• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bank Syariah Mandiri dalam pemberdayaan masyarakat kota Cilegon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bank Syariah Mandiri dalam pemberdayaan masyarakat kota Cilegon"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

MASYARAKAT KOTA CILEGON

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah(SE,Sy)

Oleh:

TSARWATUL JANNAH

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

BANK SYARIAH MANDIRI DALAM PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT KOTA CILEGON

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (SE,Sy)

Oleh:

TSARWATUL JANNAH

NIM. 107046102291

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

DR. DJAWAHIR HEJAZZIEY, SH., MA.

NIP. 195510151979031002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi yang berjudul Bank Syariah Mandiri Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Kota Cilegon, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 19 September 2011. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)

pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Jakarta, 19 September 2011

Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM

NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, NIP. 195505051982031012

Sekretaris : Mu’min Rauf, MA NIP. 197004161997031004

Pembimbing I : Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA NIP. 195510151979031002

Penguji I : Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., MA NIP. 150326896

Penguji II : Bukhori Muslim, MA

(4)

i Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 19 September 2011

(5)

ii

penting untuk dilakukan di setiap daerahnya di Indonesia. Kota Cilegon yang memiliki misi pembangunan menjadi Kota Industri, perdagangan dan Jasa, menunjukkan bahwa memang sektor perdagangan dan industri merupakan sektor yang menjadi bidang pekerjaan yang terbanyak menyerap tenaga kerja.

Penyerapan tenaga kerja yang besar membuat masyarakat Kota Cilegon dapat berkontribusi besar dalam pengembangan perekonomian daerahnya, serta mengubah keadaan mereka. Dari yang tidak berdaya menjadi berdaya, juga yang tadinya sudah berdaya menjadi berkembang. Inilah dengan sendirinya merupakan proses pemberdayaan yang masyarakat Cilegon lakukan.

Untuk pengembangan dan penambahan sektor perdagangan dan industri , perlulah tambahan modal dari lembaga keuangan seperti bank. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri sudah berusaha memberikan kontribusi langsungnya dalam pengembangan sektor ini dengan penyaluran dana pembiayaan Mudharabah dan Musyarakahyang sudah terbilang banyak. Sedangkan secara tidak langsungnya ialah melalui pembiayaan konsumtif berupa produk BSM Implan dan Pembiayaan Koperasi Pada Anggota (PKPA) dengan bekerjasama dengan 34 Koperasi Karyawan (Kopkar) yang tersebar di Kota Cilegon. Dengan harapan, masyarakat kalangan bawah yang belum dapat mengajukan pembiayaan mikro pada BSM Cilegon ini dapat mengajukan pembiayaan pada kopkar-kopkar tersebut.

(6)

iii

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq,

serta nikmat-Nya, sehingga Alhmudulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul ”Bank Syariah Mandiri dalam Pemberdayaan Masyarakat Kota

Cilegon”. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, kepada keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak sedikit

hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan

kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung

ataupun tidak langsung, membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan

skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis berterima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Mu’min Roup, S.Ag., M.A. sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang tanpa henti memberikan

dorongan dan semangat kepada penulis, serta dengan tulus ikhlas meluangkan

waktunya untuk membantu penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir.

3. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey. SH, MA. selaku dosen pembimbing skripsi

penulis, yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan dan saran-saran

sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga apa yang telah Bapak dan

(7)

iv

telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis.

5. Kepada Ayahanda dan Ibundaku tercinta, Sutaryo dan Elah Fadilah yang tidak

pernah mengenal kata lelah mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya berupa

bimbingan dalam menuntunku menjadi pribadi yang lebih baik. Terima kasih

untuk semua waktu dan tiap doa yang selalu kau panjatkan untuk anakmu ini.

Terima kasih untuk selalu menjadi yang pertama membangkitkanku,

menyemangatiku, serta membuatku tetap melapangkan hatiku saat aku mulai

lelah dan kehabisan semangat. Bagi Tsarwah, tiada perhargaan paling terindah di

dunia ini selain melihat Umi dan Abi selalu tersenyum untuk Tsarwah. Doakan

selalu semoga anak pertamamu ini selalu menjadi pribadi yang baik, hamba

Allah yang baik, dan menjadi anak yang membanggakan kalian. Amiin. Ana

uhibbukuma fillah.

6. Kepada adik-adikku yang senantiasa ada dan selalu berupaya membantu

kakakmu dalam menempuh kuliah baik berupa semangat, canda tawa, serta

waktu. Terima kasih buat Hamzah, yang selalu boncengin teteh ke Kota Serang

ya Bang, jadi teteh ga perlu terlalu lama nyampe Serang karena mobil angkot

padarincang yang sangat lelet itu. Terima kasih buat Aisyah, yang telah banyak

menyadarkan teteh untuk selalu berani, berani berbicara, berani bertindak dan

tidak takut menghadapi sesuatu sebelum bertindak. Terimakasih buat Salsabila

adikku yang paling apik dan rajin ini, yang telah memberikan waktunya untuk

mengambil bagian teteh dalam membereskan pekerjaan rumah, teteh tahu bilah

(8)

v

kalian bermain dan berantem, menjadi hiburan tersendiri buat teteh, tapi jangan

kebanyakan berantemnya ya sup..ya deng.. Teteh tuh sayaaaang tau sama kalian.

7. Ya Allah Ya Rabb, sampaikan ucapan terima kasih ku kepada orang-orang

terkasih yang saat ini lebih dekat dengan-Mu dan semoga berada dalam

perlindungan-Mu…Serta sampaikan ucapan terima kasihku kepada guru-guruku yang berjasa mencurahkan ilmunya kepadaku. Semoga amal ibadah kalian

diterima di sisi Allah SWT.

8. Terima kasih kepada teman-teman PS A 07, The Imah, Sisil, Disfa, Na Chan,

Tika, Nety, Fika, Tia, Desi, Mariam, Uus, Nur, Mpo Mia, Nindya, Ihsan, Aziz,

Budi, Badrun, Ali, Huda, Redy, Bukhoy, Taufik, Esa, Rizal, Teza dan semua

yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Semoga kebaikan dan

kesuksesan selalu ada dalam langkah kita bersama. Semoga selalu berada dalam

Ridha-Nya. Amiiiin… dan semoga persahabatan kita tidak mengenal waktu & usia.

Akhir kata, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang turut berperan dalam proses penyelesaian tugas akhir penulis. Semoga karya ini

dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi.

