• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ya, terima kasih Pak Sesjen dengan ke-Islam-annya telah menyampaikan secara jujur. Yang disayangkan oleh saya selaku anggota pansus, surat ini tidak pernah dibagikan atau diberikan kepada kami 132 anggota senator atau jika tidak penting untuk dibagikan kepada 132 anggota senator, maka menjadi penting untuk diberikan kepada anggota Pansus Tatib. Dan hingga hari ini, saya tanya kepada Pak Ajiep, Ibu Fahira, kemudian Pak AMQ, apakah apakah pimpinan pansus pernah menerima surat yang dikirim oleh MA kepada pimpinan? Mereka menjawab semua tidak. Kenapa saya katakan surat ini penting untuk diketahui oleh pansus? Karena, isi surat dari MA tersebut berkaitan erat dengan proses politik kelembagaan yang dimandatkan oleh Paripurna yang di-SK-kan oleh Pimpinan DPD kepada 15 anggota pansus. Sehingga, kami jelas termasuk saya pribadi merasa dipermalukan. Kami merasa menjadi orang bodoh dalam pertemuan itu, padahal MA sudah mengirim surat. Surat terpenting dari MA itu ya sebetulnya kalau Sesjen tadi mengatakan tidak, saya akan membuka dokumenny. Saya dapat dari kesetjenan, jadi tidak perlu ditanyalah kalau cara-cara mendapatkan surat ini, siapa yang memberikan. Jangankan surat hanya sekian lembar, RKA (Rencana Kerja Anggaran) tahun ke tahun itu juga kita sudah punya di kesetjenan ini, termasuk satuan-satuan kerja alat kelengkapan, apalagi hanya untuk urusan surat beberapa lembar ini.

Nah, surat MA ini menjadi sangat penting karena ada pernyataan MA menjawab surat Pimpinan DPD. Surat Pimpinan DPD itu perihal permohonan keterangan pertimbangan dan nasihat masalah hukum ya, dan MA kemudian menjawab dan dalam jawaban MA ada poin yang menarik, yaitu apabila dinamika politik di dalam DPD RI menghendaki perubahan terhadap peraturan tata tertib tersebut dapat dilakukan melalui legislative review dengan cara-cara yang diatur oleh peraturan tata tertib itu sendiri. Jadi secara-cara substantif, surat Pimpinan DPD adalah surat yang mempersoalkan tentang dinamika perkembangan tata tertib. Artinya, MA memberikan saran jika proses legislative review di internal DPD yang berkaitan dengan perubahan peraturan tata tertib sudah dilakukan, maka tidak penting untuk dilakukan judicial review. Karena surat ini tidak pernah sampai kepada pansus dan seluruh Anggota DPR, maka saya juga tidak menyalahkan jika ada Anggota DPD, 10 Anggota DPD kemudian melakukan langkah judicial review. Padahal MA sudah menyarankan tahap legislative review jika itu sudah dilakukan, maka tidak perlu ada judicial review, jelas. Ini surat yang sengaja disembunyikan, saya tidak tahu maksud dari persekongkolan menyembunyikan surat ini apa, tetapi saya ingin mengingatkan Saudara Ketua, tolong ingatkan kepada Sesjen dan jajaran, kami beberapa anggota sudah bersepakat mengambil keputusan untuk membawa masalah ini keluar DPD. Persoalan apakah bisa dilihat dari unsur pidana, penegak hukum yang akan membuktikan karena ini sungguh sangat-sangat serius ya.

Sehingga dalam pertemuan dengan MA dalam konsultatif forum tersebut, ini ada saksi masih Pak Ajiep hadir di sini, ada dua hal yang dipahami oleh MA berkaitan dengan surat pimpinan. Pertama, seolah-olah proses legislative review di lembaga ini berkaitan dengan perubahan Tatib Nomor 1 Tahun 2014 ke Tatib Nomor 1 Tahun 2016 telah mengalami deadlock atau jalan buntu. Padahal tanggal 15 Januari 2016, Paripurna di gedung ini telah mengambil keputusan, bahkan melalui voting bahwa tidak ada proses jalan buntu

atau deadlock dalam pengambilan keputusan. Tiga Pimpinan Dewan DPD memimpin langsung, bahkan menyerahkan suara dalam pengambilan keputusan voting, berlangsung secara demokratis, mengalami kebuntuan dan deadlock pada wilayah mana. Dua, MA memahami bahwa seolah-oleh di lembaga DPD hari ini ya berjalan dengan dua aturan atau peraturan tata tertib. Satu kelompok berjalan dengan Tata tertib Nomor 1 Tahun 2014, kemudian kelompok lain berjalan dengan aturan Nomor 1 Tahun 2016. Dua hal yang dipahami oleh MA yang itu diungkapkan secara langsung dan terbuka oleh Ketua MA dalam forum konsultatif tersebut.

