MASYARAKAT KOTA CILEGON
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah(SE,Sy)
Oleh:
TSARWATUL JANNAH
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
BANK SYARIAH MANDIRI DALAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT KOTA CILEGON
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (SE,Sy)
Oleh:
TSARWATUL JANNAH
NIM. 107046102291
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
DR. DJAWAHIR HEJAZZIEY, SH., MA.
NIP. 195510151979031002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi yang berjudul Bank Syariah Mandiri Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Kota Cilegon, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 19 September 2011. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)
pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 19 September 2011
Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM
NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, NIP. 195505051982031012
Sekretaris : Mu’min Rauf, MA NIP. 197004161997031004
Pembimbing I : Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA NIP. 195510151979031002
Penguji I : Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., MA NIP. 150326896
Penguji II : Bukhori Muslim, MA
i Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 19 September 2011
ii
penting untuk dilakukan di setiap daerahnya di Indonesia. Kota Cilegon yang memiliki misi pembangunan menjadi Kota Industri, perdagangan dan Jasa, menunjukkan bahwa memang sektor perdagangan dan industri merupakan sektor yang menjadi bidang pekerjaan yang terbanyak menyerap tenaga kerja.
Penyerapan tenaga kerja yang besar membuat masyarakat Kota Cilegon dapat berkontribusi besar dalam pengembangan perekonomian daerahnya, serta mengubah keadaan mereka. Dari yang tidak berdaya menjadi berdaya, juga yang tadinya sudah berdaya menjadi berkembang. Inilah dengan sendirinya merupakan proses pemberdayaan yang masyarakat Cilegon lakukan.
Untuk pengembangan dan penambahan sektor perdagangan dan industri , perlulah tambahan modal dari lembaga keuangan seperti bank. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri sudah berusaha memberikan kontribusi langsungnya dalam pengembangan sektor ini dengan penyaluran dana pembiayaan Mudharabah dan Musyarakahyang sudah terbilang banyak. Sedangkan secara tidak langsungnya ialah melalui pembiayaan konsumtif berupa produk BSM Implan dan Pembiayaan Koperasi Pada Anggota (PKPA) dengan bekerjasama dengan 34 Koperasi Karyawan (Kopkar) yang tersebar di Kota Cilegon. Dengan harapan, masyarakat kalangan bawah yang belum dapat mengajukan pembiayaan mikro pada BSM Cilegon ini dapat mengajukan pembiayaan pada kopkar-kopkar tersebut.
iii
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq,
serta nikmat-Nya, sehingga Alhmudulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul ”Bank Syariah Mandiri dalam Pemberdayaan Masyarakat Kota
Cilegon”. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak sedikit
hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan
kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
ataupun tidak langsung, membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan
skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis berterima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Mu’min Roup, S.Ag., M.A. sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang tanpa henti memberikan
dorongan dan semangat kepada penulis, serta dengan tulus ikhlas meluangkan
waktunya untuk membantu penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir.
3. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey. SH, MA. selaku dosen pembimbing skripsi
penulis, yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan dan saran-saran
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga apa yang telah Bapak dan
iv
telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis.
5. Kepada Ayahanda dan Ibundaku tercinta, Sutaryo dan Elah Fadilah yang tidak
pernah mengenal kata lelah mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya berupa
bimbingan dalam menuntunku menjadi pribadi yang lebih baik. Terima kasih
untuk semua waktu dan tiap doa yang selalu kau panjatkan untuk anakmu ini.
Terima kasih untuk selalu menjadi yang pertama membangkitkanku,
menyemangatiku, serta membuatku tetap melapangkan hatiku saat aku mulai
lelah dan kehabisan semangat. Bagi Tsarwah, tiada perhargaan paling terindah di
dunia ini selain melihat Umi dan Abi selalu tersenyum untuk Tsarwah. Doakan
selalu semoga anak pertamamu ini selalu menjadi pribadi yang baik, hamba
Allah yang baik, dan menjadi anak yang membanggakan kalian. Amiin. Ana
uhibbukuma fillah.
6. Kepada adik-adikku yang senantiasa ada dan selalu berupaya membantu
kakakmu dalam menempuh kuliah baik berupa semangat, canda tawa, serta
waktu. Terima kasih buat Hamzah, yang selalu boncengin teteh ke Kota Serang
ya Bang, jadi teteh ga perlu terlalu lama nyampe Serang karena mobil angkot
padarincang yang sangat lelet itu. Terima kasih buat Aisyah, yang telah banyak
menyadarkan teteh untuk selalu berani, berani berbicara, berani bertindak dan
tidak takut menghadapi sesuatu sebelum bertindak. Terimakasih buat Salsabila
adikku yang paling apik dan rajin ini, yang telah memberikan waktunya untuk
mengambil bagian teteh dalam membereskan pekerjaan rumah, teteh tahu bilah
v
kalian bermain dan berantem, menjadi hiburan tersendiri buat teteh, tapi jangan
kebanyakan berantemnya ya sup..ya deng.. Teteh tuh sayaaaang tau sama kalian.
7. Ya Allah Ya Rabb, sampaikan ucapan terima kasih ku kepada orang-orang
terkasih yang saat ini lebih dekat dengan-Mu dan semoga berada dalam
perlindungan-Mu…Serta sampaikan ucapan terima kasihku kepada guru-guruku yang berjasa mencurahkan ilmunya kepadaku. Semoga amal ibadah kalian
diterima di sisi Allah SWT.
8. Terima kasih kepada teman-teman PS A 07, The Imah, Sisil, Disfa, Na Chan,
Tika, Nety, Fika, Tia, Desi, Mariam, Uus, Nur, Mpo Mia, Nindya, Ihsan, Aziz,
Budi, Badrun, Ali, Huda, Redy, Bukhoy, Taufik, Esa, Rizal, Teza dan semua
yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Semoga kebaikan dan
kesuksesan selalu ada dalam langkah kita bersama. Semoga selalu berada dalam
Ridha-Nya. Amiiiin… dan semoga persahabatan kita tidak mengenal waktu & usia.
Akhir kata, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang turut berperan dalam proses penyelesaian tugas akhir penulis. Semoga karya ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi.