Jakarta, 19 September 2011

(9)

vi

ABSTRAK………. ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D.Penelitian Terdahulu ... 8

E. Metode Penelitian ... 9

F. Pedoman Penulisan ... 11

G.Sistematika Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN TEORETIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT A.Permberdayaan Masyarakat ... 13

B. Sumber Daya Manusia (SDM) ... 23

BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI CABANG CILEGON DAN PROFIL KOTA CILEGON A.Sejarah Berdiri dan Perkembangan BSM ... 34

B.Visi dan Misi BSM ... 36

C.Profil Kota Cilegon... 37

(10)

vii

MASYARAKAT KOTA CILEGON

A.Analisis terhadap Peran Bank Syariah Mandiri dalam

Memberdayakan Kota Cilegon ... 53

B.Sektor-sektor Ekonomi yang Berperan dalam Memberdayakan

Kota Cilegon ... 59

C.Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberdayaan Masyarakat ... 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 80

B. Saran-saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA

(11)

viii

Cilegon….…………... 40

Tabel 3.2 Alokasi Dana Pembiayaan Murabahah BSM Cilegon (dalam

Jutaan Rupiah)…...……... 48

Tabel 3.3 Alokasi Dana Pembiayaan Mudharabah BSM Cilegon

(dalam Jutaan Rupiah)…………... 49

Tabel 3.4 Alokasi Dana Pembiayaan Musyarakah BSM Cilegon

(dalam Jutaan Rupiah)... 50

Tabel 3.5 Alokasi Dana Pembiayaan BSM Impaln BSM Cilebon

(dalam Jutaan Rupiah)... 50

Tabel 3.6 Alokasi Dana Pembiayaan Qardh BSM Cilebon (dalam

Jutaan Rupiah)... 51

Tabel 4.1 Total Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah Kota Cilegon Tahun 2011... 54

Tabel 4.2 Total Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Periode 2005-2010

(dalam Miliyar Rupiah)…... 55

Tabel 4.3 Perbandingan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Per

Segmen Usaha (dalam Miliyar Rupiah)…... 56

Tabel 4.4 Perbandingan Pembiayaan Per Akad Bank Syariah Mandiri

(12)

ix

2011………...…... 58

Tabel 4.6 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Kota Cilegon yang

Bekerja menurut Lapangan Usaha, 2009 dan

2010………...…... 60

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan Cibeber

Tahun 2009………... 61

Tabel 4.8 Jumlah Toko/ Warung dan Pedagang Kaki Lima di

Kecamatan Cibeber Tahun 2009... 61

Tabel 4.9 Jumlah Toko/ Warung dan Pedagang Kaki Lima di

Kecamatan Jombang Tahun 2009……... 62

Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan

Jombang Tahun 2009………... 63 Tabel 4.11 Jumlah Industri di Kecamatan Jombang Tahun 2009... 63

Tabel 4. 12 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan Cilegon

Tahun 2009... 64

Tabel 4.13 Jumlah Toko/ Warung dan Pedagang Kaki Lima di

Kecamatan Cilegon Tahun 2009... 65

Tabel 4.14 Jumlah Industri di Kecamatan Cilegon Tahun 2009... 65

Tabel 4.15 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan Gerogol

Tahun 2009………... 66

Tabel 4.16 Jumlah Industri di Usaha Kerajinan di Kecamatan Gorogol

(13)

x

Kecamatan Gerogol Tahun 2009... 69

Tabel 4.19 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan

Purwakarta Tahun 2009…………... 69 Tabel 4.20 Jumlah Toko/ Warung dan Pedagang Kaki Lima di

Kecamatan Purwakarta Tahun 2009... 70

Tabel 4.21 Jumlah Industri di Kecamatan Purwakarta Tahun 2009... 71

Tabel 4.22 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan

Pulomerak Tahun 2009………... 72

Tabel 4.23 Jumlah Toko/ Warung dan Pedagang Kaki Lima di

Kecamatan Pulomerak Tahun 2009... 72

Tabel 4.24 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan

Citangkil Tahun 2009………... 73

Tabel 4.25 Jumlah Industri di Kecamatan Citangkil Tahun 2009... 74

Tabel 4.26 Jumlah Toko/ Warung dan Pedagang Kaki Lima di

Kecamatan Citangkil Tahun 2009... 74

Tabel 4.27 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan

Ciwandan Tahun 2009………... 75

(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Eksistensi lembaga keuangan, khususnya sektor perbankan, menempati

posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi

di sektor riil dengan pemilik dana. Dengan demikian, fungsi utama sektor

perbankan dalam infrastruktur kebijakan makro ekonomi memang diarahkan

dalam konteks how to make money effective and efficient to increase economic

value.1 Yakni bagaimana menggunakan uang dengan benar (seefisien mungkin)

dengan cara yang benar (efektif) untuk meningkatkan nilai ekonomis.

Bank syariah yang menempati posisi ini pula mengalami pertumbuhan

yang pesat khususnya sepanjang tiga dekade terakhir ini, baik di dunia

internasional maupun di Indonesia. Pada era modern ini, perbankan syariah telah

menjadi fenomena global, termasuk di negara-negara yang tidak berpenduduk

mayoritas muslim.2

Dalam kegiatan bank syariah dikenal nama pembiayaan atau yang biasa

kita sebut dengan nama kredit. Pembiayaan atau kredit merupakan salah satu

1 M. Syafi’i Antonio,dkk,

Bank Syariah –Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan ancaman, (Yogyakarta : Ekonisia 2006) h. 65

2Permata Wulandari, “Komparasi Risiko Bank Syariah Versus Bank Konvensional” Artikel

diakses pada 13 Maret 2011 dari

(15)

tugas pokok bank. Kegiatan pembiayaan secara umum pada bank syariah antara

lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), penyertaan

modal(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni

tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas

barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)3

Pembiayaan bank syariah yang merupakan salah satu tugas pokok bank

syariah penerapannya, ialah bank syariah memberikan pembiayaan produktif

kepada nasabah yang membutuhkan modal usaha pada sektor tertentu.

Sektor-sektor itu bisa, Sektor-sektor pertanian, perdagangan, industri pengolah dan lainnya

yang merupakan 9 sektor PDB/PDRB.

Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha,

baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.4

Pembiayaan produktif ini idealnya memenuhi kebutuhan produksi setiap

nasabah. Nasabah dari bank syariah ini bukan hanya nasabah yang berkelas

ekonomi tinggi saja, tetapi juga nasabah yang berkelas menengah dan kecil.

3

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18478/5/Chapter%20I.pdf akses tanggal 13 Maret 2011

4 Muhammad syafi’i Antonio,

(16)

Karena, bank syariah yang di dalamnya terkandung nilai-nilai syariah Islam

mengedepankan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat.

Menurut Desi Nasrida, tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan

adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri, kemandirian

tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang

mereka lakukan tersebut. Pemberdayaan masyarakat hendaknya mengarah pada

pembentukan kognitif masyarakat yang lebih baik, untuk mencapai kemandirian

masyarakat diperlukan sebuah proses.5

Edi Suharto menambahkah Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuan

utama yaitu memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah

yang tidak memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (mislanya

persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas

oleh struktur sosial yang adil).6 Jadi pemberdayaan ini bertujuan membentuk

pribadi masyarakat, dengan kesadaran bahwa mereka memiliki kekuasaan atas

diri mereka sendiri untuk berkembang.

Sebaran dari masyarakat miskin yang merupakan kelompok lemah

sebagian tersebar adalah kelompok masyarakat pedesaan yaitu petani, nelayan,

peternak, sementara di perkotaan adalah para buruh, masyarakat di sektor

5

Desi nasrida, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Zakat (studi kasus masyarakat pasai minang kabau perantauan), Skripsi FSH uin Jkt 2007 h.26-27

6

(17)

informal (pedagang kaki lima, buruh, PRT, korban bencana alam, kerusuhan,

pengangguran, korban PHK, dll). Jumlah mereka akan bertambah ketika terjadi

resesi ekonomi, yang secara periodik melanda dunia termasuk Indonesia.7

Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, bentuk pemberdayaan

yang tepat sasaran sangat diperlukan, Perlu difikirkan siapa yang sesungguhnya

menjadi sasaran pemberdayaan masyarakat, sesungguhnya juga memiliki daya

untuk membangun, dengan demikian memberikan “kail jauh lebih tepat daripada

memberikan ikan”. Dewasa ini good govermance yang telah dielu-elukan

sebagai suatu pendekatan yang dipandang paling relevan, baik dalam tataran

kepemerintahan secara luas maupun dalam menjalankan fungsi pembangunan.8

Good Govermance adalah pemerintahan yang baik merupakan suatu

kondisi yang menjalin adanya proses kesejahteraan, kesamaan, kohesi, dan

keseimbangan peran, serta adanya saling mengontrol yang dilakukan komponen

pemerintah, rakyat dan usahawan swasta.9

Bank Syariah yang merupakan lembaga keuangan swasta, tempat

bertemunya masyarakat (rakyat) dengan usahawanpun merupakan komponen

7

Iskandar Adi Nuhung, Segitiga Emas : Pertanian, Kemiskinan, dan Kawasan Timur Indonesia, (Jakarta: PT. Wahyu Promo Citra, 2010)h. 36

8

Desi nasrida, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Zakat (studi kasus masyarakat pasia minang kabau perantauan),Skripsi FSH uin Jkt 2007 h. 26

9

(18)

yang dikontrol pemerintahan tersebut. Bank Syariah Mandiri yang merupakan

Bank besar pelopor Bank Syariah sudah tentu termasuk.