Sekali lagi tentu ini menjadi mencatat Ketua DPD dan seluruh pimpinan. Mohon selaku anggota ya tidak ada lagi upaya-upaya yang berkaitan untuk menyimpan, mengendapkan, menyembunyikan surat-surat yang dianggap penting bagi proses-proses politik kelembagaan di lembaga ini. Dan mudah-mudahan dalam forum-forum lain, kita tidak dipermalukan oleh lembaga lain karena pansus hadir mendapatkan SK resmi pimpinan, dan pansus tentu dalam urusan-urusan keluar bertindak dan atas nama lembaga DPD, mohon diingatkan. Tetapi sekali lagi berkaitan dengan langkah-langkah saya dan teman-teman beberapa anggota untuk menandatangani dan membawa kasus ini ke luar DPD, tidak lagi kepada BK, keluar DPD itu sudah menjadi tekad dan rencana kami. Jadi, apa pun risiko kaitan dengan langkah hukum yang akan kami ambil, maka itu menjadi risiko yang akan kami tanggung dan kami hadapi.

Terima kasih, Pak Ketua.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Baik, saya sampaikan sedikit ya, Sidang Dewan yang saya muliakan. Apa pun yang diambil keputusan keputusan oleh kesetjenan adalah hasil sebuah keputusan rapat pimpinan. Jadi, kita perlu mencatat berarti ketidaksampaiannya surat itu adalah pasti karena keputusan rapat pimpinan ya. Saya kira ini informasi yang….

PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT)

Saya interupsi sebentar, Pak Ketua. Tetapi, di saat surat ini datang ke lembaga ini, Pak Soleh belum terpilih sebagai Ketua. Jadi, kami tahu persis siapa yang dimaksud tiga Pimpinan. Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Oh iya paham, Pak, ini kan masih surat bulan Maret dan balasannya di bulan April ya. Surat balasannya itu tanggal 18 April tahun 2016 ya. Kita masih menyisakan satu lagi, yaitu laporan….

PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI) Pak Ketua.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Iya siapa?

PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI

Bukan karena saya Ketua BK ya, tetapi kalau memang ada hal masih bisa diselesaikan di forum internal institusi kita, ya mungkin masih, saya mengimbau ya sebagai Anggota DPD, ya tidak usah kita ributkan di luar karena itu kalau diributkan di luar itu kan maksudnya pidana. Pidana itu kan panjang juga, pidana itu panjang. Jadi, kalau ada yang harus kena sanksi dengan saksi etik itu masih internal, tetapi kalau pidana itu terlalu jauh dan panjang dan disaksikan oleh warga republik. Ya di sini cuma paling bocor-bocor saja, tetapi tidak terlalu luas. Ini pikiran saya sebagai orang yang sudah berumurlah begitu kira-kira. Ini saya tidak ada permasalahan karena saya Ketua BK ingin ini mengurus, tidak. Saya malah kan saya juga ingin berhenti dari Ketua BK ini sebenarnya. Cuma saya ini sebagai anggota saja itu ya kita dengan jiwa besarlah itu bisa menyelesaikan di dalam rumah tangga dulu. Karena, ini ada juga tata beracaranya ini masalah yang seperti ini. Ada pengadilannya juga di internal kita. Jadi kalau masih ada pengadilan di dalam internal kita, kenapa mesti diserahkan kepada pengadilan umum, pengadilan negeri. Itu saja imbauan saya, sekali lagi bukan karena saya Ketua BK.

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Baik, terima kasih Pak Fatwa. Mungkin ini menjadi pertimbangan kepada Pak Benny dan mungkin ada baiknya setelah sidang ini kita bertemu ya membicarakan persoalan ini yang mudah-mudahan akan mendapatkan solusi terbaik, baik bagi individu maupun bagi kelembagaan. Saya kira itu saja. Terima kasih.

PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI

Sebentar, Saudara Ketua. Sebenarnya saya sendiri ada ini langsung dengan Pak Ayi Hambali ini ada surat Setneg yang juga tertilap di sini ya. Dan, saya bicara langsung sudah dengan Menteri Sekretaris Negara tanggal 10 yang lalu karena ada ada suatu acara promosi doktor anggota tokoh DPD RI di Semarang, saya diundang di Undip, Mensetneg kebetulan minta bicara dengan saya secara pribadi untuk hal-hal di luar ini, masalah-masalah politik kenegaraanlah yang kira-kira, tetapi sekalian ujungnya pertanyakan surat. Masa’ ada surat Ketua DPD RI dijawab dengan whats app saja (WA), kata sekretariat. Wah itu dia kaget, tidak mungkin itu melanggar. Saya melanggar kalau saya melakukan itu. Jadi ada surat Setneg ke sini, dan untuk diketahui bahwa memang untuk tanda tangannya Ketua DPD dulu itu hak bertanya kepada pemerintah mengenai soal kereta api cepat Bandung-Jakarta, Jakarta-Bandung, itu sangat alot, sangat alot, baru ketua kita itu mau menandatangani. Dan sedikit memang saya tekan, baru dia menandatangani itu.

Jadi, sepertinya memang ada keinginan untuk jangan itu diperpanjang soal itu karena tidak ingin berbeda dengan presiden, ketua kita. Mana ada parlemen tidak mau berbeda dengan presiden itu. Jadi saja kita ini bukan orang tekooptasi dengan presiden. Fraksi-fraksi partai-partai di DPR itu boleh terkooptasi oleh presiden, tetapi kita senator tidak boleh terkooptasi oleh presiden.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Baik, terima kasih, Pak Fatwa.

Sidang Dewan yang mulia, sebelum kita masih menyisakan satu agenda lagi, yaitu PURT. Karena ini merupakan pembahasan yang tertutup, kami mohon yang tidak

berkepentingan dengan PURT ini untuk meninggalkan ruangan. Kalau anggota tidak berkepentingan berbahaya ini, ya selain.

PEMBICARA: Ir. ABRAHAM LIYANTO (WAKIL KETUA PURT DPD RI) LAPORAN PURT

SIDANG BERSIFAT TERTUTUP

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Sidang Dewan yang saya hormati, demikianlah kita telah melalui seluruh agenda persidangan hari ini. Selamat melaksanakan tugas di daerah pemilihan masing-masing. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua .

Sebagai penutup, marilah kita berdoa bersama agar dalam pelaksanaan tugas kita ke depan dapat berjalan dan lancar serta mendapatkan ridho Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Berkenaan dengan hal ini, kami mohon kepada Bapak Dedi Iskandar Batubara untuk memimpin doa.

Kami persilakan.

PEMBICARA: DEDI ISKANDAR BATUBARA, S.Sos., S.H., MSP. (SUMUT) Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Marilah kita berdoa. Saya akan memimpin secara Islam. Bagi Bapak-Ibu silakan menyesuaikan dengan keyakinan masing-masing.

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabbil alamin hamdan naimin hamdan syakirin hamdan yuwafi ni amahu wa yukafi u mazidah. Ya rabbana lakal hamdu kama yanbaghi lijalali wajhikal karimi waadzimi sulthanik. Allahumma shalli wa sallim wa barik ala Sayyidina Muhammad, wa ala alihi wasahbihi ajmain. Allahummagh firlana zunubana waliwalidayyna warkhamhumma kamarobbayana shagira. Walijami il muslimina wal muslimat, wal mukminina wal mukminat al ahya i minhum wal amwaat innaka samiun qoribun mujibu da wat Amin ya khadial hajat.

Rabbana takabbal minal innaka antas sami ul aliim, wa tub alaina innaka antat tawwaburrohim. Allahummaj al jam ana hadza jam an marhuma wa tafarruqana mim ba dihi tafarruqan ma shuma wahdina sirotol mustakim. Allaahumman shurnaa fainnaka khairun naashiriin warzuqna fainnaka khairur raziqin warhamnaa fainnaka khairur raahimiin waghfirlanaa fa innaka khairul ghaafiriin.

Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina adzabannar. Wa shallallahu wasalam mu alaihi walhamdulillahirabbil alamin.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Sebelum kami mengakhiri sidang ini, perkenankan kami atas nama pimpinan mengucapkan Selamat Hari Natal kepada rekan-rekan yang merayakannya dan Selamat Tahun Baru. Semoga di tahun baru yang akan datang DPD lebih berjaya dan kita semua dapat lebih bermanfaat buat masyarakat kita semuanya.

Dengan mengucapkan alhamdulillahirabbil ‘alamin, Sidang Paripurna ke-5 kami tutup.

Wabillahi taufik walhidayah.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KETOK 3X

Dokumen terkait