• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5. Proses Lateks di Pabrik

4.5 Pengujian Hipotesis

4.5.3 Uji t-statistik

Analisis ini bertujuan untuk menegtahui apakah variabel bebas yang ada, yakni lahan, tenaga kerja, ethrel, curah hujan mampu secara parsial mempengaruhi jumlah produksi karet di Perkebunan Sarang Giting selama kurun waktu 2008 sampai 2010.

 Variabel X1 ( Tenaga Kerja) a. Hipotesis Hipotesis H0: β1 = 0 Ha: β1≠ 0 b. α = 1%, α =5%, α = 10% ; n = 36; k =4; df (n-k-1) = 31 c. Statistik penguji: t-hitung = 0,371 t-tabel = 2,024

d. Kriteria pengambilan keputusan

H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel (α = 5%) Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 5%)

e. Keputusan H0 diterima karena t-hitung < t-tabel (0,371 < 2,024). Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (lahan) memberikan pengaruh yang tidak signifikan secara statistik terhadap perkembangan jumlah produksi karet di kebun Sarang Giting pada tingkat kepercayaan 95% selama kurun waktu 2008 sampai 2010.  Variabel X2 (Pupuk) a. Hipotesis Hipotesis H0: β1 = 0 Ha: β1≠ 0 b. α = 1%, α =5%, α = 10% ; n = 36; k =4; df (n-k) = 31 c. Statistik penguji:

t-hitung = 0,073 t-tabel = 2,024

d. Kriteria pengambilan keputusan

H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel (α = 5%) Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 5%)

e. Keputusan H0 diterima karena t-hitung < t-tabel (0,073 < 2,024). Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel X2 (tenaga kerja) memberikan pengaruh yang tidak signifikan secara statistik terhadap perkembangan jumlah produksi karet di kebun Sarang Giting pada tingkat kepercayaan 95% selama kurun waktu 2008 sampai 2010.

 Variabel X3 (Ethrel) a. Hipotesis Hipotesis H0: β1 = 0 Ha: β1≠ 0 b. α = 1%, α =5%, α = 10% ; n = 36; k =4; df (n-k) = 31 c. Statistik penguji: t-hitung = 3,415 t-tabel = 2,024

d. Kriteria pengambilan keputusan

H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel (α = 5%) Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 5%)

e. Keputusan Ha diterima karena t-hitung > t-tabel (0,371 < 2,024). Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel X3 (ethrel) memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap perkembangan jumlah produksi karet di

kebun Sarang Giting pada tingkat kepercayaan 95% selama kurun waktu 2008 sampai 2010.

 Variabel X4 (Curah Hujan) a. Hipotesis Hipotesis H0: β1 = 0 Ha : β1≠ 0 b. α = 1%, α =5%, α = 10% ; n = 36; k =4; df (n-k) = 31 c. Statistik penguji: t-hitung = -0.303 t-tabel = 2,024

d. Kriteria pengambilan keputusan

H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel (α = 5%) Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 5%)

e. Keputusan H0 diterima karena t-hitung < t-tabel (-0,303 < 2,024). Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel X4 (curah hujan) memberikan pengaruh yang tidak signifikan secara statistik terhadap perkembangan jumlah produksi karet di kebun Sarang Giting pada tingkat kepercayaan 95% selama kurun waktu 2008 sampai 2010.

4.5.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Multikolinearity

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi yang digunakan terdapat korelasi yang sempurna diantara variabel-variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearity dapat juga dilihat dari R2, F-hitung, dan standar error. Keberadaan multikolinearity dapat juga diketahui dengan menggunakan uji multikolinearity yaitu dengan meregres masing-masing variabel indepeden.

Correlation matrix X1 X2 X3 X4 Y X1 1.000000 0.919679 0.324470 -0.127168 0.432986 X2 0.919679 1.000000 0.058203 -0.340416 0.274583 X3 0.324470 0.058203 1.000000 0.155772 0.645993 X4 -0.127168 -0.340416 0.155772 1.000000 0.002291 Y 0.432986 0.274583 0.645993 0.002291 1.000000

Hasil di atas menunjukkan bahwa korelasi antar variabel tidak begitu erat dan tidak terdapat multikolinearity. Ini terlihat dari nilai regresi

b. Uji Autokorelasi

Uji Durbin-Watson digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel yang diamati.