Jakarta, 19 September 2011
vi
ABSTRAK………. ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D.Penelitian Terdahulu ... 8
E. Metode Penelitian ... 9
F. Pedoman Penulisan ... 11
G.Sistematika Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN TEORETIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT A.Permberdayaan Masyarakat ... 13
B. Sumber Daya Manusia (SDM) ... 23
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI CABANG CILEGON DAN PROFIL KOTA CILEGON A.Sejarah Berdiri dan Perkembangan BSM ... 34
B.Visi dan Misi BSM ... 36
C.Profil Kota Cilegon... 37
vii
MASYARAKAT KOTA CILEGON
A.Analisis terhadap Peran Bank Syariah Mandiri dalam
Memberdayakan Kota Cilegon ... 53
B.Sektor-sektor Ekonomi yang Berperan dalam Memberdayakan
Kota Cilegon ... 59
C.Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberdayaan Masyarakat ... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 80
B. Saran-saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA
viii
Cilegon….…………... 40
Tabel 3.2 Alokasi Dana Pembiayaan Murabahah BSM Cilegon (dalam
Jutaan Rupiah)…...……... 48
Tabel 3.3 Alokasi Dana Pembiayaan Mudharabah BSM Cilegon
(dalam Jutaan Rupiah)…………... 49
Tabel 3.4 Alokasi Dana Pembiayaan Musyarakah BSM Cilegon
(dalam Jutaan Rupiah)... 50
Tabel 3.5 Alokasi Dana Pembiayaan BSM Impaln BSM Cilebon
(dalam Jutaan Rupiah)... 50
Tabel 3.6 Alokasi Dana Pembiayaan Qardh BSM Cilebon (dalam
Jutaan Rupiah)... 51
Tabel 4.1 Total Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah Kota Cilegon Tahun 2011... 54
Tabel 4.2 Total Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Periode 2005-2010
(dalam Miliyar Rupiah)…... 55
Tabel 4.3 Perbandingan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Per
Segmen Usaha (dalam Miliyar Rupiah)…... 56
Tabel 4.4 Perbandingan Pembiayaan Per Akad Bank Syariah Mandiri
ix
2011………...…... 58
Tabel 4.6 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Kota Cilegon yang
Bekerja menurut Lapangan Usaha, 2009 dan
2010………...…... 60
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan Cibeber
Tahun 2009………... 61
Tabel 4.8 Jumlah Toko/ Warung dan Pedagang Kaki Lima di
Kecamatan Cibeber Tahun 2009... 61
Tabel 4.9 Jumlah Toko/ Warung dan Pedagang Kaki Lima di
Kecamatan Jombang Tahun 2009……... 62
Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan
Jombang Tahun 2009………... 63 Tabel 4.11 Jumlah Industri di Kecamatan Jombang Tahun 2009... 63
Tabel 4. 12 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan Cilegon
Tahun 2009... 64
Tabel 4.13 Jumlah Toko/ Warung dan Pedagang Kaki Lima di
Kecamatan Cilegon Tahun 2009... 65
Tabel 4.14 Jumlah Industri di Kecamatan Cilegon Tahun 2009... 65
Tabel 4.15 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan Gerogol
Tahun 2009………... 66
Tabel 4.16 Jumlah Industri di Usaha Kerajinan di Kecamatan Gorogol
x
Kecamatan Gerogol Tahun 2009... 69
Tabel 4.19 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan
Purwakarta Tahun 2009…………... 69 Tabel 4.20 Jumlah Toko/ Warung dan Pedagang Kaki Lima di
Kecamatan Purwakarta Tahun 2009... 70
Tabel 4.21 Jumlah Industri di Kecamatan Purwakarta Tahun 2009... 71
Tabel 4.22 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan
Pulomerak Tahun 2009………... 72
Tabel 4.23 Jumlah Toko/ Warung dan Pedagang Kaki Lima di
Kecamatan Pulomerak Tahun 2009... 72
Tabel 4.24 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan
Citangkil Tahun 2009………... 73
Tabel 4.25 Jumlah Industri di Kecamatan Citangkil Tahun 2009... 74
Tabel 4.26 Jumlah Toko/ Warung dan Pedagang Kaki Lima di
Kecamatan Citangkil Tahun 2009... 74
Tabel 4.27 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan
Ciwandan Tahun 2009………... 75
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Eksistensi lembaga keuangan, khususnya sektor perbankan, menempati
posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi
di sektor riil dengan pemilik dana. Dengan demikian, fungsi utama sektor
perbankan dalam infrastruktur kebijakan makro ekonomi memang diarahkan
dalam konteks how to make money effective and efficient to increase economic
value.1 Yakni bagaimana menggunakan uang dengan benar (seefisien mungkin)
dengan cara yang benar (efektif) untuk meningkatkan nilai ekonomis.
Bank syariah yang menempati posisi ini pula mengalami pertumbuhan
yang pesat khususnya sepanjang tiga dekade terakhir ini, baik di dunia
internasional maupun di Indonesia. Pada era modern ini, perbankan syariah telah
menjadi fenomena global, termasuk di negara-negara yang tidak berpenduduk
mayoritas muslim.2
Dalam kegiatan bank syariah dikenal nama pembiayaan atau yang biasa
kita sebut dengan nama kredit. Pembiayaan atau kredit merupakan salah satu
1 M. Syafi’i Antonio,dkk,
Bank Syariah –Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan ancaman, (Yogyakarta : Ekonisia 2006) h. 65
2Permata Wulandari, “Komparasi Risiko Bank Syariah Versus Bank Konvensional” Artikel
diakses pada 13 Maret 2011 dari
tugas pokok bank. Kegiatan pembiayaan secara umum pada bank syariah antara
lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), penyertaan
modal(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni
tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)3
Pembiayaan bank syariah yang merupakan salah satu tugas pokok bank
syariah penerapannya, ialah bank syariah memberikan pembiayaan produktif
kepada nasabah yang membutuhkan modal usaha pada sektor tertentu.
Sektor-sektor itu bisa, Sektor-sektor pertanian, perdagangan, industri pengolah dan lainnya
yang merupakan 9 sektor PDB/PDRB.
Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha,
baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.4
Pembiayaan produktif ini idealnya memenuhi kebutuhan produksi setiap
nasabah. Nasabah dari bank syariah ini bukan hanya nasabah yang berkelas
ekonomi tinggi saja, tetapi juga nasabah yang berkelas menengah dan kecil.
3
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18478/5/Chapter%20I.pdf akses tanggal 13 Maret 2011
4 Muhammad syafi’i Antonio,
Karena, bank syariah yang di dalamnya terkandung nilai-nilai syariah Islam
mengedepankan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut Desi Nasrida, tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan
adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri, kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang
mereka lakukan tersebut. Pemberdayaan masyarakat hendaknya mengarah pada
pembentukan kognitif masyarakat yang lebih baik, untuk mencapai kemandirian
masyarakat diperlukan sebuah proses.5
Edi Suharto menambahkah Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuan
utama yaitu memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah
yang tidak memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (mislanya
persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas
oleh struktur sosial yang adil).6 Jadi pemberdayaan ini bertujuan membentuk
pribadi masyarakat, dengan kesadaran bahwa mereka memiliki kekuasaan atas
diri mereka sendiri untuk berkembang.
