• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER

.

Aksi Pemberdayaan Masyarakat

Aksi pemberdayaan masyarakat dalam penelitian ini dilihat dari hasil implementasi program WASH. Terdapat lima komponen yang dilakukan untuk pemberdayaan masyarakat yaitu, advokasi, pengorganisasian komunitas, pengembangan kapasitas, dan pengembangan jaringan yang semuanya dilakukan melalui kegiatan komunikasi, edukasi, dan informasi. Diperlukan implementasi program yang sesuai dalam pemberdayaan masyarakat sehingga tercipta kemadirian dan partisipasi. Menurut Lubis (2012), masyarakat mandiri karena mereka memiliki daya untuk menentukan pembangunannya dan berpartisipasi pada seluruh program. Usaha yang dilakukan PT Aqua Golden Misisipi untuk mengembangkan desa binaannya, yaitu dengan membuat sarana air bersih dan sanitasi.

Menurut hasil analisis dan wawancara mendalam, dapat dikatakan bahwa komponen aksi pemberdayaan masyarakat yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat yaitu, komponen advokasi; pengembangan kapasitas; dan komunikasi, infomasi, dan edukasi. Aksi pemberdayaan masyarakat dalam komponen advokasi, yang dilakukan oleh masyarakat adalah sejauhmana mereka mampu mempengaruhi RT/RW untuk memfasilitasi masyarakat agar tidak mengalami kesulitan lagi mengakses sarana air bersih dan sanitasi. Aksi pemberdayaan masyarakat dalam komponen pengembangan kapasitas yang diikuti masyarakat, adalah memiliki kemampuan untuk mengadvokasi dan meningkatan kemampuan individu mencangkup perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan kemandirian untuk dapat memelihara sarana air bersih dan sanitasi, melalui pelatihan yang diberikan oleh PT Aqua Golden Misisipi. Sedangkan, aksi pemberdayaan masyarakat dalam komponen komunikasi, informasi, dan edukasi yang diikuti masyarakat, berupa pengelolaan informasi yang menyangkut mencari dan mendokumentasikan informasi agar selalu tersedia bagi masyarakat lain yang membutuhkan. Kegiatan edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat pun melibatkan masyarakat agar pengetahuan dan kemampuannya meningkat. Gambar 8 menunjukkan persentase komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat dalam program WASH di Desa Cicadas.

Pada Tabel 9, ditunjukkan bahwa mayoritas responden atau sebanyak 60 persen menjelaskan bahwa tingkat aksi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan untuk mendukung program WASH di Desa Cicadas berada pada tingkatan sedang. Sisanya 26.7 persen berada pada tingkat tinggi dan yang berada pada tingkatan rendah sebanyak 13.3 persen.

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat dalam program WASH di Desa Cicadas No Komprehensivitas Aksi Pemberdayaan Masyarakat ∑ % 1 Tinggi 8 26.7 2 Sedang 18 60.0 3 Rendah 4 13.3 Total 30 100.0

Gambar 8 Persentase responden berdasarkan komprehensivitas pemberdayaan masyarakat dalam program WASH di Desa Cicadas

Tabel 10 menjelaskan sejauhmana aksi pemberdayaan masyarakat yang

dilakukan oleh stakeholder (perusahaan dan pemerintah) untuk mendukung

program WASH. Dapat dilihat bahwa PT Aqua Golden Misisipi dalam advokasi, perusahaan mendapatkan pesan dari masyarakat untuk menerapkan program WASH pada Desa Cicadas. Lalu perusahaan mengadvokasikan kepada pemerintah untuk membangun sarana air bersihdan sanitasi. Sedangkan, pemerintah desa hanya berfungsi sebagai pemberi izin dalam penyelenggaraan progam WASH.

Tabel 10 Keterlibatan stakeholder (perusahaan dan pemerintah) dalam aksi pemberdayaan masyarakat program WASH di Desa Cicadas

Aksi Pengembangan Masyarakat

Stakeholder yang Terlibat dalam Masing-masing

Komponen Aksi Pemberdayaan Masyarakat Beserta Bentuk Keterlibatan

Advokasi a. Perusahaan: menerima pesan dari RT/RW setempat

mengenai keluhan masyarakat tentang kekurangan air jika masuk musim kemarau. Lalu perusahaan

menyampaikan hal yang sama kepada pemerintah untuk mendukung program WASH.

b. Pemerintah desa: mendapatkan pesan dari perusahaan dan mengeluarkan izin untuk penyelenggaraan program WASH.