Bank syariah Mandiri yang merupakan Bank Besar pelopor Bank Syariah,

juga merupakan Bank Syariah Besar di Kota Cilegon. Cilegon merupakan kota

yang memiliki potensi yang besar, akan tetapi tidak menutup kemungkinan, kota

ini tidak terlepas dari masalah kemiskinan dan pengangguran. Warga Kota

Cilegon yang berusia di atas 15 tahun, bekerja di bidang pertanian, kehutanan,

perkebunan dan perikanan, industri pengolahan, perdagangan, rumah makan,

hotel, dan jasa kemasyarakatan.

Jika dilihat dari potensi dan peluang kerja, di Kota Cilegon banyak

industri besar dan kecil yang dibangun. Dari data yang di peroleh di Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Cilegon, untuk jumlah perusahaan berbadan

hukum PT sebanyak 172, koperasi 24, perorangan 76, dan 3 perusahaan lainnya.

Adapun dilihat dari SIUP yang diterbitkan Pemkot Cilegon, untuk perusahaan

kecil 454, perusahaan menengah 90, perusahaan besar 54.

Pemkot Cilegon telah melebur dan memperbarui program pemberdayaan

ekonomi masyarakat yang sudah berjalan sejak tahun 2002, menjadi unit

pelaksana teknis (UPT) pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berada di

(19)

UPT pemberdayaan ekonomi masyarakat ini dikelola secara mandiri untuk

memberikan pelayanan terpadu dan profesional pada usaha mikro kecil (UKM),

yang meliputi pelatihan, pemagangan, pembiayaan, informasi bisnis, pemasaran,

konsultasi manajemen, dan pendampingan.10

Pemerintah daerah Kota Cilegon sudah berupaya melakukan

penanggulangan masyarakat miskin yang merupakan masyarakat yang tidak

berdaya dengan melakukan program Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Bank Syariah yang memiliki tugas pokok

berupa pembiayaan, idealnya juga membantu berjalannya program

pemberdayaan masyarakat dengan cara mengalokasikan dana pembiayaan pada

program tersebut.

Seperti yang diungkapkan Iskandar adi Nuhung, bahwa masyarakat tak

berdaya yang produktif biasanya berprofesi sebagai petani (kelompok pedesaan),

dan pedagang (kelompok perkotaan). Apakah Bank Syariah Mandiri cabang

Cilegon ikut serta membantu atau bekerjasama menjalankan program yang

dikeluarkan pemerintah daerah tersebut dengan memberikan dana pembiayaan

kepada masyarakat yang tidak berdaya. Ataupun Bank Syariah Mandiri memiliki

program sendiri untuk memberdayakan masyarakat dengan memberikan

pembiayaan langsung ke sektor-sektor yang digeluti masyarakat-masyarakat

10 Journalism, “sistem pereknomian dan pendidikan kota cilegon”

(20)

yang tidak berdaya tersebut, membuat penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hal tersebut melalui skripsi berjudul “ Bank Syariah

Mandiri Dalam Pemberdayaan Masyarakat Kota Cilegon ”

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis hanya membatasi

masalah pada analisis peran Bank Syariah Mandiri dalam pemberdayaan

masyarakat melalui pendekatan sektor-sektor pengalokasian dana

Pembiayaan Bank Syariah pada Tahun 2009-2010.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti oleh

penulis dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana Peran Bank Syariah Mandiri dalam Pemberdayaan

Masyarakat Kota Cilegon?

b. Sektor-sektor apa saja yang berperan dalam memberdayakan

Masyarakat di Kota Cilegon?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan merujuk judul dari pembahasan ini serta latar belakang masalah,

maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Bank Syariah Mandiri

(21)

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat

mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama

perkuliahan.

2. Bagi Perbankan Syariah, Bank Indonesia, dan Pemerintah Derah

Memberikan informasi dan bahan masukan tentang seberapa besar peran

Bank Syariah, khususnya Bank Syariah Mandiri dalam memberdayakan

masyarakat , serta membantu pemerintah Daerah dalam mengambil

kebijakan.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan menghasilkan informasi yang dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam menginvestasikan dana di Bank Syariah.

D. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan Bank

Syariah, pembiayaan, dan Pemberdayaan Masyarakat diantaranya:

1. Alvi Shidqi, Peran Bank Syariah Mandiri Bagi Pengembangan Ekonomi

Masyarakat di Bukittinggi. Skripsi. Konsentrasi Perbankan Syariah. Fakultas

(22)

membahas tentang dalam bentuk apa Bank Syariah Mandiri berperan dalam

pengembangan ekonomi masyarakat Bukittinggi.

2. Desi Nasrida. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Zakat (studi kasus

Masyarakat Pasia Minang Kabau Peratauan). Skripsi. Fakultas Syariah dan

hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2007. Kajian Skripsi ini membahas

tentang bagaimana pengelolaan dan penyaluran dana zakat yang dilakukan

BAZ Nagari Pasia kepada para mustahik.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif, karena sifat

penelitiannya adalah deskriptif yang menjelaskan data-data yang diperoleh

apa adanya secara sistematis.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian adalah Bank Syariah Mandiri cabang

di Kota Cilegon, yang didukung oleh data dari statistik produk pembiayaan

Bank Syariah.

3. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

(23)

1) Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil

pertanyaan yang berkaitan dengan sektor alokasi pembiayaan dari

Bank Syariah Mandiri Cabang Cilegon.

2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui penelitian

kepustakaan dengan cara mengumpulkan informasi melalui

buku-buku, literatur-literatur serta yang lainnya yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti dengan maksud untuk mendapatkan

data yang bersifat ilmiah dan teoritis. Data yang diperoleh tersebut

dijadikan landasan teori yang akan digunakan penulis.

b. Metode Pengumpulan Data

1) Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak

yang terlibat dalam penelitian ini baik secara langsung maupun

tidak langsung, yaitu kepada direktur, manajer, pegawai, dan staf

bagian pembiayaan.

2) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan laporan yang

diterima dari perusahaan yang diteliti dan laporan lainnya yang

berkaitan dengan masalah penelitian ini.

4. Metode Analisa Data

Seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara terhadap pegawai bank

(24)

telah didapatkan dari Bank Syariah Mandiri. Data yang diperoleh diolah dengan

pendekatan deskriptif analitis.

Pendekatan deskriptif yaitu data penelitian yang berupa kata-kata, berupa

wawancara, catatan-lapangan, dokumen resmi. Setelah itu data dikumpulkan,

diolah, dan dijelaskan sesuai apa adanya.