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut: H0 : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : p ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Berdasarkan hasil outpu eviews, diperoleh D-W hitung sebesar 1,009458. Sementara nilai-nilai tabel yang diperoleh adalah:

1. Du = 1.73 2. Dl = 1.24 3. 4-Du = 2.27 4. 4-Dl = 2.76

Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa nilai D-W lebih besar dari nilai Du dan lebih kecil dari nilai 4-Du (1.73 < 1.00 < 2.27). Berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelai pada model estimasi (H0 diterima).

Autokolerasi Autokolerasi(-)

H0 accept

0 1.24 1.73 1 2.27 2.74 4

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Kebun Sarang Giting merupakan salah satu unit usaha di PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) yang berkantor pusat di Jalan Sei Batang Hari No. 2 Sei Sikambing Medan. Kebun Sarang Giting berada dalam wilayah pengawasan Distrik Deli Serdang II yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Serbajadi dengan luas HGU 3.051,72 Ha, yang terdiri dari tanaman karet seluas 2.240,85 Ha, tanaman kelapa sawit seluas 430,05 Ha, total luas tanaman karet dan kelapa sawit 2.670,90 Ha luas areal lain- lain (non tanaman) 380,82 Ha. Dan memiliki Pabrik Pengolahan Karet (PPK) dengan kapasitas olah 11.000 Kg KK/hari dengan hasil olah berupa RSS I > 95 %, RSS III < 4 % dan Cutting < 1 %.

Kebun Sarang Giting berasal dari dua kebun yaitu Kebun Sarang Giting dan Kebun Serbajadi. Kebun Sarang Giting sebelum Perang Dunia ke II sampai tahun 1953 bernama Deli Batavia Rubber Maschapy (DBRM). Pada tahun 1953-1958 mengalami perubahan menjadi Vrenigde Deli Maschapay (VDM). Pada tahun 1958-1963 berubah menjadi Perusahan Sumatera Utara VII. Pada tahun 1963-1968 berubah kembali dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Karet III dan pada tahun 1968 berubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) IV.

Pada tahun 1958 Kebun Serbajadi berubah nama menjadi NV Sumatra Rubber Culture Serbajadi, pada tahun 1958-1963 bernama Perusahaan Perkebunan Sumatera Utara VII. Pada tahun 1968 menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) IV.

Pada tahun 1969 dilakukan penggabungan 2 (dua) kebun menjadi Kebun Sarang Giting dengan nama PNP IV, dan pada tahun 1978 diubah kembali menjadi PT. Perkebunan

IV. Pada masa konsolidasi PT. Perkebunan IV Kebun Sarang Giting menjadi bagian dari PTP III, PTP IV, dan PTP V. Sesuai Peraturan Pemerintah RI nomor 8 tahun 1996, terhitung mulai tanggal 11 Maret 1996 dengan Akte nomor 36 dari Notaris Harun Kamil, SH di Jakarta berubah kembali dengan nama menjadi PT. Perkebunan Nusantara III.

Kebun / Unit Sarang Giting saat ini sesuai RKAP Areal Statement tahun 2011 terdiri dari 5 (lima) Afdeling dengan luasan sebagai berikut :

1. Afdeling I : Luas 814, 69 ha 2. Afdeling II : Luas 571, 64 ha 3. Afdeling III : Luas 565, 42 ha 4. Afdeling IV : Luas 473, 48 ha 5. Afdeling V : Luas 626,49 ha

Total HGU : Luas 3.051,72 ha

Masa berlaku Hak Guna Usaha ( HGU ) Kebun Sarang Giting terdiri dari : a) Desa Sarang Giting No. SK.181/HGU/BPN/2004, berakhir 31 Desember 2029 b) Desa Serbajadi No. 2 tgl. 08-04-2009 (37-HGU-BPN RI-2009), berakhir 07 April

2034

c) Desa Serbajadi No. 3 tgl. 08-04-2009 (37-HGU-BPN RI-2009), berakhir 07 April 2034

d) Desa Serbajadi No. 4 tgl. 08-04-2009 (37-HGU-BPN RI-2009), berakhir 07 April 2034.

4.1.2 Lokasi Perusahaan

Kebun Sarang Giting terletak di Desa Sarang Giting, Desa Durian Puloan, Desa Sarang Terep, Desa Bajarongge, Desa Dolok Manampang di Kecamatan Dolok Masihul, Desa Serbajadi, Desa Tanjung Harap serta Desa Karang Tengah di Kecamatan Serbajadi Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan :

• Sebelah Utara dengan Desa Serbajadi

• Sebelah Selatan dengan Kecamatan Dolok Masihul • Sebelah Timur dengan Desa Bajarongge

• Sebelah Barat dengan Kamp Nilam, Desa Dolok Manampang

Kebun Sarang Giting berada pada ketinggian ± 50 meter dari permukaan laut. Tofografi Kebun Sarang Giting pada umumnya terdiri dari daerah rata dan bergelombang. Kebun Sarang Giting ( Emplasment ) berjarak ± 60 km dari kota Medan, Sei Karang ± 22 km, Lubuk Pakam ± 31 km dan Tebing Tinggi ± 28 km.

4.1.3 Tujuan Perusahaan

Maksud dan tujuan perusahaan sesuai akte pendirian adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dari program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional umumnya, khususnya disektor pertanian sub sektor perkebunan dalam arti yang seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip perusahaan yang sangat berdasarkan kepada azas:

4. Mempertahankan dan meningkatkan kontribusi pendapatan nasional dari sektor perkebunan melalui upaya peningkatan produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri sekaligus dalam rangka meningkatkan export non migas.

5. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup karyawan pada khususnya.

6. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air dan kesuburan tanah.

4.1.4 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Perkebunan Sarang Giting yang merupakan bagian dari PT Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah perkebunan yang memproduksi hasil karet dalam bentuk lateks dan compo

yang kemudian diolah pada Pabrik Pengolahan Karet serta menghasilkan jenis hasil perkebunan lain misalnya sawit dan coklat.

4.2 Struktur Organisasi

Untuk menciptakan sistem kerja yang terkoordinasi dengan baik sehingga jelas arah dan tujuannnya, maka suatu perusahaan harus memiliki struktur organisasi yang jelas. Hal ini bermanfaat untuk memanajemen semua fungsi dalam perusahaan. Sehingga setiap personel dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya.

Kebun Sarang Giting pada saat ini dipimpin seorang Manajer dan dibantu dengan satu Orang Asisten Kepala, lima Orang Asisten Afdeling, satu Orang Asisten STAB, satu Orang Asisten Pengolahan Karet, satu Orang Asisten Tata Usaha, satu Orang Asisten Personalia Kebun dan Seorang Perwira Pengaman (Pa.Pam).

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PTPN III Sarang Giting

4.2.1 Pembagian Tugas dan Wewenang

Berikut adalah pembagian tugas dan wewenang dari masing-masing jabatan pada struktur organisasi Kebun Sarang Giting PT Perkebunan Nusantara III yaitu:

i. Tugas dan Tanggung Jawab Manajer

MANAJER Asisten Kepala Afd I PaPam Afd I Asst. Pengolahan Asst.Personalia Kebun Asst Tata Usaha ASTAB Afd I Asst. AFD Asst. Tanaman

7. Merumuskan serta menjelaskan sasaran dan target produksi kebun kepada semua komponen kerja untuk membuat program kerja dengan mempedomani ketentuan- ketentuan yang berlaku.

8. Bersama kepala-kepala bagian menyusun RKAP dan RKO perusahaan

9. Melaksanakan instruksi direksi dengan membuat petunjuk pelaksanaan demi kepastian terlaksananya insruksi.

10.Mengendalikan pemakaian biaya dengan cara membandingkan biaya penggunaan faktor-faktor produksi yang telah ditentukan di RKAP dan RKO.

11.Melaksanakan pengawasan melekat dengan menilai hasil kerja setiap bagian secara terus-menerus dengan membadingkan hasil nyata terhadap norma kerja serta melakukan tindakan pemulihan untuk menghindari deviassi yang melebihi batas toleransi.

12.Menciptakan iklim kerja yang serasi dengan memperhatikan hubungan dalam dan keluar, kehidupan sosial bawahan dan masyarakat di sekitar kebun.

j. Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Kepala

7. Menjamin bahwa kebijakan Mutu, Lingkungan, K3, Visi Misi, Tata Nilai, Paradigma, Strategy, RSPO diterapkan di seluruh tingkat tanaman (Afdeling) yang dipimpinnya.

8. Membantu Manajer untuk mengidentifikasi persyaratan sumber daya manusia dan menugaskan personil terlatih terhadap seluruh posisi yang mempengaruhi mutu di tanaman (Afd) yang dipimpinnya.

9. Meninjau persyaratan-persyaratan kontrak pemeliharaan tanaman yang dikerjakan oleh pemborong.

10.Meninjau persyaratan-persyaratan bahan yang diusulkan oleh para asisten tanaman.

11.Meninjau rencana produksi dan jadwal pemeliharaan tanaman yang diajukan asisten tanaman.

12.Mengevaluasi kemajuan produksi dan pemeliharaan tanaman secara periodik.

k. Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Tanaman

7. Menjamin bahwa kebijakan Mutu, Lingkungan, K3, Visi Misi, Tata Nilai, Paradigma, Strategy, RSPO diterapkan di seluruh Karyawan di Afdeling masing-masing.

8. Membuat rencana pemeliharaan rutin, TU/TB/Konversi/Pembibitan dan TU/TB/Konversi/Pembibitan dan proses panen ditanaman dan mengajukannya ke Askep untuk dievaluasi sesuai RKO, yang dibutuhkan / bulan dst.

9. Memaksimalkan potensi poduksi.

10. Mengevaluasi realisasi kerja pemeliharaan dan produksi tanaman yang berhubungan dengan produksi, tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan kimia yang digunakan.

11. Mencek pemakaian tenaga kerja, bahan kimia, peralatan yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan baik pemeliharaan maupun eksploitasi.

12.Melakukan Tap/kap speksi proses panen dan pemeliharaan sesuai dengan norma- norma yang telah ditetapkan serta membuat jadwal rencana pelaksaannya.

l. Tugas dan Tanggung Jawab ASTAB ( Asisten Sipil/ Traksi dan Alat Berat)

6. Menjamin bahwa kebijakan Mutu, Lingkungan, K3, Visi Misi, Tata Nilai, Paradigma, Strategy, RSPO diterapkan di seluruh Karyawan di bagian teknik sipil dan traksi.

7. Menjamin bahwa setiap aktifitas pekerjaan dibagian telah selesai dengan prosedur mutu dan instruksi kerja yang telah didokumentasikan sampai efektif.

8. Mengajukan permintaan bahan-bahan /alat-alat untuk kepentingan teknik /CD/traksi sesuai perencanaan yang dibuat.

9. Merencanakan semua peralatan / mesin-mesin untuk dipelihara baik secara rutin maupun break down maintenance.

10. Bertanggung jawab terhadap pemakaian spare part dan mencatatnya pada kartu onderdil.

m. Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Tata Usaha

6. Menjamin bahwa kebijakan Mutu, Lingkungan, Visi Misi, Tata Nilai, Paradigma, Strategy, RSPO diterapkan di seluruh Bagian ATU.

7. Menjamin bahwa semua aktivitas-aktivitas pekerjaan pada pembelian, persetujuan rekanan,pengadaan produk telah sesuai dengan Prosedur Mutu yang telah didokumentasikan sampai efektif.

8. Memeriksa dan mengevaluasi setiap permintaan dari bagian terkait untuk disesuaikan kepada rekening anggaran.

9. Mengawasi pelaksanaan identifikasi terhadap semua bahan bahan / alat alat yang ada di gudang.

10. Mengevaluasi penilaian kinerja rekanan yang ada di kebun setiap semester.

n. Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Personalia Kebun

7. Menjamin bahwa kebijakan Mutu, Lingkungan, Visi Misi, Tata Nilai, Paradigma, Strategy, RSPO diterapkan di seluruh Bagian Personalia

8. Menjamin bahwa semua aktivitas –aktivitas pelatihan/diklat yang dilaksanakan telah sesuai dengan Prosedur Mutu dan catatan-catatan mutu yang telah didokumentasikan sampai efektif.

9. Mengadakan koordinasi /kerjasama dengan pihak ke III/ Disnaker menyangkut tugas- tugas ketengakerjaan.

10. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dari semua bagian Afdeling untuk diteruskan ke bagian SDM di Kandir.

11. Mempersiapkan daftar program pelatihan/ diklat dengan bagian-bagian terkait.

12. Mempersiapkan agenda meeting pada tinjauan manajemen yang berhubungan dengan peningkatan sumber daya manusia.

o. Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Pengolahan

6. Menjamin bahwa kebijakan Mutu, Lingkungan, K3, Visi Misi, Tata Nilai, Paradigma, Strategy, RSPO diterapkan di seluruh karyawan di bagian Pengolahan.

7. Membuat rencana pemakaian tenaga kerja , peralatan dan bahan kimia yang diperlukan pada proses pengolahan sesuai dengan RKAP dan penjabarannya sesuai ke RKO.

