• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuktian Hipotesis

Dalam dokumen ISI=BAB 1 6 dan DAFTAR PUSTAKA (Halaman 128-132)

HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

A. Hasil Penelitian

A.4. Pembuktian Hipotesis

Pembuktian hipotesis dari masing-masing variabel penelitian diuraikan sebagai berikut :

A.4.1.

Akumulasi Cd, Pb dan Hg pada Hati Ikan yang memunculkan

biomarker (MT, EROD, LSI dan GSI).

Pajanan logam berat Cd, Pb dan Hg di perairan berpengaruh terhadap konsentrasi Cd, Pb dan Hg pada hati ikan mas dan ikan nila. Adanya akumulasi Cd, Pb dan Hg di hati akan menginduksi sintesis metallothionein. Oleh karena itu setelah dilakukan analisis menggunakan HPLC pada akumulasi Cd, Pb dan Hg di hati ikan mas dan ikan nila muncul biomarker metallothionein-Cd, metallothionein-Pb dan metallothionein- Hg. Sedangkan pada ikan mas dan ikan nila yang hidup di perairan yang tidak terpajan logam berat (BBI) tidak ditemukan metallothionein.

Nilai aktivitas EROD menurun apabila ada pajanan logam berat. Nilai aktivitas EROD kelompok perlakuan lebih rendah daripada kelompok kontrol, baik pada ikan mas maupun ikan nila, dengan perbedaan yang sinifikan baik pada ikan mas maupun nila (p = 0,000 ; p < 0,01). Dengan demikian aktivitas EROD dapat digunakan sebagai biomarker pencemaran logam berat. Namun aktivitas EROD tidak dapat digunakan sebagai biomarker pencemaran logam berat secara spesifik, aktivitas EROD hanya dapat digunakan sebagai biomarker logam berat secara umum; tidak dapat sebagai penanda pencemaran Cd, Pb, Hg secara sendiri-sendiri.

LSI dan GSI dapat digunakan sebagai biomarker pencemaran logam berat secara umum; adanya pajanan logam berat mengakibatkan nilai LSI dan GSI pada kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol dengan perbedaan yang signifikan (LSI mas, p = 0,000; p < 0,01 dan GSI nila p = 0,001; p < 0,01 ; GSI mas p= 0,006; p< 0,01) kecuali pada LSI ikan nila tidak signifikan (p= 0,187 ; p> 0,05) Namun LSI dan GSI sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non polutan seperti penyakit, musim, dan tingkat nutrisi maka LSI dan GSI tidak dapat digunakan sebagai biomarker pencemaran logam berat karena banyak variabel perancunya dan tidak dapat digunakan sebagai biomarker logam berat secara spesifik. Dengan demikian metallothionein

logam berat di perairan, karena bersifat sensitif, spesifik, early warning dan universal; maka hipotesis nomor 1 terbukti.

A.4.2. Akumulasi logam berat Cd, Pb dan Hg pada hati ikan terhadap

sintesis metallothionein (MT-Cd, MT-Pb dan MT-Hg)

Berdasarkan uji regresi Probit, nilai konsentrasi terendah Cd yang dapat menginduksi munculnya MT-Cd pertama kali pada ikan mas dan nila masing-masing sebesar 0,00018 mg/kg dan 0,00023 mg/kg; nilai konsentrasi terendah Pb yang menginduksi munculnya MT-Pb pertama kali pada ikan mas dan nila masing-masing sebesar 0,00025 mg/kg dan 0,00028 mg/kg; sedangkan nilai konsentrasi terendah Hg yang menginduksi munculnya MT-Hg pertama kali adalah sebesar 0,00090 mg/kg pada ikan mas dan 0,00102 mg/kg pada ikan nila. Berdasarkan nilai rerata terlihat bahwa MT- Cd muncul pada konsentrasi Cd yang lebih rendah dari konsentrasi Pb dan Hg. Dengan kata lain Cd lebih cepat menginduksi terbentuknya MT-Cd daripada Pb dan Hg dalam menginduksi sintesis MT-Pb dan MT-Hg. Oleh karena itu MT-Cd muncul lebih dahulu meskipun pada konsentrasi Cd di hati yang paling rendah dibanding konsentrasi Pb dan Hg, maka hipotesis nomor 2 dan 3 terbukti.