Sebaran dari masyarakat miskin yang merupakan kelompok lemah
sebagian tersebar adalah kelompok masyarakat pedesaan yaitu petani, nelayan,
peternak, sementara di perkotaan adalah para buruh, masyarakat di sektor
5
Desi nasrida, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Zakat (studi kasus masyarakat pasai minang kabau perantauan), Skripsi FSH uin Jkt 2007 h.26-27
6
informal (pedagang kaki lima, buruh, PRT, korban bencana alam, kerusuhan,
pengangguran, korban PHK, dll). Jumlah mereka akan bertambah ketika terjadi
resesi ekonomi, yang secara periodik melanda dunia termasuk Indonesia.7
Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, bentuk pemberdayaan
yang tepat sasaran sangat diperlukan, Perlu difikirkan siapa yang sesungguhnya
menjadi sasaran pemberdayaan masyarakat, sesungguhnya juga memiliki daya
untuk membangun, dengan demikian memberikan “kail jauh lebih tepat daripada
memberikan ikan”. Dewasa ini good govermance yang telah dielu-elukan
sebagai suatu pendekatan yang dipandang paling relevan, baik dalam tataran
kepemerintahan secara luas maupun dalam menjalankan fungsi pembangunan.8
Good Govermance adalah pemerintahan yang baik merupakan suatu
kondisi yang menjalin adanya proses kesejahteraan, kesamaan, kohesi, dan
keseimbangan peran, serta adanya saling mengontrol yang dilakukan komponen
pemerintah, rakyat dan usahawan swasta.9
Bank Syariah yang merupakan lembaga keuangan swasta, tempat
bertemunya masyarakat (rakyat) dengan usahawanpun merupakan komponen
7
Iskandar Adi Nuhung, Segitiga Emas : Pertanian, Kemiskinan, dan Kawasan Timur Indonesia, (Jakarta: PT. Wahyu Promo Citra, 2010)h. 36
8
Desi nasrida, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Zakat (studi kasus masyarakat pasia minang kabau perantauan),Skripsi FSH uin Jkt 2007 h. 26
9
yang dikontrol pemerintahan tersebut. Bank Syariah Mandiri yang merupakan
Bank besar pelopor Bank Syariah sudah tentu termasuk.
Bank syariah Mandiri yang merupakan Bank Besar pelopor Bank Syariah,
juga merupakan Bank Syariah Besar di Kota Cilegon. Cilegon merupakan kota
yang memiliki potensi yang besar, akan tetapi tidak menutup kemungkinan, kota
ini tidak terlepas dari masalah kemiskinan dan pengangguran. Warga Kota
Cilegon yang berusia di atas 15 tahun, bekerja di bidang pertanian, kehutanan,
perkebunan dan perikanan, industri pengolahan, perdagangan, rumah makan,
hotel, dan jasa kemasyarakatan.
Jika dilihat dari potensi dan peluang kerja, di Kota Cilegon banyak
industri besar dan kecil yang dibangun. Dari data yang di peroleh di Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Cilegon, untuk jumlah perusahaan berbadan
hukum PT sebanyak 172, koperasi 24, perorangan 76, dan 3 perusahaan lainnya.
Adapun dilihat dari SIUP yang diterbitkan Pemkot Cilegon, untuk perusahaan
kecil 454, perusahaan menengah 90, perusahaan besar 54.
Pemkot Cilegon telah melebur dan memperbarui program pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang sudah berjalan sejak tahun 2002, menjadi unit
pelaksana teknis (UPT) pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berada di
UPT pemberdayaan ekonomi masyarakat ini dikelola secara mandiri untuk
memberikan pelayanan terpadu dan profesional pada usaha mikro kecil (UKM),
yang meliputi pelatihan, pemagangan, pembiayaan, informasi bisnis, pemasaran,
konsultasi manajemen, dan pendampingan.10
Pemerintah daerah Kota Cilegon sudah berupaya melakukan
penanggulangan masyarakat miskin yang merupakan masyarakat yang tidak
berdaya dengan melakukan program Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Bank Syariah yang memiliki tugas pokok
berupa pembiayaan, idealnya juga membantu berjalannya program
pemberdayaan masyarakat dengan cara mengalokasikan dana pembiayaan pada
program tersebut.
Seperti yang diungkapkan Iskandar adi Nuhung, bahwa masyarakat tak
berdaya yang produktif biasanya berprofesi sebagai petani (kelompok pedesaan),
dan pedagang (kelompok perkotaan). Apakah Bank Syariah Mandiri cabang
Cilegon ikut serta membantu atau bekerjasama menjalankan program yang
dikeluarkan pemerintah daerah tersebut dengan memberikan dana pembiayaan
kepada masyarakat yang tidak berdaya. Ataupun Bank Syariah Mandiri memiliki
program sendiri untuk memberdayakan masyarakat dengan memberikan
pembiayaan langsung ke sektor-sektor yang digeluti masyarakat-masyarakat
10 Journalism, “sistem pereknomian dan pendidikan kota cilegon”
yang tidak berdaya tersebut, membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai hal tersebut melalui skripsi berjudul “ Bank Syariah
Mandiri Dalam Pemberdayaan Masyarakat Kota Cilegon ”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis hanya membatasi
masalah pada analisis peran Bank Syariah Mandiri dalam pemberdayaan
masyarakat melalui pendekatan sektor-sektor pengalokasian dana
Pembiayaan Bank Syariah pada Tahun 2009-2010.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti oleh
penulis dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana Peran Bank Syariah Mandiri dalam Pemberdayaan
Masyarakat Kota Cilegon?
b. Sektor-sektor apa saja yang berperan dalam memberdayakan
Masyarakat di Kota Cilegon?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan merujuk judul dari pembahasan ini serta latar belakang masalah,
maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Bank Syariah Mandiri
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat
mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama
perkuliahan.
2. Bagi Perbankan Syariah, Bank Indonesia, dan Pemerintah Derah
Memberikan informasi dan bahan masukan tentang seberapa besar peran
Bank Syariah, khususnya Bank Syariah Mandiri dalam memberdayakan
masyarakat , serta membantu pemerintah Daerah dalam mengambil
kebijakan.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan menghasilkan informasi yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam menginvestasikan dana di Bank Syariah.
D. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan Bank
Syariah, pembiayaan, dan Pemberdayaan Masyarakat diantaranya:
1. Alvi Shidqi, Peran Bank Syariah Mandiri Bagi Pengembangan Ekonomi
Masyarakat di Bukittinggi. Skripsi. Konsentrasi Perbankan Syariah. Fakultas
membahas tentang dalam bentuk apa Bank Syariah Mandiri berperan dalam
pengembangan ekonomi masyarakat Bukittinggi.
2. Desi Nasrida. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Zakat (studi kasus
Masyarakat Pasia Minang Kabau Peratauan). Skripsi. Fakultas Syariah dan
hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2007. Kajian Skripsi ini membahas
tentang bagaimana pengelolaan dan penyaluran dana zakat yang dilakukan
BAZ Nagari Pasia kepada para mustahik.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif, karena sifat
penelitiannya adalah deskriptif yang menjelaskan data-data yang diperoleh
apa adanya secara sistematis.
2. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi objek penelitian adalah Bank Syariah Mandiri cabang
di Kota Cilegon, yang didukung oleh data dari statistik produk pembiayaan
Bank Syariah.
3. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
1) Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil
pertanyaan yang berkaitan dengan sektor alokasi pembiayaan dari
Bank Syariah Mandiri Cabang Cilegon.
2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui penelitian
kepustakaan dengan cara mengumpulkan informasi melalui
buku-buku, literatur-literatur serta yang lainnya yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti dengan maksud untuk mendapatkan
data yang bersifat ilmiah dan teoritis. Data yang diperoleh tersebut
dijadikan landasan teori yang akan digunakan penulis.
b. Metode Pengumpulan Data
1) Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak
yang terlibat dalam penelitian ini baik secara langsung maupun
tidak langsung, yaitu kepada direktur, manajer, pegawai, dan staf
bagian pembiayaan.
2) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan laporan yang
diterima dari perusahaan yang diteliti dan laporan lainnya yang
berkaitan dengan masalah penelitian ini.
4. Metode Analisa Data
Seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara terhadap pegawai bank
telah didapatkan dari Bank Syariah Mandiri. Data yang diperoleh diolah dengan
pendekatan deskriptif analitis.
Pendekatan deskriptif yaitu data penelitian yang berupa kata-kata, berupa
wawancara, catatan-lapangan, dokumen resmi. Setelah itu data dikumpulkan,
diolah, dan dijelaskan sesuai apa adanya.
Data-data yang telah terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan
jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang
biasa disebut editing.
F. Pedoman Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada “Buku Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2007” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing berisi:
BAB I berisi pendahuluan yang di dalamnya membahas latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian
terdahulu, metodologi penelitian, pedoman penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II berisi tinjauan teoretis pemberdayaan masyarakat, di dalamnya diuraikan
BAB III berisi gambaran umum Bank Syariah Mandiri Cabang Cilegon dan
profil Kota Cilegon. Dalam bab ini, diuraikan tentang gambaran umum (sejarah
berdiri, perkembangan, Visi dan Misi,) dari Bank Syariah Mandiri, Profil Kota
Cilegon, Produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri dan Perkembangannya di
Cilegon.
BAB IV berisi analisis Bank Syariah Mandiri dalam pemberdayaan masyarakat
Kota Cilegon, Sektor- sektor Ekonomi yang Berperan dalam Memberdayakan
Masyarakat Kota Cilegon, Faktor yang Memengaruhi Pemberdayaan Masyarakat.
BAB V berupa Penutup yang di dalamnya berisi kesimpulan-kesimpulan yang
didapat dari hasil penelitian dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan
13
TINJAUAN TEORETIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Pemberdayaan Masyarakat
a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pembedayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga
atau kekuatan, pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya
masyarakat dengan mendrong, memtivasi dan membangkitkan keasadaran
akan potensi yang dimiliki serta berupa untuk mengembangknannya.1
Menurut Habiyullah Jabbar pemberdayaan merupakan proses kerja sama
antara pihak yang memberdayakan dan pihak yang diberdayakan. Keduanya
merupakan satu-kesatuan yang integral untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kemandirian. Kerja sama ini lazim dalam bentuk program yang dikelola
bersama oleh semua pihak yang terdiri dari: pihak pemerintah, swasta, dan
Masyarakat.2
Menurut Edi Suharto pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai
tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin
1
Mubyarto, Membangun Sistim Ekonomi, Cet.I, Ygyakarta, BPFE, 2000, H. 263 2
Habiullah Jabbar, (ed). Keadilan, Pemberdayaan, dan Penanggulangan Kemiskinan,
dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun
sosial, mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian
pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator
keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.3
Sedangkan menurut sutrisno istilah pemberdayaan lahir sebagai sebuah
konsep dari perkembangan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat.
Berdasarkan penelitian kepustakaan pranarka, proses pemberdayaan
mengandung dua kecenderungan di antaranya:
a. Kecenderungan primer, yaitu pemberdayaan yang menekankan kepada
proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau
kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya.
b. Kecenderungan sekunder, yaitu pemberdayaan yang menekankan pada
proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang
menjadi pilihan hidupnya.4
3
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat- Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung : Refika Aditama 2005) h. 59-60
4
Bambang Sutrisno, dkk, (ed). Pemberdayaan Masyarakat dalam pengembangan ekonomi kerakyatan dalam akses peran serta masyarakat, lebih jauh memahami community Development,
Masyarakat menurut Bahasa ialah sejumlah manusia dalam arti
seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.5
Sedangkan istilah masyarakat menurut Edi Suharto dapat dibedakan
menjadi dua konsep. Konsep pertama masyarakat didefinisikan sebagai
sebuah tempat bersama yang bentuknya bisa berupa wilayah geografi seperti
sebuah Rukun Tetangga (RT), perumahan di daerah perkotaan atau sebuah
kampong di wilayah pedesaan. Konsep kedua masyarakat diartikan sebagai
sebuah kepentingan bersama, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan
kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada
masyarakat etnis minoritas, atau kepentingan bersama berdasaarkan
kebutuhan tertentu seperti pada kasus rang tua yang memiliki anak dengan
kebutuhan khusus (cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan
mental.6
Pemetaan sosial (social mapping) adalah proses penggambaran
masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi
mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang
ada pada masyarakat terdekat.7 Jadi, pemetaan sosial ini membantu kita
5
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2007), h. 721
6
Edi Suharto, Metodologi Pengembangan masyarakat-Jurnal Comdev, (Jakarta: BEMJ-PMI, 2004), vol 1, h. 3
7
mengetahui sasaran tepat yakni masyarakat mana yang menjadi target
pemberdayaan, mana yang bukan.
Menurut Gunawan Sumadiningrat pemberdayaan diarah guna
meningkatkan eknonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu
menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar.
Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling tidak
harus ada perbaikan akses terhadap empat hal. Yaitu akses terhadap
sumberdaya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan akses
terhadap permintaan.8 Ekonomi masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi
dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need)
yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.9
Kusnadi mengungkapkan hal sama, yaitu menurutnya memberdayakan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskann diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain
memberdayakan masyarakat adalah memapukan dan memandirikan
masyarakat.10
8
Erna erawati cholitim dan Juni Tamrin (ed), Pemberdayaan dan Refleksi Finansial Usaha Kecil di Indonesia, Bandung, Yayasan Akita, 1997, h. 238
9
Gunawan Sumadiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial,
Jakarta,Gramedia Pustaka Utama, 1999, Cet.1, h. 66 10
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat
ialah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan atau potensi masyarakat
dalam kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan
kesejahteraan mereka dan dapat berpotensi dalam proses pembangunan
nasional.
b. Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan ekonomi Masyarakat
Menurut Nanih Mahendrawaty dan Agus A Sapei, perlu diingat bahwa
konsep pemberdayaan masyarakat (empowerment) tidak dilupakan dalam
praktek pengembangan ekonomi masyarakat. Walaupun secara kebahasaan
dua kata tersebut memiliki arti yang berbeda, namun dalam prakteknya antar
pengembangan dan pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya dapat
dipertukarkan (interchangeable). Dengan demikian, dua istilah ini mempunyai
pengertian sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat,
dengan demiikian dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah
masyarakat yang dapat memilih dan memiliki kesempatan untuk mengadakan
pilihan-pilihan.11
Pengembangan Ekonomi Masyarakat memiliki bentuk-bentuk.
Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi masyarakat mencakup tiga bidang
pengembangan. Yakni: Pengembangan Aset Manusia, Pengembangan Aset
Modal, dan Pengembangan Aset sosial. Pengembangan aset manusia berarti
11
pengembangan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan aset sosial
berarti pengembangan pendukung dari sekitar manusia tersebut.12
Bentuk pengembangan aset modal meliputi modal produksi yang terdiri
dari tanah, bangunan, mesin produksi dan alat-alat/ komponen produksi nyata
lainnya.13 Bank syariah yang menyediakan produk pembiayaan idealnya akan
sangat membantu pengembangan ini. Pengembangan ekonomi ini merupakan
masalah yang paling banyak dihadapi oleh para pelaku perekonomian kecil
selaku masyarakat lemah baik yang bergerak dalam bidang produksi,
distribusi, perdagangan, maupun jasa. Karena ketidakmampuan dan
ketidaksiapan mereka dalam memenuhi syarat perbankan, menyulitkan
mereka merealisasikan atau bahkan mengembangakan usaha mereka.
c. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat makin menyadari bahwa
perrtumbuhan ekonomi diupayakan melalui berbagai program tidak dengan
sendirinya dapat menyelesaikan permasalahan sosial ekonomi yang dihadapi.
Kita memerlukan suatu strategi atau arah baru kebijaksanaan pembangunan
yang memamdukan pertumbuhan dan pemerataan.
Strategi pada dasarnya mempunyai tiga arah. Pertama, pemihakan dan
pemberdayaan masyarakat. Kedua, pemantapan otonomi dan pendelegasian
12
Michael Sheraden, Aset untuk Orang miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h. 127 dan h. 134
13
wewenang dalam pengelolaan pembangunan di daerah yang mengembangkan
peran serta masyarakat. Ketiga, modernisasi melalui penajaman dan
pemantapan arah perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya yang
bersumber pada peran masyarakat lokal.14
Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui
tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo,
makro
1. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.
Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai
Pendekatan yang Berpusat pada Tugas (task centered approach).
2. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien
pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
3. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar
(large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
14
kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,
manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk
memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.15
Definisi pemberdayaan pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
dan koperasi merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan
memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat
Indonesia,, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan megurangi
kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Selain itu, pemberdayaan usaha mikro,
kecil, dan menengah merupakan suatu pekerjaan sosial.
Dengan demikian upaya untuk memberdayakan UMKM yang sebagian
besar dari mereka adalah masyarakat yang tidak berdaya, harus terencana,
sistematis dan menyeluruh baik pada tataran makro, mezzo, dan mikro yang
meliputi: (1) penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan
berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya
efisiensi ekonomi. (2) pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM
untuk mengingkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat
memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama
sumber daya lokal yang tersedia. (3) pengembangan kewirauasaan dan
15
keungggulan kompetitif usaha kecil dan menengah (UKM); dan (4)
pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang
berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga miskin. Selain
itu, peningkatan kualitas koperasi untuk berkembang secara sehat sesuai
dengan jati dirinya dan membangun efisiensi kolektif terutama bagi
pengusaha mikro dan kecil.16
d. Keberhasilan Pemberdayaan Masyarakat
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari dari
keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan
mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis.
Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu:
„kekuasaan di dalam’ (power within), „kekuasaan untuk’ (power to),
„kekuasaan atas’ (power over), dan „kekuasaan dengan’ (power with).17
Keberhasilan pemberdayaan masyarkat ini juga dapat dilihat dari
indikator sosial monitoring dan evaluasi (Monev). Indikator tersebut dapat
digunakan menurut fungsinya, yaitu:
1. Indikator informatif. Indikator yang digunakan untuk memberikan
gambaran tentang kondisi kesejahteraan masyarakat, sejauh mana
16
New Life Options: Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Miikro, Kecil, dan Menengah. 17
kesejahteraan masyarakat telah tercapai, dan kebutuhan apalagi yang
masih belum terpenuhi yang mungkin dapat dikembangkan melalui
program sosial yang diperlukan.
2. Indikator prediktif. Indikator yang digunakan untuk merancang
program apa saja yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan
tertentu.
3. Indikator yang berorientasi masalah. Indikator yang digunakan untuk
menggambarkan seberapa besar masalah yang masih dihadapi dalam
suatu masyarakat.
4. Indikator evaluasi kebijakan. Indikator yang digunakan untuk
mengevaluasi suatu kebijakan tertentu, sejauh mana tujuan tercapai,
sejauh mana suatu kebijakan itu efektif, dan sejauh mana kebijakan
dilaksanakan secara efisien.18
Selain itu, indikator juga bisa dikelompokkan ke dalam dua kategori,
yaitu indikator kinerja dan indikator hasil atau keluaran.
1. Indikator Kinerja: mengidentifkasikan keadaan masukan dan proses
pelayanan sosial yang dilakukan oleh lembaga dan aktor-aktor yang
terkait.
18
2. Indikator Keluaran: menunjukkan hasil langsung (ouput) maupun tidak
langsung atau dampak (outcome) dari suatu kegiatan pelayanan.19
Pengembangan ekonomi yang dimaksud Nanih dan agus di sini berarti
mengajak masyarakat (manusia) untuk mengembangkan potensi mereka dengan
semangat agar dapat keluar dari ketidakberdayaan mereka saat ini. Dengan
semangat ini, diharapkan menciptakan Sumber Daya Manusia yang tidak hanya
mampu mengembangkan perekonomian mereka, tetapi juga dapat
mengembangkan perekonomian nasional.
B. Sumber Daya Manusia
a. Pengertian Sumber Daya Manusia
Dalam analisis mengenai sumber daya, dibedakan antara sumber daya fisik
atau sumber daya alam di satu pihak dan sumber daya manusia di pihak lain.
Yang pertama sedikit disebut sebagai faktor produksi yang pasif, sedangkan yang
kedua adalah sumber aktif.20
Sumber daya manusia menurut bahasa ialah potensi manusia yang dapat
dikembangkan untuk proses produksi.21 Sebenarnya suku kata yang terdapat pada
sumber daya manusia, yaitu sumber, daya, dan manusia. Tidak ada satu katapun
yang sulit untuk dipahami, ketiga suku kata tentu mempunyai arti, dan semua
19
Edi Suharto, Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dalam Perspektif Pekerjaan sosial,
dalam Buku Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat- Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung : Refika Aditama 2005), h.128
20
M. Dawam Rahardjo, Intelektual Intelegensia dan perilaku Politik Bangsa, (Bandung, Mizan, 1993) Cet ke-1, h. 356
21
yang mudah dipahami apa artinya. Secara sederhana dapat dideffinisikan sebagai
daya yang bersumber dari manusia. Daya yang bersumber dari manusia ini dapat
pula disebut tenaga atau kekuatan (energy/power). Tenaga, daya, kemempuan,
atau kekuatan.22
Menurut Quraish Shihab manusia sebagai makhluk, memiliki beberapa
potensi yang dianugerahkan Allah dengan beberapa daya atau kemampuan:
1. Daya tubuh, yang mengantarkan manusia bekekuatan fisik. Berfungsinya
organ tubuh dan panca indera berasal dari daya ini.
2. Daya hidup, yang menjadikannya memilih kemampuan dalam
meningkatkan serta menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
mempertahankan hidupnya dalam menghadapi tantangan.
3. Daya akal, yang memungkinkannya memiliki ilmu pengetahuan
4. Daya kalbu, yang memungkinkannya berakhlak, merasakan keindahan,
kelezatan iman dan kehadiran Allah. Dari daya inilah lahir intuisi dan
indera keenam.
