengan cara yang akan memaksimalkan prioritasnya.”54 Berdasarkan pernyataan tersebut, pelayanan pendidikan di sekolah membawa dampak baik dengan prestasi yang diraih melalui siswa dan dapat meningkatkan reputasi sekolah. Penjelasan lebih lanjut tentang pembentukan citra sekolah/madrasah unggul adalah sebagai berikut.

1. Sekolah dan Madrasah di Indonesia

Di Indonesia, terdapat dua jenis sekolah yang dikelola oleh dua kementerian, yakni sekolah umum oleh Kemendikbud dan madrasah oleh Kemenag. Sekolah umum mengadopsi seluruh peraturan pemerintah secara menyeluruh dari Kemendikbud, sedangkan Kemenag memiliki aturan tambahan untuk diadaptasi di madrasah yang asalnya dari Kemendibud. Madrasah telah menampilkan identitasnya sebagai lembaga pendidikan Islam sejak sekitar awal abad ke-20.55 Sekolah berbasis agama cenderung mencerminkan visi dan misi kehidupan dari didikan orang tua kepada anak. Sebagaimana yang telah diketahui jika sekolah agama merupakan keterpaduan antara ilmu sains dan agama. Madrasah aliyah adalah contoh sekolah Islam yang murni basisnya agama. Kelebihannya pelajaran fasih membaca Al-Qur’an dan bahasa Arab lebih ditekankan. Dalam muatan kurikulum mata pelajarannya pun bermuatan spiritual.

Peningkatan kualitas sekolah merupakan hal yang perlu difokuskan untuk direncanakan. Sekolah yang memiliki kualitas unggul tentu menjadi magnet perhatian orang tua dan para siswa. Banyak sekali faktor yang mampu mewujudkan sekolah berkualitas unggul, diantaranya adalah faktor input siswa, faktor profesionalitas tenaga pendidik dan kependidikan, serta manajemen efektif. Apabila faktor-faktor tersebut berjalan efektif, maka dapat dikroscek melalui sejumlah tes tertulis (akademik) maupun perlombaan (non akademik) akan maksimal.

54Cyril Poster, Gerakan Menciptakan Sekolah Unggul, (Jakarta: Lembaga Indonesia

Adidaya, 2000), h. 243.

55Azyumardi Azra, Sejarah Perkembangan Madrasah, cet. 2, (Jakarta: Departemen Agama

Sinergi sekolah dalam meningkatkan kualitas siswa dapat terletak baik dari segi pembangunan pengetahuan dan keterampilan siswa. Pembangunan pengetahuan dapat dilakukan dengan mewujudkan pembelajaran efektif dan menyenangkan. Sedangkan pembangunan keterampilan perlu didukung oleh sarana dan prasarana sekolah. Dukungan dari pihak yang berkepentingan (stakeholder) baik pemerintah, pengawas eksternal, orang tua, dan masyarakat juga dibutuhkan dalam mencapai kolaborasi pembelajaran bermutu.

2. Membentuk Citra Sekolah

Sekolah dapat membuat sendiri peraturan untuk membawa sekolah menuju prestasi yang diinginkan. Dalam kaitannya dalam hal prestasi, manajemen berbasis sekolah memberi arti dalam hal support dan pendayagunaan seluruh komponen sekolah. Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan secara profesional menyediakan bahan ajar yang menampilkan refleksi tujuan pembelajaran, sarana dan prasarana sekolah memadai dan terawat, serta masyarakat yang peduli akan pendidikan di sekolah. Pemerintah memiliki program akreditasi sekolah, yaitu dengan mengkategorikan sekolah pada sekolah standar nasional (SSN), sekolah rintisan, dan sekolah potensial.56 Sekolah standar nasional merupakan sekolah yang telah mencapai standar minimal dalam hal ketersediaan fasilitas dan kualifikasi akademik dan non akademik yang dimiliki oleh sekolah. Penyelenggaraan kegiatan yang melibatkan semua komponen ini harus sesuai dengan perundang-undangan pendidikan yang berlaku dalam mencapai prestasi sekolah setinggi-tingginya. Prestasi-prestasi yang dicapai oleh peserta didik, bukan menunggu tapi dikondisikan untuk muncul, yakni dengan cara penyusunan strategi MBS di sekolah dengan memanfaatkan berbagai kreativitas tenaga pendidik dan kependidikan serta peserta didik.

