• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberontakan PKI Madiun (1948): Mengungkap identitas sebagian korban

Dalam dokumen Sejarah Partai Komunis Indonesia PKI Oby (Halaman 70-75)

https://niadilova.wordpress.com/2016/04/17/pemberontakan-pki-madiun-1948- mengungkap-identitas-sebagian-korban/ - diakses 24-09-2017

Wacana tentang PKI terus bergulir di Indonesia. Sisa bau busuk dari peristiwa tragis dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia itu seolah tak mau hilang. Fokus perhatian masih pada tragedi 1965, di mana diperkirakan tidak kurang dari ½ juta orang anggota PKI (mungkin juga ada yang bukan) dibunuh dan sekitar sejuta lainnya dipenjarakan oleh Orde Baru. Para peneliti asing begitu kecanduan mengangkat-ungkit peristiwa ini.

antara lain lewat film TheActofKilling dan TheLookofSilence. Sementara itu, konflik lainnya yang melibatkan PKI terkesan sedikit terlupakan.

Esai ini mengajak pembaca mengingat kembali Pemberontakan PKI di Madiun pada 18 September 1948. Ia mengungkap data yang agak jarang diketahui publik: senarai nama sebagian kecil korban yang dibunuh oleh pemberontak PKI yang dipimpin Muso itu. Nama-nama yang terlampir di sini baru merupakan sebagian dari data yang ditemukan. Sisanya, kebanyakan anggota Partai Masjumi yang terbunuh, akan dipublikasikan dalam esai yang lain.

Setidaknya ada 3 tujuan dipublikasikannya temuan ini: 1) mempertimbangkan

kemungkinan manfaatnya bagi masyarakat umum yang kakek-buyut mereka jadi korban pemberontakan itu tapi selama ini belum teridentifikasi; 2) agar publik juga disadarkan pada korban-korban yang dibunuh oleh orang-orang PKI, tidak hanya pada korban- korban di pihak pengikut PKI saja; 3) menambah informasi yang masih samar-samar tentang Pemberontakan PKI di Madiun, khususnya untuk kalangan generasi sekarang. Pada 11 Agustus 1948, Muso, kepala pemberontak yang akhirnya ditewaskan TNI, kembali ke Indonesia dari perantauannya yang lama di Uni Soviet. Sebulan kemudian terjadi peristiwa Madiun. Sampai sekarang masih kurang jelas, apakah dalam peristiwa itu kendali ada di tangan Muso atau Amir Syarifuddin (yang kemudian juga tertangkap di Yogyakarta dan dieksekusi di desa Ngalihan pada 19 Desember 1948). Muso (hanya dengan dua orang pengawalnya) dipergoki TNI di sebuah desa di selatan Ponorogo dalam keadaan terpisah dari group Amir yang tetap dikawal oleh ‘Panglima Besar’ pemberontak Djokosujono yang kemudian berhasil menyusupkannya ke Yogyakarta. Latar belakang peristiwa Madiun tak lepas dari pertentangan yang makin meruncing di antara partai-partai politik yang memiliki ideologi yang saling berseberangan dalam taktik perjuangan masing-masing. Pertentangan itu dapat dibagi kepada dua blok:

Komunis dan kawan-kawannya menentang Masjumi–PNI dan kawan-kawannja. PKI dan kawan-kawannya ingin membawa Indonesia ke bawah pimpinan Soviet Rusia. Hal ini dapat dikesan dari pidato Muso pada tanggal 8 September 1948 dalam rapat raksasa PKI di Madiun: “Sovyet Rusia adalah pemimpin revolusi dunia. Revolusi kita adalah

bahagian daripadanja; djadi kita berada dibawah pimpinan Sovyet Rusia. Djika kita berada dipihak Rusia, maka adalah kita benar” (Sjarif Usman, “Air-Mata dan darah dalam Pemberontakan Komunis Madiun”, Aliran Islam 52, Th. ke-VII, Sept. 1953: 26). Sementara partai Masjumi – PNI dan kawan-kawannya berpendirian bahwa bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang merdeka, harus berjuang atas kemauan dan pimpinannya sendiri, tidak usah dipimpin oleh Rusia atau Amerika. Akan tetapi orang-orang PKI mencap orang-orang yang tidak mau takluk ke bawah Moskow sebagai kaki tangan imperialis Amerika.