Apabila keempat daya itu digunakan dan ditingkatkan secara baik dan
maksimal, maka kualitas pribadi akan dapat mencapai puncaknya. Quraish Shihab
menyebutnya “Suatu pribadi yang beriman, berbudi pekerti luhur, memiliki
22
kecerdasan, ilmu pengetahuan, keterampilan, keuletan dan wawasan masa depan
serta dibarengi fisik yang sehat”.23
Menurut Anggan Suhandana, sumber daya manusia secara konseptual
memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani dan rohani. Oleh sebab itu,
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu bangsa, dapat dilihat
sebagai sinergistik antara kualitas rohani dan jasmani, yang dimiliki oleh setiap
individu dari warga bangsa yang bersangkutan.24
Sedangkan menurut Soedarsono dkk, mempersoalkan sumber daya manusia,
pada dasarnya adalah mempersoalkan upaya optimalisasi potensi manusia, bagi
kehidupan dirinya dan kehidupan masyarakat luas. Kualifikasi sumber daya
manusia yang unggul, bukan merupakan satu-satunya ukuran kualitas SDM.
Banyak fungsi yang terkait, dalam membuat manfaat manusia itu menjadi optimal
dalam kehidupan bersama. Oleh karena itu, kualifikasi SDM unggul terkait
banyak fungsi, di antaranya adalah:
1. Bebas dari kebodohan dan kemiskinan
2. Mencerminkan manusia modern yang berbudaya
3. Memiliki motivasi untuk maju
4. Memiliki potensi sebagai subjek pembangunan
23
Quraish Shihab,Membumikan Al-quran, (Bandung: Mizan, 1994) Cet ke-66, h. 281 24
5. Menciptakan paradigma hidup perspektif
6. Memiliki individu belajar
7. Memiliki keahlian jelas serta memiliki etos kerja dan disiplin tinggi
8. Memiliki komitmen kebersamaan tinggi.25
Konsep sumber daya manusia (human resource) berkembang, ketika
diketahui dan disadari bahwa manusia itu mengandung berbagai aspek
sumber daya bahkan sebagai sumber energi. Manusia tidak hanya berunsur
jumlah, seperti terkesan dari pengertian penduduk, tetapi juga mutu. Mutu ini
tidak hanya ditentukan oleh aspek keterampilan atau kekuatan tenaga
fisiknya, tetapi juga pendidikannya atau kadar pengetahuannya, pengalaman
dan kematangannya, dan sikapnya atau nilai-nilai yang dimilikinya. Dari
hasil penelitian lebih lanjut mengenai aspek biologi, arti penting unsur fisik
menonjol. Dikemukakan antara lain, bahwa pemasukan gizi atau nutrisi yang
berasal dari makanan, ikut menentukan mutu SDM, misalnya mempengaruhi
kecerdasan di samping keterampilan fisiknya.26
Jadi dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia adalah satu
kesatuan jasmani dan rohani yang pada dirinya terdapat daya untuk
mengoptimalkan potensi dalam dirinya.
25
Soedarsono dkk,Pendidikan akhlak dan ilmu jiwa jawa, (Jakarta, Proyek penelitian dan pengkajian kebudayaan nnusantara (Javanologi) Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen pendidikan dan Kebudayaan, 1985), h. 23
26
b. Aspek-aspek pengembangan Sumber Daya Manusia
Manusia ini dibekali oleh Tuhan dengan bebrapa potensi dasar, yang
sangat membantu manusia dalam melakukan kegiatan-kegiatan hidupnya.
Potensi-potensi dasar itu berupa : Potensi ragawi (akal/ratio) dan potensi
hati-nurani (qalbu)
Pengembangan dan aktualisasi fungsi ketiga potensi tersebut kerap kali
tidak berjalan dengan baik dan berkembang, sehingga mengurangi
kemampuan manusia dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupannya.
Fisik yang lemah karena penyakit, atau kurangnnya gizi akan
mengurangi kemampuan seseorang, meskipun nalar dan rohaninya baik.
Demikian halnya jika nalarnya lemah, disebabkan karena rendahnya tingkat
pendidikan atau pengalaman akan mengurangi kemampuannya meskipun
fisiknya kuat. Juga akan menjadi lemah karena potensi qalbunya rendah,
seperti rendahnya semangat kerja, ketudakjujuran, ketidak-sopanan dan
lainsebagainya, akan memberikan citra kepribadiannya yang rendah,
meskipun mungkin nalar dan fisiknya cukup baik.
Keutuhan pengembangan ketiga potensi dasar manusia tersebut akan
menjadikan kualitas manusia utuh. Di situlah pentingnya peranan agama,
moral, kesehatan dan lingkungan hidup, di samping ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tapi sebaliknya, apabila pengembangan potensi dasar tersebut
tidak dilakukan secara seimbang dan harmonis, dampaknya mewujudkan
tapi bodoh atau cerdas tapi jahat, bahkan mungkin menjadikan manusia yang
etis tapi lemah. Masyarakat industri yang muncul sekarang, umumnya
merupakan kumpulan manusia-manusia privat yang berhubungann satu sama
lain sangat lepas, yang memberikan prioritas-prioritas kepada
kepuasan-kepuasan pribadi, egosentris, tidak peka terhadap usaha-usaha bersifat
ekonomis, menimbulkan gejala-gejala sekunder dalam aspek kejiwaan dan
kerohanian.27
c. Dimensi dan hambatan pengembangan SDM
Ada 4 (empat) dimensi pengembangan kualitas suber daya manusia
yang perlu diperhatikan, dalam menghadapi era industrialisasi ini, yaitu :
1. Dimensi Kepribadian
Yang menyangkut pandangan hidup dan sikap-laku, watak dan
karakternya; seperti semangat yang tinggi, terbuka, jujur, disiplin,
berwawasan ke depan, sopan dan teguh dalam agama.
2. Dimensi kreativitas
Mempunyai banyak gagasan, terampil, pandai memanfaatkan
kesempatan, inovatif dan banyak mempunyai alternative-alternatif.
27
3. Dimensi Produktivitas
Cukup pengetahuan, menguasai system dan peralatan, mempunyai
gairah untuk berpretasi, professional, disiplin dan menghargai
waktu.
4. Dimensi Religius / Sprirtualitas
Ketaqwaan sebagai prestasi rohani, yang bersumber pada keimanan
sebagai potensi rohani yang teraktualisasi dalam amal-amal saleh;
baik dala ibadah, moral, kepedulian sosial, sehingga terwujud
sebagai kesalehan hidup (individu maupun sosial).28
Keharusan untuk meningkatakan kualitas sumber daya manusia dalam
menghadapi industrialisasi ini kerap kali menemui hambatan-hambatan,
yang dapat digolongkan dalam dua macam hambatan atau kendala.
1. Kendala Struktural
Kendala yang menyangkut tatanan atau kelembagaan seperti
kesenjangan kepentingan antara investor dengan masyarakat
setempat, antara kepentingan oknum dengan kepentingan umum,
antara kebijaksanaan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah,
antara sistem pendidikan yang berlaku dengan kebutuhan yang ada,
antara peraturan yang formal dengan kenyataan faktual.