Pengorganisasian Komunitas

a. Perusahaan: membentuk Kelompok Pengelola Sarana Air Bersih dan Sanitasi(KPSABS).

b. Pemerintah desa: tidak mengambil alih pada komponen aksi pemberdayaan masyarakat ini.

Pengembangan Jaringan a. Perusahaan: menjalin hubungan dan kerjasama baik

antara RT/RW setempat dan masyarakat.

b. Pemerintah desa: Menjalin hubungan dan kerjasama baik dengan perusahaan dan masyarakat.

Pengembangan Kapasitas a. Perusahaan: mampu mengadvokasi, mengembangkan

jaringan dan membuat pelatihan khusus mengenai perilaku hidup bersih dan sehat serta pelatihan untuk pemeliharaan sarana untuk masyarakat.

b. Pemerintah desa: tidak mengambil alih pada komponen aksi pemberdayaan masyarakat ini.

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi

a. Perusahaan: mengelola infomasi dan

mendokumentasikan informasi bagi memerlukannya. Membuat kegiatan yang beredukasi agar kemampuan masyarakat meningkat.

b. Pemerintah desa: menaruh perhatian dan mengambil keputusan atas izin penyelenggaraan program WASH.

Aksi pengorganisasian komunitas yang diterapkan oleh perusahaan adalah membentuk Kelompok Pengelola Sarana Air Bersih dan Sanitasi (KPSABS) yang berfungsi untuk mengatur jalannya mekanisme iuran yang diterapkan, serta memelihara sarana dan prasarana. Sedangkan, pemerintah desa tidak berperanserta dalam aksi pengorganisasian komunitas.

Aksi pengembangan jaringan yang diterapkan oleh perusahaan adalah mereka mampu menjalin kerjasama dan hubungan yang baik antara masyarakat dan pemerintah untuk program WASH, lalu perusahaan pun membentuk sukarelawan yang beranggotakan karyawan PT Aqua Golden Misisipi, lalu diberi nama Sobat Alam. Mereka membantu karyawan di Departemen CSR PT Aqua Golden Misisipi untuk memfasilitasi penyelenggaraan program WASH. Maka, terjalinlah jaringan dan rasa saling percaya antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat. Pemerintah pun menjalin hubungan yang baik dengan perusahaan dan masyarakat, hal ini ditunjukkan, saat ada kegiatan-kegiatan peresmian program, pemerintah diundang sebagai tamu.

Aksi pengembangan kapasitas yang diterapkan oleh perusahaan adalah mampu mengadvokasi, mengembangkan jaringan, dan membuat pelatihan khusus

mengenai perilaku hidup bersih dan sehat serta pelatihan untuk pemeliharaan sarana untuk masyarakat Desa Cicadas. Sedangkan, pemerintah tidak berperanserta dalam komponen aksi pemberdayaan masyarakat ini.

Aksi komunikasi, informasi, dan edukasi yang diterapkan oleh perusahaan adalah mengelola infomasi dan mendokumentasikan informasi bagi memerlukannya. Membuat kegiatan yang beredukasi seperti penyampaian mengenai edukasi perilaku hidup bersih dan sehat agar kemampuan dan motivasi masyarakat meningkat. Sedangkan, pemerintah menaruh perhatian dan mengambil keputusan atas izin penyelenggaraan program WASH.

Tingkat Partisipasi Stakeholder (Masyarakat, Pemerintah, dan Perusahaan)

Tingkat Partisipasi dianalisis untuk melihat bagaimana keterlibatan

stakeholder. Hal ini mencangkup masyarakat, pemerintah, dan perusahaan (PT Aqua Golden Misisipi) dalam program WASH. Partisipasi dibagi menjadi tiga tahap yaitu, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Pengukuran tingkat partisipasi dilakukan merujuk pada Delapan Tangga Partisipasi menurut Arnstein (1969). Teori ini membagi kedalam tiga derajat,

yaitu derajat non-participation (manipulasi dan terapi), derajat tokenism

(informasi, konsultasi dan placation), dan derajat citizen power (kemitraan,

delegasi kewenangan, dan citizen control).