Pemberontakan PKI di Madiun dapat dianggap sebagai titik didih dari percekcokan ideologi kedua kubu itu. Akan tetapi pemberontakan itu terkesan prematur: pada 30

September 1948, Madiun berhasil direbut oleh TNI yang dibantu oleh tentara pelajar dan masyarakat, menyusul Ponorogo pada 5 Oktober.

Namun, selama kurang lebih seminggu menguasai Madiun dan daerah-daerah sekitarnya, pemberontak PKI telah melakukan pembunuhan massal secara sadis. Aksi kejam itu kebanyakan dilakukan oleh Brigade TNI pimpinan Letnan Kolonel Dahlan yang

terinfiltrasi PKI dan lasykar bersenjata di bawah pimpinan Biro Perjuangan Yogyakarta yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Djokosujono. Korbanya beragam: pegawai

pemerintah, aparat keamanan, guru sekolah, dan banyak angota Masjumi.

Sisa-sisa pengikut Muso diburu oleh TNI sampai ke wilayah Dungus dan Ngebel. Namun, sambil melarikan diri, ternyata mereka masih sempat membunuhi banyak penduduk tak berdosa.

Wartawan majalah Siasat Gadis Rasjid (yang tampaknya pernah ditaksi penyair Chairil Anwar) termasuk salah seorang jurnalis wanita yang pertama berhasil memasuki front konflik Madiun. Di bawah kawalan Batalyon Kiansantang dari Divisi Siliwangi, ia menyaksikan langsung bukti-bukti kekejaman kaum pemberontak PKI di sepanjang jalan Solo–Tawangmangu–Sarangan–Palaosan–Madiun. Ia melihat banyak mayat

bergelimpangan, sebagian dalam keadaan tidak utuh. Gadis menulis kesaksiannya di harian Nasional (Yogyakarta) (dikutip melalui Muhammad Dimyati, “Pemberontakan Madiun”, Aliran Islam 52, Th. Ke VII, Sept. 1953: 21-22):

“Waktu prajurit Kiansantang jang paling muka mau memasuki complex pabrik gula, terdengarlah teriakan dari sebuah rumah administrateur, minta pertolongan. Kurang lebih 50 orang tampak terdjatuh dilantai, bermandi darah. Beberapa orang jang masih hidup mentjeritakan bahwa sebelum kaum pengatjau melarikan diri, dua orang

menembaki kaum tawanan dari luar melalui djendela. Tak akan saja lupakan

pemandangan itu. Badan manusia jang tidak berdosa berbaring djatuh dalam sebuah kolam darah!

Di Dungus sebelah timur Madiun, beberapa hari kemudianpun mereka melakukan hal ini dengan tjara jang lebih kedjam. Begitu djuga di Magetan, di Sumoroto, di Ponorogo, Purwodadi dan Kanigoro. Dan bertambah ketegasan bagi saja bahwa apa jang dimulai senagai gerakan politik, kemudian berubah mendjadi perebutan

kekuasaan dan pemerintahan terror ini, bukanlah suatu aliran jang dapat member manfaat atau kebahagiaan bagi rakjat Indonesia, betapapun muluknya tjita2 jang mereka dengungkan….”.

Tanggal 23 September 1948 Markas Besar Angkatan Perang RI mengeluarkan maklumat: 1) Menolak seruan ‘Panglima Besar’ pemberontak, Kolonel Djokosujono untuk berunding. Djokosujono dipecat oleh Presiden dari kedudukannya dan dinyatakan sebagai pemberontak, juga sesiap yang mengikut dengannya; 2) Akan mengadili para opsir yang mengomandani pemberontakan Madiun: Kol. Djokosujono, Kol. Ir. Sakirman, Letkol. Martono Brotokusumo, Mayor Iskandar, Mayor Praktikno, Kapten Rustam, dll.

Berikut (menurut tulisan aslinya) “Daftar sebagian ketjil orang2 jang mendjadi korban

pemberontakan P.K.I. di Madiun 18 September 1948.” (kursif: Suryadi) yang dirujuk dari sumber berikut: Aliran Islam No. 52, Tahun Ke VII, September 1953: 29, 31). Data disalin sesuai tulisan aslinya. Ilustrasi diambil dari: id.wikipedia.org. Daftar ini belum termasuk puluhan anggota partai Masyumi yang juga ikut dibantai (akan disalinkan dalam artikel lain). Semoga informasi ini bermanfaat.