28
2. Kendala Kultural
Yang menyangkut pandangan hidup dan kebiasaan masyarakat
dalam sikap santai, feodalisme, kepura-puraan, tertutup, eksklusif,
merasa benar sendiri, tidak memiliki atensi kepada perkembangan
keilmuan, pendidikan yang lebih berat berorientasi pewarisan dari
pada perubahan, dan berkembangannya budaya titipan.
d. Peningkatan Kemampuan SDM
Bagi Indonesia, pembangunan sumber daya manusia merupakan suatu
condition sine quanon. Ada beberapa alasan mengapa pengembangan
kualitas sumber daya manusia menjadi suatu keniscayaan yaitu :
Pertama : Alasan normatif
Bahwa tujuan pembangunan nasional itu sendiri memang
mengamanatkan agar manusia sebagai sentral dalam pembangunan.
Kedua : Alasan obyektif-ekonomis
Bahwa kesinambungan pembangunan hanya akan dapat diperoleh
apabila pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan. Sementara
pertumbuhan ekonomi menghajatkan peningkatan produktivitas yang
untuk itu perlu penerapan penerapan teknologi. Dan teknologi hanya
dapat dikuasai dan diterapkan oleh sumber daya manusia yang
berkualitas.
Dengan semakin terbukanya Indonesia dalam proses globalisasi, maka
tidak terhindarkan adanya persaingan yang terbuka. Untuk memasuki
persaingan global ini dituntut kemampuan teknologi (dalam rangka
kualitas produk), kemampuan manajemen (dalam rangka ketetapan
delivery), dan efisiensi yang tinggi (dalam persaingan harga).
Ketiga hal tersebut hanya dapat dicapai di Indonesia dengan tersedianya
sumber daya manusia yang berkualitas.29
Pada dasarnya dalam menangani pengembangan kualitas sumber daya
manusia ini membutuhkan strategi yang tepat, dan memerlukan jaringan yang
luas, melibatkan banyak pihak, baik kalangan birokrat, kalangan pemuka agama,
kalangan pendidikan, kalangan usahawan dan organisasi-organisasi
kemasyarakatan. Dan bagaimanapun peranan pendidikan; baik formal, informal,
maupun non-formal sangat berpengaruh terhadap pencepatan upaya
pengembangan kualitas sumber daya tersebut, apalagi jika pendidikan tersebut
digarap dengan tepat, dari masalah-masalah kuantitasnya, kualitasnya maupun
relevansinya dengan kebutuhan yang kita hadapi.30
Seperti yang diungkapkan Muhammad Tholhah Hasan, bahwa
pengembangan sumber daya manusia yang baik memerlukan jaringan yang luas,
baik dari kalangan pendidikan, maupun seorang usahawan. Pikiran ini sejalan
29
Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia,h. 225-226 30
dengan yang pemikiran Ambar Teguh Sulitiyani mengenai upaya pemberdayaan
masyarakat. Menurutnya, ada dua upaya supaya pemberdayaan ekonomi
masyarakat bisa dijalankan, diantaranya pertama mempersiapkan pribadi
masyarakat menjadi wirausaha. Karena kiat islam yang pertama dalam mengatasi
masalah kemiskinan adalah dengan bekerja. Dengan memberikan bekal
pelatihan, karena dengan pelatihan merupakan bekal yang amat penting ketika
akan memasuki dunia kerja. Upaya yang pertama membutuhkan bantuan seorang
usahawan.
Sedangkan bentuk atau upaya yang kedua, membutuhkan bantuan kalangan
pendidikan, kebodohan adalah pangkal dari kemiskinan oleh karenanya untuk
megentaskan kemiskinan dalam jangka panjang adalah dari sektor pendidikan,
karena kemiskinan ini kebanyakan sifatnya turun-temurun, di mana orang tuanya
miskin maka tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya, dan anak yang bodoh
akan menambah daftar angka kemiskinan kelak di kemudian hari.31
Muhammad Tholhah Hasan menambahkan, bahwa Pendidikan (terutama
pendidikan tinggi) pada dasarnya merupakan usaha pengembangan kualitas
sumber daya manusia, meskipun pengembangan kualitas sumber daya manusia
bukan hanya dilakukan melalui pendidikan formal, namun sampai saat ini
dipercayakan bahwa pendidikan formal merupakan wahana utama untuk
31
pengembangan sumber daya manusia, yang dilakukan secara sistematis,
programik dan berjenjang.
Dalam konteks inilah, pendidikan tinggi akan semakin dituntut peranannya
dalam era globalisasi untuk dapat menyiapkan manusia Indonesia yang
berkualitas yaitu rasional, dinamik, kreatif, produktif, efisien dan
berkepribadian.32
32
34
PROFIL KOTA CILEGON
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Bank Syariah Mandiri
a. Sejarah Berdiri Bank Syariah Mandiri
Pasca krisis Ekonomi Tahun 1997-1998 industri perbankan nasional yang
didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan
PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari
situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain
serta mengundang investor asing.
Pada tanggal 31 juli 1999 PT. Bank Susila Bakti pun dimiliki PT.
memandang pentingnya kehadiran bank syariah di lingkungan PT Bank
Mandiri (Persero).
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/
KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI
menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul
pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara
resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama
membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.1
b. Perkembangan Bank Syariah Mandiri
1 Situs Resmi Bank Syariah Mandiri “Sejarah” Artikel diakses pada 16 Mei 2011 dari
Dalam rangka perluasan jaringan layanannya, maka Bank Syariah
Mandiri membuka Cabang di Kota Cilegon pada Tahun 2001. Kantornya
bertempat di Jl. SA. Tirtayasa No. 115 A Cilegon Banten. Bank Syariah
Mandiri Cabang Cilegon merupakan Bank Syariah Mandiri pertama di
sekitar Kota Cilegon dan Serang.2
B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri
a. Visi
Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.
b. Misi
Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan
Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM
Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan
kerja yang sehat
Mengembangkan nilai-nilai syariah universal
Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang
sehat.3
2
Wawancara Pribadi dengan Selani Syarif, 20 Juli 2011; Priatna Yusuf, 12 September 2011 3
Situs Resmi Bank Syariah Mandiri “Visi & Misi” Artikel diakses pada 16 Mei 2011 dari
C. Profil Kota Cilegon
a. Sejarah Kota Cilegon
Cilegon merupakan wilayah bekas Kewadenaan (Wilayah kerja
pembantu Bupati KDH Serang Wilayah Cilegon), yang meliputi 3 (tiga)
Kecamatan yaitu Cilegon, Bojonegara dan Pulomerak.
Berdasarkan Pasal 27 Ayat (4) UU No 5 tahun 1974 tentang Pokok
Pokok Pemerintahan di Daerah, Cilegon kiranya sudah memenuhi
persyaratan untuk dibentuk menjadi Kota Administratif. Melalui surat Bupati
KDH Serang No. 86/Sek/Bapp/VII/84 tentang usulan pembentukan
administratif Cilegon dan atas pertimbangan yang obyektif maka
dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1986, tentang pembentukan
Kota Administratif Cilegon dengan luas wilayah 17.550 Ha yang meliputi 3
(tiga) wilayah Kecamatan meliputi Pulomerak, Ciwandan, Cilegon dan 1
Perwakilan kecamatan Cilegon di Cibeber ,sedangkan kecamatan
Bojonegara masuk Wilayah kerja pembantu Bupati KDH Serang Wilayah
Kramatwatu.