Jumlah dan persentase tingkat partisipasi secara keseluruhan disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11 memaparkan sebaran responden berdasarkan tingkat partisipasi dalam program WASH. Sebanyak 3.3 persen responden berada pada

derajat citizen power, 20 persen berada pada derajat tokenism, dan sebanyak 76.7

persen berada pada derajat non-participation.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas warga sebanyak 76.6 persen tidak berpartisipasi dalam program, mereka hanya sekedar mengetahui adanya program tersebut yang kemudian hanya dijadikan mandor dalam program WASH. Namun,

warga sebanyak 20 persen pada derajat tokenism yang dimintai saran dan

pendapatnya mengenai program tetapi pengambilan keputusan tetap berada pada

pemegang kekuasaan. Lalu, sebanyak 3.3 persen warga berada pada derajat citizen

power yang mampu bernegosiasi, mengatur penyelenggaraan program dan pengambilan keputusan. Hal ini, dapat dilihat pada Gambar 9.

Tabel 11 Jumlah dan persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi (tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) dalam program WASH di Desa Cicadas

No Tingkat Partisipasi ∑ %

1 Tinggi 1 3.3

2 Sedang 6 20.0

3 Rendah 23 76.7

Gambar 9 Persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat (tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) dalam program WASH di Desa Cicadas

Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Perencanaan

Tahap Perencanaan menurut Uphoff (1979), merupakan tahapan masyarakat dalam keterlibatan kegiatan-kegiatan program, serta menyusun rencana kerjanya. Berdasarkan Ericson seperti dikutip Slamet (1994) tahap perencanaan ini pun merupakan strategi dalam penyusunan kepanitiaan dan anggaran pada suatu kegiatan atau proyek. Masyarakat dapat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran, dan kritik melalui pertemuan yang diadakan. Tabel 12 memaparkan jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partispasi dalam tahap perencanaan program WASH di Desa Cicadas.

Tabel 12 Jumlah dan persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan program WASH di Desa Cicadas No Tingkat Partisipasi ∑ % 1 Tinggi 2 6.7 2 Sedang 7 23.3 3 Rendah 21 70.0 Total 30 100.0

Tabel 12 di atas memperlihatkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan. Sebanyak 6.7 persen masyarakat yang berada pada

derajat citizen power, 23.3 persen masyarakat berada pada derajat tokenism dan 70

persen masyarakat berada pada derajat Non-Participation. Persentase jumlah

warga pada tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan secara jelas ditampilkan pada Gambar 8. Terlihat dalam tahap perencanaan program, derajat

non-participation lebih tinggi dibandingkan dengan derajat citizen power dan

tokenism. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mayoritas kurang berpartisipasi dalam perencanaan program WASH, namun sebanyak 23.3 persen responden berpartispasi dalam penyusunan kepanitiaan, rencana kerja, dan rancangan anggaran dana program, namun keputusan berada pada pemegang kekuasaan.

Sebanyak 6.7 persen responden ikut berpartisipasi dan mengambil keputusan dalam tahap perencanaan program WASH. Hal ini diperkuat oleh ENK:

“…waktu perencanaan program ini Mba, memang dilaksanakan bukan di hari libur, jadi banyak masyarakat yang tidak ikut serta, karena mereka banyak yang masih kerja. Hanya beberapa orang yang ikut, termasuk Saya”- ENK

Gambar 10 Persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dalam Program WASH di Desa Cicadas

Tingkat Partispasi Masyarakat dalam Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan menurut Uphoff (1979) adalah tahap terpenting dalam program pemberdayaan. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi, partisipasi dalam bentuk sumbangan materi dan bentuk keterlibatan. Menurut Ericson seperti dikutip Slamet (1994), tahap pelaksanaan merupakan bentuk partisipasi berupa tenaga dan ide-ide sebagai anggota program pemberdayaan. Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan dimana program tersebut dijalankan. Tabel 13 memaparkan jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi dalam tahap pelaksanaan program WASH di Desa Cicadas.

Tabel 13 Jumlah dan persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi dalam tahap pelaksanaan program WASH di Desa Cicadas

No Tingkat Partisipasi ∑ %

1 Tinggi 2 6.7

2 Sedang 7 23.3

3 Rendah 21 70.0

Total 30 100.0

Tabel 13 di atas memperlihatkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan sebanyak 6.7 persen masyarakat berada pada derajat

citizen power, 23.3 persen masyarakat berada pada derajat tokenism dan 70 persen

tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan secara jelas ditampilkan

pada Gambar 10. Terlihat jelas bahwa derajat non-partisipasi memiliki persentase

tertinggi dibandingkan dengan derajat citizen power dan tokenism. Hal ini

menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan sangat minim. Warga sebanyak 70 persen hanya mengetahui adanya pelaksanaan program tetapi tidak menyumbangkan materi, tenaga, dan ide-ide pada program WASH. Namun sebanyak 23.3 persen berpartisipasi tetapi pengambilan keputusan masih berada pada pemegang kekuasaan. Lalu, sebanyak 6.7 persen warga turut berpartisipasi serta mengambil keputusan dalam perencanaan program WASH. Hal ini diutarakan oleh NRH dan NAN:

“…. waktu pas pembangunan itu Saya mah ga ikut partisipasi Dek, lagi banyak kerjaan. Tapi Pak Haji mah ikut, Dia katanya juga nyumbang dana buat pembangunan sumur di mushola…”-NRH “Saya ikut waktu bangun-bangun di deket mesjid itu. Waktu disuruh minta ide juga saya ikut, tapi keputusan mah balik lagi ke pihk atas Dek..”- NAN

Gambar 11 Persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan dalam program WASH di Desa Cicadas

Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi menurut Uphoff (1979) adalah tahap yang penting karena merupakan timbal balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya. Lubis (2012) juga menyatakan bahwa

monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan untuk melihat apakah pelaksanaan

pemberdayaan sesuai dengan yang direncanakan, sejak input sampai proses

pelaksanaanya. Tabel 14 memaparkan jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi dalam tahap evaluasi program WASH di Desa Cicadas.

Tabel 14 Jumlah dan persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap evaluasi program WASH di Desa Cicadas No Tingkat Partisipasi ∑ % 1 Tinggi 0 0.0 2 Sedang 7 23.3 3 Rendah 23 76.7 Total 30 100.0

Tabel 14 di atas memperlihatkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap evaluasi sebanyak 23.3 persen masyarakat berada pada derajat

tokenism dan 76.7 persen masyarakat berada pada derajat non-participation. Persentase jumlah warga pada tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap evaluasi secara jelas ditampilkan pada Gambar 12. Terlihat jelas bahwa derajat

non-participation memiliki persentae lebih tinggi dibandingkan dengan derajat

tokenism. Hal ini menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap evaluasi sangat kurang. Namun 23.3 persen dari responden berpartisipasi dalam tahap evaluasi program WASH, tetapi keputusan berada di tangan pemegang kekuasaan. Hal ini diutarakan olah SAM:

“…Saya mah gatau apa-apa Mba, apalagi kalau ada evaluasi program, Saya ga ngerti sama yang kaya begituan…”- SAM

Gambar 12 Persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi dalam program WASH di Desa Cicadas

Tingkat Partisipasi Stakeholder (Pemerintah dan Perusahaan)

Program WASH merupakan sebuah program yang melakukan pengembangan akses air bersih untuk masyarakat di Desa Cicadas saat musim kemarau tiba. Pelibatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu dari empat pilar Aqua Lestari yang menjadikan sarana untuk mengaktualisasikan program CSR perusahaan. Menurut Lubis (2012), karena masyarakat yang mengerti tentang kebutuhannya, serta mengetahui pembangunan apa saja yang baik bagi dirinya. Namun masyarakat tidak serta merta mampu melakukan semua itu. Pihak ‘luar masyarakat’ perlu juga untuk ikut berpartisipasi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam hal penyelenggaraan program.

Peningkatan kemampuan itu yang disebut sebagai pemberdayaan. Sebelum mencapai tahap tersebut, dibutuhkanlah upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dengan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan yang terlibat.

Penyelenggaraan program WASH ini, melibatkan berbagai stakeholder,

yakni pemerintah desa, perusahaan, dan masyarakat. Rhenald Kasali seperti

dikutip Wibisono (2007), mengatakan bahwa stakeholder bisa berarti pula setiap

orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan, dan kelompok ini berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan

keberhasilan perusahaan. Tabel 15 memaparkan keterlibatan stakeholder dalam

partisipasi program WASH di Desa Cicadas.

Tabel 15 Keterlibatan stakeholder (perusahaan dan pemerintah) dalam

partisipasi program WASH di Desa Cicadas

Tahapan Partisipasi Program WASH

Stakeholder yang Terlibat dalam Masing-masing

Tahapan Partisipasi beserta Bentuk Keterlibatan

Tahap Perencanaan a. Perusahaan: menyusun perencanaan program

yang bersifat teknis maupun non-teknis. b. Pemerintah desa: pemberian izin

penyelenggaraan program dan pemberian informasi kepada RT/RW terkait.

Tahap Pelaksanaan a. Perusahaan: melakukan pendampingan program

terhadap masyarakat, RT/RW terkait. Memberikan pelatihan kepada masyarakat di bantu oleh relawan dari perusahaan (Sobat Alam).

b. Pemerintah desa: memberikan perizinan, namun dalam pelaksanaannya, mereka tidak terlibat langsung.

Tahap Evaluasi a. Perusahaan: pada awal program,laporan

pertanggungjawaban masih di buat per tiga bulan, namun seterusnya perusahaan menerima laporan dari perwakilan masyarakat hanya melalui telepon.

b. Pemerintah desa: tidak terlibat dalam proses evaluasi program.

Tabel 15 di atas menjelaskan sejauhamana partisipasi stakeholder

(perusahaan dan pemerintah)pada setiap tahap penyelenggaraan program WASH.

Melihat Tabel 15 tersebut dapat dikatakan bahwa tidak semua stakeholder

berpartisipasi pada setiap tahapan penyelenggaraan program. Menurut Sukada (2007) seperti dikutip Rosyida dan Nasdian (2011), semakin relevan pemangku kepentingan dengan kegiatan maupun aktivitas pengembangan masyarakat di suatu perusahaan, maka pelibatannya menjadi sebuah keharusan. Hal ini merupakan faktor yang penting untuk menentukan kesuksesan suatu program perusahaan.

PT Aqua Golden Misisipi lebih terlibat secara langsung pada setiap tahapan penyelengaraan program WASH, karena perusahaan merupakan pihak yang pertama kali memfasilitasi permintaan masyarakat untuk mengurangi resiko akibat kekeringan air di musim kemarau. PT Aqua Golden Misisipi sejak awal

merencanakan program ini, belum mencoba untuk mengembangkan jaringan bersama mitra perusahaan lain. Namun, pertengahan tahun 2013 pihak perusahaan mulai mencoba meminta bantuan kepada salah satu LSM untuk ikut bekerjasama dengan mereka. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan fasilitas yang akan diberikan kepada masyarakat, serta membantu untuk mendampingi sebagai

fasilitator pada setiap tahapan penyelenggaraan progam WASH. Stakeholder

lainnya adalah pemerintah Desa Cicadas,dapat dilihat dari Tabel 16 di atas, bahwa pihak pemerintah hanya memberikan izin atas penyelenggaraan program WASH. Selebihnya, pemerintah desa hanya dilibatkan pada kegiatan-kegiatan tertentu sebagai tamu undangan, dan sekedar memberikan saran dari keberlanjutan program WASH.

Hubungan Komprehensivitas Aksi Pemberdayaan Masyarakat dan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Komprehensivitas Aksi Pemberdayaan Masyarakat dan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Aksi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT Aqua Golden Misisipi dianalisis dari berapa banyak jumlah aksi pemberdayaan masyarakat yang telah perusahaan lakukan kepada masyarakat Desa Cicadas. Selain dilihat dari rata-rata aksi pemberdayaan masyarkat yang didukung masyarakat, hal ini

diperkuat juga dengan hasil wawancara mendalam kepada stakeholder terkait.

Sedangkan, tingkat partisipasi masyarakat dihitung dari sampai sejauhmana derajat partisipasi yang masyarakat lakukan, menggunakan Derajat Tingkat Partisipasi Arnstein (1969).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat maka semakin tinggi tingkat partisipasi

stakeholder. Berdasarkan hipotesis terdapat dua variabel, yaitu variabel aksi pemberdayaan masyarakat dan varibel tingkat pastisipasi masyarakat, yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tabel 16 merupakan tabel distribusi responden menurut komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat dan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan di Desa Cicadas.

Tabel 16 Jumlah dan persentase warga menurut hubungan komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat dan tingkat partisipasi masyarakat (tahap perencanaan) di Desa Cicadas

Komprehensivitas Aksi

Pemberdayaan Masyarakat

Tingkat Partisipasi Masyarakat

(Tahap Perencanaan)

Total Rendah Sedang Tinggi

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

Tinggi 0 0.0 6 75.0 2 25.0 8 100.0

Sedang 17 94.4 1 5.5 0 0.0 18 100.0

Rendah 4 100.0 0 0.0 0 0.0 4 100.0

Tabel 16 menjelaskan hubungan antara tingkat komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap

perencanaan. Persentase terbesar terdapat pada baris komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat berkategori rendah dan kolom tingkat partisipasi masyarakat (tahap perencanaan) berkategori rendah. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara dua variabel tersebut. Hubungan ini menggambarkan bahwa dengan aksi pemberdayaan masyarakat yang rendah maka tingkat partisipasi masyarakat (tahap perencanaan) pada program WASH menjadi rendah.

Sebagai pembanding maka dilakukan perhitungan menggunakan uji Rank

Spearman dan menggunakan alat bantu SPSS v 16.0, didapat angka korelasi antara variabel aksi pemberdayaan masyarakat dengan variabel tingkat partisipasi (tahap perencanaan) adalah sebesar 0.000. Karena p-value (Sig.(1-tailed)) < alpha (0.01= 1 persen) maka ada korelasi antara variabel komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat dengan variabel tingkat partisipasi pada tahap perencanaan dalam program WASH. Hubungan antar kedua variabel tersebut berhubungan secara signifikan dengan tingkat hubungan sangat tinggi atau kuat, dengan nilai korelasi sebesar 0.826. Sehingga, semakin rendah tingkat komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat berhubungan pada penurunan

tingkat partisipasi pada tahap perencanaan program. Perhitungan uji Rank

Spearman dapat dilihat pada lampiran 5.

Terdapat hubungan antara komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat dengan tingkat partisipasi pada tahap perencaaan. Program WASH merupakan program yang menunjang akses air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan. Namun, pada aksi pemberdayaan yang dilaksanakan kurang mampu meningkatkan partisipasi warga dalam tahap perencanaan ini. Seperti, pada komponen aksi advokasi, hanya sebagian masyarakat yang mengupayakan dan ikut mempengaruhi RT/RW untuk meminta bantuan kepada perusahaan, membangun sarana air bersih dan sanitasi. Masyarakat memilih pasrah dan membatasi diri untuk inisitif, karena mereka berpikir ada pihak-pihak yang lebih berkuasa dalam menentukan keputusan dalam perencanaan program. Namun, jika masyarakat diminta untuk ikut membantu membangun sarana air bersih dan sanitasi mereka bersedia. Hal ini diperkuat oleh MIM:

“ ….Saya mah pasrah aja De, sama keputusan pihak-pihak atas mau perencanaan buat sarana air bersihnya gimana juga Saya ikut aja. Tapi kalau disuruh bantuin ya Saya bersedia…”- MIM

Tabel 17 Jumlah dan persentase warga menurut hubungan komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat dan tingkat partisipasi masyarakat (tahap pelaksanaan) di Desa Cicadas

Komprehensivitas Aksi

Pemberdayaan Masyarakat

Tingkat Partisipasi Masyarakat (Tahap Pelaksanaan)

Total

Rendah Sedang Tinggi

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

Tinggi 1 12.5 5 62.5 2 25 8 100.0

Sedang 16 88.8 2 11.1 0 0.0 18 100.0

Tabel 17 menjelaskan hubungan antara tingkat komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat (tahap pelaksanaan). Persentase terbesar terdapat pada baris komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat berkategori rendah dengan kolom tingkat partisipasi masyarakat (tahap pelaksanaan) berkategori rendah. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara dua variabel tersebut. Hubungan ini menggambarkan bahwa dengan aksi pemberdayaan masyarakat yang rendah maka tingkat partisipasi masyarakat (tahap pelaksanaan) pada program WASH menjadi rendah.

Sebagai pembanding dilakukan perhitungan menggunakan uji Rank

Spearman dan menggunakan alat bantu SPSS v 16.0, maka didapat angka korelasi antar variabel komprehensivitas aksi pembardayaan masyarakat dan variabel tingkat partisipasi pada tahap perencanaan adalah sebesar 0.000. Karena p-value (Sig.(1-tailed)) < alpha (0.01= 1 persen) maka ada korelasi antara variabel komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat program WASH dengan variabel tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan. Hubungan antar kedua variabel tersebut berhubungan secara signifikan pada tingkat hubungan sangat tinggi atau kuat dengan nilai korelasi sebesar 0,711. Sehingga, semakin rendah tingkat komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat berhubungan pada penurunan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelakasanaan program.

Perhitungan uji Rank Spearman dapat dilihat pada lampiran 5.

Terdapat hubungan antara komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan. Namun, pada aksi pemberdayaan yang dilakukan kurang mampu meningkatkan partisipasi warga dalam tahap pelaksanaan ini, masyarakat memilih untuk menjadi mandor dalam pelaksanaan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi, tanpa mengikuti rapat keberlanjutan program atau menjadi anggota Kelompok Pengelola Sarana Air Bersih dan Sanitasi (KPSABS). Tujuan di bentuknya KPSABS pun ternyata belum terlaksana dengan baik, banyak anggota yang berhenti akibat sudah tidak bisa lagi membagi waktu untuk pemeliharaan sarana

Dokumen terkait