• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORETIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A. Pemberdayaan Masyarakat

a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pembedayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga atau kekuatan, pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendrong, memtivasi dan membangkitkan keasadaran akan potensi yang dimiliki serta berupa untuk mengembangknannya.1

Menurut Habiyullah Jabbar pemberdayaan merupakan proses kerja sama antara pihak yang memberdayakan dan pihak yang diberdayakan. Keduanya merupakan satu-kesatuan yang integral untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian. Kerja sama ini lazim dalam bentuk program yang dikelola bersama oleh semua pihak yang terdiri dari: pihak pemerintah, swasta, dan Masyarakat.2

Menurut Edi Suharto pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin

1

Mubyarto, Membangun Sistim Ekonomi, Cet.I, Ygyakarta, BPFE, 2000, H. 263 2

Habiullah Jabbar, (ed). Keadilan, Pemberdayaan, dan Penanggulangan Kemiskinan,

dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial, mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.3

Sedangkan menurut sutrisno istilah pemberdayaan lahir sebagai sebuah konsep dari perkembangan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat. Berdasarkan penelitian kepustakaan pranarka, proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan di antaranya:

a. Kecenderungan primer, yaitu pemberdayaan yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. b. Kecenderungan sekunder, yaitu pemberdayaan yang menekankan pada

proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.4

3

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat- Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung : Refika Aditama 2005) h. 59-60

4

Bambang Sutrisno, dkk, (ed). Pemberdayaan Masyarakat dalam pengembangan ekonomi kerakyatan dalam akses peran serta masyarakat, lebih jauh memahami community Development,

Masyarakat menurut Bahasa ialah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.5

Sedangkan istilah masyarakat menurut Edi Suharto dapat dibedakan menjadi dua konsep. Konsep pertama masyarakat didefinisikan sebagai sebuah tempat bersama yang bentuknya bisa berupa wilayah geografi seperti sebuah Rukun Tetangga (RT), perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampong di wilayah pedesaan. Konsep kedua masyarakat diartikan sebagai sebuah kepentingan bersama, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas, atau kepentingan bersama berdasaarkan kebutuhan tertentu seperti pada kasus rang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental.6

Pemetaan sosial (social mapping) adalah proses penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat terdekat.7 Jadi, pemetaan sosial ini membantu kita

5

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2007), h. 721

6

Edi Suharto, Metodologi Pengembangan masyarakat-Jurnal Comdev, (Jakarta: BEMJ-PMI, 2004), vol 1, h. 3

7

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat- Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, h.81

mengetahui sasaran tepat yakni masyarakat mana yang menjadi target pemberdayaan, mana yang bukan.

Menurut Gunawan Sumadiningrat pemberdayaan diarah guna meningkatkan eknonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling tidak harus ada perbaikan akses terhadap empat hal. Yaitu akses terhadap sumberdaya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.8 Ekonomi masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.9

Kusnadi mengungkapkan hal sama, yaitu menurutnya memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskann diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan masyarakat adalah memapukan dan memandirikan masyarakat.10

8

Erna erawati cholitim dan Juni Tamrin (ed), Pemberdayaan dan Refleksi Finansial Usaha Kecil di Indonesia, Bandung, Yayasan Akita, 1997, h. 238

9

Gunawan Sumadiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial,

Jakarta,Gramedia Pustaka Utama, 1999, Cet.1, h. 66 10

Kusnadi, Pendidikan Keaksaraan; Filosofi. Strategi, Implementasi, (Jakarta: DEPDIKNAS, 2005)h. 220

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat ialah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan atau potensi masyarakat dalam kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan mereka dan dapat berpotensi dalam proses pembangunan nasional.

b. Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan ekonomi Masyarakat

Menurut Nanih Mahendrawaty dan Agus A Sapei, perlu diingat bahwa konsep pemberdayaan masyarakat (empowerment) tidak dilupakan dalam praktek pengembangan ekonomi masyarakat. Walaupun secara kebahasaan dua kata tersebut memiliki arti yang berbeda, namun dalam prakteknya antar pengembangan dan pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya dapat dipertukarkan (interchangeable). Dengan demikian, dua istilah ini mempunyai pengertian sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dengan demiikian dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dapat memilih dan memiliki kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan.11

Pengembangan Ekonomi Masyarakat memiliki bentuk-bentuk. Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi masyarakat mencakup tiga bidang pengembangan. Yakni: Pengembangan Aset Manusia, Pengembangan Aset Modal, dan Pengembangan Aset sosial. Pengembangan aset manusia berarti

11

Nanih Mahendrawaty dan Agus A Sapei, Pengembangan Masyarakat Islam : Dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi, (Bandung: Rsda, 2001), h. 42

pengembangan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan aset sosial berarti pengembangan pendukung dari sekitar manusia tersebut.12

