• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Diet Stroke pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1 Pemberian Diet Stroke pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap diet stroke pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul, bahwa pemberian jenis diet sudah tepat diberikan berdasarkan keadaan pasien. Diet yang diberikan kepada pasien stoke tersebut ditentukan oleh dokter yang menentukan diagnosa pasien pada saat pasien datang melakukan pengobatan.

Diet stroke I sudah tepat diberikan kepada pasien stroke fase akut, dimana pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri atau kesadaran menurun. Diet yang diberikan juga sudah tepat yaitu makanan dalam bentuk cair kental atau kombinasi cair jernih dan cair kental. Pemberian makanan dalam bentuk cair kental atau kombinasi cair jernih dan cair kental menurut Almatsier (2006), dikarenakan oleh keadaan pasien yang tidak sadarkan diri atau pasien dengan keadaan penurunan kesadaran yang mengalami gangguan menelan.

Dalam penelitian Gunarti (2008), di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang, apabila ada pasien stroke yang dirawat inap dengan keadaan tidak sadarkan diri atau pasien stroke dengan keadaan penurunan kesadaran, maka diharuskan melakukan pemasangan selang NGT (Naso Gastric Tube) yang digunakan sebagai alat untuk menyalurkan makanan tersebut ke dalam lambung. Diet yang diberikan adalah makanan dalam bentuk cair kental.

Menurut Kusumadiani (2010), makanan yang diberikan untuk pasien stroke fase akut harus diberikan dalam porsi kecil dan sering yaitu 2 – 3 jam dengan jumlah setiap kali pemberian 250 – 300 ml.

Diet stroke II diberikan kepada pasien stroke fase pemulihan yaitu pasien yang datang untuk dirawat inap sudah sadar dan tidak mengalami gangguan fungsi menelan. Diet stroke II ini dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan pasien dalam menerima makanan. Adapun diet stroke II yaitu diet stroke IIA, diet stroke IIB, dan diet stroke IIC. Di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul diet stroke II ini sudah tepat diberikan yaitu diberikan kepada pasien stroke fase pemulihan. Pemberian diet ini ditentukan oleh dokter yang bertanggungjawab dalam penanganan keadaan pasien tersebut.

Banyak pendapat mengatakan bahwa saat seseorang datang ke rumah sakit dan didiagnosis menderita penyakit stroke serta dokter menganjurkan untuk dirawat inap maka pemberian obat-obatan adalah yang terpenting. Padahal menurut Tianingsih (2010), hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian nutrisi atau diet yang tepat. Manfaat pemberian diet yang tepat kepada pasien stroke yang dirawat inap sering diabaikan, hal ini dibuktikan oleh pemberian diet stroke yang tidak sesuai dengan standar yang seharusnya yang diberikan oleh pihak instalasi gizi di rumah sakit.

Penelitian Tianingsih (2010), membenarkan bahwa pemberian diet pada pasien stroke rawat inap di Yayasan Stroke Sarno Klaten, apabila diet tidak diberikan tepat kepada pasien maka akan sangat mempengaruhi tingkat kesembuhan si pasien. Dari penelitian yang dilakukan kepada pasien stroke yang dirawat inap di Yayasan

Stroke Sarno Klaten, maka pasien mengalami penyakit baru yaitu terjadinya kerusakan jaringan pada daerah yang mengalami penekanan yang cukup lama, disebut dengan dekubitus.

Kesesuaian diet yang diberikan di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul dilihat berdasarkan kandungan zat gizi. Kandungan zat gizi berupa zat gizi makro yaitu meliputi zat gizi energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Kandungan zat gizi tersebut dilihat dalam masing-masing diet yang diberikan oleh pihak rumah sakit mulai dari diet stroke I, diet stroke IIA, diet stroke IIB, dan diet stroke IIC.

Sesuai dengan penelitian Gunarti (2008), di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang diperoleh bahwa kandungan zat gizi makro meliputi zat gizi energi, protein, lemak, dan karbohidrat sangat mempengaruhi tingkat kesembuhan si pasien. Dengan melakukan perhatian khusus terhadap pemberian diet yang seharusnya kepada pasien stroke, baik dalam hal jumlah makanan, frekuensi pemberian diet serta memperhatikan kandungan zat gizi dalam diet, maka akan memberikan dampak yang baik terhadap tingkat kesembuhan si pasien.

Menurut Rijanti (2002), penataklaksanaan diet pada pasien stroke baik pasien stroke fase akut maupun pasien stroke fase pemulihan adalah penting untuk menghindari penurunan status gizi pasien yang apabila dibiarkan dapat menyebabkan penyembuhan yang lama sampai dengan terjadinya kematian.

Menurut Batticaca (2008), pasien stroke dianjurkan untuk makan dengan diet berimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Terapi gizi diberikan guna penyembuhan penyakit baik akut maupun kronis. serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien dengan intervensi yang telah diberikan,agar

pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun (Rachmi, 2003).

Adapun faktor – faktor yang menyebabkan ketidaksesuain pemberian diet stroke kepada pasien rawat inap stroke antara lain tidak adanya pedoman diet yang berguna untuk menentukan diet yang tepat sesuai dengan keadaan pasien. Selain tidak adanya pedoman diet di bagian instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul, standar alat, standar resep, standar porsi juga tidak ada. Sehingga saat penentuan diet stroke ini tidak tepat. Menurut penelitian Gunarti (2008), pedoman diet, standar porsi, standar alat, dan standar resep harus ada di setiap bagian instalasi gizi rumah sakit. Dengan adanya standar tersebut diharapkan pasien stroke yang dirawat inap dapat sembuh dan status gizinya lebih baik.

Menu adalah susunan hidangan tiap kali waktu makan misalnya menu sarapan atau menu makan siang, sedangkan siklus menu adalah perputaran menu atau hidangan yang akan disajikan oleh bagian instalasi gizi kepada pasien yang dirawat inap (Moehyi, 1992).

Adapun siklus menu yang disediakan di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul adalah siklus menu yang tidak teratur. Sehingga menyebabkan tidak sesuainya pemberian diet kepada pasien stroke rawat inap. Siklus menu ditentukan berdasarkan ketersediaan bahan makanan yang disediakan, sehingga saat pemberian diet kepada pasien tidak bervariasi. Hal ini dapat memicu pasien bosan dan tidak menghabiskan makanan yang diberikan oleh pihak instalasi gizi di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul.

5.2. Kesesuaian Pemberian Diet Stroke pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit

Dokumen terkait