8. Berusaha agar proses pengolahan dilakukan sesuai dengan prosedur mutu, instruksi kerja melaksanakannya sesuai dengan Prosedur K3 dan efesiensi supaya produktifitas dapat tercapai.

9. Mempersiapkan agenda meeting yang berhubungan dengan proses pengolahan seperti produksi, tenaga kerja, peralatan,bahan kimia yang digunakan.

10. Mengidentifikasikan semua kegiatan yang yang mampu telusur yang berhubungan dengan proses pengolahan sampai pada final produk digudang.

p. Tugas dan Tanggung Jawab Papam (Perwira Pengaman)

4. Melakukan tugas pengamanan produksi dan areal di unit usaha kebun Sarang Giting. 5. Mengatur tugas pengawalan saat gajian dan pembayaran bonus dan THR.

6. Melakukan koordinasi pengamanan dengan pihak pengamanan eksternal (TNI / POLRI).

4.3 Produksi Perusahaan 4.3.1 Uraian Proses Produksi

Proses produksi pada tanaman pertanian apalagi tanaman perkebunan tidak hanya mengenai cara eksploitasi/ pemanenan hasil tanaman. Proses produksi disini dilihat dari sejak awal penanaman, pemeliharaan, sampai eksploitasi. Setiap fase tersebut mempunyai arti penting dalam memperoleh hasil produksi yang maksimal.

6. Penanaman

Dalam perkebunan hal ini lebih dikenal dengan pelaksanaan tanaman ulang (TU). Dimana ditanam tanaman baru untuk menggantikan tanaman yang sudah tidak produktif lagi. Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini

bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Di perkebunan Sarang Giting tanaman-tanaman yang kurang produktif pada umumnya diremajakan dengan klon karet unggul PB 260. Seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat- sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik.

Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.

Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.

Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.

Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain : pemberantasan alang-alang dan gulma lainnya serta penanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crops = LCC). Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan

tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.

7. Pemeliharaan Tanaman

Pada umumnya pemeliharaan pada TM (Tanaman Menghasilkan) dan lahan TBM Tanaman Belum Menghasilkan). Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.

Pengendalian gulma

Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Program pemupukan

Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Aplikasi pupuk untuk TM dilaksanakan 1x setahun. Pupuk yang diberikan adalah pupuk karet lengkap efektif tersedia (Pukalet). Dosis pupuk untuk karet berdasarkan rekomendasi oleh Pusat Penelitian Karet (Puslit Karet).

Pemberantasan Penyakit Tanaman

Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya berupa penurunan hasil produksi akibat kerusakan tanaman.

d. Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)

Cara untuk mengobatinya adalah dengan menggunakan jenis fungisida bayleton. e. Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown Bast)

Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethrel yang berlebihan. Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian Ethrel dan Pengendalian dengan menggunakan NoBB.

f. Rayap

• Merusak kulit dan jaringan kayu pada pangkal batang dan akar.

• Diberantas dengan insektisida 0,5 – 1,5 cc /pohon dilarutkan dalam 1 – 2 liter air. Dapat juga diberantas dengan insektisida lain dengan dosis 2 – 5 cc /pohon yang dilarutkan dalam 1 – 2 liter air.

Dan pemeliharaan lain yang harus diperhatikan adalah pemeliharaan jalan, pemeliharaan saluran air, pemeliharaan teras dan benteng, penyiangan gawangan, dongkel anak kayu, pemberantasan lalang, pemberantasan lalang sporadis, penanganan terhadap pohon tumbang dan patah, penanganan pohon yang patah batang dan cabang (sempal).

8. Eksploitasi / Penyadapan

Eksploitasi tanaman karet merupakan sistem pengambilan latek yang mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi, secara ekonomis menguntungkan dan berkesinambungan dengan memperhatikan kesehatan tanaman. Saat ini dikenal dua system eksploitasi yaitu konvensional dan stimulansia. Tujuan dari penyadapan tanaman adalah untuk mendapatkan produksi karet kering yang optimal dari setiap pohon, dimana kulitnya disadap secara teratur menurut norma yang telah ditentukan.

Penyadapan dimulai pada saat bidang sadap sudah kelihatan oleh penyadap (biasanya jam 6 pagi). Dan penyadapan diharapkan dapat selesai sebelum jam 10 pagi, agar diperoleh hasil lateks yang maksimal. Pengumpulan lateks umumnya dipungut mulai jam 12.00

(kecuali bila hari hujan) atau setelahnya. Proses pengumpulan umumnya dimulai dari pohon yang pertama disadap, lalu ke pohon yang kedua dan seterusnya hingga pohon yang terakhir disadap.

Lateks dan scrap yang dikumpul dari ancak tersebut dan kompo yang dikumpul dari ancak yang kemarin disadap dibawa dan dikumpulkan ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Lateks, kompo dan scrap ditimbang secara terpisah. Sebelum penimbangan, lateks dari setiap penyadap disaring lebih dahulu menggunakan saringan/ayapan, tujuannya untuk mengeluarkan lump dan daun-daunan yang ada pada blong.

Setelah semua lateks penyadap ditimbang dan dimasukkan ke dalam tangki, diberi larutan amoniak (NH3) sesuai dosis anjuran dari pabrik, lalu diaduk hingga merata. Pengangkutan hasil dari TPH ke Pabrik harus dilengkapi dengan Surat Pengantar Lateks (PB 39) dan Surat Pengantar Kompo dan Scrap (PB 40).

9. Tap Inspeksi Karet

Tap inspeksi merupakan pemeriksaan terhadap seluruh proses penyadapan dengan memberikan tanda/nilai kesalahan sesuai norma yang ditetapkan. Tujuannya adalah mendapatkan mutu sadapan sesuai sistem sadap dan pemakaian kulit sesuai norma. Pemeriksaan Tap Inspeksi dilaksanakan terhadap pohon yang baik pertumbuhannya, urutan pohon diambil secara random.

10.Proses Lateks di Pabrik Penerimaan lateks

Setelah lateks tiba di pabrik, lateks ditimbang (bruto/tarra) untuk mengetahui jumlah lateks yang diterima setiap hari atau diukur (dicolok) menggunakan stick mistar. Skala volume di alat ukur tersebut telah dikalibrasi disesuaikan dengan kapasitas / volume LTT. Setelah tangki penerimaan diisi sesuai dengan kebutuhan dilakukan analisa ulang KKK

(kadar karet kering) dan NH3 campuran lateks, guna menentukan penambahan air (untuk pengenceran lateks) dan pembubuhan formic acid (untuk penggumpalan pada proses pengolahan selanjutnya).

Proses pengenceran lateks

Proses pengenceran lateks kebun dilakukan di bak penerimaan sehingga KKK menjadi 13% - 15% . Banyaknya air yang ditambahkan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

V = xA

R R S

Dimana : V = volume yang diperlukan untuk pengenceran. A = volume lateks sebelum diencerkan.

S = KKK lateks sebelum diencerkan. R = KKK pengenceran yang dikehendaki.

Penggumpalan

Setelah lateks kebun diencerkan kemudian dialirkan ke bak koagulasi yang bersih, sehingga bak koagulasi berisi kira-kira 500-650 liter. Untuk pembekuan lateks dilakukan pembubuhan formic acid (asam semut) 2,0-2,5% dengan dosis 10-20 liter/600 liter lateks (yang sudah diencerkan). Setelah lateks membeku menjadi koagulum, pada bak ditambahkan air sampai melebihi permukaan koagulum. Hal ini berguna untuk mencegah melekatnya koagulum pada sekat dan bak dan juga berguna untuk mencegah proses oksidasi yang dapat mengakibatkan warna permukaan koagulum menjadi biru keungu-unguan. Bila penggumpalan telah sempurna, dalam arti kata keasaman koagulum telah sesuai untuk digiling (biasanya dibutuhkan waktu 2 s/d 4 jam sejak penambahan asam), plat dicabut dengan hati-hati, kemudian koagulum dimasukkan ke talang peluncuran.

Penggilingan

Lembaran koagulum dimasukkan ke penggilingan pertama dan selanjutnya secara otomatis lembaran akan bergerak memasuki penggilingan hingga kepada penggilingan terakhir (printer) yang diberi patron (alur-alur). Jarak antara gilingan dan putaran permenit (rpm) diatur sedemikian agar ketebalan lembaran sheet yang keluar menjadi 2 s/d 3 mm dan untuk mencegah koyaknya lembaran selama penggilingan. Tujuan penggilingan :

 Mengeluarkan sebagian air sehingga mempercepat proses penggilingan.

 Memperluas permukaan sheet dengan menipiskan dan memberi kembang (print)

Dokumen terkait