DOKUMENTASI PENELITIAN
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.4 Pemeliharaan Jamban
5.4.2 Pemeliharan Jamban Observasi Langsung
Observasi langsung yang dilakukan peneliti menggunakan lembar observasi terdiri dari syarat – syarat jamban sehat dengan memakai metode cheklist. Hasil obeservasi yang di dapat adalah untuk Jamban keluarga ada yang berada di dalam rumah dan ada yang berada di luar rumah. Mengenai tata letak jamban tidak menjadi masalah ketika jamban dibangun diluar atau di dalam rumah akantetapi yang ada di masyarakat, masyarakat lebih nyaman ketika jamban berada di dalam rumah karena jaraknya lebih dekat dan ketika malam hari masyarakat tidak peru keluar rumah untuk BAB. Jamban yang digunakan masyarakat tidak mencemari tanah permukaan karena jamban masyarakat sudah memiliki tempat penampungan tinja dan sisa air yang digunakan masyarakat di alirkan ke paret umum yang ada dipinggir jalan.
Gambaran Standart dan persyaratan kesehatan bagunan jamban yang digunakan masyarakat : Jamban memiliki atap pelindung menggunakan atap akan tetapi masih ada yang tidak memiliki atap. Sesuai dengan Permenkes RI No 03 Tahun 2014 setiap jamban harus memiliki atap yang berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya. Jamban harus memiliki pintu, pintu yang dimaksud disini adalah pintu yang kokoh dan bisa memberikan rasa aman kepada pemakai. Di Desa Pangaribuan 13 jamban yang di observasi masih hanya menggunakan tirai untuk pintu dan ada yang menggunakan karung
sebagai pintu jamban keluarga tentu hal ini tidak memberikan rasa aman bagi si pemakainya.
Jamban harus memiliki dinding kedap air, hal ini berfungsi agar tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan., Jamban memiliki lantai kedap air masih sedikit hal ini seharusnya sudah 100% dimana lantai jamban ini berfungsi sebagai sarana penahan atau tempai si pemakai yang sifatnya harus baik, kuat dan mudah di bersihkan serta tidak merap air (Permenkes RI No 03 Tahun 2014), Jamban memiliki ventilasi yang cukup hanya 52% berakibat kepada timbulnya bau yang akan mengundang serangga untuk datang., Jamban memiliki penerangan yang cukup hanya 44,0% sangat mendukung untuk vektor seperti nyamuk berkembang-biak di dalam jamban. Jamban menimbulkan bau yang tidak sedap (57,3%), Jamban menjadi tempat hidup serangga, tikus, atau kecoa (57,3%), selalu tersedia air bersih dan penampungan air (45,3%), Jamban mudah dibersihkan (49,3%), Jamban digunakan oleh anggota keluarga (96,0%).
Tersedia sabun untuk cuci tangan 20,0% hal ini yang paling perlu diperhatikan dan masih perlu diberikan pengetahuan, sikap dan tindakan yang benar mengenai tersedianya sabun cuci tangan. Lantai jamban dalam keadaan bersih dan tidak licin (34,7%), disekeliling jamban terdapat genangan air (51%), Ada sampah berserakan di sekitar jamban (40,0%), Tersedia alat pembersih di jamban (24,0%), Ada kotoran yang terlihat di lantai jamban (50,7%), Ada tutup jamban pada lubang jamban (1,3%). Masih banyak yang perlu diperhatikan dari pemeliharaan jamban yang dilakukan oleh masyarakat desa pangaribuan.
Secara umum persentase jamban yang memenuhi syarat jamban sehat hanya ada 4 jamban (5,3%) dilihat pada tabel 4.22. dan yang selebihnya merupakan jamban yang tidak memenuhi syarat jamban sehat. Kepemilikan jamban di Desa Pangaribuan sudah baik terlihat dari semua masyarakat sudah memiliki jamban. Akantetapi ketika jamban yang dimiliki tidak dilakukan pemeliharaan yang baik maka akan menimbulkan penyakit bagi si pemiliknya selain itu minumbulkan ganguan lain seperti gangguan kenyamanan dan estetika. Masyarakat Pangiribuan telah memiliki kesadaran untuk memiliki jamban keluarga akan tetapi kurang memiliki pengetahuan, sikap, tindakan untuk pemeliharaan jamban. Permasalahan utama yang timbul adalah perilaku masyarakat di Desa Pangaribuan masih kurang terhadap pemeliharaan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan sehingga jamban tidak dikelola dengan baik. Jamban yang dimiliki tidak semuanya menunjukkan kalau tergolong jamban sehat, karena ada beberapa rumah yang memiliki jamban namun keadaannya jauh dari kata jamban yang memenuhi syarat jamban sehat. Pemeliharaan jamban memang menjadi tanggung-jawab si pemilik sendiri mau menjadikan jamban yang memenuhi syarat jamban sehat atau tidak akantetapi menjadi bahan bagi pihak perangkat desa dan puskesmas untuk melakukan program pemantauan pemeliharaan jamban yang memenuhi syarat jamban sehat agar tidak terjadi penyakit lingkungan yang disebabakan oleh pemeliharaan jamban yang masih kurang.
