• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2. Pemeliharaan Tanaman

struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.

3. Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma dengan herbisida, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.

4. Sistem dan manajemen sadap, dan lainnya. Dalam proses ini digunakan ethrel untuk menstimulai produksi lateks

Dengan asumsi bahwa pengelolaan kebun plasma dapat memenuhi seluruh kriteria yang dengan dikemukakan dalam kultur tehnis karet diatas, maka estimasi produksi dapat dilakukan dengan mengacu pada standar produksi yang telah ditetapkan.

2.7 Biaya Produksi

Keputusan manajemen dalam kaitan dengan penggunaan input produksi sangat penting dan perlu menjadi perhatian yang serius. Untuk menciptakan sesuatu output tentunya berbagai input yang digunakan seperti: tenaga kerja, barang-barang modal, teknologi, dan lainnya. Keseluruhan input ini pada hakikatnya berupa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses produksi (Sumanjaya, 2008; 106)

Fungsi biaya total ini merinci biaya total yang dikenakan oleh perusahaan untuk memproduksi suatu output tertentu selama kurun waktu tertentu. Para ahli ekonomi mendefinisikan biaya ditinjau dari biaya alternatif atau opportunity cost. Doktrin biaya alternatif menetapkan bahwa biaya dari suatu faktor produksi merupakan nilai maksimum yang diproduksi oleh faktor ini dalam suatu penggunaan alternatif. (Suhartati, 2003; 123) Biaya dapat kita kelompokkan berdasarkan realitas dan sifatnya. Berdasarkan realitas, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Biaya Eksplisit ialah pengeluaran yang nyata dari suatu perusahaan untuk membeli atau menyewa input atau faktor produksi yang diperlukan di dalam proes produksi. 2. Biaya Implisit ialah nilai dari suatu input milik sendiri atau keluarga yang digunakan

oleh perusahaan itu sendiri di dalam proses produksi. Berdasarkan sifatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Biaya Tetap

Merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan per satuan waktu tertentu, untuk keperluan pembayaran semua input tetap dan besarnya tidak bergantung dari jumlah produk yang dihasilkan.

2) Biaya Variabel

Merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan pada waktu tertentu, untuk pembayaran semua input variable yang digunakan dalam proses produksi.

2.8 Economies dan Diseconomies Scale

Merupakan pernyataan tentang bagaimana alternatif proses produksi dilakukan oleh suatu perusahaan. Economies scale berarti penggunaan input produksi dimana rata-rata biaya produksi menunjukkan penurunan sedangkan output dinyatakan meningkat. Diseconomies scale mengungkapkan peningkatan output diikuti oleh kenaikan biaya rata-rata produksi. (Nasution, S. H., 2007;88)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah atau metode prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di PTPN III Kebun Sarang Giting dengan menganalisa pengaruh penggunaan tenaga kerja, pupuk, luas lahan, dan ethrel terhadap produksi karet.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber datanya diperoleh dari PTPN III Kebun Sarang Giting, dalam kurun waktu 2008-2010( dalam, data bulanan). Disamping itu, data lainnya yang mendukung penelitian diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, literature, jurnal, majalah-majalah ekonomi, laporan-laporan penelitian ilmiah dan internet.

3.3 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer eviews 5.1, Microsoft Office Word 2007, Microsoft Office Excel 2007 untuk mengolah data dalam pengolahan skripsi ini.

3.4 Model Analisis Hasil

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model ekonometrik. Teknik analisis yang digunakan adalah model kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square /

OLS). Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linier berganda.

Model persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = f( X1, X2, X3, X4)……… (1)

Dari fungsi tesebut ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi linear dengan spesifikasi model sebagai berikut:

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ µ…….. (2)

Dimana:

Y = Produksi karet α = Intercept/ Konstanta β = Koefisien Regresi X1 = Luas Lahan (Hektar) X2 = Pupuk (Kg)

X3 = Stimulansia Ethrel (Kg) X4 = Tingkat curah hujan (mm)

µ = term of error (kasalahan pengganggu)

Secara sistematis bentuk persamaan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

, artinya apabila X1 (penggunaan lahan) mengalami kenaikan maka Y akan

, artinya apabila X2 (penggunaan pupuk) mengalami kenaikan maka Y akan

mengalami kenaikan, cateris paribus.

, artinya apabila X3 (penggunaan ethrel) mengalami kenaikan maka Y akan

mengalami kenaikan, cateris paribus.

, artinya apabila X4 (tingkat curah hujan) mengalami kenaikan maka Y akan mengalami penurunan, cateris paribus.

3.5 Test Of Goodnest Of Fit (Uji Kesesuaian) 3.5.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independent secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap variabel independen.

Ada 2 ciri dari R2 yang perlu diperhatikan: 1) Jumlah tidak pernah negatif.

2) Nilai R2 digunakan diantara 0 sampai 1 (0<R2<1), semakin mendekati 1 berarti semakin besar elastisitas YB terhadap YXi.

3.5.2 Uji F-Statistik (General Testing)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel independen. Rumus untuk mencari F hitung (F*) adalah:

Keterangan:

R2 =Koefisien Determinasi K = Jumlah variabel independen N = Jumlah variabel

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut: H0 : b1 = b2 = bk………. bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b2≠ 0………... i = 1 (ada pengaruh)

Kriteria pengambilan keputusan: 1. H0: β1= β2= β3 = 0

H0 diterima (F*<F tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

2. Ha: β1≠ β2≠ β3≠0

Ha diterima (F*>F tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel independen.

Ha diterima

Gamabar 3.1 Kurva Uji F-statistik

3.5.3 Uji t-statistik (Partial Test)

Uji t merupakan suatu pengujian secara partial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing kofisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen, dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : bi : b Hi : bi≠ b

Dimana bi adalah koefisien independen ke-I nilai parameter hipotesis. Biasanya b dianggap = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel independen.

Rumus ini mencari t-hitung (t*) adalah:

Keterangan

b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan:

H0: β H0 diterima (t* < t-tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel independen.

Ha: β = 0 Ha diterima (t*> t tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel independen.

H0 diterima

Ha diterima Ha diterima

0

Gambar 3.2 Kurva Uji t-statistik

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.6.1 Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi linear) diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari R-square, F-hitung, t-hitung, serta standart error.

Adapun multikolinearity ditandai dengan: a. Standart error tidak terhingga

c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori d. R2 sangat tinggi

3.6.2 Autokolerasi

Autokolerasi terjadi apabila term of error (µ) dari periode waktu yang berbeda berkolerasi. Dikatakan bahwa term of error berkolerasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (ei.ej) ≠ 0 untuk i≠j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokolerasi. Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokolerasi yaitu:

a. Dengan memplot grafik

b. Dengan Durbin-Wastson (uji D-W)

Dhitung =

c. Dengan uji Langrange Multiplier (LM Test)

Pengujian ini digunakan untuk melihat autokorelasi ialah dengan menggunakan Serial Correlation atau disebut juga dengan uji Breucsh-Godfrey.

Apabila estimasi yang diperoleh menunjukkan nilai Obs*R-square (χ2 hitung) >

χ2

tabel atau nilai Probability lebih rendah dari 0.05 maka hasil estimasi tersebut adalah signifikan. Dengan demikian, menurut uji serial korelasi (LM Test) terdapat autokorelasi dalam hasil estimasi.

Dan apabila terdapat autokorelasi, model tersebut dapat diobati dengan melakukan pengujian melalui transformasi model. Eviewss menyediakan dua cara transformasi untuk mengobati autokorelasi, yaitu:

1. Jika diasumsikan ρ = 1 (besar sekali) 2. Jika diasumsikan ρ ≠ 1

Apabila diasumsikan nilai ρ = 1 maka persamaan di atas menjadi: Yt – Yt-1= α1 (X1t – X1-1t) + µt

Pada persamaan di atas nilai konstanta sudah tidak ada. Jadi hanya regresi antara variabel Y dan variabel X saja tanpa intercept. Pada metode ini, penulis mengestimasi nilai ρ ersebut, yaitu dengan cara menggunakan model AR(1).