No Nama Jabatan Tempat

1 Marhadi Let. Kol. SPDT Kediri

2 Istiklah Let. Kol. Madiun

3 Mardjono Kapten CPM Madiun 4 Wijono Let. Kol. SPDT Kediri 5 Tjok Harsono Letnan SPDT Kediri 6 Soepardi Kapten Bat. 29/41/Ci. 113 Kediri

7 Wasito Majoor CPM Kediri

8 Askandar Kapten Bat. 13 Kediri

9 Moeliadi T.R.I.P. Madiun

10 Soegito Patria Madiun

11 Soerjo Soegito Birg. Pelajar Islam Madiun

12 Rameli ALRI Madiun

13 R.M. Sardjoeno Wedana t.b. Madiun 14 Hartolo Ass. Wedana Manisredjo 15 Hardojo Wakil A.W. Manisredjo 16 M. Ng. Soedibjo Bupati Magetan 17 R. Soekardono Patih Magetan 18 Sahoedi Wakil A.W. Lambejan Mgt. 19 Pamoedji Pemb.Sekr. Bupati Magetan

20 Ropi’i Tjiptomartono Wedana Gorang-Gareng Mgt. 21 R. Charis Bagio Wedana Kanigoro Mdn. 22 Soedjadi Peg. Karesidenan Madiun

23 M. Mangoedihardjo Ass[sistent] Wedana Gemarang Mdn. 24 Kardiman Wk. Ass. Wedana Djiwan Mdn. 25 Amadi Kep. Desa Djiwan Mdn. 26 Prawiro Kep. Desa Sukolilo Mdn. 27 R. Hardjono Wedono Ngawi

29 Marsikin Ass. Wedana Kendal Ngw. 30 R. Soebardima Notoamiprodjo Wedana Ponorogo (Djebang) 31 Soerahir Ass. Wedana Balong (Ponorogo) 32 Soenar Peg. Kabupaten Madiun

33 Oemardanoes Kep. Penerangan Kab. Magetan 34 Soejarwan Secr. Penerangan Kab. Magetan 35 Soebari Publ. Penerangan Kab. Magetan 36 Soemono Penerangan Kawedanaan Magetan

37 Reksosiswojo Penerangan Kawedanaan Gorang-Gareng Mgt. 38 Trisoelo Penerangan Ketjamatan Karangredjo

39 Siswodiprodjo Penerangan Ketjamatan Wungu 40 Hardjosoekotjo Penerangan Ketjamatan Djiwan 41 Wirjosoeprapto Penerangan Ketjamatan Medjajan 42 Moeljodinomo Penerangan Karesidenan Madiun 43 Tajib Penerangan Kawedanaan Kanigoro Mdn. 44 Partoatmodjo Penerangan Ketjamatan Karee

45 Sardjono Penerangan Ketjamatan Djiwan 46 Siswo Penerangan Ketjamatan Medjajan 47 Soehoed Nosingo Guru S.M.A. Madiun 48 Imam Soehodo Guru S.M.I. Madiun 49 Soedarmodjo Guru S.M.A. Madiun 50 Soedarmo Guru S.M.A. Madiun {29} 51 Soeharto Guru S.G.K.P. Madiun 52 Dardjono Guru S.M.I. Madiun 53 Soekarsono Guru S.M.I. Madiun 54 Mardjoko Guru S.M.A. Madiun 55 Saripin Guru Sek. Rakjat Madiun 56 Mohamad Said Guru Sek. Rakyat Madiun 57 Amrin Guru Sek. Rakyat Tjaruban 58 Soewandi Guru Sek. Rakjat Ngrambe 59 Sedyowiadi Guru Sek. Rakyat Ponorogo 60 Joedokoesoemo Kep. Kant. Pengadjaran Magetan 61 Mahardjono Guru S.M.P. Magetan 62 S. Hardjosoediro Guru S.M.P. Magetan

63 Soeraratim Guru S.M.P. Magetan 64 Soemardi Kep. Pendidikan Masj. Magetan 65 Sekak Siswohardjono Guru Sek. Rakjat Magetan 66 Soelaiman Gurus S.M.P. Ngawi 67 Hoedan Soerjohoedojo Pemr. Sekolah Distr. Ngawi 68 Lilioedin Opzichter K.A. Madiun 69 Doelamin Pegawai K.A. Madiun 70 Abdulmu’in Pegawai K.A. Madiun

71 Sastroatmodjo Mantri Bouwtoezicht Gorang-Gareng 72 Muhammad Mantri Kesehatan Madiun

)0(

Pemberontakan PKI di Madiun 1948 (Bag.6-Tamat):

Dalam dokumen Sejarah Partai Komunis Indonesia PKI Oby (Halaman 70-75)