Berdasarkan PP No. 3 Tahun 1992 tertanggal 7 Februari 1992 tentang
Penetapan Perwakilan Kecamatan Cibeber, Kota Administratif Cilegon
bertambah menjadi 4 (empat) Kecamatan yaitu Pulomerak, Ciwandan,
Dalam perkembangannya Kota Administratif Cilegon telah
memperlihatkan kemajuan yang pesat di berbagai bidang baik bidang Fisik,
Sosial maupun Ekonomi.
Hal ini tidak saja memberikan dampak berupa kebutuhan peningkatan
pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan,
tetapi juga memberikan gambaran mengenai perlunya dukungan kemampuan
dan potensi wilayah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
Dengan ditetapkannya dan disahkannya UU No. 15 tahun 1999 tanggal
27 April 1999 tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok
dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon, status Kota Administratif
Cilegon berubah menjadi Kotamadya Cilegon, dengan duet kepemimpinan
Drs. H. Tb. Rifai Halir sebagai Pejabat Walikota Cilegon dan H. Zidan Rivai
sebagai Ketua DPRD Cilegon.4
b. Keadaan Geografis Kota Cilegon
Sebagai kota yang berada di ujung barat Pulau Jawa, Kota Cilegon
merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Jawa dengan
Pulau Sumatera. Secara geografis, Kota Cilegon terletak pada koordinat
5°52’24” - 6°04’07” Lintang Selatan dan 105°54’05” - 106°05’11” Bujur
Timur yang dibatasi Oleh :
Sebelah Barat : Selat Sunda
Sebelah Utara : Kecamatan Pulo Ampel dan Bojonegara (Kabupaten
Serang)
Sebelah Timur : Kecamatan Kramat Watu dan Waringin (Kabupaten
Serang)
Sebelah Selatan : Kecamatan Anyer dan Mancak (Kabupaten Serang)
Dengan Luas Wilayah 175,50 Km², Kota Cilegon terbagi ke dalam 8
(delapan) Kecamatan dan sebanyak 43 Kelurahan.5
Tabel 3.1
Luas Lahan Menurut Penggunaan per Kecamatan di Kota Cilegon (Ha)6
No Jenis Penggunaan Lahan Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cilegon
Kecamatan Jombang merupakan Kecamatan yang memiliki Lahan
terluas lahan persawahan. Kecamatan Jombang 18,19% dari seluruh luas
lahan persawahan pada Kota Cilegon yang hanya 12,15%7. Disusul
kemudian Kecamatan Cibeber sebesar 18,04%. Kecamatan yang paling
sedikit memiliki lahan persawahan ialah Kecamatan Cilegon 2,58%.
6
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cilegon, Cilegon Dalam Angka, h. 8 7
Pekarangan/ lahan untuk bangunan, halaman sekitar dan lainnya terluas
dimiliki Kecamatan Grogol, yaitu sebesar 17,06%, diikuti Kecamatan
Ciwandan sebesar 16,80%. Sedangkan lahan tersempit dimiliki Kecamatan
Cilegon yang hanya 8,11%.
Kecamatan yang memiliki lahan kebun terluas adalah Kecamatan
Ciebeber, dan tersempit Kecamatan Jombang. Lahan ladang terluas dimiliki
Kecamatan Ciwandan. Kemudian, lahan penggembalaan rumput hanya ada
di Kecamatan Cilegon. lahan rawa-rawa yang ditanami hanya dimiliki
Kecamatan Cilegon dan Grogol. Lahan tambakpun hanya dimiliki dua
Kecamatan, yakni Kecamatan Ciwandan dan Citangkil.
Hanya Kecamatan Gerogol yang tidak memiliki lahan Empang. Lahan
kering yang sementara tidak ditanami banyak dijumpai di Kecamatan
Ciwandan dan tidak akan ditemui di Kecamatan Jombang dan Cibeber.
Lahan yang ditanami kayu-kayuan tidak akan dijumpai di Kota ini.
Sedangkan Hutan Negara akan banyak dijumpai di Dua Kecamatan di Kota
Cilegon, yakni Kecamatan Pulomerak dan Grogol. Akan tetapi Kota cilegon
tidak memiliki lahan perkebunan. Sedangkan lahan lainnya dimiliki semua
c. Penduduk Kota Cilegon
Karakteristik sosial budaya masyarakat Cilegon, tidak terlepas dari
sejarah Kesultanan Banten sebagai pusat penyebaran Agama Islam dan
identik dengan budaya ke-Islam-annya. Budaya yang bernafaskan Islam ini
sangat mewarnai kehidupan keseharian masyarakat Cilegon, serta perannya
sebagai pusat syiar Islam masih bertahan hingga saat ini. Hal ini terlihat dari
banyaknya fasilitas peribadatan maupun pendidikan berupa pondok
pesantren dan madrasah, baik di lingkungan wilayah Kota Cilegon maupun
wilayah sekitarnya. Selain itu, penghargaan masyarakat Cilegon terhadap
tokoh-tokoh agamanya (Ulama) sangat tinggi sehingga banyak dijumpai
tokoh-tokoh yang berperan sebagai pemimpin informal dalam lingkungan
tertentu.
Sekalipun demikian, dalam perkembangannya masyarakat Cilegon
sangat terbuka dalam menerima perubahan yang terjadi serta datangnya
pengaruh budaya lain akibat adanya industrialisasi di wilayah ini, sejauh
perubahan dan budaya tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma
budaya dan agama masyarakat Cilegon. Secara sederhana hal ini terlihat dari
dapat berbaurnya kehidupan antara masyarakat asli Cilegon dengan
pendatang dalam satu lingkungan permukiman. Dengan demikian dalam
dijumpai adanya hambatan sosial budaya, sepanjang kegiatan yang
dilakukan tersebut masih dalam batas rambu-rambu serta norma-norma
budaya dan agama masyarakat Cilegon.
RTRW Kota Cilegon 2000-2010 telah melakukan proyeksi terhadap
pertumbuhan jumlah penduduk Kota Cilegon dari tahun 2000-2010.
Selanjutnya proyeksi tersebut dijadikan acuan dasar dalam menetapkan
rencana-rencana yang sangat dipengaruhi oleh perkiraan jumlah dan
persebaran penduduk di masa yang akan datang, seperti rencana penyediaan
sarana perkotaan.
Data penduduk hasil sensus penduduk di Kota Cilegon, menunjukan
penambahan yang cukup signifikan. Jumlah penduduk Kota Cilegon pada
tahun 2010 sebesar 374,5 jiwa dengan komposisi 191,7 laki-laki dan 182,7
perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 2.134 jiwa/km²,
Dengan luas wilayah175,5 km².8
Kota Cilegon secara umum bercirikan kota industri, perdagangan dan
jasa. hal ini didukung dengan Perkembangan struktur ketenagakerjaan lebih
pada sektor perdagangan, industri dan jasa mengingat misi pembangunan
daerah ini adalah menjadi kota industri, perdagangan dan jasa. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pendataan yang dilakukan, yang menunjukkan bahwa ketiga
8