Apabila pengujian menunjukkan bahwa nilai Obs*R-squared lebih kecil dari nilai tabel Chi-Square atau nilai Prob. Chi-Square(2) lebih besar 0.05 maka model tidak terdapat autokorelasi.

3.7Definisi Operasional

1. Produksi karet adalah jumlah karet yang diproduksi oleh PTPN III Kebun Sarang Giting dalam kurun waktu 1990-2010, yang dinyatakan dalam satuan ton.

2. Lahan adalah luas areal yang digunakan untuk memproduksi karet, yang dinyatakan dalam satuan hektar.

3. Pupuk adalah adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menambah kesuburan tanah, yang dinyatakan dalam satuan Kg.

4. Ethrel adalah bahan kimia yang menstimulasi hasil produksi karet, yang dinyatakan dalam satuan Kg.

5. Curah hujan adalah banyaknya hujan yang tercurah (turun) di suatu daerah dlam jangka waktu tertentu, yang dinyatakan dalam satuan milimeter (mm).

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Kebun Sarang Giting merupakan salah satu unit usaha di PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) yang berkantor pusat di Jalan Sei Batang Hari No. 2 Sei Sikambing Medan. Kebun Sarang Giting berada dalam wilayah pengawasan Distrik Deli Serdang II yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Serbajadi dengan luas HGU 3.051,72 Ha, yang terdiri dari tanaman karet seluas 2.240,85 Ha, tanaman kelapa sawit seluas 430,05 Ha, total luas tanaman karet dan kelapa sawit 2.670,90 Ha luas areal lain- lain (non tanaman) 380,82 Ha. Dan memiliki Pabrik Pengolahan Karet (PPK) dengan kapasitas olah 11.000 Kg KK/hari dengan hasil olah berupa RSS I > 95 %, RSS III < 4 % dan Cutting < 1 %.

Kebun Sarang Giting berasal dari dua kebun yaitu Kebun Sarang Giting dan Kebun Serbajadi. Kebun Sarang Giting sebelum Perang Dunia ke II sampai tahun 1953 bernama Deli Batavia Rubber Maschapy (DBRM). Pada tahun 1953-1958 mengalami perubahan menjadi Vrenigde Deli Maschapay (VDM). Pada tahun 1958-1963 berubah menjadi Perusahan Sumatera Utara VII. Pada tahun 1963-1968 berubah kembali dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Karet III dan pada tahun 1968 berubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) IV.

Pada tahun 1958 Kebun Serbajadi berubah nama menjadi NV Sumatra Rubber Culture Serbajadi, pada tahun 1958-1963 bernama Perusahaan Perkebunan Sumatera Utara VII. Pada tahun 1968 menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) IV.

Pada tahun 1969 dilakukan penggabungan 2 (dua) kebun menjadi Kebun Sarang Giting dengan nama PNP IV, dan pada tahun 1978 diubah kembali menjadi PT. Perkebunan

IV. Pada masa konsolidasi PT. Perkebunan IV Kebun Sarang Giting menjadi bagian dari PTP III, PTP IV, dan PTP V. Sesuai Peraturan Pemerintah RI nomor 8 tahun 1996, terhitung mulai tanggal 11 Maret 1996 dengan Akte nomor 36 dari Notaris Harun Kamil, SH di Jakarta berubah kembali dengan nama menjadi PT. Perkebunan Nusantara III.

