• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Pemberian Makanan Pada Balita

2.5.1. Pemberian Makanan Sehat Seimbang

Pemberian makanan yang sehat dan seimbang memiliki peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan dan gizi masyarakat, terutama anak balita.

Pengertian makanan sehat seimbang menurut Nasoetion, A. dan Hadi, R. (1995) adalah hidangan atau masakan yang mengandung energi dan zat gizi secara seimbang, baik jenis maupun jumlahnya.

Menu seimbang menurut Ngadimin (1992) adalah susunan menu yang menggunakan beberapa golongan bahan makanan dan penggantinya dengan

menyusun menu adalah menyusun macam-macam hidangan untuk setiap kali makan

dengan memperhatikan keseimbangan zat gizinya. Manfaat yang diperoleh dari

menyusun menu seimbang adalah kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, dapat memilih bahan makanan yang baik, serta mengurangi kebosanan akan menu makanan.

Penyusunan menu seimbang berpedoman pada menu empat sehat lima sempurna yang terdiri dari:

1. Makanan pokok

Merupakan makanan yang mengandung karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber utama penghasil tenaga. Contoh bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, sagu, ubi kayu, talas dan sebagainya.

2. Lauk pauk

Merupakan sumber zat pembangun dan berfungsi sebagai sumber protein. Lauk pauk dapat dibagi menjadi lauk pauk hewani dan lauk pauk nabati. Lauk pauk hewani meliputi ikan, telur, daging ayam, daging sapi dan sebagainya, sedangkan lauk pauk nabati terdiri dari tahu, tempe, oncom dan jenis kacang-kacangan.

3. Sayuran

Merupakan sumber vitamin dan mineral yang berfungsi sebagai zat pengatur. Contohnya bayam, kangkung, wortel, tomat, kacang panjang dan sebagainya.

4. Buah-buahan

Merupakan sumber vitamin dan mineral yang mempunyai fungsi sebagai zat pengatur.

5. Susu

Merupakan minuman yang mengandung protein yang tinggi sehingga memiliki kandungan gizi paling lengkap yang dapat melengkapi kekurangan zat gizi pada jenis makanan lainnya, dengan kata lain susu merupakan penyempurna hidangan empat sehat lima sempurna untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Selain kecukupan gizi yang berpedoman pada menu empat sehat lima sempurna, penyusunan menu juga harus memperhatikan variasi dan kombinasi dari bahan makanan yang digunakan dan penampilan serta rasa makanan yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi dan kesukaan anak balita untuk menambah cita rasa. Sesuai dengan pendapat Moehji, S., (1999) bahwa cita rasa makanan mencakup dua aspek utama, yaitu penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan waktu dimakan.

Penampilan makanan yang harus diperhatikan menurut Moehji, S., (1999) diantaranya yaitu:

1. Warna makanan

Warna makanan harus terlihat menarik, sehingga menimbulkan selera makan anak balita. Warna bisa didapatkan dari wortel untuk warna orange, warna hijau dari buncis, warna merah dari tomat, warna putih dari kol, warna kuning dari jagung dan lain sebagainya.

2. Konsistensi atau tekstur makanan

Tekstur makanan untuk anak balita harus lembut, tidak keras sehingga mudah dikunyah dan dicerna. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan memberikan rangsang yang lebih lambat terhadap indera kita, khususnya anak balita.

3. Bentuk makanan

Untuk membuat makanan menjadi lebih menarik harus disajikan dalam bentuk- bentuk tertentu. Bentuk makanan untuk anak balita harus bervariasi dan menarik sehingga menimbulkan ketertarikan anak balita untuk memakannya.

Rasa makanan yang harus diperhatikan untuk anak balita yaitu:

1. Aroma makanan

Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang anak balita sehingga membangkitkan selera. Tetapi untuk anak balita aroma makanan sebaiknya tidak berbau tajam sehingga tidak menyengat penciuman anak balita.

2. Bumbu masakan dan bahan penyedap

Untuk makanan anak balita bumbu yang digunakan sebaiknya tidak berbau tajam, tidak pedas, tidak asam dan sebisa mungkin menggunakan bahan penyedap yang alami, seperti menambahkan gula putih ke dalam masakan.

Anak balita masih mempunyai pencernaan yang belum sempurna dan kemampuan mengunyah yang masih sangat kurang, sehingga makanan yang diberikan untuk anak balita harus empuk.

4. Kerenyahan makanan

Makanan yang dimasak menjadi kering, tetapi tidak keras sehingga enak dimakan. Misalnya menggoreng kerupuk yang salah, akan menghasilkan kerupuk yang keras dan tidak renyah.

Penyajian makanan untuk balita diperlukan kreatifitas ibu agar makanan terlihat menarik sehingga dapat menimbulkan selera makan anak balita. Penyajian makanan yang akan diberikan kepada anak balita harus memperhatikan porsi atau takaran konsumsi makan serta frekuensi makan yang dianjurkan dalam sehari. Waktu pemberian makan untuk balita sebaiknya disesuaikan dengan waktu pada umumnya. Pemberian makanan dibagi menjadi tiga waktu makan yaitu pagi hari pada pukul 07.00 - 08.00, siang hari pada pukul 12.00 - 13.00, dan malam hari pada pukul 18.00 - 19.00, dan pemberian makanan selingan yaitu diantara dua waktu makan yaitu pukul 10.00-11.00 dan pukul 16.00-17.00, seperti yang tercantum dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1. Pola Pemberian Makanan Balita

Umur Bentuk Makanan Frekwensi

0-6 bulan ASI Eksklusif Sesering mungkin,

minimal 8 kali/hari

6-9 bulan Makanan Lumat/lembek 2x sehari, 2 sendok

makan setiap kali makan 9-12 bulan 1-3 tahun Makanan lembek Makanan Keluarga 1-11/2

2-3 potong sedang lauk hewani

piring nasi/pengganti

1-2 potong sdg lauk nabati

1 /2 2-3 potong buah-buahan mangkuk sayur 1 gelas susu 3x sehari, plus 2x makanan selingan 3x sehari, plus 2x makanan selingan

4-6 tahun 1-3 piring nasi / pengganti

2-3 potong lauk hewani 1-2 potong lauk nabati 1-11/2 2-3 potong buah-buahan mangkuk sayur 1-2 gelas susu 3x sehari, plus 2x makanan selingan

Sumber : Depkes RI, 2006

Selain takaran dan frekuensi makanan untuk balita ada juga anjuran pemberian makanan untuk anak balita berdasarkan Depkes RI (2006), yaitu:

1. Umur 1-6 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu:

a) Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari yaitu pagi, siang maupun malam.

c) Susui bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian. 2. Umur 6-12 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu:

a) Teruskan pemberian ASI sampai umur 2 tahun.

b) Umur 6-9 bulan, kenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk lumat

dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lumat, 2 kali sehari. Setiap kali makan diberikan sesuai umur:

- 6 bulan: 6 sendok makan

- 7 bulan: 7 sendok makan

- 8 bulan: 8 sendok makan

c) Beri ASI terlebih dahulu kemudian makanan pendamping ASI.

d) Umur 9-12 bulan, beri makanan pendamping ASI,dimulai dari bubur nasi

sampai nasi tim, 3 kali sehari. Setiap kali makan diberikan sesuai umur:

- 9 bulan: 9 sendok makan

- 10 bulan: 10 sendok makan

- 11 bulan: 11 sendok makan

e) Pada makanan pendamping ASI, tambahkan telur atau ayam atau ikan atau

tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau santan atau minyak.

f) Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik, baca cara

g) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti: bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya.

h) Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air tomat saring, dan sebagainya.

i) Mulai mengajari bayi minum dan makan menggunakan gelas dan sendok.

3. Umur 1-2 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu: a) Beri ASI setiap kali balita menginginkan.

b) Beri nasi lembek 3 kali sehari.

c) Tambahkan telur atau ayam atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau santan atau minyak pada nasi lembek.

d) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti: bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya.

e) Beri buah-buahan atau sari buah. f) Bantu anak untuk makan sendiri.

4. Umur 2-3 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu:

a) Beri makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali sehari yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah.

b) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti: bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya.

5. Umur 3-5 tahun, anjuran pemberian makanannya yaitu sama dengan anak umur 2-3 tahun.

Dokumen terkait