56Ikbal Barlian, Manajemen Berbasis Sekolah; Menuju Sekolah Berprestasi, cet. 1,

Kepala sekolah bersama-sama warga sekolah lainnya merumuskan kondisi riil sekolah, baik mengenai kelebihan dan kelemahan yang dimiliki sekolah, maupun peluang dan ancaman yang dihadapi oleh sekolah. Sedangkan menurut penulis, citra sekolah/madrasah dapat diketahui sebagai berikut:

Pertama, pengakuan SMA/MA unggulan atau biasa. Sekolah yang menunjukkan performa pendidikan terbaik akan memunculkan minat orang tua dalam list penilaian sekolah untuk studi anaknya.

Kedua, kualitas guru dan siswa-siswanya. Pada pertimbangan ini, profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan dibutuhkan. Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui penelaahan dari riwayat pendidikan, pengalaman pendidikan, seberapa banyak diklat yang diikuti dan prestasi selama menjadi tenaga pendidik.

Ketiga, keamanan sekolah dalam menunjang stabilitas belajar-mengajar. Suasana kondusif dan aman serta iklim sekolah yang nyaman membuat siapapun merasa tenteram bila berada di dalamnya, begitu pun di sekolah.

Keempat, fasilitas sekolah yang menunjang perkembangan kecerdasan dan prestasi anak. Kelengkapan sarana dan prasarana sekolah menjadi pertimbangan selanjutnya. Bila fasilitas sekolah memadai dan terawat sebagaimana mestinya, serta bukti nyata prestasi siswa, masyarakat tambah yakin bahwa sekolah tersebut dapat memanfaatkannya dengan optimal.

Kelima, ragam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Ragam kegiatan ekstrakurikuler membutuhkan keterampilan, ketangkasan, dan kerja sama. Ekstrakurikuler yang selalu memenangi sejumlah perlombaan membawa nama baik sekolah dan menarik minat siswa. Selain lima hal tersebut, penilaian atas lokasi sekolah dan lingkungan, sarana fisik, visi dan misi sekolah, profil pendidik, kurikulum pembelajaran, ketertiban dan kebersihan sekolah, keterampilan skolastik, dan rekap prestasi serta keberhasilan alumninya.

D. Sekolah di Persaingan Global

Para lulusan yang menjadi calon tenaga kerja harus siap menghadapi persaingan global. Meskipun lulusan SMA/MA tidak diwajibkan untuk menjadi pekerja/ wirausahawan, namun perlu ada langkah persiapan. Di akhir tahun 2015, masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) akan berdampak besar terhadap dunia pendidikan serta ekonomi secara umum. Dhrikul Hakim telah merumuskan makna strategi pendidikan unggul dalam menyongsong pasar tunggal ASEAN 2015 yakni sebagai berikut.

“Kebutuhan akan pendidikan dan sumberdaya manusia yang unggul -kompetitif bagi bangsa Indonesia adalah prasarat mutlak agar bisa menjadi the winner di era pasar tunggal Asean. Keunggulan sumber daya manusia ini pada gilirannya akan menjadi pilar utama atas keunggulan bangsa dalam hal kualitas dan kuantitas segala produk bangsa Indonesia baik

ekonomi,budaya maupun iptek.”57

Berdasarkan pendapat para ahli tentang sekolah bermutu dan persiapan menghadapi ekonomi bebas, maka sekolah harus dapat meningkatkan performanya dan menyiapkan para siswa untuk bersaing di era MEA yang dimulai di akhir tahun 2015. Berikut langkah-langkah strategis sekolah dalam bersaing:

1) Kondisikan dan pastikan bahwa lebih dari setengah komponen organisasi memiliki keunggulan bersaing;

2) Selalu memperbarui misi, program, dan strategi;

3) Kritis terhadap berbagai strategi yang diterapkan dan peka terhadap strategi baru yang diterapkan oleh para pesaing; 4) Berorientasi pada kepuasan pengguna layanan jasa pendidikan; 5) Belajar pada kegagalan dan berguru pada kesuksesan orang lain; 6) Tidak memberi bilai berlebih terhadap diri sendiri dan selalu

menghargai setiap dukungan orang lain;

7) Selalu berada pada waktu yang tepat, bersama orang yang tepat dan di tempat yang tepat;

8) Cermat dalam memanfaatkan peluang dan dalam menguasai sumber-sumber informasi;

9) Selalu menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan; 10)Efisien dalam menggunakan waktu, tenaga, pikiran dan dana.58

57

Dhikrul Hakim, “Makna Strategi Pendidikan Unggul Menyongsong Pasar Tunggal Asean

2015”, literature review, Jawa Timur, h. 5.

58Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Cet. 1, (Bandung: Remaja

E. PENELITIAN TERDAHULU

Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan judul penelitian yang penulis ajukan ternyata tidak ditemukan. Berbagai perpustakaan yang pernah penulis telusuri yakni:

1. Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2. Perpustakaan pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 3. Perpustakaan Universitas Terbuka Pondok Cabe;

4. Perpustakaan utama Universitas Negeri Jakarta; 5. Internet.

Berbagai perpustakaan baik offline maupun online telah penulis telusuri, namun tidak ditemukan hasil yang similar dengan judul yang diajukan. Maka dari itu, penelitian ini mengawali komparasi prestasi antara sekolah menengah atas (SMAN 8 Jakarta) dan madrasah aliyah (MAN 4 Jakarta) di Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

F. KERANGKA BERPIKIR

INPUT PROSES OUTPUT

Kondisi Nyata Prestasi

Akademik Siswa Masalah Strategi Hasil

1. Belum optimalnya penerapan visi sekolah. 2. Koordinasi internal

sekolah belum berjalan baik.

3. Terbatasnya dana.

4. Kurangnya minat/motivasi belajar siswa.

5. Program pengajaran belum optimal.

6. Belum optimalnya tugas/pelayanan BK. 7. Sistem evaluasi belum

maksimal.

8. Belum optimalnya dukungan sekolah.

9. Rendahnya daya saing siswa dan alumni.

Rendahnya daya saing kompetisi akademik siswa dan alumni baik di sekolah maupun di madrasah.

1. Meningkatkan mutu KBM melalui berbagai inovasi dan kreativitas pembelajaran.

2. Memfasilitasi siswa dengan ekskul akademik study club.

3. Melakukan kerja sama. Seperti:

Sister School dan pertukaran pelajar. 4. Mensosialisasikan nilai visi dan misi

sekolah.

5. Mengadakan diklat secara berkala kepada tenaga pendidik dan kependidikan.

6. Manajemen sekolah/madrasah yang efektif.

7. Menjaga sinergi antar lini sekolah. 8. Membudayakan berbahasa Inggris

di sekolah.

9. Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.

Menghasilkan lulusan/alumni yang memiliki daya saing tinggi. FEEDBACK

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta. SMAN 8 Jakarta dipilih sebagai objek penelitian sebab prestasi yang rata-rata sangat tinggi di tingkat SMAN se-DKI Jakarta. Pada tahun 2014, sekolah ini menempati urutan teratas nilai UN tertinggi di Jakarta. Selain itu, siswa-siswinya tergolong cerdas dan kompetitif sehingga sesuai dengan judul penelitian ini (Komparasi Keunggulan Prestasi Siswa). SMAN 8 Jakarta berlokasi di Jalan Taman Bukit Duri, Kelurahan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Di samping itu, MAN 4 Jakarta sebagai poros madrasah aliyah model tingkat nasional juga menunjukkan diri dengan prestasi-prestasi yang berhasil diraih baik tingkat nasional maupun internasional, berbagai trofi berjajar rapi di etalase madrasah, dan hampir tiap tahunnya selalu bertambah. Madrasah ini berada di Jalan Ciputat Raya, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian yakni selama empat bulan, dari bulan Mei hingga bulan Agustus 2015.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pilihan dalam menjelaskan makna atau hakikat dari pembatasan masalah yang diteliti. Oleh karena itu, dalam pendekatan kualitatif peneliti dituntut memiliki ketajaman dan kecermatan mengamati, mencatat suatu proses dan aktivitas yang nampak dalam kenyataan, serta menganalisisnya dalam suatu kesatuan yang bermakna.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisa deskriptif. Deskriptif karena penelitian ini bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan tentang prestasi siswa di kedua sekolah yang diteliti dalam bentuk narasi. Penelitian deskriptif menyusun penelitian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu. Alasan penulis

menggunakan metode tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan kebijakan sekolah dan madrasah untuk unggul di prestasi akademik. Dalam hal ini, penulis memaparkan pengembangan prestasi, laporan ujian nasional (UN) selama lima tahun terakhir, prestasi akademik lainnya, dan sebaran para alumni sekolah dan madrasah. Secara umum, informasi juga didapat berdasarkan sumber-sumber terkait dengan mencatat, menganalisa situasi dan kondisi yang terdapat pada objek penelitian. Dengan menggunakan metode ini, peneliti berkeinginan untuk mengungkapkan secara menyeluruh tentang upaya keunggulan sekolah untuk berkompetisi di kancah internasional sekaligus mengungkapkan mutu sekolah di SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta.

C. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto, ada tiga jenis sumber data, yakni person

(orang), place (tempat), dan paper (kertas atau dokumen).59 Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder dengan penjelasan sebagai berikut.

1. Data primer adalah data yang bersumber dari informan secara langsung yang ditemui di lapangan atau lokasi penelitian.60 Dalam penelitian ini, sumber data berasal dari key information berupa dokumen-dokumen dan wawancara di SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta, yakni sebagai berikut.

a. Dokumen-dokumen sekolah (data tenaga pendidik dan kependidikan, buku panduan akademik, laporan nilai prestasi akademik dan laporan prestasi nonakademik sekolah/madrasah). b. Hasil wawancara dari:

1) Kelompok pimpinan sekolah (Kepala Sekolah SMAN 8 Jakarta dan MAN 4 Jakarta, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum);

59Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 114. 60Sugiyono, Metodologi Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

2) Pelayanan sekolah (Tata Usaha);

3) Guru yang membina siswa mengikuti kompetisi ilmiah/akademik (olimpiade, UN, dan kecakapan bahasa-keagamaan);

4) Siswa yang berprestasi.

c. Hasil observasi (lingkungan sekolah dan madrasah, kelas, dan fasilitas).

2. Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data/informasi kepada peneliti yang diperoleh dari pihak lain selain dari sumber primer, dan berfungsi sebagai data pendukung penelitian.61 Adapun data sekunder dalam penelitian ini berasal dari buku psikologi belajar, belajar dan pembelajaran, daya saing pendidikan nasional, manajemen sekolah, transformasi sekolah, manajemen mutu, penjaminan mutu pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah, komunikasi organisasi, sekolah unggul, manajemen berbasis sekolah, pendidikan holistik, dan sejarah madrasah. Kemudian dari jurnal tentang terkait dengan sekolah efektif, sumber daya pendidikan, dan akreditasi sekolah. Di samping itu, data sekunder berasal dari laporan-laporan penelitian tentang pengembangan kelas/sekolah unggul, evaluasi penyelenggaraan sekolah, dan strategi pendidikan dalam menyambut pasar bebas ASEAN.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Hal ini dilakukan untuk menanyakan atau mengamati informan sehingga diperoleh suatu informasi. Oleh karena itu, teknik yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi

Dokumen terkait