Kebun / Unit Sarang Giting saat ini sesuai RKAP Areal Statement tahun 2011 terdiri dari 5 (lima) Afdeling dengan luasan sebagai berikut :

1. Afdeling I : Luas 814, 69 ha 2. Afdeling II : Luas 571, 64 ha 3. Afdeling III : Luas 565, 42 ha 4. Afdeling IV : Luas 473, 48 ha 5. Afdeling V : Luas 626,49 ha

Total HGU : Luas 3.051,72 ha

Masa berlaku Hak Guna Usaha ( HGU ) Kebun Sarang Giting terdiri dari : 1. Desa Sarang Giting No. SK.181/HGU/BPN/2004, berakhir 31 Desember 2029

2. Desa Serbajadi No. 2 tgl. 08-04-2009 (37-HGU-BPN RI-2009), berakhir 07 April 2034 3. Desa Serbajadi No. 3 tgl. 08-04-2009 (37-HGU-BPN RI-2009), berakhir 07 April 2034 4. Desa Serbajadi No. 4 tgl. 08-04-2009 (37-HGU-BPN RI-2009), berakhir 07 April 2034.

4.1.2 Lokasi Perusahaan

Kebun Sarang Giting terletak di Desa Sarang Giting, Desa Durian Puloan, Desa Sarang Terep, Desa Bajarongge, Desa Dolok Manampang di Kecamatan Dolok Masihul, Desa Serbajadi, Desa Tanjung Harap serta Desa Karang Tengah di Kecamatan Serbajadi Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara dengan Desa Serbajadi

2. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Dolok Masihul

4. Sebelah Barat dengan Kamp Nilam, Desa Dolok Manampang

Kebun Sarang Giting berada pada ketinggian ± 50 meter dari permukaan laut. Tofografi Kebun Sarang Giting pada umumnya terdiri dari daerah rata dan bergelombang. Kebun Sarang Giting ( Emplasment ) berjarak ± 60 km dari kota Medan, Sei Karang ± 22 km, Lubuk Pakam ± 31 km dan Tebing Tinggi ± 28 km.

4.1.3 Tujuan Perusahaan

Maksud dan tujuan perusahaan sesuai akte pendirian adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dari program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional umumnya, khususnya disektor pertanian sub sektor perkebunan dalam arti yang seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip perusahaan yang sangat berdasarkan kepada azas :

1. Mempertahankan dan meningkatkan kontribusi pendapatan nasional dari sektor perkebunan melalui upaya peningkatan produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri sekaligus dalam rangka meningkatkan export non migas.

2. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup karyawan pada khususnya.

3. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air dan kesuburan tanah.

4.1.4 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Perkebunan Sarang Giting yang merupakan bagian dari PT Perkenunan Nusantara III (Persero) adalah perkebunan yang memproduksi hasil karet dalam bentuk lateks dan compo yang kemudian diolah pada Pabrik Pengolahan Karet serta menghasilkan jenis hasil perkebunan lain misalnya sawit dan coklat.

4.2 Struktur Organisasi

Untuk menciptakan sistem kerja yang terkoordinasi dengan baik sehingga jelas arah dan tujuannnya, maka suatu perusahaan harus memiliki struktur organisasi yang jelas. Hal ini bermanfaat untuk memanajemen semua fungsi dalam perusahaan. Sehingga setiap personel dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya.

Kebun Sarang Giting pada saat ini dipimpin seorang Manajer dan dibantu dengan 1 (satu) Orang Asisten Kepala, 5 (lima) Orang Asisten Afdeling, 1 (satu) Orang Asisten STAB, 1 (satu) Orang Asisten Pengolahan Karet, 1 (satu) Orang Asisten Tata Usaha , 1 (satu) Orang Asisten Personalia Kebun dan Seorang Perwira Pengaman (Pa. Pam).

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara III ( Persero) Kebun Sarang Giting

4.2.1 Pembagian Tugas dan Wewenang

Berikut adalah pembagian tugas dan wewenang dari masing-masing jabatan pada struktur organisasi Kebun Sarang Giting PT Perkebunan Nusantara III yaitu:

a. Tugas dan Tanggung Jawab Manajer

MANAJER Asisten Kepala Afd I Perwira Pengaman Asst. Pengolahan Asst. Personalia Kebun Asst Tata Usaha ASTAB Afd I Asst. AFD Asst. Tanaman

1. Merumuskan serta menjelaskan sasaran dan target produksi kebun kepada semua komponen kerja untuk membuat program kerja dengan mempedomani ketentuan- ketentuan yang berlaku.

