• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORETIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

B. Sumber Daya Manusia

a. Pengertian Sumber Daya Manusia

Dalam analisis mengenai sumber daya, dibedakan antara sumber daya fisik atau sumber daya alam di satu pihak dan sumber daya manusia di pihak lain. Yang pertama sedikit disebut sebagai faktor produksi yang pasif, sedangkan yang kedua adalah sumber aktif.20

Sumber daya manusia menurut bahasa ialah potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk proses produksi.21 Sebenarnya suku kata yang terdapat pada sumber daya manusia, yaitu sumber, daya, dan manusia. Tidak ada satu katapun yang sulit untuk dipahami, ketiga suku kata tentu mempunyai arti, dan semua

19

Edi Suharto, Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dalam Perspektif Pekerjaan sosial,

dalam Buku Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat- Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung : Refika Aditama 2005), h.128

20

M. Dawam Rahardjo, Intelektual Intelegensia dan perilaku Politik Bangsa, (Bandung, Mizan, 1993) Cet ke-1, h. 356

21

yang mudah dipahami apa artinya. Secara sederhana dapat dideffinisikan sebagai daya yang bersumber dari manusia. Daya yang bersumber dari manusia ini dapat pula disebut tenaga atau kekuatan (energy/power). Tenaga, daya, kemempuan, atau kekuatan.22

Menurut Quraish Shihab manusia sebagai makhluk, memiliki beberapa potensi yang dianugerahkan Allah dengan beberapa daya atau kemampuan:

1. Daya tubuh, yang mengantarkan manusia bekekuatan fisik. Berfungsinya organ tubuh dan panca indera berasal dari daya ini.

2. Daya hidup, yang menjadikannya memilih kemampuan dalam meningkatkan serta menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mempertahankan hidupnya dalam menghadapi tantangan.

3. Daya akal, yang memungkinkannya memiliki ilmu pengetahuan

4. Daya kalbu, yang memungkinkannya berakhlak, merasakan keindahan, kelezatan iman dan kehadiran Allah. Dari daya inilah lahir intuisi dan indera keenam.

Apabila keempat daya itu digunakan dan ditingkatkan secara baik dan maksimal, maka kualitas pribadi akan dapat mencapai puncaknya. Quraish Shihab menyebutnya “Suatu pribadi yang beriman, berbudi pekerti luhur, memiliki

22

Buchori Zainun, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta, Gunung Agung, 1993), Cet ke-2 h. 57

kecerdasan, ilmu pengetahuan, keterampilan, keuletan dan wawasan masa depan

serta dibarengi fisik yang sehat”.23

Menurut Anggan Suhandana, sumber daya manusia secara konseptual memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani dan rohani. Oleh sebab itu, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu bangsa, dapat dilihat sebagai sinergistik antara kualitas rohani dan jasmani, yang dimiliki oleh setiap individu dari warga bangsa yang bersangkutan.24

Sedangkan menurut Soedarsono dkk, mempersoalkan sumber daya manusia, pada dasarnya adalah mempersoalkan upaya optimalisasi potensi manusia, bagi kehidupan dirinya dan kehidupan masyarakat luas. Kualifikasi sumber daya manusia yang unggul, bukan merupakan satu-satunya ukuran kualitas SDM. Banyak fungsi yang terkait, dalam membuat manfaat manusia itu menjadi optimal dalam kehidupan bersama. Oleh karena itu, kualifikasi SDM unggul terkait banyak fungsi, di antaranya adalah:

1. Bebas dari kebodohan dan kemiskinan

2. Mencerminkan manusia modern yang berbudaya 3. Memiliki motivasi untuk maju

4. Memiliki potensi sebagai subjek pembangunan

23

Quraish Shihab,Membumikan Al-quran, (Bandung: Mizan, 1994) Cet ke-66, h. 281 24

Anggan Suhandana, Pendidikan Nasional Sebagai Instrumen Pengembangan Sumber Daya Manusiadikutip dari Himpunan Makalah seminar Nasioonal SDM yang diselenggarakan oleh ICMI, (Bandung: Mizan,1997 ), cet ke-3 h. 151

5. Menciptakan paradigma hidup perspektif 6. Memiliki individu belajar

7. Memiliki keahlian jelas serta memiliki etos kerja dan disiplin tinggi 8. Memiliki komitmen kebersamaan tinggi.25

Konsep sumber daya manusia (human resource) berkembang, ketika diketahui dan disadari bahwa manusia itu mengandung berbagai aspek sumber daya bahkan sebagai sumber energi. Manusia tidak hanya berunsur jumlah, seperti terkesan dari pengertian penduduk, tetapi juga mutu. Mutu ini tidak hanya ditentukan oleh aspek keterampilan atau kekuatan tenaga fisiknya, tetapi juga pendidikannya atau kadar pengetahuannya, pengalaman dan kematangannya, dan sikapnya atau nilai-nilai yang dimilikinya. Dari hasil penelitian lebih lanjut mengenai aspek biologi, arti penting unsur fisik menonjol. Dikemukakan antara lain, bahwa pemasukan gizi atau nutrisi yang berasal dari makanan, ikut menentukan mutu SDM, misalnya mempengaruhi kecerdasan di samping keterampilan fisiknya.26

Jadi dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia adalah satu kesatuan jasmani dan rohani yang pada dirinya terdapat daya untuk mengoptimalkan potensi dalam dirinya.

