• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat P2KP

1. Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan dalam P2KP di Desa Doplang Sosialisasi Program

1.2. Pembentukan BKM

BKM merupakan sebuah organisasi yang mengelola P2KP di tingkat kelurahan. BKM bertindak sebagai forum musyawarah dan pengambilan keputusan tertinggi warga masyarakat setempat, yang berhak merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam jenis kegiatan P2KP.

Pengurus BKM merupakan pemegang amanat dalam mengelola kegiatan sehari- hari khususnya di bidang organisasi, manajemen, keuangan dengan didampingi oleh fasilitator kelurahan (faskel) dan kader masyarakat (relawan) untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya KSM-KSM. BKM ini juga merupakan wadah organisasi untuk melakukan penggondokan atas aspirasi yang muncul dari masyarakat yang merupakan pelaku utama dalam P2KP, jadi BKM ini memanage usulan-usulan program atau kegiatan yang muncul dari bawah. Hal ini sesuai dengan penuturan Bapak Nur Zaeni selaku Koordinator BKM Desa Doplang sebagai berikut :

“BKM sifatnya independent (mandiri), terlepas dari pemerintahan desa namun tetap harus berkoordinasi dengan pemerintahan desa. BKM ini sebagai lembaga yang mewadahi aspirasi masyarakat desa, memanage usulan-usulan program atau kegiatan yang muncul dari bawah.” (Wawancara, 14 Maret 2008).

BKM dapat memfungsikan lembaga-lembaga yang telah ada di tingkat desa. Namun masyarakat desa Doplang sepakat untuk membentuk lembaga baru yang berdiri sendiri terlepas dari pemerintahan desa. Dalam hal ini Bapak Saryono sebagai Sekrataris BKM Adil Makmur Desa Doplang mengungkapkan bahwa:

“Kalau misal sudah ada lembaga di tingkat desa yang sudah dianggap masyarakat oke dan memenuhi persyaratan untuk dapat berfungsi sebagai BKM maka tidak perlu membentuk BKM, jadi lembaga iti bisa dianggap merangkap sebagai BKM. Namun di Desa Doplang ini disetujui untuk membentuk BKM melalui proses pemilu yang murah biaya dan tanpa tendensi apapun, tanpa pencalonan, jadi benar-benar dari hati nurani rakyat.” (Wwancara, 9 Maret 2008).

Tujuan utama terbentuknya BKM ini adalah untuk melakukan suatu pemberdayaan masyarakat miskin agar mengerti dan paham mengenai bagaimana

berorganisasi dan bisa mengubah perilaku dan sikap serta pola pikir yang apatis menjadi kritis sehingga bisa mengkritisi atas segala kebijakan yang dijalankan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Saryono selaku sekretaris BKM Adil Makmur Desa Doplang yang dulunya juga relawan, berikut ini :

“BKM dibentuk untuk melakukan suatu pemberdayaan masyarakat miskin serta berupaya dalam peningkatan partisipasi masyarakat sehingga bisa mengubah pola pikir masyarakat yang apatis menjadi kritis. BKM melakukan kerja-kerja pengorganisiran masyarakat, artinya bagaimana kita melembagakan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat dalam bentuk KSM , dan mencoba memikirkan secara sistematis apa yang dibutuhkan masyarakat.” (Wawancara, 9 Maret 2008).

Persepsi warga masyarakat terhadap pembentukan BKM ini diawali dengan Rembug Sosialisasi dan pernyataan kesiapan masyarakat dalam pembentukan BKM, yang dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus di Aula Balai Desa Doplang dengan dihadiri oleh aparat pemerintahan desa, pengurus RT/RW, lembaga-lembaga desa, BPD, tokoh masyarakat, tokoh wanita (PKK), wakil pemuda dan pemuka masyarakat yang lain.

Indikasi keberhasilan atas suksesnya sosialisasi pembentukan BKM ini, didukung dengan daftar hadir peserta Rembug Sosialisasi dan Pernyataan Kesiapan Masyarakat dalam Pembentukan BKM yaitu sebanyak 85 peserta yang berasal dari berbagai elemen masyarakat. Mereka semua menyatakan siap dan sanggup untuk membentuk BKM di Desa Doplang.

Untuk pertemuan di tingkat desa, faskel bersama relawan memberikan sosialisasi melalui bentuk Diskusi Kelompok Terarah (DKT) atau yang sering disebut dengan FGD (Focus Group Discussion). Materi diskusi adalah mengenai

organisasi masyarakat dan perlunya lembaga atau institusi kepemimpinan kolektif yang mengakar dan representatif, dari sini mulai dikenalkan mengenai BKM. Berangkat dari pertemuan tingkat desa tersebut kemudian dilakukan serangkaian rembug warga mulai dari tingkat RT, RW atau dusun yang ada di Desa Doplang. Pertemuan itu bisa dilaksanakan dalam forum-forum yang ada di tingkat RT maupun RW seperti pada pengajian, arisan, kelompok simpan pinjam, atau sejenisnya. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Maryanto (Anggota BKM) sebagai berikut :

“Pertemuan di tingkat basis itu bisa dilaksanakan dalam forum-forum yang ada di tingkat RT maupun RW seperti lewat pengajian, arisan, kelompok koprasi atau simpan pinjam, dan lain sebagainya.” (Wawancara, 4 Maret 2008).

Dari hasil pertemuan-pertemuan di tingkat RT dan RW itu, diambil kesepakatan tentang perlunya BKM sebagai institusi lokal untuk mewakili masyarakat dalam program P2KP ini. Pembentukan BKM ini sebenarnya mutlak, tidak wajib, sebenarnya lembaga desa seperti LKMD maupun Badan Desa seperti BPD dapat difungsikan menjadi BKM, namun masyarakat masyarakat Desa Doplang dalam pertemuan di tingkat RT maupun RW tersebut menyepakati untuk membentuk institusi lokal baru yaitu BKM. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Bapak Saryono (Sekretaris BKM Adil Makmur Desa Doplang) bahwa :

“ …Setelah pertemuan di Balai Desa, kemudian di tiap-tiap dusun mengadakan pertemuan sendiri, mereka menyepakati untuk membentuk BKM daripada memfungsikan lembaga yang telah ada seperti LKMD maupun BPD untuk menjadi BKM……” (Wawancara, 10 Maret 2008).

Hal ini menunjukkan bahwa persepsi warga terhadap pembentukan BKM ini adalah merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan, disini terlihat antusiasme warga dalam pembentukan BKM tersebut. Mereka semua menyepakati untuk dibentuk sebuah lembaga yang bernama BKM.

Setelah disepakati untuk membentuk BKM, kemudian diadakan pemilihan anggota BKM. Mekanisme pemilihan ini dilakukan melalui pemilihan langsung yang bersifat demokratis dan tanpa pencalonan. Pelaksanaannya dilakukan secara berjenjang dari tingkat RT kemudian baru dilaksanakan pemilihan di tingkat kelurahan. Dari tiap RT mengirimkan 5 orang wakilnya (sesuai kesepakatan) yang telah terpilih di tingkat RT berdasarkan perolehan suara terbanyak. Mereka yang terpilih tersebut adalah yang memenuhi kriteria yang telah disepakati oleh masyarakat itu sendiri dan tinggal di RT yang bersangkutan untuk mewakili RTnya. Selanjutnya, 5 nama urutan teratas pada pemilihan tingkat RT tersebut diundang ke Balai Desa untuk diadakan pemilihan tingkat kelurahan. Dari 19 RT yang ada di Desa Doplang semua mengirimkan wakilnya pada pemilihan di tingkat desa. Hal ini menunjukkan bahwa warga Desa Doplang cukup menanggapi kegiatan pembentukan BKM ini, terlihat dengan tidak adanya RT yang tidak mengirimkan wakilnya, semuanya mengirimkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Nur Zaeni (Koordinator BKM Adil Makmur Desa Doplang) bahwa :

“Persepsi masyarakat dalam kegiatan pembentukan BKM ini sangat baik, hal ini terlihat dari tidak adanya RT yang tidak mengirimkan wakilnya, semua mengirimkan, namun mungkin pada pemilihan tahap kedua (di tingkat desa) ada wakil yang tidak terpilih.” (Wawancara, 14 Maret 2008).

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ibu Rini Anggoro Wati yang pada waktu itu terpilih sebagai perwakilan pada pemilihan tingkat RT namun tidak terpilih pada pemilihan tingkat kelurahan, bahwa :

“Saya senang sekali mbak pada waktu itu terpilih di tingkat RT, setelah itu, calon-calon yang terpilih di tingkat RT tersebut diundang ke Balai Desa untuk diadakan pemilihan di tingkat kelurahan/desa, tapi untuk di tingkat desa saya tidak lolos karena kalah suara....” (Wawancara, 11 Maret 2008).

Karena semua RT mengirimkan wakilnya, sehingga di tingkat kelurahan terkumpul perwakilan dari tiap RT sebanyak 95 orang (5 X 19 RT). Dalam pemilihan tingkat kelurahan, 95 orang sebagai perwakilan dari 19 RT yang ada di Desa Doplang tersebut memiliki hak untuk memilih dan dipilih sebagai anggota BKM. Kemudian dilakukan pemilihan dengan cara menuliskan nama-nama tersebut di atas kertas secara rahasia dan tertutup, tanpa kampanye, tanpa pencalonan, dan tanpa upaya mempengaruhi atau rekayasa untuk memilih orang tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk memberi peluang bagi masyarakat, khususnya masyarakat miskin untuk secara bebas menentuan pilihannya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh masyarakat itu sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemikakan oleh Bapak Saryono (Sekretaris BKM Adil Makmur Desa Doplang) berikut ini :

“ Pembentukan BKM di Desa Doplang dilakukan melalui proses pemilu yang murah biaya dan tanpa tendensi apapun, tidak ada penjagoan…ini merupakan proses demokrasi murni. Pemilihannya dilakukan secara rahasia, tanpa pencalonan, tanpa kampanye, dan tanpa upaya mempengaruhi untuk memilih si A si B…Hal ini dimaksudkan untuk memberi peluang bagi masyarakat, khususnya masyarakat miskin untuk

secara bebas menentuan pilihannya berdasarkan criteria yang telah ditetapkan oleh masyarakat itu sendiri….” (Wawancara, 9 Maret 2008). Persepsi masyarakat dalam proses pembentukan BKM ini adalah sangat mendukung dan menanggapinya dengan baik, terlihat dengan hadirnya seluruh utusan RT dan komponen masyarakat yang diundang dalam pemilihan tersebut. Pemilu BKM di tingkat kelurahan ini dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2005 di Balai Desa Doplang. Berdasarkan informasi yang diperoleh, kegiatan ini berjalan dengan lancar dan tidak menghadapi hambatan yang berarti. Masyarakatpun menanggapinya dengan baik atas terbentuknya BKM ini karena memang terbentuknya BKM ini juga berdasar pada inisiatif rakyat sendiri yang telah menyetujui untuk dibentuknya BKM. Masyarakat menyadari akan peran BKM yang sangat penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat di wilayahnya dan mampu menjembantani aspirasi dan kebutuhan warga dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Desa Doplang.