• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

C. Problematika Akhlak Mahasiswa PTU dan Pembinaannya

4. Pembinaan Akhlak Mahasiswa PTU dan Problematikanya

87

gambar 2.5:

penyebab munculnya akhlak tercela mahasiswa PTU

4. Pembinaan Akhlak Mahasiswa PTU dan Problematikanya

a. Pembinaan Akhlak Mahasiswa di PTU

Pelaksanaan pembinaan moral atau akhlak mahasiswa di PTU melibatkan sejumlah pihak atau aspek. Berbagai pihak atau aspek yang terlibat dalam pembinaan akhlak mahasiswa PTU di kampus antara lain: mata kuliah pembina kepribadian, kegiatan mentoring PAI, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) keagamaan (intra dan ekstra kampus), masjid kampus, dan bidang kemahasiswaan.

Mata kuliah tertentu yang disebut mata kuliah pembina kepribadian (MPK) melaksanakan pembinaan akhlak melalui pembelajaran mata kuliah tersebut, baik di kelas maupun di luar kelas. Merujuk pada peraturan pemerintah, mata kuliah yang termasuk MPK adalah Mata Kuliah Agama, Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia.116 Mata kuliah rumpun MPK umumnya diajarkan satu kali selama mahasiswa kuliah dengan nilai sks 2-4, tergantung kebijakan PTU. Para dosen MPK, khususnya

116 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, 28. mahasiswa wawasan keIslama n rendah akses konten negatif akhlak tercela kampus sekuler lingkungan sosial buruk tanpa kontrol orang tua

88

dosen MK PAI, memiliki peran besar dalam melakukan pembinaan akhlak mahasiswa, sebab secara formal mereka adalah orang yang ditunjuk untuk melakukan pembinaan akhlak mahasiswa dan mayoritas mahasiswa PTU beragama Islam.

Menimbang jumlah sks Mata Kuliah Agama, termasuk MK PAI, sekitar 2-4 sks, banyak PTU merancang kegiatan pendukung MK PAI di luar kelas yang sering disebut sebagai mentoring PAI. Kegiatan yang umumnya dilaksanakan pada hari Sabtu ini terdiri dari pendalaman materi keislaman, belajar membaca al-Qur’a<n, dan di sejumlah PTU ditambah dengan pembinaan ibadah.117 Sebagai kegiatan pendukung MK PAI, mentoring PAI dilaksanakan hanya sekali dalam satu semester selama mahasiswa kuliah.

Pihak lain yang memiliki peran penting membina akhlak mahasiswa adalah unit kegiatan mahasiswa bidang kerohanian. Unit kegiatan kerohanian umumnya berbentuk UKM keislaman, lembaga dakwah kampus (LDK), dan divisi kerohanian badan eksekutif mahasiswa (BEM). Dari semua unit kegiatan kerohanian tersebut, LDK merupakan unit yang nampaknya berperan besar dalam membina akhlak mahasiswa melalui dakwah Islam. Sebab umumnya para aktivis LDK memiliki semangat dakwah yang tinggi dan militan untuk mengajak mahasiswa menjadi muslim yang ka>ffah.118

Masjid kampus dengan program-program pengajian dan kajian keislaman juga turut andil membina akhlak mahasiswa melalui penanaman ajaran Islam. Umumnya pelaku dakwah di masjid kampus adalah aktivis

117

Syahidin et.al., Pelaksanaan, 15, 99.

118 Muhammad Turhan Yani, “Dinamika Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi Umum (Studi di Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Malang)” (Disertasi--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2009), 255.

89

dakwah kampus (LDK). Meskipun di sejumlah PTU dakwah Islam dikoordinasi oleh takmir masjid kampus, tapi pelaksanaannya hampir selalu melibatkan aktivis LDK. Diantara penyebabnya adalah kantor LDK biasanya di kompleks masjid kampus, dan mereka lebih peduli melakukan dakwah di kampus. Sebagai contoh, masjid kampus PTU yang cukup dikenal sukses melakukan dakwah kampus adalah Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB). Di masjid ini kegiatan dakwah sebagian besar dilakukan oleh LDK ITB (Gamais ITB) dan berkantor di masjid Salman.119

Selain melalui LDK yang merupakan organisasi intra kampus, pembinaan akhlak mahasiswa di PTU melalui dakwah Islam juga dilakukan oleh organisasi ekstra kampus, seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Dua organisasi ini aktif melakukan dakwah di kampus-kampus PTU dan menjadikan mahasiswa yang pengetahuan keislamannya kurang sebagai sasaran dakwah mereka.120 Setidaknya ada dua cara yang dilakukan dua organisasi ini dalam berdakwah di PTU, yaitu melalui LDK atau divisi kerohanian BEM dan melalui kelompok-kelompok kajian keislaman di jurusan atau fakultas.

