pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu
"Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL ;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan ; c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau
(RTH) di perkotaan
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas Dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang
atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET;
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi :
a) Revitalisasi, b) RTH,
c) BangunanTradisional/bersejarah dan d) Penanggulangan kebakaran,
bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Adapun isu-isu strategis sektor PBL di kabupaten Sabu Raijua seperti dalam tabel 7.7. berikut ini :
Tabel 7.7.
Isu-Isu Strategis Sektor PBL Kabupaten Sabu Raijua
No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL 1 Penataan Lingkungan Permukiman 1. Terbangunnya perumahan dan
permukiman yang layak huni.
2. Terpenuhinya kebutuhan
perumahan bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan permukiman kumuh.
3. Tertatanya lingkungan permukiman kumuh menjadi lingkungan sehat, indah, aman, nyaman, dan adanya peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat.
2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk bangunan gedung dan rumah negara 2. Menjaga kelestarian nilai-nilai
arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya).
3 Pemberdayaan Komunitas Dalam Penanggulangan Kemiskinan
1. Terciptanya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mampu menata lingkungan perumahan.
2. Terciptanya pertumbuhan usaha ekonomi produktif dan
keswadayaan masyarakat.
b. Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan
Program Sektor Penataan Bangunan dan lingkungan di fokuskan pada penataan bangunan melalui fasilitasi pembentukan dan implementasi Perda Bangunan Gedung, dan penataan lingkungan melalui kegiatan penataan kawasan strategis baik itu kawasan bersejarah, tradisional, Penyediaan Ruang Terbuka Hijau maupun kawasan yang mempunyai nilai ekonomi. Fungsi dari penataan lingkungan yaitu untuk meningkatkan kualitas kawasan.
Sampai dengan tahun 2016 capain Standar Pelayanan Minimal untuk sektor Penataan Bangnan dan Lingkungan di Kabupaten Sabu Raijua belum terdata dengan baik. Walaupun Perda Bangunan Gedung telah disahkan pada tahun 2015 tetapi implementasi Perda ini belum dapat dilakukan karena masih membutuhkan sosialisasi dan juga keterbatasan SDM di Sabu Raijua. Untuk persentasi bangunan gedung yang sudah mempunyai IMB belum terdata, bangunan gedung yang bersertifikat SLF belum ada. Untuk Penataan kawasan tradisional di Kabupaten Sabu Raijua telah dilakukan melalui dana APBD 2 yaitu penataan kawasan tradisional megalitik dan rumah adat di desa Realoro, tabel 7.8 menggambarkan tentang kondisi SPM dari sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Sabu Raijua.
Tabel 7.8.
Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Sabu Raijua Tahun 2015
NO URAIAN SATUAN BESARAN KETERANGAN
1 Status Perda BG Ada/tidak Ada
2 Prosentasi Bangunan Ber-IMB % Belum terdata
3 Prosentasi Bangunan Bersertifikat SLF % Belum Terdata
4 Pendataan Bangunan Gedung Unit Belum terdata
5 Prosentasi RTH % 20
6 Status Bangunan Pusaka (Nasional) Ada/tidak Tidak ada 7 Status Bangunan Pusaka (Dunia) Ada/Tidak Tidak ada
Untuk kabupaten Sabu Raijua dokumen perencanaan yang mendukung penataan bangunan dan lingkungan yang sudah mempunyai kekuatan hukum seperti pada tabel 7.9. di bawah ini :
Tabel 7.9.
Peraturan Daerah/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan danLingkungan
c. Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :
Penataan Lingkungan Permukiman:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
Belumm siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran No
Ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
Dengan proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota, dan proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota
daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau :
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
Tabel 7.10.
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Sabu Raijua
No Aspek PBL Permasalahan Yang Dihadapi
Tantangan
Pengembangan Alternatif Solusi I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Aspek Teknis Masih adanya
2 Aspek Kelembagaan Lemahnya pengaturan
3 Aspek Pembiayaan Masih rendahnya dukungan pemda
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 1 Aspek Teknis Banyaknya
Bangunan
Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan
perijinan.
Masih banyaknya aset negara yang tidak
teradministrasikan dengan baik
III Kegiatan Pemberdayaan Komunitas Dalam Penanggulangan Kemiskinan 1 Aspek Teknis Jumlah penduduk
miskin di perkotaan maupun perdesaan masih cukup tinggi 2 Aspek Kelembagaan Belum mantapnya
kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat.
3 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta
Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya
7.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor Penataan Bangunan Lingkungan Kabupaten Sabu Raijua, mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.
Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi : A. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
1. RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/ kawasan.
Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:
Program Bangunan dan Lingkungan
Rencana Umum dan Panduan Rancangan
Rencana Investasi
Ketentuan Pengendalian Rencana
Pedoman Pengendalian Pelaksanaan
2. RISPK (Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran)
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana
tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.