• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KABUPATEN BATU BARA

5. Daerah Administratif

1.6 Kerangka Teor

1.6.1 Otonomi Daerah dan Pemekaran Daerah

1.6.1.2 Pemekaran Daerah

Bangsa Indonesia melakukan reformasi tata pemerintahan sejak diberlakukannya UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Sejak saat itu berbagai pemikiran inovatif dan uji coba terus dilakukan sebagai upaya untuk menyempurnakan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi dalam rangka peningkatan pelayanan publik dan penanggulangan kemiskinan secara efektif.

Salah satu aspek yang sangat penting dari pelaksanaan otonomi daerah bsaat ini adalah terkait dengan pemekaran dan penggabungan wilayah yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antara pemerintah daerah dan masyarakat local dalam rangka pertumbuhan kehidupan demokrasi. Dengan interaksi yang lebih intensif antara masyarakat dan pemerintah Daerah Otonom Baru (DOB).

Secara umum, pemekaran daerah dapat diartikan sebagai suatu proses pembagian wilayah menjadi lebih dari satu wilayah, dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan mempercepat pembangunan yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan direvisi dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sesuai dengan PP No.78 Tahun 2007 bahwa pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah atau lebih.

Pada dasarnya pemekaran daerah memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai. Seperti yang ditulis dalam PP No. 78 Tahun 2007 hasil revisi PP No. 129 Tahun 2000, dimana disebutkan bahwa tujuan pemekaran daerah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan kepada, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban, peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.

Menurut Kastorius Sinaga17

1. Urgensi dan relevansi

ide pemekaran daerah setidaknya harus menjawab tiga isu pokok, diantaranya:

17

Dalam hal ini apakah urgensi pemekaran daerah berkaitan dengan penuntasan masalah kemiskinan dan marginalitas etnik. Jika tidak maka pemekaran daerah akan berdampak negative. Pertimbangan lain dari pemekaran daerah biasanya didasari oleh adanyya potensi sumber daya alam dan juga potensi sumber daya manusia yang terbatas. Jalan keluar yang paling mungkin adalah mengundang pihak luar menjadi investor dan ketika keputusan ini diambil maka tidak lama setelah itu akan terjadi proses eksploitasi yang sangat besar terhadap kekayaan alam yang dimiliki oleh daerah tersebut. Cara berpikir seperti inilah yang sangat mengkhawatirkan dn berpotensi mengundang terjadinya proses kemiskinan.

2. Prosedur

Dalam hal ini apakah prosedur pemekaran daerah sudah ditempuh dengan benar sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan. Jika tidak maka peoses pemekaran daerah ini akan berbelit-belit karena rantai birokrasi yang mengurus persoalan seperti ini memerlukan proses yang sangat panjang.

3. Dalam hal ini yaitu sejauh mana pemekaran daerah memberi dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan berimplikasi terhadap terpeliharanya identitas dan agama.

Terdapat beberapa alasan penting dari pembentukan dan pemekaran wilayah, yaitu18

1. Meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, sehingga kehidupan masyarakat akan secara cepat terangkat dan terbebas dari kemiskinan dan keterbelakangan seiring meningkatnya kesejahteraan.

:

18

2. Memperpendek spam of control (rentang kendali) manajemen pemerintahan dan pembangunan, sehingga fungsi manajemen pemerintahan akan lebih efektif, efisien, dn terkendali.

3. Untuk proses pemberdayaan masyarakat dengan menumbuhkembangkan inisiatif, kreativitas, dan inovasi masyarakat dalam pembangunan.

4. Menumbuhkan dan mengembangkan proses pembelajaran berdemokrasi masyarakat, dengan keterlibatan mereka dalam proses politik dan pembangunan.

Menurut Prasojo, bahwa terdapat sejumlah faktor pendorong untuk melakukan pemekaran daerah. Sekaligus hal tersebut menjadi penyebab mengapa penghentian (moratorium) pemekaran sulit dilakukan. Pertama, tuntutan terhadap pemekaran adalah cara hukum mendorong pemerintah untuk mengalirkan keuangan negarake daerah. Selama insentif keuangan berupa dana alokasi umum, dan dana perimbangan lainnya dari pemerintah pusat terus mengalir ke DOB, selama itu pula tuntutan pemekaran akan terjadi. Dengan kata lain, pemekaran adalah alat bagi daerah untuk menekankan pemerintah pusat agar memberikan uang kepada daerah.

Kedua, selain berdimensi keuangan negara, pemekaran memiliki dimensi politik. pemekaran merupakan cara untuk memberikan ruang yang lebih besar kepada kader-kader partai politik didaerah untuk berkiprah dilembaga-lembaga perwakilan serta lembaga pemerintahan daerah. Pembentukan DOB jelas diikuti pembentukan sejumlah struktur dan posisi daerah seperti kepala daerah, wakil daerah, anggota DPRD, dan posisi-posisi pemerintahan lainnya. Ketiga, pemekaran juga bisa berdimensi janji politisi kepada masyarakat di daerah pemilihannya (dapil). Apalagi menjelang pemilu, janji pemekaran akan menjadi alat kampanye yang efektif untuk mendongkrak suara dalam pemilu. Kontra opini terhadap pemekaran bisa dipandang tidak pro daerah dan tidak pro Rakyat. Keempat, tentu saja sangat legitimate untuk menyatakan bahwa dari

luas wilayah dan jangkauan pelayanan, pemekaran adalah jalan untuk mendekatkan pelayanan sekaligus meningkatkan kemakmuran masyarakat.19

Secara normatif, segala sesuatu yang berhubungan dengan Negara dan politik tertanam sebuah syarat dan aturan hukum yang sifatnya mengikat untuk dilaksanakan oleh siapapun, terlebih lagi terkait dengan pemekaran wilayah yang sifatnya lebig urgent. Sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 32/2004, pasal 5 bahwa pembentukan daerah harus memenuhi syarat administratif, teknis dan fisik kewilayahan. Syarat administratif untuk kabupaten atau kota meliputi adanya persetujuan DPRD, Provinsi dan Gubernur serta rekomendasi Mentri dalam Negeri. Sementara itu, syarat teknis meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang meliputi faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan faktor-faktor yang berhubungan dengan terselenggaranya otonomi daerah. Sedangkan syarat fisik meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan.20

Menurut Saul M. Katz

Dokumen terkait