Bidang kemahasiswaan universitas juga berperan membina akhlak mahasiswa melalui beragam program kemahasiswaan. Di lingkungan Kemeristekdikti, banyak kegiatan positif dirancang untuk membina karakter

119

https://www.itb.ac.id/news/read/5251/home/gelar-gamais-festival-2016-gamais-itb-ajak-mahasiswa -muslim-jadi-generasi-qurani.

120 Muhammad Wildan, “Gerakan Islam Kampus: Sejarah dan Dinamika Gerakan Mahasiswa Muslim” dalam Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia. Bunga Rampai (Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), 444-5, dan Maulidatur Rohmah, “Pendidikan Agama Islam dan Islamisme di Perguruan Tinggi (Studi Kasus Transmisi Gerakan Islam di Universitas Negeri Surabaya)”, 5-6, dalam digilib.uinsby. ac.id/1490/3/Ringkasan.pdf.

90

mahasiswa. Dalam bidang bakat dan minat disediakan program Pekan Seni Mahasiswa Nasional, Musabaqah Tilawatil Qur‟an Mahasiswa Nasional, Pekan Olah Raga Mahasiswa Nasional, dan sebagainya. Bidang keorganisasian diantaranya menyediakan program Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa, Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan. Adapun bidang penalaran dan kreatifitas menyediakan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi,

National University Debate Challenge, Program Kreativitas Mahasiswa,

Kontes Robot Indonesia, dan lain-lain.121 b. Problematika Pembinaan Akhlak di PTU

Memperhatikan penjelasan tentang banyaknya pihak dan kegiatan dalam pembinaan akhlak mahasiswa PTU di atas, seharusnya pembinaan akhlak dapat berjalan dengan baik. Namun kenyataannya masih banyak mahasiswa PTU yang melakukan akhlak tercela. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat masalah dalam pembinaan akhlak tersebut.

Disamping karena tidak optimalnya sejumlah pihak dalam menjalankan fungsinya membina akhlak mahasiswa, ada satu masalah besar yang menghambat pembinaan akhlak mahasiswa di PTU, yaitu tidak ada sinergi antar pihak yang melakukan pembinaan. Pembelajaran MPK yang seharusnya bekerjasama satu sama lain untuk membina akhlak mahasiswa tidak terjadi. Kegiatan mentoring PAI yang seharusnya selaras dengan pembelajaran PAI tidak jarang berbeda arah, antara radikal dan moderat. Di sisi lain, kegiatan-kegiatan LDK, organisasi ekstra (KAMMI, HTI), dan masjid kampus terindikasi mengajarkan radikalisme pada mahasiswa.

91

Sementara itu, program-program bidang kemahasiswaan nampak tidak terkait dengan pembinaan akhlak yang dilakukan oleh MPK, LDK, dan masjid.

Tidak sinerginya pihak-pihak yang membina akhlak mahasiswa PTU juga memunculkan sebuah dilema bagi dosen MPK, khususnya dosen MK PAI dan mahasiswa. Melakukan pembinaan akhlak hanya melalui mata kuliah MPK, khususnya PAI dengan mentoring PAI, tidak cukup intensif dan lama durasinya dalam membina akhlak. Namun mempersilahkan mahasiswa mengikuti pembinaan yang dilakukan LDK, organisasi ekstra kampus, dan masjid kampus yang cukup intensif dalam membina akhlak juga berarti membiarkan mahasiswa menjadi radikal dan eksklusif dalam beragama.122 Seperti bunyi pepatah, seakan makan buah simalakama, dilakukan sendiri tidak mampu, meminta tolong pihak lain menimbulkan masalah baru. Dilema pembinaan akhlak di PTU digambarkan dalam gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.6:

dilema pembinaan akhlak di PTU

122 Munawar Rahmat, “Corak Berpikir Keagamaan Mahasiswa (Ekslusif, Inklusif, Liberal)” dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam “Ta’lim”, vol. 10, no. 1 tahun 2012, 13-37.

Mahasiswa (lingkungan tidak kondusif) LDK, KAMMI, HTI, masjid MPK, mentoring, kemahasiswaan

kurang intensif intensif moderat radikal

92