• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saya kira yang pertama tadi sama seperti Pak Lahabato. Pengesahan saja malam ini, yang kurang masing-masing provinsi saja menyampaikan secara tertulis otentiknya. Itu menyusul.

Yang kedua, saya tadi sepakat dengan yang terhormat Pak Dani Anwar bahwa di tatib tidak melarang untuk satu orang itu berada dimana pilihan. Itu kami pahami sama. Ini cuma teknis di lapangan saja. Pengalaman, kesulitan sekali ketika seseorang yang posisinya di PPUU juga merangkap di PAP. Ini cuma teknis saja. Jadi kalau pengalaman disitu, kondisi itulah yang tadi Pak Farouk sampaikan dan kita rasakan sekali. Frekuensi PAP dengan PPUU itu sangat tinggi sekalim baik kegiatan ke daerah maupun rapat di kantor sehingga yang hadir itu kucar-kacir, begitu. Jadi memang benar tidak ada larangan. Hanya kami menyampaikan. kalau tidak jadi pertimbangan juga tidak apa-apa.

144. PEMBICARA : Drs. H. ABDURACHMAN LAHABATO (MALUKU UTARA)

Saya tambahkan pendapatnya Pak Tonny. Benar, tidak ada satu pasalpun menegaskan soal hak seorang anggota untuk dipilih di beberapa pimpinan alat kelengkapan. Tetapi pasti akan berpengaruh pada Panmus nanti. Ketika satu provinsi memiliki sekian anggota, berada di sekian pimpinan alat kelengkapan pasti mengurangi sekian provinsi untuk berada di rapat-rapat Panmus. Kendati memang ada konsensus provinsi yang tidak memiliki anggota yang berada di pimpinan alat kelengkapan bisa diutus salah satu diantara anggota untuk mengikuti rapat-rapat Panmus. Tetapi kan dalam beberapa kejadian anggota yang tidak berada di pimpinan alat kelengkapan berada di tempat-tempat yang berada di belakang, sangat memiris hati saya kira. Terima kasih pimpinan.

145. PIMPINAN SIDANG : Dr. LAODE IDA (WAKIL KETUA DPD RI)

Pertama sekali kita selesaikan dulu satu-satu. Silakan.

146. PEMBICARA : Dr. H. RAHMAT SHAH (SUMUT)

Ketua. Kelompok, Ketua. Rahmat Shah. B-6.

Kelompok tadi yang disampaikan Pak Aziz ada pengeluaran Saudari Percha. Saya pikir kita sudah lengkap 33. Biar saja dua yang lajang, satu di cewek satu laki ini tetap di kelompok. Kita perlu ini untuk maju dalam rangka amandemen ke-5 ini kita perlu anak-anak muda ini. Jadi ada satu laki ada satu perempuan. Karena sudah pas 33. Kami mau ini tidak bisa stop ini, berjuang terus ini hari ke hari. Terima kasih.

147. PIMPINAN SIDANG : Dr. LAODE IDA (WAKIL KETUA DPD RI)

Terima kasih.

Biarkan kita selesaikan satu-satu.

Pertama, Gorontalo. Saya mau jelaskan dulu. Dalam dokumen yang ada di sekretariat itu ada dua lembar. Yang pertama ditandatangani oleh tiga orang termasuk ada Ibu Rachmiyati, Ibu Elnino, eh sorry. Sudah hampir jam 9 soalnya ini. Maaf, Pak Elnino sama Pak Budi Doku. Yang kemudian formulir kedua itu ditandatangi sendiri oleh Ibu Hana. Ini dokumen yang masuk.

148. PEMBICARA : Dr. BUDI DOKU (GORONTALO)

Pimpinan, yang formulir yang kedua itu yang tiga.

149. PIMPINAN SIDANG : Dr. LAODE IDA (WAKIL KETUA DPD RI)

Dalam dokumen yang pertama memang yang di komite, seluruh komite lengkap, Komite I, II, III dan IV. Di alat kelengkapan itu PPUU, PURT tertulis Pak Budi Doku. Tapi Panitia Akuntabilitas Publik Ibu Hana Fadel. Tapi di dalam formulir yang ditandatangani oleh Ibu Hana sendiri itu memang di Komite II ada, dan juga di PURT ada. Di sini, di Panmus juga ada di sini. Jadi hanya satu yang berbeda, itu dia tertulis nama Ibu Hana sendiri yang ditandatangani sendiri, tapi di dalam dokumen yang pertama itu tidak ada tandatangannya Ibu Hana. Nah ini yang jadi. Jadi singkatnya disini saya mohon maaf bahwa ini terpaksa kita tidak memproses dulu provinsi ini.

150. PEMBICARA : ELNINO M. HUSEIN MOHI. ST., M.Si. (GORONTALO)

Pimpinan, itu ada kesalahan cara membaca dokumen. Membaca dokumen yang pertama itu yang ditandatangani satu orang. Yang kedua yang ditandatangani tiga orang. Kalau tadi dibacakan seakan-akan yang tiga orang yang pertama, begitu. Tidak begitu.

151. PIMPINAN SIDANG : Dr. LAODE IDA (WAKIL KETUA DPD RI)

Yang saya bacakan tiga orang pertama, Ibu Hana tidak ada tandatangannya.

