• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

3. Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan

Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 pasal ayat 12 yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waku yang tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. (ismail,2011:90)

Menurut Sumiyanto (2008: 165), pembiayaan adalah aktivitas menyalurkan dana yang terkumpul kepada anggota pengguna dana. Memilih jenis usaha yang di biayai agar diperoleh

jenis usaha yang produktif, menuntungkan, dan dikelola oleh anggota yang jujur dan bertanggungjawab.

Secara teknis bank memberikan pendanaan atau pembiayaan untuk mendukung investasi atau berjalannya suatu usaha yang telah direncanakan antara kedua belah pihak dengan kesepakatan bagi hasil di dalamnya. Pada bank konvensional kegiataan pembiayaan dikenal dengan istilah pembiayaan. pembiayaan merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga (Kasmir,2002: 92).

b. Jenis-jenis Pembiayaan

Menurut ismail (2011:191) pembiayaan berdasar kan jangka waktu nya terbagi tiga, yaitu :

a. Pembiayaan jangka pendek

Pembiayaan jangka pendek adalah pembiayaan yang di berikan dengan masa pembiayaan modal kerja dan pembiayaan rekening koran.

b. Pembiayaan jangka menengah

Pembiayaan yang jangka waktu nya antara satu tahun hingga tiga tahun. Pembiayaan ini biasa nya di berikan untuk investasi yang nilai pembiayaan nya tidak terlalu besar dan pembiayaan konsumsi.

c. Pembiayaan jangka panjang

Pembiayaan jangka panjang adalah pembiayaan yang di berikan leh ban dengan jangka waktu lebih dari tiga tahun. Pembiayaan ini di brikan untuk KPR dan pembiayaan investasi.

Ismail (2011:1993) juga menyebutkan pembiayaan menurut tujuan penggunaanya terbagi tiga, yaitu:

Pembiayaan investasi merupakan pembiayaan yang di berikan dengan tujuan untuk mengadakan barang barang modal atau dalam rangka investasi perusahaan.

b. Pembiayaan modal kerja

Pembiayaan modal kerja di berikan oleh bank dalam rangka memberikan kebutuhan modal kerja perusahaan. Misalnya kebutuhan dana untuk menutupi piutang perusahaan atau kebutuhan dana untuk menutup penggunaan dana dalam proses pembuatan produk barang atau jasa.

c. Pembiayaan konsumsi

Pembiayaan konsumsi merupakan pembiayaan yang di berikan dengan tujuan untuk pembelian barang barang konsumsi yang di pakai untuk memenuhi kebutuhan pribadi.

c. Unsur-unsur Dalam Pembiayaan

Setiappemberian pembiayaan sebenarnya jika dijabarkan secara mendalam mengandung beberapa arti. Jadi jika kita bicara pembiayaan maka termasuk dalam unsur-unsur yang ada di dalamnya.

Menurut Ali (2008: 46), unsur-unsur dalam pembiayaan yakni sebagai berikut :

a. Kepercayaan

Kepercayaan yang dimaksud dalam hal ini yaitu kepercayaan yang diberikan kepada debitur baik dalam bentuk uang, jasa maupun barang akan benar-benar dapat diterima kembali oleh bank dalam jangka waktu yang telahditentukan. b. Kesepakatan

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing- masing pihak menandatangani hak dan kewajiban. Kesepakatan penyaluran pembiayaan dituangkan dalam akad pembiayaan yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak, yaitu bank dan nasabah.

c. Jangka waktu

Setiap pembiayaan yang diberikan mempunyai jangka waktu masing- masing sesuai dengan kesepakatan. Jangka waktu ini mencakup waktu pengambilan pembiayaan yang telah disepakati. Dapat dipastikan bahwa tidak ada pembiayaan yang tidak memiliki jangka waktu.

d. Risiko

Dalam memberikan pembiayaan kepada perusahaan, bank tidak selamanya mendapatkan keuntungan, bank juga bisa mendapatkan resiko kerugian. Seperti ketika terjadinya side streaming, lalai dan kesalahan yang di sengaja maupun penyembunyian keuntungan oleh nasabah. Suatu resiko ini muncul karena ada tenggang waktu pengembalian.

e. Balas jasa

Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa yang lebih dikenal dengan istilah bagi hasil pada lembaga keuangan syariah. Balas jasa dalam bentuk bagi hasil dan biaya administrasi ini merupakan keuntungan bank.

d. Prinsip-prinsip pemberian pembiayaan

Sebelum Bank memberikan pembiayaan pada nasabahnya, Bank harus memperhatikan apakah pembiayaan yang diberikan akan tertagih atau tidak. Untuk itu, Bank perlu menilai beberapa aspek sebelum pembiayaan diberikan. Kriteria penilaian yang dilakukan menurut Lukman (2009:89) yaitu penilaian dengan analisis 5C :

a. Character

Character merupakan sifat atay watak seseorang. Sifat atau watak seseorang yang akan diberikan pembiayaan harus benar-benar dapat dipercaya. Untuk mengetahui sifat calon nasabah dapat diketahui dari latar belakang nasabah, baik

pribadi maupun pekerjaannya seperti gaya hidup, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial si calon nasabah. Dari sifat atau watak tersebut dapat diketahui ukuran “kemauan” nasabah untuk membayar.