Data-data yang telah terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan

jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang

biasa disebut editing.

F. Pedoman Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada “Buku Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2007” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing berisi:

BAB I berisi pendahuluan yang di dalamnya membahas latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian

terdahulu, metodologi penelitian, pedoman penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II berisi tinjauan teoretis pemberdayaan masyarakat, di dalamnya diuraikan

(25)

BAB III berisi gambaran umum Bank Syariah Mandiri Cabang Cilegon dan

profil Kota Cilegon. Dalam bab ini, diuraikan tentang gambaran umum (sejarah

berdiri, perkembangan, Visi dan Misi,) dari Bank Syariah Mandiri, Profil Kota

Cilegon, Produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri dan Perkembangannya di

Cilegon.

BAB IV berisi analisis Bank Syariah Mandiri dalam pemberdayaan masyarakat

Kota Cilegon, Sektor- sektor Ekonomi yang Berperan dalam Memberdayakan

Masyarakat Kota Cilegon, Faktor yang Memengaruhi Pemberdayaan Masyarakat.

BAB V berupa Penutup yang di dalamnya berisi kesimpulan-kesimpulan yang

didapat dari hasil penelitian dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan

(26)

13

TINJAUAN TEORETIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A. Pemberdayaan Masyarakat

a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pembedayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga

atau kekuatan, pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya

masyarakat dengan mendrong, memtivasi dan membangkitkan keasadaran

akan potensi yang dimiliki serta berupa untuk mengembangknannya.1

Menurut Habiyullah Jabbar pemberdayaan merupakan proses kerja sama

antara pihak yang memberdayakan dan pihak yang diberdayakan. Keduanya

merupakan satu-kesatuan yang integral untuk mewujudkan kesejahteraan dan

kemandirian. Kerja sama ini lazim dalam bentuk program yang dikelola

bersama oleh semua pihak yang terdiri dari: pihak pemerintah, swasta, dan

Masyarakat.2

Menurut Edi Suharto pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.

Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,

termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai

tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin

1

Mubyarto, Membangun Sistim Ekonomi, Cet.I, Ygyakarta, BPFE, 2000, H. 263 2

Habiullah Jabbar, (ed). Keadilan, Pemberdayaan, dan Penanggulangan Kemiskinan,

(27)

dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya,

memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun

sosial, mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian

pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator

keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.3

Sedangkan menurut sutrisno istilah pemberdayaan lahir sebagai sebuah

konsep dari perkembangan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat.

Berdasarkan penelitian kepustakaan pranarka, proses pemberdayaan

mengandung dua kecenderungan di antaranya:

a. Kecenderungan primer, yaitu pemberdayaan yang menekankan kepada

proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau

kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya.

b. Kecenderungan sekunder, yaitu pemberdayaan yang menekankan pada

proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar

mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang

menjadi pilihan hidupnya.4

3

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat- Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung : Refika Aditama 2005) h. 59-60

4

Bambang Sutrisno, dkk, (ed). Pemberdayaan Masyarakat dalam pengembangan ekonomi kerakyatan dalam akses peran serta masyarakat, lebih jauh memahami community Development,

(28)

Masyarakat menurut Bahasa ialah sejumlah manusia dalam arti

seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.5

Sedangkan istilah masyarakat menurut Edi Suharto dapat dibedakan

menjadi dua konsep. Konsep pertama masyarakat didefinisikan sebagai

sebuah tempat bersama yang bentuknya bisa berupa wilayah geografi seperti

sebuah Rukun Tetangga (RT), perumahan di daerah perkotaan atau sebuah

kampong di wilayah pedesaan. Konsep kedua masyarakat diartikan sebagai

sebuah kepentingan bersama, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan

kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada

masyarakat etnis minoritas, atau kepentingan bersama berdasaarkan

kebutuhan tertentu seperti pada kasus rang tua yang memiliki anak dengan

kebutuhan khusus (cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan

mental.6

Pemetaan sosial (social mapping) adalah proses penggambaran

masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi

mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang

ada pada masyarakat terdekat.7 Jadi, pemetaan sosial ini membantu kita

5

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2007), h. 721

6

Edi Suharto, Metodologi Pengembangan masyarakat-Jurnal Comdev, (Jakarta: BEMJ-PMI, 2004), vol 1, h. 3

7

(29)

mengetahui sasaran tepat yakni masyarakat mana yang menjadi target

pemberdayaan, mana yang bukan.

Menurut Gunawan Sumadiningrat pemberdayaan diarah guna

meningkatkan eknonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu

menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar.

Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling tidak

harus ada perbaikan akses terhadap empat hal. Yaitu akses terhadap

sumberdaya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan akses

terhadap permintaan.8 Ekonomi masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi

dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need)

yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.9

Kusnadi mengungkapkan hal sama, yaitu menurutnya memberdayakan

masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan

masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskann diri dari

perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain

memberdayakan masyarakat adalah memapukan dan memandirikan

masyarakat.10

8

Erna erawati cholitim dan Juni Tamrin (ed), Pemberdayaan dan Refleksi Finansial Usaha Kecil di Indonesia, Bandung, Yayasan Akita, 1997, h. 238

9

Gunawan Sumadiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial,

Jakarta,Gramedia Pustaka Utama, 1999, Cet.1, h. 66 10

(30)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat

ialah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan atau potensi masyarakat

dalam kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan

kesejahteraan mereka dan dapat berpotensi dalam proses pembangunan

nasional.

b. Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan ekonomi Masyarakat

Menurut Nanih Mahendrawaty dan Agus A Sapei, perlu diingat bahwa

konsep pemberdayaan masyarakat (empowerment) tidak dilupakan dalam

praktek pengembangan ekonomi masyarakat. Walaupun secara kebahasaan

dua kata tersebut memiliki arti yang berbeda, namun dalam prakteknya antar

pengembangan dan pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya dapat

dipertukarkan (interchangeable). Dengan demikian, dua istilah ini mempunyai

pengertian sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat,

dengan demiikian dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah

masyarakat yang dapat memilih dan memiliki kesempatan untuk mengadakan

pilihan-pilihan.11

Pengembangan Ekonomi Masyarakat memiliki bentuk-bentuk.

Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi masyarakat mencakup tiga bidang

pengembangan. Yakni: Pengembangan Aset Manusia, Pengembangan Aset

Modal, dan Pengembangan Aset sosial. Pengembangan aset manusia berarti

11

(31)

pengembangan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan aset sosial

berarti pengembangan pendukung dari sekitar manusia tersebut.12

Bentuk pengembangan aset modal meliputi modal produksi yang terdiri

dari tanah, bangunan, mesin produksi dan alat-alat/ komponen produksi nyata

lainnya.13 Bank syariah yang menyediakan produk pembiayaan idealnya akan

sangat membantu pengembangan ini. Pengembangan ekonomi ini merupakan

masalah yang paling banyak dihadapi oleh para pelaku perekonomian kecil

selaku masyarakat lemah baik yang bergerak dalam bidang produksi,

distribusi, perdagangan, maupun jasa. Karena ketidakmampuan dan

ketidaksiapan mereka dalam memenuhi syarat perbankan, menyulitkan

mereka merealisasikan atau bahkan mengembangakan usaha mereka.

c. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat makin menyadari bahwa

perrtumbuhan ekonomi diupayakan melalui berbagai program tidak dengan

sendirinya dapat menyelesaikan permasalahan sosial ekonomi yang dihadapi.