152. PEMBICARA : ELNINO M. HUSEIN MOHI. ST., M.Si. (GORONTALO)

Penyebutan pertama dan kedua itu kan akan berpengaruh. Dokumen yang pertama ditandatangani oleh satu orang. Kemudian perbaikannya ditandatangani oleh tiga orang dan itu sudah selesai. Terima kasih.

153. PEMBICARA : Dr. BUDI DOKU (GORONTALO)

Pimpinan, di sini kami Gorontalo mau melihat kepiawaian dari Pak Laode untuk memimpin rapat ini. Kebijakan yang pilih satu atau tiga? Saya akan lihat di sini, hari ini, tidak ada tunda-tunda. Terima kasih.

154. PIMPINAN SIDANG : Dr. LAODE IDA (WAKIL KETUA DPD RI)

Saya kira ini, ini problem tatib, problem tatib ini.

155. PEMBICARA : Drs. H. ABDURACHMAN LAHABATO (MALUKU UTARA)

Interupsi pimpinan. Soal Gorontalo saya kira kita tinggalkan dan kita sahkan yang telah lengkap.

156. PEMBICARA : Dr. BUDI DOKU (GORONTALO)

Sebentar, Maluku, tunggu, lagi Gorontalo yang dibahas. Maluku Utara. Ini kan melihat kepiawaian Pak Laode di sini. Silakan.

157. PEMBICARA : ELNINO M. HUSEIN MOHI. ST., M.Si. (GORONTALO)

Pimpinan, begini, Elnino menjelaskan sedikit soal itu. Bahwa dokumen yang pertama, ini saya ulangi. Dokumen yang pertama itu ditandatangani oleh Ibu Hana sendiri, kemudian dokumen yang kedua itu ditandatangani oleh tiga orang. Tetapi karena memang tetap menghormati Bu Hana punya tandatangan maka lembar yang pertama itu tetap diikutkan. Bukan berarti dia yang berlaku. Yang berlaku yang terakhir, begitu. Karena itu cuma soal kesempatan untuk tandatangan saja.

Jadi intinya begini pimpinan, ini tidak ada masalah. Kalau misalnya ditunda justru lebih menjadikan masalah di Gorontalo dan juga akan menjadi masalah secara keseluruhan di PURT. Kan jadi ribet jadinya kalau gitu. Kalau sederhananya sih sudah selesai.

158. PEMBICARA : Drs. H. ABDURACHMAN LAHABATO (MALUKU UTARA)

Pimpinan.

159. PEMBICARA : INTSIAWATI AYUS, SH., MH. (RIAU)

Pimpinan. Riau lagi. Maluku terus.

160. PIMPINAN SIDANG : Dr. LAODE IDA (WAKIL KETUA DPD RI)

Biar Ibu Iin dulu.

161. PEMBICARA : INTSIAWATI AYUS, SH., MH. (RIAU)

Pimpinan, ini ada empat memang tandatangan tapi dua lembar dokumen. Biar ada kita sama, 32 provinsi satu lembar dokumen 4 tandatangan. Mengapa tidak? Kembali administrasi di Gorontalo. Satu lembar dokumen dengan 4 tandatangan. Jangan dua. Spesial sekali nanti jadinya. Itu satu.

Yang kedua, jadwal yang sudah beredar kepada kita itu tanggal 18 sudah masuk pada pemilihan. Jangan hal yang menjadi bincang pada paripurna yang terhormat ini membuat kendala pada jadwal yang sudah kita sepakati. Dua poin pimpinan. Terima kasih.

162. PEMBICARA : ELNINO M. HUSEIN MOHI. ST., M.Si. (GORONTALO)

Interupsi pimpinan. Sedikit saja soal ini.

Justru kami ingin rapat ini tidak berlarut-larut sehingga seluruh agenda DPD tidak akan tertunda gara-gara ini. Coba bayangkan kalau misalnya Gorontalo ini dipersoalkan maka PURT tidak jadi beres. Kalau PURT tidak beres, seluruh alat kelengkapan yang akan disahkan secara bersama tidak bisa disahkan. Ini yang akan menjadi masalah. Jadi tambah lama lagi kita nanti. Terima kasih.

163. PIMPINAN SIDANG : Dr. LAODE IDA (WAKIL KETUA DPD RI)

Saya mengerti betul, ini sebetulnya pandangan Pak Elnino, Pak Budi. Saya mengerti betul. Ada yang tanya saya secara pribadi ini dan seorang politisi pasti saya ketuk palu. Tapi bahwa kita dalam ruangan ini yang pandu kita adalah aturan. Itu tata tertib. Maka saya sangat ragu ketika saya harus mengetuk palu dengan dua dokumen, dengan dua lembar kertas seperti ini, maka saya akan tergiring di dalam koridor tata tertib sendiri, maka saya akan dijebak. Itu saya mohon maaf soal ini. Sehingga sebetulnya tinggal menunggu waktu. Andainya ada Ibu Hana dalam ruangan sini maka barangkali tidak akan ada persoalan. Karena ini dokumennya dua lembar. Makanya sebetulnya baiklah besok saya akan coba koordinasikan langsung sama Ibu Hana. Besok. Jadi saya kira tidak akan menunggu sampai dua hari lagi.

164. PEMBICARA : Dr. BUDI DOKU (GORONTALO)

Pimpinan. Kalau pimpinan, saya mohon maaf ini. Ini penting ini. Kalau pimpinan mengklarifikasi ke Ibu Hana misalnya. Apakah setelah itu pimpinan akan mengklarifikasi juga kepada kami bertiga?

Dokumen terkait