A.4.3. Akumulasi Cd, Pb dan Hg pada hati ikan dan nilai BCF yang

memunculkan MT-Cd, MT-Pb dan MT-Hg

Hasil uji statistik nilai BCF logam kadmium menunjukkan bahwa munculnya MT-Cd pada ikan nila adalah sebesar 0,678267 L/kg, sedangkan pada ikan mas adalah sebesar 0,051233 L/kg. Demikian pula analisis statistik untuk menunjukkan

kemampuan menjerap logam timbal. Nilai BCF timbal yang memunculkan adanya MT- Pb pada ikan nila sebesar 0,081211 L/kg, sedangkan pada ikan mas sebesar 0,026880 L/kg. Adapun nilai BCF Hg yang memunculkan MT-Hg pada ikan nila sebesar 0,959096 L/kg dan pada ikan mas sebesar 0,581857 L/kg. Nilai BCF Cd, Pb dan Hg pada ikan mas masing-masing lebih kecil daripada ikan nila. Dengan demikian besarnya rerata nilai BCF yang menyebabkan munculnya biomarker MT-Cd, MT-Pb dan MT-Hg paling awal pada ikan nila dan ikan mas mempunyai nilai yang berbeda, maka hipotesis no.4 terbukti.

A.4.4. Akumulasi logam berat pada hati ikan mas dan nila yang

menginduksi munculnya Metallothionein

Hasil uji statistik terhadap akumulasi logam berat pada ikan mas dan ikan nila diperoleh signifikasi sebesar 0,006. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi hasil uji lebih kecil dari 0,01 sehingga dapat dikatakan bahwa uji beda terhadap ikan mas dan ikan nila menunjukkan adanya perbedaan nyata akumulasi logam berat pada ikan mas dan ikan nila yang menyebabkan munculnya biomarker metallothionein. Berdasarkan nilai rerata terlihat bahwa ikan mas memiliki rerata konsentrasi logam berat yang lebih rendah dari pada ikan nila, hal ini berarti metallothionein pada hati ikan mas lebih sensitif dibandingkan dengan ikan nila. Menggunakan uji Mann-Whitney terhadap konsentrasi logam berat pada hati ikan mas dan ikan nila didapatkan perbedaan yang sangat signifikan (p = 0,006; p < 0,01). Hal ini diperkuat dengan analisis probit. Pada uji regresi probit konsentrasi Cd, Pb dan Hg pada ikan nila masing-masing sebesar 0,00023 mg/kg, 0,00028 mg/kg dan 0,00102 mg/kg sudah menginduksi munculnya biomarker metallothionein (MT-Cd, MT-Pb dan MT-Hg). Sedangkan pada ikan mas dengan konsentrasi logam berat Cd, Pb dan Hg di hati masing-masing sebesar 0,00018

mg/kg, 0,00025 mg/kg dan 0,00090 mg/kg sudah menginduksi munculnya biomarker

metallothionein (MT-Cd, MT-Pb dan MT-Hg). Hal ini menunjukkan bahwa

metallothionein ikan mas muncul pada konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan ikan nila. Dengan kata lain pada ikan mas akumulasi logam berat di hati lebih rendah sudah dapat menginduksi munculnya biomarker metallothionein dibandingkan dengan ikan nila. Oleh karena itu metallothionein pada hati ikan mas lebih sensitif daripada ikan nila; dengan demikian hipotesis nomor 5 terbukti.

B. Bahasan

Dalam dokumen ISI=BAB 1 6 dan DAFTAR PUSTAKA (Halaman 128-132)