b. Capacity

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar pembiayaan. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama mengeloal usahanya sehingga akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan pembiayaan yang disalurkan.

c. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari laporan keuangan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya. analisis Capital juga dapat dilihat dari sumber modal yang yang ada sekarang, termasuk persentase modal sendiri dan modal pinjaman.

d. Colleteral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

e. Condition

Dalam penilaianpembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik,

sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah relatif kecil.

e. Pelaksana Pembiayaan

Pelaksana pembiayaan pada bank syariah umumnya dicakup dalam bagian pemasaran. Hal ini sesuai dengan fungsi bagian pemasaran, yaitu sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk membantu direktur dalam menangani tugas-tugas khususnya yang menyangkut bidang marketing dan pembiayaan. Di samping itu berfungsi juga sebagai supervisi dan pekerjaan lain sesuai dengan ketentuan manajemen. (Rivai dan Arivin,2010:696)

Sedikitnya ada empat petugas yang menjalankan aktivitas pembiayaan pada bank syariah, mulai dari petugas yang menawarkan produk bank syari’ah sampai pada petugas yang menangani pembiayaan macet. Petugas-petugas tersebut adalah:

1) Account Officer (A/O)

A/O atau pembina pembiayaan bertugas memproses calon nasabah pembiayaan atau permohonan pembiayaan sehingga menjadi nasabah. Selanjutnya membina nasabah tersebut agar memenuhi kesanggupannya, terutama dalam pembayaran kembali pembiayaannya. A/O juga bertindak dalam penyelesaian kasus atau masalah nasabah yang mungkin terjadi. Dengan demikian, jauh hari sebelum menjadi nasabah perlu dilakukan penanggulangan kemungkinan terjadi masalah sehingga sejauh mungkin dihindari dengan cara preventif. 2) Unit Support Pembiayaan. (Rivai dan Arivin,2010:696)

Unit Support Pembiayaan ini bersama dengan A/O mengadakan penilaian pemohon pembiayaan sehingga memenuhi kriteria dan persyaratannya. A/O berperan dalam memproses calon nasabah dalam keandalannya (kelayakannya), sedangkan unit support pembiayaan berperan dalam segi keabsahannya seperti kebenaran lampiran, usaha maupun

penggunaan pembiayaan, taksasi jaminan, keabsahan jaminan dan lain-lain. Setelah calon nasabah menjadi nasabah diupayakan melakukan usaha preventif (penanggulangan) jika kemungkinan terjadi permasalahan. Jika

3) Unit Administrasi Pembiayaan

Pada proses pembiayaan terdapat administrasi yang ditangani oleh A/O ataupun Unit Support Pembiayaan. Di samping itu, setelah pemohon menjadi nasabah mulai dari pencairan dananya sampai pelunasan ataupun pembayaran-pembayaran debitur akan ditangani oleh unit administrasi pembiayaan.

4) Unit Pengawasan Pembiayaan

Unit Pengawasan Pembiayaan bertugas untuk memantau pembiayaan antara lain membuat surat-surat peringatan kepada nasabah berupa penagihan-penagihan. Di samping itu juga mengadministrasikan jaminan ataupun mengurusi file nasabah. (Rivai dan Arivin,2010:697)

f. Proses Pemberian Pembiayaan

Proses pemberian pembiayaan merupakan suatu rangkaian yang bersifat end to end, mulai tahap inisiasi, tahap analisis pembiayaan, tahap pemutusan pembiayaan, tahap pencairan, tahap monitoring dan tahap penyelesaian atau restrukturisasi jika pembiayaan menjadi bermasalah. Secara umum, tahapan pemberian pembiayaan yaitu:

1) Inisiasi

Pada tahap ini, bank menerima permohonan pembiayaan atau penawaran pembiayaan kepada nasabah. Permohonan pembiayaan dari nasabah diajukan secara tertulis. Selanjutnya pihak bank melakukan investigasi berupa wawancara kepada calon nasabah sebagai bahan pertimbangan keputusan apakah proses pemberian pembiayaan akan diteruskan. Proses tidak

akan diteruskan apabila permohonan pembiayaan tidak bankable. (Rivai dan Arivin,2010:698)

2) Analisis Pembiayaan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dalam Pasal 23 (Kelayakan Penyaluran Dana) menyebutkan bahwa:

a) Bank syariah harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon Nasabah Penerima Fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum Bank Syariah wajib melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon nasabah penerima fasilitas.

b) Untuk memperoleh keyakinan sebagaimaa dimaksud pada ayat (1), Bank Syariah melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon Nasabah Penerima Fasilitas. (UUD No 21 Th 2008,Perbankan Syariah:157)

Berdasarkan Undang-Undang tersebut, maka bank perlu melakukan analisis dalam penyaluran dana (pembiayaan) terlebih dahulu. Analisis pembiayaan terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif yang berisi analisis aspek-aspek antara lain Character, Capacity, Capital, Condition of Economic dan Collateral. Analisis kualitatif pembiayaan meliputi aspek legalitas dan perizinan usaha, aspek karakter dan manajemen, aspek teknis produksi, aspek pemasaran dan aspek lingkungan dan sosial. Sedangkan aspek analisis kuantitatif meliputi analisis laporan keuangan, feasibility analysis, analisis sensitivitas, analisis agunan dan analisis risiko dan mitigasi.

Keseluruhan aspek yang dianalisis tersebut dapat teridentifikasi pada analisis risiko dan mitigasi. Identifikasi setiap analisis kualitatif dan kuantitatif perlu memperhatikan

diantaranya potensi risiko dan mitigasinya (key risk mitigation). (UUD No 21 Th 2008,Perbankan Syariah:72-82) Mitigasi risiko yang dimaksud adalah upaya dalam menghadapi atau mengurangi risiko perbankan. Berikut contoh indikator analisis risiko dan mitigasi (key risk mitigation):

Tabel 2. 1 Key Risk Mitigation

Key Risk Indicator Mitigasi

Legalitas: Permohonan pembiayaan diajukan oleh pihak yang tidak berwenang

Cek dalam AD/ART yang terkini Karakter dan Manajemen:

Nasabah tidak mempunyai keahlian/tenaga ahli dibidangnya

Disyaratkan merekrut tenaga ahli di bidangnya

Industri dan Teknis Produksi: Siklus industri sedang

menurun

Memonitor kinerja perusahaan secara ketat

Pemasaran:

Tingkat ketergantungan kepada buyer tertentu

Memiliki regular contract,

mengetahui reputasi dan performa buyer

AMDAL :

Tidak memenuhi ketentuan

AMDAL Disyaratkan untuk dipenuhi

Keuangan:

Proyeksi cash flow tidak mencerminkan kondisi riil perusahaan/terlalu optimis

Struktur pembiayaan kepada nasabah ditinjau kembali

Sumber: Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bank Syariah (2014) Tabel 2.1 di atas yang berupa key risk mitigation merupakan ringkasan dari keseluruhan analisis aspek-aspek dalam analisis pemberian pembiayaan yang perlu diperhatikan bank. Penyusunan key risk mitigation tersebut dimaksudkan agar pengambil keputusan pembiayaan dapat memutuskan dengan tepat apakah permohonan pembiayaan disetujui atauditolak.(UUD No 21 Th 2008,Perbankan Syariah:32-83)

3) Pemutusan Pembiayaan

Pada dasarnya, jumlah dan jenis pembiayaan yang akan diberikan disesuaikan dengan kebutuhan calon nasabah. Jumlah dan struktur pembiayaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan (calon) nasabah pada akhirnya akan menimbulkan risiko pembiayaan. Penetapan jumlah pembiayaan yang diputuskan harus disesuaikan dengan Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan (BMPK), baik yang diatur secara eksternal maupun internal bank.

4) Tahap Pencairan

Kewenangan dalam memutus pencairan pembiayaan dapat dilakukan oleh level direktur maupun oleh pimpinan dan staf. Kewenangan memutus pembiayaan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

a) Pendelegasian kewenangan memutus pembiayaan kepada individu

b) Pendelegasian kewenangan memutus pembiayaan kepada kombinasi individu

c) Pendelegasian kewenangan memutus pembiayaan kepada dua individu saat kondisi darurat atau ketika diperlukan tanggapan cepat dari bank atas suatu permohonan pembiayaan.

Pada saat pemberian pembiayaan juga terdapat satu dokumen penting yaitu Akad Pembiayaan. Akad Pembiayaan diperlukan tidak hanya mengatur kewajiban kedua belah pihak antara bank dan nasabah, namun juga mengatur kondisi bilamana pembiayaan akan dilunasi sebelum jangka waktunya berakhir.

5) Tahap Monitoring

Pembiayaan yang telah ditarik oleh nasabah harus dipantau oleh bank secara terus menerus untuk memastikan bahwa

seluruh persyaratandan ketentuan yang berlaku dipenuhi nasabah dan bank. Monitoring oleh bank harus memperhatikan tanda-tanda penurunan kualitas keuangan dan pembiayaan yang diberikan. Bank dapat mengambil tindakan untuk mencegah pembiayaan menjadi bermasalah atau bertindak cepat untuk meminimalkan kerugian bank.

6) Penanganan Pembiayaan Bermasalah

Penyelesaian pembiayaan yang terlanjur bermasalah dapat dilakukan alternatif solusi sebagai berikut:

a) Rehabilitasi, yaitu pertimbangan bank atas nasabah yang dapat menyelesaikan kewajibannya di kemudian hari atau bank dapat memperpanjang jangka waktu atau merestrukturisasi pembiayaan nasabah

b) Likuidasi agunan

c) Menyatakan bangkrut atas nasabah

d) Hapus buku (write off) dan hapus tagih (hair cut) .(UUD No 21 Th 2008,Perbankan Syariah:84-96)

Dokumen terkait