5.5 Upaya Perilaku BAB Di Jamban Dan Pemeliharaan Jamban
Upaya perilaku BAB di jamban dan pemeliharaan jamban dilihat dari 8 pertanyaan yang diberikan kepada responden meliputi waktu memiliki jamban keluarga, pengaruh program STBM, Alasan memiliki jamban keluarga, kebiasaan BAB sebelum memilki jamban, kenyaman saat BAB di jamban, keuntungan dan kerugian memiliki jamban, pentingnya pemeliharaan jamban dan upaya yang dilakukan untuk menjadi desa yang bebas dari buang air besar sembarangan. Waktu memiliki jamban keluarga yang kurang dari 2 tahun sebanyak 26 jamban (34,7%) dan dari yang mendirikan jamban kurang dari 2 tahun ini sebanyak 25 jamban dibangun karena adanya program STBM dan masyarakat terpicu oleh program ini untuk mendirikan jamban.
Kebiasaan BAB masyarakat sebelum memilki jamban lebih banyak BAB di ladang sebanyak 41 KK (54,7%) dan sebanyak 24% BAB di kamar mandi umum. Kebiasaan buang air besar di ladang ini banyak di pengaruhi faktor pekerjaan yang di miliki masyarakat yaitu petani. Masyarakat menghabiskan waktu sekitar 11 jam berada di ladang. Jadi, ketika masyarakat ingin BAB mereka memilih untuk BABS di ladang mereka. Kenyamanan saat BAB di jamban 51 responden (68,0%) menjawab lebih nyaman di jamban dan 24 responden (32,0%) tidak nyaman BAB di jamban. Responden menjawab tidak nyaman dijamban karena masyarakat merasa kan jamban mereka mengeluarkan bau sehingga mereka tidak nyaman BAB di jamban. Faktor lain meraka tidak memiliki air yang cukup sehingga mereka lebih merasa nyaman BAB di sungai atau di tempat lain
Keuntungan setelah memiliki jamban: tidak menumpang di jamban tetangga, bebas dari penyakit seperti diare, lingkungan bersih dan tidak bau, tidak perlu lagi jauh-jauh ketika mau BAB . Keuntungan inilah yang sangat mendorong masyarakat untuk mau BAB di jamban keluarga yang di miliki mereka. Faktor utama yang paling mendukung adalah adanya keinginan masyarakat untuk tidak menumpang di jamban tetangga atau pun tidak mau BAB di kamar mandi umum lagi. Masyarakat segan dengan tetangga yang mempuyai jamban karena mereka menumpang di jamban tersebut akhirnya dari rasa segan ini mereka memilih untuk membangun jamban sendiri dan BAB di jamban itu sendiri. Seharusnya faktor utama yang harus dimiliki masyarakat adalah kesadaran untuk memiliki jamban dan BAB di jamban agar bebas dari penyakit lingkungan bukan karena rasa segan kepada tetangga. Masih ada masyarakat merasa kerugian setelah memiliki jamban yaitu menimbulkan bau yang tidak sedap dan lantainya licin.hak ini timbul karena kurangnya pemeliharaan yang baik selain itu faktor yang paling emenentukan adalah ketersediaanya air. Arti pentingnya pemeliharann jamban itu sendiri sebanyak 48 responden (64,0%) menjawab penting untuk terhindar dari penyakit dan paling dihindari masyarakat adalah ganguan estetika sperti bau dan tidak bersih. Dari 48 responden yang mengatakan penting ini hanya sekitar seperempat yang melakukan pemeliharaan jamban yang lainnya mereka hanya memiliki pengetahuan yang baik akantetapi dalam tindakan mereka masih dapat dikatakan kurang. Hal yang perlu menjadi perhatian juga bahwa sebanyak 27 responden (36,0%) menjawab tidak penting untuk pemelihraan jamban karena berbagai alasan seperti pekerjaan mereka yang ke ladang sehingga tidak ada
waktu memelihara jamban dan kurangnya ketersediaan air di dalam rumah. Menjadi acuan bagi perangkat desa dan puskesmas untuk membuat program penyuluhan membukakan arti pentingnya pemeliharaan jamban dan perilaku BAB di jamban.
Upaya – upaya yang telah dilakukan masyarakat agar Desa Pangaribuan bebas dari buang air besar sembarangan yaitu hal utama adalah kesadaran dari dari masyarakat Desa Pangaribuan itu sendiri untuk saling membantu dengan membangun jamban/ kamar mandi umum di desa mereka. Hal ini dilakukan guna membantu masyarakat yang masih menggunakan jamban sederhana seperti jamban cubluk dan untuk mengatasi permasalahan air yang ada di desa ini. Upaya lain yaitu kesadaran dari masyarakat membuat jamban keluarga di rumah masing-masing dan program ini telah berhasil karena semua masayarakat telah memiliki jamban keluarga.
Upaya yang berasal dari Dari Perangkat Desa yaitu memberikan pengarahan untuk membuat jamban di rumah masing-masing dan mengajak masyarakat untuk melakukan gotong-royong membangun jamban/kamar mandi umum dan membantu pembangunan jamban bagi yang belum mempunyai jamban. Hal ini juga memegang peran penting bagi terselenggaraanya program STBM di desa ini dengan adanya gotong-royong maka masyarakat menjadi semangat untuk membangun jamban keluarga.
Upaya lain berasal Puskesmas Kilometer 11 yang melakukan penyuluhan, ikut turun langsung ke lapangan membangun jamban masyarakat dan melakukan
yang baik dengan melalui poskesdes yang ada di Desa Pangaribuan sehingga program STBM ini berhasil di desa ini. Program ini juga di dukung oleh adanya Peraturan daerah yang dibuat oleh Pemerintaha Kabupaten Dairi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN