• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Dunham (Adi, 2003:217-218 dalam basri, 2007:84) mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai berbagai upaya yang teroganisir yang dilakukan guna meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, terutama melalui usaha yang kooperatif dan mengembangkan kemandirian masyarakat pedesaan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan bantuan teknis dari pemerintah ataupun lembaga-lembaga sukarela. Midgley (1995:15 dalam basri, 2007 : 84) menempatkan pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu strategi dalam pembangunan sosial oleh masyarakat. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Midgley juga mendefenisikan pembangunan social sebagai suatu proses perubahan social terencana yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai suatu keutuhan, dimana

pembangunan ini dilakukan untuk saling melengkapi dengan dinamika pembangunan ekonomi.

Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik beberapa konsep pemberdayaan yaitu : Pertama, pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan terencana yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tertentu. Secara konseptual pengertian kesejahteraan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat.Tetapi dalam konteks praktis, program pemberdayaan masyarakat umumnya menyentuh aspek tertentu dari kesejahteraan masyarakat. Kedua, upaya peningkatan kesejahteraan tersebut dilakukan melalui partisipasi dan inisiatif masyarakat sendiri. Ketiga, pemberdayaan masyarakat menekankan peningkatan kapasitas masyarakat agar mereka mampu mendefinisikan persoalan yang mereka hadapi dan mengatasinya, baik dengan menggunakan potensi yang dimiliki maupun bantuan dari luar. Dalam hal ini agen perubahan berperan memfasilitasi peningkatan kapasitas tersebut.Dan yang keempat, masyarakat yang menjadi sasaran bisa ditentukan berdasarkan geografis, yaitu masyarakat di lokasi tertentu, bisa juga berdasarkan profensinya atau gabungan keduanya (Basri, 2007 : 84-85).

Semua pengembangan masyarakat seharusnya bertujuan membangun masyarakat. Pengembangan masyarakat melibatkan pengembangan modal social, memperkuat interaksi social dalam masyarakat, menyatukan mereka, dan membantu mereka untuk saling berkomunikasi dengan cara yang dapat mengarah pada dialog yang sejati, pemahaman dan aksi social. Hilangnya komunitas telah mengakibatkan perpecahan, isolasi dan individualisasi, dan penegmbangan masyarakat mencoba

mebalik efek-efek ini.pengembangan masyarakat sangat diperlukan jika pembentukan struktur dan proses level masyarakat yang baik dan langgeng ingin dicapai (Putnam, 1993 dalam Ife, 2008:363).

Pengembangan masyarakat sejatinya merupakan proses. Dalam mengevaluasi proyek pengembangan masyarakat, siapa pun harus melihat proses, dan dalam merencanakan dan menerapan program pengembangan masyarakat apa pun senantiasa merupakan proses., bukan hasil, yang harus diberikan pertimbangan mendalam. Orang-orang yang menekankan pada pernyataan hasil perlu menyadari bahwa untuk pengembangan masyarakat, proses yang baik merupakan hasil terpenting yang dapat dicapai. Proses yang baik aka mendorong masyarakat untuk menentukan tujuan mereka sendiri, dan tetap menguasai perjalanan selain tujuan akhir. Untuk alasan ini, pengembangan masyarakat tidak selalu duduk dengan mudah dalam dunia manajerialisme yang dikendalikan oleh hasil.Itulah mengapa pengembangan masyarakat sangat penting.Ia menunjukkan tantangan yang signifikan untuk cara berfikir dan bertindak yang sering menghindari perlibatan banyak orang, yang cenderung menerima filosofi tujuan yang menjustifikasi sarana dan yang mengarah pada ketidakberdayaan. Pengembangan masyarkat perlu mengupayakan pembentukan cara berfikir yang menghargai saling interaksi di antara masyarakat, menghargai kualitas pengalaman kolektif, dan memaksimalkan potensi mereka dan mencapai perikemanusiaan mereka secara utuh melalui pengalaman proses masyarakat (Ife, 2008:365).

Dengan bebrapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang teroganisir dengan baik untuk meningkatkan dan mengembangkan taraf kehidupan masyarakat sehingga mencapai suatu kategori sejahtera.