25

Soedarsono dkk,Pendidikan akhlak dan ilmu jiwa jawa, (Jakarta, Proyek penelitian dan pengkajian kebudayaan nnusantara (Javanologi) Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen pendidikan dan Kebudayaan, 1985), h. 23

26

b. Aspek-aspek pengembangan Sumber Daya Manusia

Manusia ini dibekali oleh Tuhan dengan bebrapa potensi dasar, yang sangat membantu manusia dalam melakukan kegiatan-kegiatan hidupnya. Potensi-potensi dasar itu berupa : Potensi ragawi (akal/ratio) dan potensi hati-nurani (qalbu)

Pengembangan dan aktualisasi fungsi ketiga potensi tersebut kerap kali tidak berjalan dengan baik dan berkembang, sehingga mengurangi kemampuan manusia dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupannya.

Fisik yang lemah karena penyakit, atau kurangnnya gizi akan mengurangi kemampuan seseorang, meskipun nalar dan rohaninya baik. Demikian halnya jika nalarnya lemah, disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan atau pengalaman akan mengurangi kemampuannya meskipun fisiknya kuat. Juga akan menjadi lemah karena potensi qalbunya rendah, seperti rendahnya semangat kerja, ketudakjujuran, ketidak-sopanan dan lainsebagainya, akan memberikan citra kepribadiannya yang rendah, meskipun mungkin nalar dan fisiknya cukup baik.

Keutuhan pengembangan ketiga potensi dasar manusia tersebut akan menjadikan kualitas manusia utuh. Di situlah pentingnya peranan agama, moral, kesehatan dan lingkungan hidup, di samping ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi sebaliknya, apabila pengembangan potensi dasar tersebut tidak dilakukan secara seimbang dan harmonis, dampaknya mewujudkan hadirnya manusia-manusia pecah kepribadiannya dan krisis dimensi, kuat

tapi bodoh atau cerdas tapi jahat, bahkan mungkin menjadikan manusia yang etis tapi lemah. Masyarakat industri yang muncul sekarang, umumnya merupakan kumpulan manusia-manusia privat yang berhubungann satu sama lain sangat lepas, yang memberikan prioritas-prioritas kepada kepuasan-kepuasan pribadi, egosentris, tidak peka terhadap usaha-usaha bersifat ekonomis, menimbulkan gejala-gejala sekunder dalam aspek kejiwaan dan kerohanian.27

c. Dimensi dan hambatan pengembangan SDM

Ada 4 (empat) dimensi pengembangan kualitas suber daya manusia yang perlu diperhatikan, dalam menghadapi era industrialisasi ini, yaitu :

1. Dimensi Kepribadian

Yang menyangkut pandangan hidup dan sikap-laku, watak dan karakternya; seperti semangat yang tinggi, terbuka, jujur, disiplin, berwawasan ke depan, sopan dan teguh dalam agama.

2. Dimensi kreativitas

Mempunyai banyak gagasan, terampil, pandai memanfaatkan kesempatan, inovatif dan banyak mempunyai alternative-alternatif.

27

Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Lantarabora Press 2005) h. 106-107

3. Dimensi Produktivitas

Cukup pengetahuan, menguasai system dan peralatan, mempunyai gairah untuk berpretasi, professional, disiplin dan menghargai waktu.

4. Dimensi Religius / Sprirtualitas

Ketaqwaan sebagai prestasi rohani, yang bersumber pada keimanan sebagai potensi rohani yang teraktualisasi dalam amal-amal saleh; baik dala ibadah, moral, kepedulian sosial, sehingga terwujud sebagai kesalehan hidup (individu maupun sosial).28

Keharusan untuk meningkatakan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi industrialisasi ini kerap kali menemui hambatan-hambatan, yang dapat digolongkan dalam dua macam hambatan atau kendala.

1. Kendala Struktural

Kendala yang menyangkut tatanan atau kelembagaan seperti kesenjangan kepentingan antara investor dengan masyarakat setempat, antara kepentingan oknum dengan kepentingan umum, antara kebijaksanaan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, antara sistem pendidikan yang berlaku dengan kebutuhan yang ada, antara peraturan yang formal dengan kenyataan faktual.