Kita memerlukan suatu strategi atau arah baru kebijaksanaan pembangunan

yang memamdukan pertumbuhan dan pemerataan.

Strategi pada dasarnya mempunyai tiga arah. Pertama, pemihakan dan

pemberdayaan masyarakat. Kedua, pemantapan otonomi dan pendelegasian

12

Michael Sheraden, Aset untuk Orang miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h. 127 dan h. 134

13

(32)

wewenang dalam pengelolaan pembangunan di daerah yang mengembangkan

peran serta masyarakat. Ketiga, modernisasi melalui penajaman dan

pemantapan arah perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya yang

bersumber pada peran masyarakat lokal.14

Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui

tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo,

makro

1. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu

melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.

Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam

menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai

Pendekatan yang Berpusat pada Tugas (task centered approach).

2. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien

pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media

intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya

digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,

keterampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan

memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar

(large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem

lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,

14

(33)

kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,

manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.

Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki

kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk

memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.15

Definisi pemberdayaan pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)

dan koperasi merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan

memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat

Indonesia,, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan megurangi

kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Selain itu, pemberdayaan usaha mikro,

kecil, dan menengah merupakan suatu pekerjaan sosial.

Dengan demikian upaya untuk memberdayakan UMKM yang sebagian

besar dari mereka adalah masyarakat yang tidak berdaya, harus terencana,

sistematis dan menyeluruh baik pada tataran makro, mezzo, dan mikro yang

meliputi: (1) penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan

berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya

efisiensi ekonomi. (2) pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM

untuk mengingkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat

memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama

sumber daya lokal yang tersedia. (3) pengembangan kewirauasaan dan

15

(34)

keungggulan kompetitif usaha kecil dan menengah (UKM); dan (4)

pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang

berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga miskin. Selain

itu, peningkatan kualitas koperasi untuk berkembang secara sehat sesuai

dengan jati dirinya dan membangun efisiensi kolektif terutama bagi

pengusaha mikro dan kecil.16

d. Keberhasilan Pemberdayaan Masyarakat

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari dari

keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan

mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis.

Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu:

„kekuasaan di dalam’ (power within), „kekuasaan untuk’ (power to),

„kekuasaan atas’ (power over), dan „kekuasaan dengan’ (power with).17

Keberhasilan pemberdayaan masyarkat ini juga dapat dilihat dari

indikator sosial monitoring dan evaluasi (Monev). Indikator tersebut dapat

digunakan menurut fungsinya, yaitu:

1. Indikator informatif. Indikator yang digunakan untuk memberikan

gambaran tentang kondisi kesejahteraan masyarakat, sejauh mana

16

New Life Options: Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Miikro, Kecil, dan Menengah. 17

(35)

kesejahteraan masyarakat telah tercapai, dan kebutuhan apalagi yang

masih belum terpenuhi yang mungkin dapat dikembangkan melalui

program sosial yang diperlukan.

2. Indikator prediktif. Indikator yang digunakan untuk merancang

program apa saja yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan

tertentu.

3. Indikator yang berorientasi masalah. Indikator yang digunakan untuk

menggambarkan seberapa besar masalah yang masih dihadapi dalam

suatu masyarakat.

4. Indikator evaluasi kebijakan. Indikator yang digunakan untuk

mengevaluasi suatu kebijakan tertentu, sejauh mana tujuan tercapai,

sejauh mana suatu kebijakan itu efektif, dan sejauh mana kebijakan

dilaksanakan secara efisien.18

Selain itu, indikator juga bisa dikelompokkan ke dalam dua kategori,

yaitu indikator kinerja dan indikator hasil atau keluaran.

1. Indikator Kinerja: mengidentifkasikan keadaan masukan dan proses

pelayanan sosial yang dilakukan oleh lembaga dan aktor-aktor yang

terkait.

18

(36)

2. Indikator Keluaran: menunjukkan hasil langsung (ouput) maupun tidak

langsung atau dampak (outcome) dari suatu kegiatan pelayanan.19

Pengembangan ekonomi yang dimaksud Nanih dan agus di sini berarti

mengajak masyarakat (manusia) untuk mengembangkan potensi mereka dengan

semangat agar dapat keluar dari ketidakberdayaan mereka saat ini. Dengan

semangat ini, diharapkan menciptakan Sumber Daya Manusia yang tidak hanya

mampu mengembangkan perekonomian mereka, tetapi juga dapat

mengembangkan perekonomian nasional.

B. Sumber Daya Manusia

a. Pengertian Sumber Daya Manusia

Dalam analisis mengenai sumber daya, dibedakan antara sumber daya fisik

atau sumber daya alam di satu pihak dan sumber daya manusia di pihak lain.

Yang pertama sedikit disebut sebagai faktor produksi yang pasif, sedangkan yang

kedua adalah sumber aktif.20

Sumber daya manusia menurut bahasa ialah potensi manusia yang dapat

dikembangkan untuk proses produksi.21 Sebenarnya suku kata yang terdapat pada

sumber daya manusia, yaitu sumber, daya, dan manusia. Tidak ada satu katapun

yang sulit untuk dipahami, ketiga suku kata tentu mempunyai arti, dan semua

19

Edi Suharto, Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dalam Perspektif Pekerjaan sosial,

dalam Buku Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat- Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung : Refika Aditama 2005), h.128

20

M. Dawam Rahardjo, Intelektual Intelegensia dan perilaku Politik Bangsa, (Bandung, Mizan, 1993) Cet ke-1, h. 356

21

(37)

yang mudah dipahami apa artinya. Secara sederhana dapat dideffinisikan sebagai

daya yang bersumber dari manusia. Daya yang bersumber dari manusia ini dapat

pula disebut tenaga atau kekuatan (energy/power). Tenaga, daya, kemempuan,

atau kekuatan.22

Menurut Quraish Shihab manusia sebagai makhluk, memiliki beberapa

potensi yang dianugerahkan Allah dengan beberapa daya atau kemampuan:

1. Daya tubuh, yang mengantarkan manusia bekekuatan fisik. Berfungsinya

organ tubuh dan panca indera berasal dari daya ini.

2. Daya hidup, yang menjadikannya memilih kemampuan dalam

meningkatkan serta menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

mempertahankan hidupnya dalam menghadapi tantangan.

3. Daya akal, yang memungkinkannya memiliki ilmu pengetahuan

4. Daya kalbu, yang memungkinkannya berakhlak, merasakan keindahan,

kelezatan iman dan kehadiran Allah. Dari daya inilah lahir intuisi dan

indera keenam.

Apabila keempat daya itu digunakan dan ditingkatkan secara baik dan

maksimal, maka kualitas pribadi akan dapat mencapai puncaknya. Quraish Shihab

menyebutnya “Suatu pribadi yang beriman, berbudi pekerti luhur, memiliki

22

(38)

kecerdasan, ilmu pengetahuan, keterampilan, keuletan dan wawasan masa depan

serta dibarengi fisik yang sehat”.23

Menurut Anggan Suhandana, sumber daya manusia secara konseptual

memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani dan rohani. Oleh sebab itu,

kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu bangsa, dapat dilihat

sebagai sinergistik antara kualitas rohani dan jasmani, yang dimiliki oleh setiap

individu dari warga bangsa yang bersangkutan.24

Sedangkan menurut Soedarsono dkk, mempersoalkan sumber daya manusia,

pada dasarnya adalah mempersoalkan upaya optimalisasi potensi manusia, bagi

kehidupan dirinya dan kehidupan masyarakat luas. Kualifikasi sumber daya

manusia yang unggul, bukan merupakan satu-satunya ukuran kualitas SDM.

Banyak fungsi yang terkait, dalam membuat manfaat manusia itu menjadi optimal

dalam kehidupan bersama. Oleh karena itu, kualifikasi SDM unggul terkait

banyak fungsi, di antaranya adalah:

1. Bebas dari kebodohan dan kemiskinan

2. Mencerminkan manusia modern yang berbudaya

3. Memiliki motivasi untuk maju

4. Memiliki potensi sebagai subjek pembangunan

23

Quraish Shihab,Membumikan Al-quran, (Bandung: Mizan, 1994) Cet ke-66, h. 281 24

(39)

5. Menciptakan paradigma hidup perspektif

6. Memiliki individu belajar

7. Memiliki keahlian jelas serta memiliki etos kerja dan disiplin tinggi

8. Memiliki komitmen kebersamaan tinggi.25

Konsep sumber daya manusia (human resource) berkembang, ketika

diketahui dan disadari bahwa manusia itu mengandung berbagai aspek

sumber daya bahkan sebagai sumber energi. Manusia tidak hanya berunsur

jumlah, seperti terkesan dari pengertian penduduk, tetapi juga mutu. Mutu ini

tidak hanya ditentukan oleh aspek keterampilan atau kekuatan tenaga

fisiknya, tetapi juga pendidikannya atau kadar pengetahuannya, pengalaman

dan kematangannya, dan sikapnya atau nilai-nilai yang dimilikinya. Dari

hasil penelitian lebih lanjut mengenai aspek biologi, arti penting unsur fisik

menonjol. Dikemukakan antara lain, bahwa pemasukan gizi atau nutrisi yang

berasal dari makanan, ikut menentukan mutu SDM, misalnya mempengaruhi

kecerdasan di samping keterampilan fisiknya.26

Jadi dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia adalah satu

kesatuan jasmani dan rohani yang pada dirinya terdapat daya untuk

mengoptimalkan potensi dalam dirinya.

25

Soedarsono dkk,Pendidikan akhlak dan ilmu jiwa jawa, (Jakarta, Proyek penelitian dan pengkajian kebudayaan nnusantara (Javanologi) Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen pendidikan dan Kebudayaan, 1985), h. 23

26

(40)

b. Aspek-aspek pengembangan Sumber Daya Manusia

Manusia ini dibekali oleh Tuhan dengan bebrapa potensi dasar, yang

sangat membantu manusia dalam melakukan kegiatan-kegiatan hidupnya.

Potensi-potensi dasar itu berupa : Potensi ragawi (akal/ratio) dan potensi

hati-nurani (qalbu)

Pengembangan dan aktualisasi fungsi ketiga potensi tersebut kerap kali

tidak berjalan dengan baik dan berkembang, sehingga mengurangi

kemampuan manusia dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupannya.

Fisik yang lemah karena penyakit, atau kurangnnya gizi akan

mengurangi kemampuan seseorang, meskipun nalar dan rohaninya baik.

Demikian halnya jika nalarnya lemah, disebabkan karena rendahnya tingkat

pendidikan atau pengalaman akan mengurangi kemampuannya meskipun

fisiknya kuat. Juga akan menjadi lemah karena potensi qalbunya rendah,

seperti rendahnya semangat kerja, ketudakjujuran, ketidak-sopanan dan

lainsebagainya, akan memberikan citra kepribadiannya yang rendah,

meskipun mungkin nalar dan fisiknya cukup baik.

Keutuhan pengembangan ketiga potensi dasar manusia tersebut akan

menjadikan kualitas manusia utuh. Di situlah pentingnya peranan agama,

moral, kesehatan dan lingkungan hidup, di samping ilmu pengetahuan dan

teknologi. Tapi sebaliknya, apabila pengembangan potensi dasar tersebut

tidak dilakukan secara seimbang dan harmonis, dampaknya mewujudkan

(41)

tapi bodoh atau cerdas tapi jahat, bahkan mungkin menjadikan manusia yang

etis tapi lemah. Masyarakat industri yang muncul sekarang, umumnya

merupakan kumpulan manusia-manusia privat yang berhubungann satu sama

lain sangat lepas, yang memberikan prioritas-prioritas kepada

kepuasan-kepuasan pribadi, egosentris, tidak peka terhadap usaha-usaha bersifat

ekonomis, menimbulkan gejala-gejala sekunder dalam aspek kejiwaan dan

kerohanian.27

c. Dimensi dan hambatan pengembangan SDM

Ada 4 (empat) dimensi pengembangan kualitas suber daya manusia

yang perlu diperhatikan, dalam menghadapi era industrialisasi ini, yaitu :

1. Dimensi Kepribadian

Yang menyangkut pandangan hidup dan sikap-laku, watak dan

karakternya; seperti semangat yang tinggi, terbuka, jujur, disiplin,

berwawasan ke depan, sopan dan teguh dalam agama.

2. Dimensi kreativitas

Mempunyai banyak gagasan, terampil, pandai memanfaatkan

kesempatan, inovatif dan banyak mempunyai alternative-alternatif.

27

(42)

3. Dimensi Produktivitas

Cukup pengetahuan, menguasai system dan peralatan, mempunyai

gairah untuk berpretasi, professional, disiplin dan menghargai

waktu.

4. Dimensi Religius / Sprirtualitas

Ketaqwaan sebagai prestasi rohani, yang bersumber pada keimanan

sebagai potensi rohani yang teraktualisasi dalam amal-amal saleh;

baik dala ibadah, moral, kepedulian sosial, sehingga terwujud

sebagai kesalehan hidup (individu maupun sosial).28

Keharusan untuk meningkatakan kualitas sumber daya manusia dalam

menghadapi industrialisasi ini kerap kali menemui hambatan-hambatan,

yang dapat digolongkan dalam dua macam hambatan atau kendala.

1. Kendala Struktural

Kendala yang menyangkut tatanan atau kelembagaan seperti

kesenjangan kepentingan antara investor dengan masyarakat

setempat, antara kepentingan oknum dengan kepentingan umum,

antara kebijaksanaan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah,

antara sistem pendidikan yang berlaku dengan kebutuhan yang ada,

antara peraturan yang formal dengan kenyataan faktual.

28

(43)

2. Kendala Kultural

Yang menyangkut pandangan hidup dan kebiasaan masyarakat

dalam sikap santai, feodalisme, kepura-puraan, tertutup, eksklusif,

merasa benar sendiri, tidak memiliki atensi kepada perkembangan

keilmuan, pendidikan yang lebih berat berorientasi pewarisan dari

pada perubahan, dan berkembangannya budaya titipan.

d. Peningkatan Kemampuan SDM

Bagi Indonesia, pembangunan sumber daya manusia merupakan suatu

condition sine quanon. Ada beberapa alasan mengapa pengembangan

kualitas sumber daya manusia menjadi suatu keniscayaan yaitu :

Pertama : Alasan normatif

Bahwa tujuan pembangunan nasional itu sendiri memang

mengamanatkan agar manusia sebagai sentral dalam pembangunan.

Kedua : Alasan obyektif-ekonomis

Bahwa kesinambungan pembangunan hanya akan dapat diperoleh

apabila pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan. Sementara

pertumbuhan ekonomi menghajatkan peningkatan produktivitas yang

untuk itu perlu penerapan penerapan teknologi. Dan teknologi hanya

dapat dikuasai dan diterapkan oleh sumber daya manusia yang

berkualitas.