2. Bersama kepala-kepala bagian menyusun RKAP dan RKO perusahaan

3. Melaksanakan instruksi direksi dengan membuat petunjuk pelaksanaan demi kepastian terlaksananya insruksi.

4. Mengendalikan pemakaian biaya dengan cara membandingkan biaya penggunaan faktor-faktor produksi yang telah ditentukan di RKAP dan RKO.

5. Melaksanakan pengawasan melekat dengan menilai hasil kerja setiap bagian secara terus-menerus dengan membadingkan hasil nyata terhadap norma kerja serta melakukan tindakan pemulihan untuk menghindari deviassi yang melebihi batas toleransi.

6. Menciptakan iklim kerja yang serasi dengan memperhatikan hubungan dalam dan keluar, kehidupan sosial bawahan dan masyarakat di sekitar kebun.

b. Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Kepala

1. Menjamin bahwa kebijakan Mutu, Lingkungan, K3, Visi Misi, Tata Nilai, Paradigma, Strategy, RSPO diterapkan di seluruh tingkat tanaman (Afdeling) yang dipimpinnya.

2. Membantu Manajer untuk mengidentifikasi persyaratan sumber daya manusia dan menugaskan personil terlatih terhadap seluruh posisi yang mempengaruhi mutu di tanaman (Afd) yang dipimpinnya.

3. Meninjau persyaratan-persyaratan kontrak pemeliharaan tanaman yang dikerjakan oleh pemborong.

4. Meninjau persyaratan-persyaratan bahan yang diusulkan oleh para asisten tanaman.

5. Meninjau rencana produksi dan jadwal pemeliharaan tanaman yang diajukan asisten tanaman.

6. Mengevaluasi kemajuan produksi dan pemeliharaan tanaman secara periodik.

c. Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Tanaman

1. Menjamin bahwa kebijakan Mutu, Lingkungan, K3, Visi Misi, Tata Nilai, Paradigma, Strategy, RSPO diterapkan di seluruh Karyawan di Afdeling masing-masing.

2. Membuat rencana pemeliharaan rutin, TU/TB/Konversi/Pembibitan dan TU/TB/Konversi/Pembibitan dan proses panen ditanaman dan mengajukannya ke Askep untuk dievaluasi sesuai RKO, yang dibutuhkan / bulan dst.

3. Memaksimalkan potensi poduksi.

4. Mengevaluasi realisasi kerja pemeliharaan dan produksi tanaman yang berhubungan dengan produksi, tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan kimia yang digunakan.

5. Mencek pemakaian tenaga kerja, bahan kimia, peralatan yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan baik pemeliharaan maupun eksploitasi.

6. Melakukan Tap/kap speksi proses panen dan pemeliharaan sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan serta membuat jadwal rencana pelaksaannya.

d. Tugas dan Tanggung Jawab ASTAB ( Asisten Sipil/ Traksi dan Alat Berat)

1. Menjamin bahwa kebijakan Mutu, Lingkungan, K3, Visi Misi, Tata Nilai, Paradigma, Strategy, RSPO diterapkan di seluruh Karyawan di bagian teknik sipil dan traksi.

2. Menjamin bahwa setiap aktifitas pekerjaan dibagian telah selesai dengan prosedur mutu dan instruksi kerja yang telah didokumentasikan sampai efektif.

3. Mengajukan permintaan bahan-bahan /alat-alat untuk kepentingan teknik /CD/traksi sesuai perencanaan yang dibuat.

4. Merencanakan semua peralatan / mesin-mesin untuk dipelihara baik secara rutin maupun break down maintenance.

e. Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Tata Usaha

1. Menjamin bahwa kebijakan Mutu, Lingkungan, Visi Misi, Tata Nilai, Paradigma, Strategy, RSPO diterapkan di seluruh Bagian ATU.

2. Menjamin bahwa semua aktivitas-aktivitas pekerjaan pada pembelian, persetujuan rekanan,pengadaan produk telah sesuai dengan Prosedur Mutu yang telah didokumentasikan sampai efektif.

3. Memeriksa dan mengevaluasi setiap permintaan dari bagian terkait untuk disesuaikan kepada rekening anggaran.

4. Mengawasi pelaksanaan identifikasi terhadap semua bahan bahan / alat alat yang ada di gudang.

5. Mengevaluasi penilaian kinerja rekanan yang ada di kebun setiap semester.

f. Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Personalia Kebun

1. Menjamin bahwa kebijakan Mutu, Lingkungan, Visi Misi, Tata Nilai, Paradigma, Strategy, RSPO diterapkan di seluruh Bagian Personalia

2. Menjamin bahwa semua aktivitas –aktivitas pelatihan/diklat yang dilaksanakan telah sesuai dengan Prosedur Mutu dan catatan-catatan mutu yang telah didokumentasikan sampai efektif.

3. Mengadakan koordinasi /kerjasama dengan pihak ke III/ Disnaker menyangkut tugas- tugas ketengakerjaan.

4. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dari semua bagian Afdeling untuk diteruskan ke bagian SDM di Kandir.

5. Mempersiapkan daftar program pelatihan/ diklat dengan bagian-bagian terkait.

6. Mempersiapkan agenda meeting pada tinjauan manajemen yang berhubungan dengan peningkatan sumber daya manusia.

1. Menjamin bahwa kebijakan Mutu, Lingkungan, K3, Visi Misi, Tata Nilai, Paradigma, Strategy, RSPO diterapkan di seluruh karyawan di bagian Pengolahan.

2. Membuat rencana pemakaian tenaga kerja , peralatan dan bahan kimia yang diperlukan pada proses pengolahan sesuai dengan RKAP dan penjabarannya sesuai ke RKO.

3. Berusaha agar proses pengolahan dilakukan sesuai dengan prosedur mutu, instruksi kerja melaksanakannya sesuai dengan Prosedur K3 dan efesiensi supaya produktifitas dapat tercapai.

4. Mempersiapkan agenda meeting yang berhubungan dengan proses pengolahan seperti produksi, tenaga kerja, peralatan,bahan kimia yang digunakan.

5. Mengidentifikasikan semua kegiatan yang yang mampu telusur yang berhubungan dengan proses pengolahan sampai pada final produk digudang.

h. Tugas dan Tanggung Jawab Papam (Perwira Pengaman)

1. Melakukan tugas pengamanan produksi dan areal di unit usaha kebun Sarang Giting. 2. Mengatur tugas pengawalan saat gajian dan pembayaran bonus dan THR.

3. Melakukan koordinasi pengamanan dengan pihak pengamanan eksternal (TNI / POLRI).

4.3 Produksi Perusahaan 4.3.1 Uraian Proses Produksi

Proses produksi pada tanaman pertanian apalagi tanaman perkebunan tidak hanya mengenai cara eksploitasi/ pemanenan hasil tanaman. Proses produksi disini dilihat dari sejak awal penanaman, pemeliharaan, sampai eksploitasi. Setiap fase tersebut mempunyai arti penting dalam memperoleh hasil produksi yang maksimal.

1. Penanaman

Dalam perkebunan hal ini lebih dikenal dengan pelaksanaan tanaman ulang (TU). Dimana ditanam tanaman baru untuk menggantikan tanaman yang sudah tidak produktif lagi. Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Di perkebunan

Sarang Giting tanaman-tanaman yang kurang produktif pada umumnya diremajakan dengan klon karet unggul PB 260. Seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat- sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik.

Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.

Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.

Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.

Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain : pemberantasan alang-alang dan gulma lainnya serta penanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crops = LCC). Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.

2. Pemeliharaan Tanaman

Pada umumnya pemeliharaan pada TM (Tanaman Menghasilkan) dan lahan TBM Tanaman Belum Menghasilkan). Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan

Dokumen terkait