2.4.2 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dan dalam proses tersebut ada beberapa tahap yang dilalui. Proses pemberdayaan masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk program. Berikut beberapa tahapan dalam program pemberdayaan masyarakat menurut Adi (2003:250-259 dalam Basri, 2007:87-89) yang dirangkum dari beberapa organisasi pelayanan dan merumuskannya dalam tujuh tahap. Menurut peneliti, tahapan tersebut telah mencerminkan keseluruhan proses pemberdayaan masyarakat. Ketujuh tahap tersebut adalah:

Pertama, tahap persiapan merupakan awal dari sebuah intervensi dalam pemberdayaan masyarakat. Ada dua kegiatan yang ilakukan dalam tahap persiapan ini, yaitu persiapan petugas lapangan dan persiapan lapangan. Persiapan petugas lapangan diarahkan untuk menyamarkan persepsi yang berkatan dengan pemberdayaan masyarakat, sedangkan penyiapan lapangan dilakukan melalui studi kelayakan terhadap daerah yang akan dimasuki, baik secara formal maupun informal. Jika hasil studi kelayakan kemungkinan dilakukannya pemberdayaan, maka langkah selanjutnya adalah pengurusan ijin dari pihak-pihak terkait. Kemudian petugas lapangan mulai melakukan kontak dan kontrak awal dengan kelompok sasaran. Di samping itu, petugas lapangan juga mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh informal agar hubungan dengan masyarakat terjalin dengan lancar.

Kedua, tahap assessment yang dimana melakukan identifikasi masalah dan kebutuhan serat sumber daya yang dimiliki masyarakat dengan menggunakan teknik studi pustaka, nominal group process, teknik delpi, curah pendapat (brainstorming), focus group discussion (diskusi kelompok terfokus). Teknik lainnya, analisis SWOT untuk melihat kekuatan (strength), kelemahan ( weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Proses ini dilakukan secara partisipatif, melibatkan masyarakat setempat, sehingga informasi yang diterima merupakan pandangan masyarakat sendiri. Community worker memfailitasi warga untuk menyusun prioritas

dari permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya, yaitu tahap perencanaan.

Ketiga, tahap perencanaan alternative program. Pada tahap ini community worker memfasilitasi warga masyarakat untuk menyusun perencanaan dan menetapkan program kerja sebagai agenda yang akan dilaksanakan. Penyusunan rencana program disesuaikan dengan tujuan pemberdayaan yang dilakukan, yaitu perubahan yang mendasar. Karena itu, sedapat mungkin dihindari penyusunan program yang bersifat charity, karena masyarakat hanya ikut untuk mendapatakan bantuan, bukan melakukan perubahan.

Keempat, tahap formulasi rencana aksi. Pada tahap ini, community worker memfasilitasi warga atau kelompok untuk menyusun proposal kegiatan yang akan diajukan kepada pihak penyandang dana. Perlu diperhatikan perumusan tujuan jangka pendek dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.

Kelima, tahap implementasi program. Pada tahap ini, program yang telah direncanakan bersama masyarakat dilaksanakan. Tahap ini dianggap paling penting, karena untuk melaksanakan program dibutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak guna mendukung proses pelaksanaannya. Untuk menjamin terlaksananya program secara efektif dan sesuai rencana mencapa tujuannya diperlukan adanya monitoring dan pengawasan yang teratur dan terus menerus. Dalam kegiatan pengawasan dan monitoring ini, masyarakat harus dilibatkan secara aktif untuk menilai dan mengontrol pelaksanaan program.

Keenam, tahap evaluasi melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan program. Walaupun demikian evaluasi perlu dilakukan dimulai dari proses input, pelaksanaan, sampai output dan dampak yang ditimbulkan dari program. Hasil evaluasi ini dijadikan masukan untuk tahap selanjutnya. Misalnya, bila terbukti program tidak mencapai tujuannya, maka hasil evaluasi dijadikan masukan untuk merevisi program tersebut.

Ketujuh, tahap terminasi. Tahap ini merupakan saat pemutusan hubungan antara community worker dengan komunitas sasaran program. Waktu terminasi ini tidak sepenuhnya diartikan sebagai pencapaian kemandirian masyarakat. Dalam banyak program, terminasi ini dilakukan karena jangka waktu proyeknya selesai atau karena dananya sudah habis.Terminasi juga tidak berarti kontak dengan community worker berhenti. Dalam program tertentu, kontak ini tetap dijalankan walaupun tidak rutin.

2.5Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS)

Dokumen terkait