Bentuk pengembangan aset modal meliputi modal produksi yang terdiri dari tanah, bangunan, mesin produksi dan alat-alat/ komponen produksi nyata lainnya.13 Bank syariah yang menyediakan produk pembiayaan idealnya akan sangat membantu pengembangan ini. Pengembangan ekonomi ini merupakan masalah yang paling banyak dihadapi oleh para pelaku perekonomian kecil selaku masyarakat lemah baik yang bergerak dalam bidang produksi, distribusi, perdagangan, maupun jasa. Karena ketidakmampuan dan ketidaksiapan mereka dalam memenuhi syarat perbankan, menyulitkan mereka merealisasikan atau bahkan mengembangakan usaha mereka.

c. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat makin menyadari bahwa perrtumbuhan ekonomi diupayakan melalui berbagai program tidak dengan sendirinya dapat menyelesaikan permasalahan sosial ekonomi yang dihadapi. Kita memerlukan suatu strategi atau arah baru kebijaksanaan pembangunan yang memamdukan pertumbuhan dan pemerataan.

Strategi pada dasarnya mempunyai tiga arah. Pertama, pemihakan dan pemberdayaan masyarakat. Kedua, pemantapan otonomi dan pendelegasian

12

Michael Sheraden, Aset untuk Orang miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h. 127 dan h. 134

13

Michael Sheraden, Aset untuk Orang miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan, h. 135

wewenang dalam pengelolaan pembangunan di daerah yang mengembangkan peran serta masyarakat. Ketiga, modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran masyarakat lokal.14

Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, makro

1. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai Pendekatan yang Berpusat pada Tugas (task centered approach).

2. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,

14

kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.15

Definisi pemberdayaan pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan koperasi merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat Indonesia,, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan megurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Selain itu, pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan suatu pekerjaan sosial.

Dengan demikian upaya untuk memberdayakan UMKM yang sebagian besar dari mereka adalah masyarakat yang tidak berdaya, harus terencana, sistematis dan menyeluruh baik pada tataran makro, mezzo, dan mikro yang meliputi: (1) penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi. (2) pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM untuk mengingkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang tersedia. (3) pengembangan kewirauasaan dan

15

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat- Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, h. 66-67

keungggulan kompetitif usaha kecil dan menengah (UKM); dan (4) pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga miskin. Selain itu, peningkatan kualitas koperasi untuk berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya dan membangun efisiensi kolektif terutama bagi pengusaha mikro dan kecil.16

d. Keberhasilan Pemberdayaan Masyarakat

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu:

„kekuasaan di dalam’ (power within), „kekuasaan untuk’ (power to),

„kekuasaan atas’ (power over), dan „kekuasaan dengan’ (power with).17

Keberhasilan pemberdayaan masyarkat ini juga dapat dilihat dari indikator sosial monitoring dan evaluasi (Monev). Indikator tersebut dapat digunakan menurut fungsinya, yaitu:

1. Indikator informatif. Indikator yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang kondisi kesejahteraan masyarakat, sejauh mana

16

New Life Options: Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Miikro, Kecil, dan Menengah. 17

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat- Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, h. 63-64

kesejahteraan masyarakat telah tercapai, dan kebutuhan apalagi yang masih belum terpenuhi yang mungkin dapat dikembangkan melalui program sosial yang diperlukan.

2. Indikator prediktif. Indikator yang digunakan untuk merancang program apa saja yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Indikator yang berorientasi masalah. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan seberapa besar masalah yang masih dihadapi dalam suatu masyarakat.

4. Indikator evaluasi kebijakan. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu kebijakan tertentu, sejauh mana tujuan tercapai, sejauh mana suatu kebijakan itu efektif, dan sejauh mana kebijakan dilaksanakan secara efisien.18

Selain itu, indikator juga bisa dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu indikator kinerja dan indikator hasil atau keluaran.

1. Indikator Kinerja: mengidentifkasikan keadaan masukan dan proses pelayanan sosial yang dilakukan oleh lembaga dan aktor-aktor yang terkait.

18

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat- Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, h.127

2. Indikator Keluaran: menunjukkan hasil langsung (ouput) maupun tidak langsung atau dampak (outcome) dari suatu kegiatan pelayanan.19 Pengembangan ekonomi yang dimaksud Nanih dan agus di sini berarti mengajak masyarakat (manusia) untuk mengembangkan potensi mereka dengan semangat agar dapat keluar dari ketidakberdayaan mereka saat ini. Dengan semangat ini, diharapkan menciptakan Sumber Daya Manusia yang tidak hanya mampu mengembangkan perekonomian mereka, tetapi juga dapat mengembangkan perekonomian nasional.

Dokumen terkait