28

2. Kendala Kultural

Yang menyangkut pandangan hidup dan kebiasaan masyarakat dalam sikap santai, feodalisme, kepura-puraan, tertutup, eksklusif, merasa benar sendiri, tidak memiliki atensi kepada perkembangan keilmuan, pendidikan yang lebih berat berorientasi pewarisan dari pada perubahan, dan berkembangannya budaya titipan.

d. Peningkatan Kemampuan SDM

Bagi Indonesia, pembangunan sumber daya manusia merupakan suatu condition sine quanon. Ada beberapa alasan mengapa pengembangan kualitas sumber daya manusia menjadi suatu keniscayaan yaitu :

Pertama : Alasan normatif

Bahwa tujuan pembangunan nasional itu sendiri memang mengamanatkan agar manusia sebagai sentral dalam pembangunan. Kedua : Alasan obyektif-ekonomis

Bahwa kesinambungan pembangunan hanya akan dapat diperoleh apabila pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan. Sementara pertumbuhan ekonomi menghajatkan peningkatan produktivitas yang untuk itu perlu penerapan penerapan teknologi. Dan teknologi hanya dapat dikuasai dan diterapkan oleh sumber daya manusia yang berkualitas.

Dengan semakin terbukanya Indonesia dalam proses globalisasi, maka tidak terhindarkan adanya persaingan yang terbuka. Untuk memasuki persaingan global ini dituntut kemampuan teknologi (dalam rangka kualitas produk), kemampuan manajemen (dalam rangka ketetapan delivery), dan efisiensi yang tinggi (dalam persaingan harga).

Ketiga hal tersebut hanya dapat dicapai di Indonesia dengan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas.29

Pada dasarnya dalam menangani pengembangan kualitas sumber daya manusia ini membutuhkan strategi yang tepat, dan memerlukan jaringan yang luas, melibatkan banyak pihak, baik kalangan birokrat, kalangan pemuka agama, kalangan pendidikan, kalangan usahawan dan organisasi-organisasi kemasyarakatan. Dan bagaimanapun peranan pendidikan; baik formal, informal, maupun non-formal sangat berpengaruh terhadap pencepatan upaya pengembangan kualitas sumber daya tersebut, apalagi jika pendidikan tersebut digarap dengan tepat, dari masalah-masalah kuantitasnya, kualitasnya maupun relevansinya dengan kebutuhan yang kita hadapi.30

Seperti yang diungkapkan Muhammad Tholhah Hasan, bahwa pengembangan sumber daya manusia yang baik memerlukan jaringan yang luas, baik dari kalangan pendidikan, maupun seorang usahawan. Pikiran ini sejalan

29

Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia,h. 225-226 30

dengan yang pemikiran Ambar Teguh Sulitiyani mengenai upaya pemberdayaan masyarakat. Menurutnya, ada dua upaya supaya pemberdayaan ekonomi masyarakat bisa dijalankan, diantaranya pertama mempersiapkan pribadi masyarakat menjadi wirausaha. Karena kiat islam yang pertama dalam mengatasi masalah kemiskinan adalah dengan bekerja. Dengan memberikan bekal pelatihan, karena dengan pelatihan merupakan bekal yang amat penting ketika akan memasuki dunia kerja. Upaya yang pertama membutuhkan bantuan seorang usahawan.

Sedangkan bentuk atau upaya yang kedua, membutuhkan bantuan kalangan pendidikan, kebodohan adalah pangkal dari kemiskinan oleh karenanya untuk megentaskan kemiskinan dalam jangka panjang adalah dari sektor pendidikan, karena kemiskinan ini kebanyakan sifatnya turun-temurun, di mana orang tuanya miskin maka tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya, dan anak yang bodoh akan menambah daftar angka kemiskinan kelak di kemudian hari.31

Muhammad Tholhah Hasan menambahkan, bahwa Pendidikan (terutama pendidikan tinggi) pada dasarnya merupakan usaha pengembangan kualitas sumber daya manusia, meskipun pengembangan kualitas sumber daya manusia bukan hanya dilakukan melalui pendidikan formal, namun sampai saat ini dipercayakan bahwa pendidikan formal merupakan wahana utama untuk

31

pengembangan sumber daya manusia, yang dilakukan secara sistematis, programik dan berjenjang.

Dalam konteks inilah, pendidikan tinggi akan semakin dituntut peranannya dalam era globalisasi untuk dapat menyiapkan manusia Indonesia yang berkualitas yaitu rasional, dinamik, kreatif, produktif, efisien dan berkepribadian.32

32

34

Dokumen terkait