(44)

Dengan semakin terbukanya Indonesia dalam proses globalisasi, maka

tidak terhindarkan adanya persaingan yang terbuka. Untuk memasuki

persaingan global ini dituntut kemampuan teknologi (dalam rangka

kualitas produk), kemampuan manajemen (dalam rangka ketetapan

delivery), dan efisiensi yang tinggi (dalam persaingan harga).

Ketiga hal tersebut hanya dapat dicapai di Indonesia dengan tersedianya

sumber daya manusia yang berkualitas.29

Pada dasarnya dalam menangani pengembangan kualitas sumber daya

manusia ini membutuhkan strategi yang tepat, dan memerlukan jaringan yang

luas, melibatkan banyak pihak, baik kalangan birokrat, kalangan pemuka agama,

kalangan pendidikan, kalangan usahawan dan organisasi-organisasi

kemasyarakatan. Dan bagaimanapun peranan pendidikan; baik formal, informal,

maupun non-formal sangat berpengaruh terhadap pencepatan upaya

pengembangan kualitas sumber daya tersebut, apalagi jika pendidikan tersebut

digarap dengan tepat, dari masalah-masalah kuantitasnya, kualitasnya maupun

relevansinya dengan kebutuhan yang kita hadapi.30

Seperti yang diungkapkan Muhammad Tholhah Hasan, bahwa

pengembangan sumber daya manusia yang baik memerlukan jaringan yang luas,

baik dari kalangan pendidikan, maupun seorang usahawan. Pikiran ini sejalan

29

Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia,h. 225-226 30

(45)

dengan yang pemikiran Ambar Teguh Sulitiyani mengenai upaya pemberdayaan

masyarakat. Menurutnya, ada dua upaya supaya pemberdayaan ekonomi

masyarakat bisa dijalankan, diantaranya pertama mempersiapkan pribadi

masyarakat menjadi wirausaha. Karena kiat islam yang pertama dalam mengatasi

masalah kemiskinan adalah dengan bekerja. Dengan memberikan bekal

pelatihan, karena dengan pelatihan merupakan bekal yang amat penting ketika

akan memasuki dunia kerja. Upaya yang pertama membutuhkan bantuan seorang

usahawan.

Sedangkan bentuk atau upaya yang kedua, membutuhkan bantuan kalangan

pendidikan, kebodohan adalah pangkal dari kemiskinan oleh karenanya untuk

megentaskan kemiskinan dalam jangka panjang adalah dari sektor pendidikan,

karena kemiskinan ini kebanyakan sifatnya turun-temurun, di mana orang tuanya

miskin maka tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya, dan anak yang bodoh

akan menambah daftar angka kemiskinan kelak di kemudian hari.31

Muhammad Tholhah Hasan menambahkan, bahwa Pendidikan (terutama

pendidikan tinggi) pada dasarnya merupakan usaha pengembangan kualitas

sumber daya manusia, meskipun pengembangan kualitas sumber daya manusia

bukan hanya dilakukan melalui pendidikan formal, namun sampai saat ini

dipercayakan bahwa pendidikan formal merupakan wahana utama untuk

31

(46)

pengembangan sumber daya manusia, yang dilakukan secara sistematis,

programik dan berjenjang.

Dalam konteks inilah, pendidikan tinggi akan semakin dituntut peranannya

dalam era globalisasi untuk dapat menyiapkan manusia Indonesia yang

berkualitas yaitu rasional, dinamik, kreatif, produktif, efisien dan

berkepribadian.32

32

(47)

34

PROFIL KOTA CILEGON

A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Bank Syariah Mandiri

a. Sejarah Berdiri Bank Syariah Mandiri

Pasca krisis Ekonomi Tahun 1997-1998 industri perbankan nasional yang

didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.

Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan

merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki

oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan

PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari

situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain

serta mengundang investor asing.

Pada tanggal 31 juli 1999 PT. Bank Susila Bakti pun dimiliki PT.

(48)

memandang pentingnya kehadiran bank syariah di lingkungan PT Bank

Mandiri (Persero).

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan

oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/

KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI

menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul

pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara

resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1

November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang

mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang

melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan

nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah

Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama

membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.1

b. Perkembangan Bank Syariah Mandiri

1 Situs Resmi Bank Syariah Mandiri “Sejarah” Artikel diakses pada 16 Mei 2011 dari

(49)

Dalam rangka perluasan jaringan layanannya, maka Bank Syariah

Mandiri membuka Cabang di Kota Cilegon pada Tahun 2001. Kantornya

bertempat di Jl. SA. Tirtayasa No. 115 A Cilegon Banten. Bank Syariah

Mandiri Cabang Cilegon merupakan Bank Syariah Mandiri pertama di

sekitar Kota Cilegon dan Serang.2

B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri

a. Visi

Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.

b. Misi

 Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan

 Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM

 Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan

kerja yang sehat

 Mengembangkan nilai-nilai syariah universal

 Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang

sehat.3

2

Wawancara Pribadi dengan Selani Syarif, 20 Juli 2011; Priatna Yusuf, 12 September 2011 3

Situs Resmi Bank Syariah Mandiri “Visi & Misi” Artikel diakses pada 16 Mei 2011 dari

(50)

C. Profil Kota Cilegon

a. Sejarah Kota Cilegon

Cilegon merupakan wilayah bekas Kewadenaan (Wilayah kerja

pembantu Bupati KDH Serang Wilayah Cilegon), yang meliputi 3 (tiga)

Kecamatan yaitu Cilegon, Bojonegara dan Pulomerak.

Berdasarkan Pasal 27 Ayat (4) UU No 5 tahun 1974 tentang Pokok

Pokok Pemerintahan di Daerah, Cilegon kiranya sudah memenuhi

persyaratan untuk dibentuk menjadi Kota Administratif. Melalui surat Bupati

KDH Serang No. 86/Sek/Bapp/VII/84 tentang usulan pembentukan

administratif Cilegon dan atas pertimbangan yang obyektif maka

dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1986, tentang pembentukan

Kota Administratif Cilegon dengan luas wilayah 17.550 Ha yang meliputi 3

(tiga) wilayah Kecamatan meliputi Pulomerak, Ciwandan, Cilegon dan 1

Perwakilan kecamatan Cilegon di Cibeber ,sedangkan kecamatan

Bojonegara masuk Wilayah kerja pembantu Bupati KDH Serang Wilayah

Kramatwatu.

Berdasarkan PP No. 3 Tahun 1992 tertanggal 7 Februari 1992 tentang

Penetapan Perwakilan Kecamatan Cibeber, Kota Administratif Cilegon

bertambah menjadi 4 (empat) Kecamatan yaitu Pulomerak, Ciwandan,

(51)

Dalam perkembangannya Kota Administratif Cilegon telah

memperlihatkan kemajuan yang pesat di berbagai bidang baik bidang Fisik,

Sosial maupun Ekonomi.

Hal ini tidak saja memberikan dampak berupa kebutuhan peningkatan

pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan,

tetapi juga memberikan gambaran mengenai perlunya dukungan kemampuan

dan potensi wilayah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Dengan ditetapkannya dan disahkannya UU No. 15 tahun 1999 tanggal

27 April 1999 tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok

dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon, status Kota Administratif

Cilegon berubah menjadi Kotamadya Cilegon, dengan duet kepemimpinan

Drs. H. Tb. Rifai Halir sebagai Pejabat Walikota Cilegon dan H. Zidan Rivai

sebagai Ketua DPRD Cilegon.4

b. Keadaan Geografis Kota Cilegon

Sebagai kota yang berada di ujung barat Pulau Jawa, Kota Cilegon

merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Jawa dengan

Pulau Sumatera. Secara geografis, Kota Cilegon terletak pada koordinat

5°52’24” - 6°04’07” Lintang Selatan dan 105°54’05” - 106°05’11” Bujur

Timur yang dibatasi Oleh :

(52)

Sebelah Barat : Selat Sunda

Sebelah Utara : Kecamatan Pulo Ampel dan Bojonegara (Kabupaten

Serang)

Sebelah Timur : Kecamatan Kramat Watu dan Waringin (Kabupaten

Serang)

Sebelah Selatan : Kecamatan Anyer dan Mancak (Kabupaten Serang)

Dengan Luas Wilayah 175,50 Km², Kota Cilegon terbagi ke dalam 8

(delapan) Kecamatan dan sebanyak 43 Kelurahan.5

(53)

Tabel 3.1

Luas Lahan Menurut Penggunaan per Kecamatan di Kota Cilegon (Ha)6

No Jenis Penggunaan Lahan Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cilegon

Kecamatan Jombang merupakan Kecamatan yang memiliki Lahan

terluas lahan persawahan. Kecamatan Jombang 18,19% dari seluruh luas

lahan persawahan pada Kota Cilegon yang hanya 12,15%7. Disusul

kemudian Kecamatan Cibeber sebesar 18,04%. Kecamatan yang paling

sedikit memiliki lahan persawahan ialah Kecamatan Cilegon 2,58%.

6

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cilegon, Cilegon Dalam Angka, h. 8 7

(54)

Pekarangan/ lahan untuk bangunan, halaman sekitar dan lainnya terluas

dimiliki Kecamatan Grogol, yaitu sebesar 17,06%, diikuti Kecamatan

Ciwandan sebesar 16,80%. Sedangkan lahan tersempit dimiliki Kecamatan

Cilegon yang hanya 8,11%.

Kecamatan yang memiliki lahan kebun terluas adalah Kecamatan

Ciebeber, dan tersempit Kecamatan Jombang. Lahan ladang terluas dimiliki

Kecamatan Ciwandan. Kemudian, lahan penggembalaan rumput hanya ada

di Kecamatan Cilegon. lahan rawa-rawa yang ditanami hanya dimiliki

Kecamatan Cilegon dan Grogol. Lahan tambakpun hanya dimiliki dua

Kecamatan, yakni Kecamatan Ciwandan dan Citangkil.

Hanya Kecamatan Gerogol yang tidak memiliki lahan Empang. Lahan

kering yang sementara tidak ditanami banyak dijumpai di Kecamatan

Ciwandan dan tidak akan ditemui di Kecamatan Jombang dan Cibeber.

Lahan yang ditanami kayu-kayuan tidak akan dijumpai di Kota ini.

Sedangkan Hutan Negara akan banyak dijumpai di Dua Kecamatan di Kota

Cilegon, yakni Kecamatan Pulomerak dan Grogol. Akan tetapi Kota cilegon

tidak memiliki lahan perkebunan. Sedangkan lahan lainnya dimiliki semua

(55)

c. Penduduk Kota Cilegon

Karakteristik sosial budaya masyarakat Cilegon, tidak terlepas dari

sejarah Kesultanan Banten sebagai pusat penyebaran Agama Islam dan

identik dengan budaya ke-Islam-annya. Budaya yang bernafaskan Islam ini

sangat mewarnai kehidupan keseharian masyarakat Cilegon, serta perannya

sebagai pusat syiar Islam masih bertahan hingga saat ini. Hal ini terlihat dari

banyaknya fasilitas peribadatan maupun pendidikan berupa pondok

pesantren dan madrasah, baik di lingkungan wilayah Kota Cilegon maupun

wilayah sekitarnya. Selain itu, penghargaan masyarakat Cilegon terhadap

tokoh-tokoh agamanya (Ulama) sangat tinggi sehingga banyak dijumpai

tokoh-tokoh yang berperan sebagai pemimpin informal dalam lingkungan

tertentu.

Sekalipun demikian, dalam perkembangannya masyarakat Cilegon

sangat terbuka dalam menerima perubahan yang terjadi serta datangnya

pengaruh budaya lain akibat adanya industrialisasi di wilayah ini, sejauh

perubahan dan budaya tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma

budaya dan agama masyarakat Cilegon. Secara sederhana hal ini terlihat dari

dapat berbaurnya kehidupan antara masyarakat asli Cilegon dengan

pendatang dalam satu lingkungan permukiman. Dengan demikian dalam

(56)

dijumpai adanya hambatan sosial budaya, sepanjang kegiatan yang

dilakukan tersebut masih dalam batas rambu-rambu serta norma-norma

budaya dan agama masyarakat Cilegon.

RTRW Kota Cilegon 2000-2010 telah melakukan proyeksi terhadap

pertumbuhan jumlah penduduk Kota Cilegon dari tahun 2000-2010.

Selanjutnya proyeksi tersebut dijadikan acuan dasar dalam menetapkan

rencana-rencana yang sangat dipengaruhi oleh perkiraan jumlah dan

persebaran penduduk di masa yang akan datang, seperti rencana penyediaan

sarana perkotaan.

Data penduduk hasil sensus penduduk di Kota Cilegon, menunjukan

penambahan yang cukup signifikan. Jumlah penduduk Kota Cilegon pada

tahun 2010 sebesar 374,5 jiwa dengan komposisi 191,7 laki-laki dan 182,7

perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 2.134 jiwa/km²,

Dengan luas wilayah175,5 km².8

Kota Cilegon secara umum bercirikan kota industri, perdagangan dan

jasa. hal ini didukung dengan Perkembangan struktur ketenagakerjaan lebih

pada sektor perdagangan, industri dan jasa mengingat misi pembangunan

daerah ini adalah menjadi kota industri, perdagangan dan jasa. Hal ini dapat

dilihat dari hasil pendataan yang dilakukan, yang menunjukkan bahwa ketiga

8

Gambar

GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI CABANG CILEGON DAN
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Alokasi dana Pembiayaan Mudharabah BSM Cilegon (dalam Jutaan
Tabel 3.4 Alokasi dana Pembiayaan Musyarakah BSM Cilegon (dalam Jutaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk membantu RS dalam menyusun dokumen akreditasi, yang juga dalam upaya membangun sistem manajemen RS, maka Komisi Akreditasi Rumah Sakit

Dalam melaksanakan tugas Kepala Pusat, Kepala Balai, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan Kepala Seksi wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,

Variabel penjelas apa saja yang digunakan, model apa yang digunakan, dan seberapa besar kontribusi masing-masing variabel penjelas.. menjadi tidak penting untuk

membangunkan harta wakaf telah memberi manfaat yang amat besar kepada

Harrington [5] menyatakan fase-fase perbaikan yang digunakan di sini didasarkan pada konsep Business Process Improvement yang terdiri dari: (a) mengorganisir perbaikan, dengan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat penurunan yang bermakna model pelatihan anaerobik dalam menurunkan kelebihan berat badan atlet judo

Acara tersebut kemudian diakhiri dengan penandatanganan berita acara pelaksanaan hasil kesepakatan Musrenbang RKPD Kabupaten Cilacap Tahun 2022 oleh Wakil Bupati Syamsul Auliya

20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab II pasal 3 menyebutkan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta