Lampiran 1 Kuesioner dan lembar Observasi
KUESIONER PENELITIAN
PEMELIHARAAN JAMBAN KELUARGA DAN PERILAKU BUANG AIR BESAR PASCA PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI DESA PANGARIBUAN KECAMATAN SIEMPAT NEMPU HULU
KABUPATEN DAIRI TAHUN 2016
Nomor Responden : ... DATA KELUARGA
No Nama Anggota keluarga Umur Jenis kelamin Pendidikan Terakhir
Untuk pendidikan terakhir dan pekerjaan pilih salah satu pilihan di bawah ini :
1. Pendidikan terakhir
a. Tidak tamat SD d. SMA
b. SD e. Akademi/Perguruan Tinggi
c. SMP
2. Pekerjaan :
a. Petani d. Pegawai swasta
b. Pedagang e. Pegawai Negeri Sipil
c. Buruh f. Lain-lain,
KUESIONER PENELITIAN
PEMELIHARAAN JAMBAN KELUARGA DAN PERILAKU BUANG AIR BESAR PASCA PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
(STBM)
DI DESA PANGARIBUAN KECAMATAN SIEMPAT NEMPU HULU KABUPATEN DAIRI TAHUN 2016
Nomor Responden : ... II. DATA PRILAKU
A. Pengetahuan
1. Apa yang dimaksud BAB sembarangan
a. Buang Air besar pada tempatnya seperti jamban b. Buang air besar dimana saja.
c. Buang air besar tidak pada tempat yang tepat seperti jamban, atau WC 2. Menurut bapak/ibu dimana tempat BAB yang tepat :
a. Di sungai dengan air yang mengalir b. Diladang dan di kebun
c. Jamban, WC
3. Menurut Bapak/ Ibu, apa yang dimaksud dengan jamban? a. Tempat kotoran manusia
b. Tempat pembuangan tinja
c. Suatu bangunan yang diperlukan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang diperuntukkan untuk keluarga
4. Apa sajakah ciri-ciri jamban keluarga?
a. Jarak penampungan tinja dari sumber air bersih adalah ≥ 10 meter b. Tersedia air bersih dan alat pembersih
c. Mempunyai dinding, pintu, atap, tersedia air bersih dan jarak penampungan
tinja dari sumber air bersih ≥ 10 meter
5. Apakah kegunaan jamban bagi keluarga?
a. Tempat buang air besar seluruh anggota keluarga
b. Sebagai tempat untuk memutuskan penyakit yang disebabkan oleh tinja c. Tempat untuk menampung tinja manusia
6. Apa sajakah perawatan jamban yang harus dilakukan? a. Membersihkan jamban 2 kali dalam seminggu b. Menyikat lantai agar tidak licin
c. Membersihkan jamban minimal 1 kali dalam seminggu
7. Apa bahaya yang dapat terjadi pada lingkungan jika tidak BAB di jamban? a. Terjadi penyakit lingkungan
b. Mengganggu masyarakat karena bau
c. Tidak terjadi apa-apa karena tinja baik untuk kesuburan tanah 8. Penyakit apa yang dapat ditularkan melalui tinja:
a. Cacingan b. Cacingan dan Diare
c. Cacingan, Diare, Polio, Hepatitis A
c. Tangan, Makanan, Air, Binatang
10.Cara memutus rantai penularan penyakit dari tinja : a. Menjauhkan serangga penyebab penyakit
b. Tidak bisa dilakukan pemutusan mata rantai penularan penyakit.
c. Pemutusan rantai penularan penyakit dengan penghentian BAB sembarangan dan mendirikan jamban keluarga, cuci tangan pakai sabun dan lainnya.
B. Sikap
No Pertanyaan Setuju Kurang
Setuju
Tidak Setuju 1. Program STBM mewajibkan setiap satu rumah wajib
memiliki minimal satu jamban keluarga
2. Buang Air besar tidak pada jamban dapat menyebabkan mendirikan jamban merupakan cara untuk memutus rantai penularan penyakit dari tinja
5 Kebiasaan buang air besar tidak di jamban masih ada di masyarakat termasuk tetangga rumah.Setujukah bapak/ibu jika tetangga bapak/ibu BAB dikebun atau dekat rumah bapak/ibu
6 Kebiasaan anak bermain-main diluar rumah dan sering anak-anak ingin buang air besar saat bermain. Setujukah bapak/ibu jika anggota keluarga contohnya anak yang sedang bermain tersebut buang air besar di tempat terbuka 7 Ketika masyarakat masih buang Air besar sembarangan, tinja manusia tersebut dapat mencemari air dan makanan. Air dan makanan yang tercemar tinja dapat menimbulkan penyakit
kenyamanan yang sama dengan BAB di jamban
9 Sumber Air bersih dapat tercemar oleh tinja akibat jarak penampungan tinja dengan sumber air kurang dari 10 meter sehingga jika dikonsumsi terus menerus dapat menyebabkan diare
10 Program STBM mewajibkan Setiap masyarakat harus selalu buang air besar di jamban
C. Tindakan
No Pertanyaan Ya
Kadang-kadang
Tidak
1 Ketika beraktivitas sehari-hari seperti ke ladang, ke sawah dan ke tempat-tempat lain apakah bapak/ibu tetap buang air besar di jamban
2 Apakah Ketika berada diluar rumah bapak/ibu masih mau buang air besar sembarangan karena merasa nyaman dan tenang BAB di sembarang tempat seperti di kebun, di sawah dll
3 Jika pada malam hari dan dalam keadaan sakit perut, apakah bapak/ibu akan buang Air besar disekitar rumah karena jambannya jauh 4 Apakah anak dan anggota keluarga bapak/ibu sudah setiap saat buang air besar di jamban
5 Apakah bapak/ibu pernah melarang anggota keluarga yang buang Air besar di tanah pada saat berada di ladang atau di sawah
sampah
7 Pada saat ini pernahkah bapak/ibu menyarankan kepada anak/istri/suami dan keluarga untuk tidak buang air besar sembarangan seperti di sungai, di ladang dll 8 Bagi tetangga bapak/ibu yang masih buang
air besar sembarangan pernahkah menghimbau agar tetangga tersebut buang air besar di jamban
9 Saat BAB di jamban apakah bapak/ibu menggunakan air yang cukup
10 Selesai Buang Air besar di jamban masih banyak masyarakat yang tidak cuci tangan pakai savun dan air mengalir. Apakah yang bapak/ibu mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir setelah buang air besar
III. UPAYA UNTUK BAB DI JAMBAN
1. Sudah berapa lama bapak/ibu menggunakan jamban?
... 2. Apakah bapak/ibu memiliki jamban setelah adanya gerakan STBM
a. Ya b. Tidak
3. Alasan bapak/ibu mendirikan jamban: a. Karena terpicu dengan gerakan STBM
b. Karena kemauan diri sendiri tanpa ada dorongan dari gerakan STBM c.Alasan lain
... ... 4. Dimana bapak/ibu biasa buang air besar sebelum menggunakan jamban?
a. kebun/ladang b. sawah c. sungai d. lain-lain…………
5. Apa bapak?ibu merasa nyaman saat menggunakan jamban dibanding sebelum memakai jamban?
... ... 6. Apa keuntungan dan kerugian setelah memiliki jamban?
... 7. Seberapa pentingkah kebersihan jamban untuk anda?
Jelaskan ... ... ... 8. Apakah upaya yang dilakukan agar masyarakat desa ini tetap bebas dari buang
air besar?
a. Dari Masyarakat desa Pangaribuan ... ... ... b. Dari perangkat desa ... ... ... c. Dari Puskesmas ... ... ... D. Dari Pemerintah Kabupaten Dairi ... ... ...
IV. PEMELIHARAN JAMBAN
1. Apakah Bapak/ibu membersihkan lantai jamban?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
Jika ya berapa frekuensi membersihkan lantai jamban per minggu? ... 2. Apakah di sekeliling jamban terdapat genangan air?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
Jika ya apakah bapak/ibu apa tindakan ibu terhadap genangan air tersebut? ... 3. Apakah ada sampah berserakan di sekitar jamban?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
Jika ya apakah bapak/ibu apa tindakan ibu terhadap sampah berserakan tersebut?
... 4. Apakah di sekitaran jamban terdapat lalat, tikus dan kecoa?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
5. Apakah bapak/ibu bila jamban ada yang rusak apakah segera diperbaiki? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
6. Apakah air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
7. Apakah sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersiih agar tidak bau dan mengundang lalat?
LEMBAR OBSERVASI LANGSUNG
I. DATA LINGKUNGAN
1. Apakah memiliki jamban keluarga : a. Ya b. Tidak
2. Jenis jamban yang dimiliki :
a. Jamban Cubluk c. Jamban leher angsa b. Jamban Plengsengan
3. Sarana air bersih yang digunakan : a. Air Sungai c. Sumur bor b. Sumur Gali d. PDAM
4. Tempat penampungan tinja dibuang ke :
a. Sungai b. Kebun c. Septic tank 5. Jarak penampungan tinja dari sumber air bersih :
a. 1-5 meter b. 6-9 meter c. ≥ 10 meter
II. PEMELIHARAAN JAMBAN KELUARGA
No Pemeliharaan Jamban Keluarga Ya Tidak
1 Jamban keluarga di dalam rumah
2 Jamban tidak mencemari tanah Permukaan 3 Jamban memiliki atap pelindung
4 Jamban memiliki pintu
5 Jamban memiliki dinding kedap air 6 Jamban memiliki lantai kedap air 7 Jamban memiliki ventilasi yang cukup 8 Jamban memiliki penerangan yang cukup 9 Jamban menimbulkan bau yang tidak sedap
10 Jamban menjadi tempat hidup serangga, tikus, atau kecoa
11 Selalu tersedia air bersih dan penampungan air 12 Jamban mudah dibersihkan
13 Jamban digunakan oleh anggota keluarga 14 Tersedia sabun untuk cuci tangan
15 lantai jamban dalam keadaan bersih dan tidak licin 16 Di sekeliling jamban terdapat genangan air
17 Ada sampah berserakan di sekitar jamban 18 Tersedia alat pembersih di jamban
Lampiran 2 Master Data
MASTER DATA PENELITIAN
PEMELIHARAAN JAMBAN KELUARGA DAN PERILAKU BUANG AIR BESAR PASCA PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
(STBM)
296 Primayanti Sagala 22 2 4 6 2
297 Janifah Sagala 20 2 4 6 2
298 Anju Sagala 13 1 3 6 2
299 Sumanto Karo-karo 28 1 2 1 2
300 Susi Aruan 27 2 2 1 2
301 Saleh Berutu 46 1 4 1 2
302 Mariani Dabutar 44 2 4 1 2
303 Rizal Berutu 18 1 4 4 2
304 Yusrika Berutu 16 2 3 6 2
305 Ridho Berutu 6 1 2 6 2
306 Lamtota Sitinjak 29 1 2 1 3
307 Santi Nababan 30 2 2 1 3
308 Raja Sitinjak 7 1 1 6 2
309 Marniato Padang 68 1 2 1 1
Lampiran 3 Print Out Data SPSS
PRINT OUT DATA SPSS
PEMELIHARAAN JAMBAN KELUARGA DAN PERILAKU BUANG AIR BESAR PASCA PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
(STBM)
DI DESA PANGARIBUAN KECAMATAN SIEMPAT NEMPU HULU KABUPATEN DAIRI TAHUN 2016
1.Karakteristik Responden
A. Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1-12 65 21,0 21,0 21,0
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 147 47,4 47,4 47,4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
=7 180 58,1 58,1 73,2
>7 83 26,8 26,8 100,0
Total 310 100,0 100,0
2. Pengetahuan
A.Apa yang dimaksud BAB sembarangan
Frequency Percent Valid Percent tempatnya yang tepat seperti
jamban, atau WC 85 34,7 34,7 100,0
Total 245 100,0 100,0
B.Menurut bapak/ibu dimana tempat BAB yang tepat
Frequency Percent Valid Percent
C. Menurut Bapak/ Ibu, apa yang dimaksud dengan jamban?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tempat kotoran manusia 87 35,5 35,5 35,5
Tempat pembuangan tinja
13 5,3 5,3 40,8
Suatu bangunan yang diperlukan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang
diperuntukkan untuk keluarga 145 59,2 59,2 100,0
Total 245 100,0 100,0
D.Apa sajakah ciri-ciri jamban keluarga?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Jarak penampungan tinja dari
sumber air bersih adalah = 10 meter
30 12,2 12,2 12,2
Tersedia air bersih dan alat
Mempunyai dinding, pintu, atap, tersedia air bersih dan jarak penampungan tinja dari sumber
air bersih = 10 meter 195 79,6 79,6 100,0
Total 245 100,0 100,0
E. Apakah kegunaan jamban bagi keluarga?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tempat untuk menampung tinja
manusia 17 6,9 6,9 6,9
Tempat buang air besar seluruh
anggota keluarga 189 77,1 77,1 84,1
Sebagai tempat untuk memutuskan penyakit yang
disebabkan oleh tinja 39 15,9 15,9 100,0
Total 245 100,0 100,0
F. Apa sajakah perawatan jamban yang harus dilakukan?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Membersihkan jamban 2
kali dalam seminggu 181 73,9 73,9 73,9
G. Apa bahaya yang dapat terjadi pada lingkungan jika tidak BAB di jamban?
Frequency Percent Valid Percent
Mengganggu masyarakat karena
bau 58 23,7 23,7 59,2
Terjadi penyakit lingkungan
100 40,8 40,8 100,0
Total 245 100,0 100,0
H. Penyakit apa yang dapat ditularkan melalui tinja:
I. Melalui apa sajakah tinja dapat menularkan penyakit ke dalam tubuh?
J.Cara memutus rantai penularan penyakit dari tinja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Menjauhkan serangga penyebab
penyakit 103 42,0 42,0 42,0
Tidak bisa dilakukan pemutusan
mata rantai penularan penyakit 14 5,7 5,7 47,8
Pemutusan rantai penularan penyakit dengan penghentian BAB sembarangan dan mendirikan
jamban keluarga, cuci tangan pakai 128 52,2 52,2 100,0
Total 245 100,0 100,0
A. Program STBM mewajibkan setiap satu rumah wajib memiliki minimal satu jamban keluarga
Frequency Percent Valid Percent
B. Buang Air besar tidak pada jamban dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
Frequency Percent Valid Percent
D. Banyak penyakit yang disebabkan oleh tinja sehingga mendirikan jamban merupakan cara untukmemutus rantai penularan penyakit dari tinja
Frequency Percent Valid Percent rumah.Setujukah bapak/ibu jika tetangga bapak/ibu BAB dikebun atau dekat rumah bapak/ibu
Frequency Percent Valid Percent bermain. Setujukah bapak/ibu jika anggota keluarga contohnya anak yang sedang bermain tersebut buang air besar di tempat terbuka
Tidak setuju 90 36,7 36,7 100,0
Total 245 100,0 100,0
I. Sumber Air bersih dapat tercemar oleh tinja akibat jarak penampungan tinja dengan sumber air kurang dari 10 meter sehingga jika dikonsumsi terus menerus dapat menyebabkan diare
Frequency Percent Valid Percent
J. Program STBM mewajibkan Setiap masyarakat harus selalu buang air besar di jamban
Frequency Percent Valid Percent bapak/ibu tetap buang air besar di jamban
Frequency Percent Valid Percent
B. Apakah Ketika berada diluar rumah bapak/ibu masih mau buang air besar sembarangan karena merasa nyaman dan tenang BAB di sembarang tempat seperti di kebun, di sawah dll
Frequency Percent Valid Percent
C. Jika pada malam hari dan dalam keadaan sakit perut, apakah bapak/ibu akan buang Air besar disekitar rumah karena jambannya jauh
Frequency Percent Valid Percent
kadang-kadang 19 7,8 7,8 91,8
tidak 20 8,2 8,2 100,0
Total 245 100,0 100,0
D. Apakah anak dan anggota keluarga bapak/ibu sudah setiap saat buang air besar di jamban
Frequency Percent Valid Percent
E. Apakah bapak/ibu pernah melarang anggota keluarga yang buang Air besar di tanah pada saat berada di ladang atau di sawah
Frequency Percent Valid Percent atau di celana, apakah bapak/ibu membuang tinja anak bapak/ibu ke tempat sampah
Frequency Percent Valid Percent
G. Pada saat ini pernahkah bapak/ibu menyarankan kepada anak/istri/suami dan keluarga untuk tidak buang air besar sembarangan seperti di sungai, di ladang dll
Frequency Percent Valid Percent
H. Bagi tetangga bapak/ibu yang masih buang air besar sembarangan pernahkah menghimbau agar tetangga tersebut buang air besar di jamban
Frequency Percent Valid Percent
I. Saat BAB di jamban apakah bapak/ibu menggunakan air yang cukup
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
kadang-kadang 21 8,6 8,6 92,7
ya 18 7,3 7,3 100,0
Total 245 100,0 100,0
J. Selesai Buang Air besar di jamban masih banyak masyarakat yang tidak cuci tangan pakai savun dan air mengalir. Apakah yang bapak/ibu mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir setelah buang air besar
A. Apakah memiliki jamban keluarga
Frequency Percent Valid Percent
C. Sarana air bersih yang digunakan
Frequency Percent Valid Percent
D. Tempat penampungan tinja
Frequency Percent Valid Percent
Total 75 100,0 100,0
E.Jarak penampungan tinja dari sumber air bersih
Frequency Percent Valid Percent
6. Pemeliharan Jamban Melalui Kuesioner
A. Apakah Bapak/ibu membersihkan lantai jamban?
Frequency Percent Valid Percent
B. Apakah di sekeliling jamban terdapat genangan air?
Frequency Percent Valid Percent
C. Apakah ada sampah berserakan di sekitar jamban?
Frequency Percent Valid Percent
D. Apakah di sekitaran jamban terdapat lalat, tikus dan kecoa?
Frequency Percent Valid Percent
E. Apakah bapak/ibu bila jamban ada yang rusak apakah segera diperbaiki
Frequency Percent Valid Percent
Frequency Percent Valid Percent
G. Apakah sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersiih agar tidak bau dan mengundang lalat?
Jamban keluarga di dalam rumah
Frequency Percent Valid Percent
Jamban tidak mencemari tanah Permukaan
Frequency Percent Valid Percent
Jamban memiliki dinding kedap air
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 31 41,3 41,3 41,3
Frequency Percent Valid Percent
Jamban memiliki ventilasi yang cukup
Frequency Percent Valid Percent
Jamban memiliki penerangan yang cukup
Frequency Percent Valid Percent
Jamban menimbulkan bau yang tidak sedap
Frequency Percent Valid Percent
Jamban menjadi tempat hidup serangga, tikus, atau kecoa
Frequency Percent Valid Percent
Selalu tersedia air bersih dan penampungan air
Frequency Percent Valid Percent
Jamban digunakan oleh anggota keluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 72 96,0 96,0 96,0
Total 75 100,0 100,0
Tersedia sabun untuk cuci tangan
Frequency Percent Valid Percent
lantai jamban dalam keadaan bersih dan tidak licin
Frequency Percent Valid Percent
Di sekeliling jamban terdapat genangan air
Frequency Percent Valid Percent
Ada sampah berserakan di sekitar jamban
Frequency Percent Valid Percent
Tersedia alat pembersih di jamban
Frequency Percent Valid Percent
Ada kotoran yang terlihat di lantai jamban
Frequency Percent Valid Percent
Ada tutup jamban pada lubang jamban
Sudah berapa lama bapak/ibu menggunakan jamban
Apakah bapak/ibu memiliki jamban setelah adanya gerakan STBM
Frequency Percent Valid Percent Valid karena terpicu dengan
gerakan STBM 25 33,3 33,3 33,3
Karena kemauan diri sendiri tanpa ada dorongan dari gerakan STBM
50 66,7 66,7 100,0
Total 75 100,0 100,0
Dimana bapak/ibu biasa buang air besar sebelum menggunakan jamban
Frequency Percent Valid Percent
Apa bapak/ibu merasa nyaman saat menggunakan jamban dibanding sebelum memakai jamban?
Frequency Percent Valid Percent
Apa keuntungan setelah memiliki jamban?
Total 75 100,0 100,0
Apa kerugian setelah memiliki jamban?
Frequency Percent Valid Percent
Seberapa pentingkah kebersihan jamban untuk anda?
Frequency Percent Valid Percent
Apakah upaya yang dilakukan agar masyarakat desa ini tetap bebas dari buang air besar? a. Dari Masyarakat desa Pangaribuan
Frequency Percent Valid Percent
D. Dari Pemerintah Kabupaten Dairi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak ada 32 42,7 42,7 42,7
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian
DOKUMENTASI PENELITIAN
Pemeliharaan Jamban Keluarga Dan Perilaku Buang Air Besar Pasca Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Stbm)
Di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2016
Gambar Lampiran 1 Jamban Keluarga Yang Diluar Rumah
Gambar Lampiran 5 Jamban Cubluk
Gambar Lampiran 7 Kamar Mandi Umum Khusus Perempuan
Gambar Lampiran 9 Jamban Di Luar Rumah
Gambar Lampiran 11 Jamban Di Dalam Rumah
Gambar Lampiran 13 Jamban Leher Angsa Yang Memenuhi Syarat Akan Tetapi Tidak Memiliki Sabun Untuk Cuci Tangan Yang Digunakan Selesai
Bab
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah., 2010. Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat.
htp://sanitasi.or.id/index.php?option=com
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, A, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Penerbit Mutiara, Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI., 2007. Laporan Nasional Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas)
Tahun 2007. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI., 2013. Laporan Nasional Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas)
Tahun 2013. Jakarta.
Chandra, Dr. Budiman., 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Chayatin, Nurul., 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Departemen kesehatan RI., 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
__________ . 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI. Tentang Kebijakan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta.
__________ . 2009. Pedoman Nasional Tentang Jamban Sehat. Cetakan : keenam. Jakarta.
Ehler, Steel., 2000. Syarat-syarat Jamban Sehat Yang Memenuhi Standar. Jakarta.
Entjang, Indan., 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung. PT Citra Aditiya Bakti.
Fitriani, S., 2011. Promosi Kesehatan. Cetakan 1. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 2014. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2013. Jakarta : Depkes.
Kumoro., 1998. Jamban Keluarga di Kecamatan Denpasar Bali. Skripsi UI Notoatmodjo, Soekidjo., 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
__________ . 2010. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
__________ , 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.3 Tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2014 tentang Kesehatn
Lingkungan. Jakarta.
Priyono, E., 2008. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia,
Percik, Media Informasi Air minum dan penyehatan Lingkungan, Jakarta.
Puskesmas kilometer 11., 2015. Profil Kesehatan Puskesmas Kilometer 11 Tahun 2015, Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi.
Batarada, Rio H., Perilaku Masyarakat Tentang Buang Air Besar
Sembarangan Pada Desa Yang Diberi Dan Tidak Diberi Intervensi Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Di Kecamatan Gumai Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Simanjuntak P., 1999. Sarana Jamban Keluarga. Jakarta. Gramedia. Suparmin,S., 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair. EGC, Jakarta.
Tarigan, Elisabeth, 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi
Keluarga Dalam Penggunaan Jamban Di Kota Kabanjahe Tahun 2007. Tesis Mahasiswa S-2 Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Warsito, S., 1996. Kakus Sederhana Bagi Masyarakat Desa. Kanisius. Yogyakarta.
Wawan, A dan Dewi, M., 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis
Daerah penelitian adalah Desa Pangaribuan, Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi. Adapun batas-batas wilayah Desa Pangaribuan adalah sebagai berikut :
- Sebelah utara : Bakal Julu - Sebelah timur : Silumboyah - Sebelah selatan : Silumboyah - Sebelah Barat : Tualang
4.1.2 Keadaan Demografis
Desa Pangaribuan merupakan salah satu dari 12 desa di wilayah Kecamatan Siempat Nempu Hulu. Desa Pangaribuan mempunyai luas wilayah seluas 400 hektar dengan jumlah penduduk 1.132 (jiwa), yang terdiri dari 582 orang laki-laki, 550 orang perempuan dan 305 Kepala keluarga. Secara umum penduduk Desa Pangaribuan terdiri dari Suku Pak-Pak dan Suku Toba, serta agama yang dianut adalah Islam dan Kristen Protestan (Profil Desa Pangaribuan,2011).
4.2 Hasil Penelitian
Nempu Hulu sebanyak 75 KK yakni 245 responden. Perilaku buang air besar di jamban yang mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan di berikan kepada 245 orang yang merupakan anggota keluarga dari 75KK dan untuk pemeliharaan jamban serta upaya pemeliharaan di berikan kepada 75 orang yang mewakili dari 75KK. Adapun hasil penelitian yang dilakukan di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu adalah sebagai berikut:
4.2.1 Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2016
No Karakteristik Reponden n % 4 Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 5 Frekuensi BAB per Minggu
<7 6 Jumlah Jamban Keluarga Yang Digunakan
1 Jamban keluarga 7 Jumlah Anggota Keluarga
1-5 Orang
(163 orang) . Kelompok umur paling banyak terdapat pada umur 13- 22 tahun yaitu sebnyak 78 orang. Distribusi pekerjaan dan pendidikan terakhir responden pada penelitian ini terlihat bahwa pekerjaan paling banyak adalah sebagai petani sebanyak 136 responden dan pekerjaan paling sedikit adalah sebagai Pedagang sebanyak 4 responden. Pendidikan terakhir paling banyak adalah SMA sebanyak 115 responden, dan pendidikan terakhir paling sedikit adalah Sarjana sebanyak 11 responden.
Berdasarkan tabel 4.1 sebanyak 180 informan telah teratur sebanyak 7 kali BAB dalam seminggu, Sebanyak 47 orang ( 15,2%) memiliki frekuensi BAB dibawah 7 kali dalam seminggu dan sebanyak 83 orang (26,8%) memiliki frekuensi BAB yang lebih dari 7 kali dalam seminggu. Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat perbandingan jumlah anggota keluarga dengan jumlah jamban yang digunakan. Jumlah anggota keluarga paling banyak 10 orang dengan jamban yang digunakan 1 jamban keluarga.
4.2.2 Gambaran Perilaku Informan Tentang Buang Air Besar Di Jamban Keluarga
Tabel 4.2 Distribusi Perilaku Informan Tentang Buang Air Besar Di Jamban Keluarga di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2016
No Pengetahuan Sikap Tindakan
n % n % n %
1 Baik 105 42,9 161 65,7 1 ,4
2 Cukup 137 55,9 84 34,3 151 61,6
3 Kurang 3 1,2 1 0,0 93 38,0
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan dalam Buang Air besar di jamban adalah pengetahuan “cukup” dengan persentase
sebesar 55,9%, kategori sikap “baik” dengan persentase 65,7% dan kategori tindakan “cukup” dengan presentase 61.6%. Hasil penelitian tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
4.2.2.1 Pengetahuan
Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Informan Tentang Buang Air Besar Di Jamban Di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2016
No Pertanyaan n %
1 Apa yang dimaksud BAB sembarangan
Buang air besar pada tempatnya seperti jamban 18 7,3
Buang air besar dimana saja 142 58,0
Buang air besar tidak pada tempatnya yang tepat seperti jamban atau WC
85 34,7
2 Menurut bapak/ibu dimana tempat BAB yang tepat
Di sungai dengan air yang mengalir 26 10,6
Diladang dan di kebun 11 4,5
Jamban 208 84,9
3 Menurut Bapak/ Ibu, apa yang dimaksud dengan jamban?
Tempat kotoran manusia 87 35,5
Tempat pembuangan tinja 13 5,3
Suatu bangunan yang diperlukan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang diperuntukkan untuk keluarga
145 59,2 4 Apa sajakah ciri-ciri jamban keluarga?
Jarak penampungan tinja dari sumber air bersih
adalah = 10 meter 30 12,2
Tersedia air bersih dan alat pembersih 20 8,2 Mempunyai dinding, pintu, atap, tersedia air bersih
dan jarak penampungan tinja dari sumber air bersih = 10 meter
195 79,6
5 Apakah kegunaan jamban bagi keluarga?
Tempat untuk menampung tinja manusia 17 6,9
Tempat buang air besar seluruh anggota keluarga 189 77,1 Sebagai tempat untuk memutuskan penyakit yang
6 Apa sajakah perawatan jamban yang harus dilakukan?
Membersihkan jamban 2 kali dalam seminggu 181 73,9
Menyikat lantai agar tidak licin 35 14,3
Membersihkan jamban minimal 1 kali dalam
seminggu 29 11,8
7 Apa bahaya yang dapat terjadi pada lingkungan jika tidak BAB di jamban? Tidak terjadi apa-apa karena tinja baik
untuk kesuburan tanah 87 35,5
Mengganggu masyarakat karena bau 58 23,7
Terjadi penyakit lingkungan 100 40,8
8 Penyakit apa yang dapat ditularkan melalui tinja
Cacingan 92 37,6
Cacingan dan Diare 93 38,0
Cacingan, Diare, Polio, Hepatitis A 60 24,5
9 Melalui apa sajakah tinja dapat menularkan penyakit ke dalam tubuh
Tangan 57 23,3
Tangan, Makanan,Air 93 38,0
Tangan, makanan, air, binatang 95 38,8
10 Cara memutus rantai penularan penyakit dari tinja
Menjauhkan serangga penyebab penyakit 103 42,0 Tidak bisa dilakukan pemutusan mata rantai
penularan penyakit 14 5,7
Pemutusan rantai penularan penyakit dengan penghentian BAB sembarangan dan mendirikan jamban keluarga, cuci tangan pakai sabun
128 52,2
Total 245 100,0
adalah buang air besar dimana saja., dan sebanyak 85 orang (34,7%) menjawab Buang air besar tidak pada tempatnya yang tepat seperti jamban atau wc.
Berdasarkan tabel 4.3 pengetahuan informan tentang tempat buang air besar yang tepat diperoleh sebanyak 10,6% menjawab di sungai dengan air mengalir, sebanyak 4,5% di ladang atau dikebun dan sebanyak 84,9% menjawab di jamban. Sebanyak 145 orang atau 59,2% menjawab jamban merupakan suatu bangunan yang diperlukan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang di peruntukkan untuk keluarga. Sebanyak 195 orang (79,6%) menjawab ciri-ciri jamban keluarga. Jamban yang memenuhi syarat adalah mempunyai dinding, pintu, atap, tersedia air bersih dan jarak penampungan tinja dari sumber air bersih ≥ 10 meter.
Sebanyak 189 responden atau 77.1% menjawab kegunaan jamban adalah tempat buang air besar seluruh angota keluarga. Sebanyak 39 responden yang menjawab bahwa kegunaan jamban adalah sebagai tempat untuk memutuskan penyakit yang di sebabkan oleh tinja. Sebanyak 181 orang ( 73,9%) telah menjawab perawatan jamban yang harus dilakukan oleh masyarakat adalah membersihkan jamban 2 kali dalam seminggu. Masih ada informan yang menjawab perawatan yang dilakukan hanyalah dengan menyikat lantai agar tidak licin yaitu sebanyak 35 orang (14.3%)
jawaban Cacingan, diare, polio dan hepatitis A. Pengetahuan tentang media yang dapat menularkan penyakit ke dalam tubuh dari 95 orang (38,8%) tangan, makanan, air dan binatang. Sebanyak 93 orang (38,0%) menjawab bahwa penyakit ditularkan melalui tangan makanan dan air sedangkan 57 orang (23,3%) menjawab penyakit dapat ditularkan melalui tangan saja.
2.2.2 Sikap
A. Sikap Informan Tentang Aktivitas Buang Air Besar (BAB) Di Jamban Keluarga
Tabel 4.4 Distribusi Sikap informan Buang Air Besar (BAB) Di Jamban Keluarga di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2016
No Pertanyaan n %
1 Program STBM mewajibkan setiap satu rumah wajib memiliki minimal satu jamban keluarga
Tidak setuju 36 14,7
kurang Setuju 78 31,8
Setuju 131 53,5
2 Program STBM mewajibkan Setiap masyarakat harus selalu buang air besar di jamban
Tidak setuju 31 12,7
kurang Setuju 44 18,0
Setuju 170 69,4
3 Kebiasaan masyarakat sebelum ada program STBM adalah buang air besar di tempat terbuka dan ketika bapak/ibu BAB di tempat terbuka, bapak/ibu merasakan kenyamanan yang sama dengan BAB di jamban
Setuju 71 29,0
kurang Setuju 84 34,3
Tidak setuju 90 36,7
4 Kebiasaan buang air besar tidak di jamban masih ada di masyarakat termasuk tetangga rumah.Setujukah bapak/ibu jika tetangga bapak/ibu BAB dikebun atau dekat rumah bapak/ibu
Setuju 71 29,0
kurang Setuju 84 34,3
Tidak setuju 90 36,7
5 Kebiasaan anak bermain-main diluar rumah dan sering anak-anak ingin buang air besar saat bermain. Setujukah bapak/ibu jika anggota keluarga contohnya anak yang sedang bermain tersebut buang air besar di tempat terbuka
Setuju 24 9,8
kurang Setuju 74 30,2
Tidak setuju 147 60,0
rumah seperti ke ladang atau ke sawah sembarangan, tinja manusia tersebut dapat mencemari air dan makanan. Air dan makanan yang tercemar tinja dapat menimbulkan penyakit
Tidak setuju 52 21,2
kurang Setuju 32 13,1
Setuju 161 65,7
9 Sumber Air bersih dapat tercemar oleh tinja akibat jarak penampungan tinja dengan sumber air kurang dari 10 meter sehingga jika dikonsumsi terus sehingga mendirikan jamban merupakan cara untuk memutus rantai penularan penyakit dari tinja
tempat terbuka, bapak/ibu merasakan kenyamanan yang sama dengan BAB di jamban baik karena masyarakat tidak setuju dengan pernyataan ini dengan persentase 36,7%. Akantetapi, sebanyak 34,3% informan kurang setuju dengan pernyataan ini..
Berdasarkan tabel 4.4 sikap informan mengenai kebiasaan buang air besar tidak di jamban masih ada di masyarakat termasuk tetangga rumah dengan persentase 36,7% tidak setuju ada tetangga yang buang air besar sembarangan. Begitu juga dengan Kebiasaan anak bermain-main diluar rumah dan sering anak-anak ingin buang air besar saat bermain. Jika anggota keluarga contohnya anak-anak yang sedang bermain tersebut buang air besar di tempat terbuka sebanyak 147 orang (60%) tidak setuju dengan kebiasaan seperti itu. Sebanyak 201 orang (82%) setuju dengan kebiasaan Masyarakat masih sering melakukan BAB di sembarang tempat terutama ketika berada di luar rumah seperti ke ladang atau ke sawah.
4.2.2.3 Tindakan
Tabel 4.5 Distribusi Tindakan Masyarakat Terhadap Perilaku Buang Air Besar Di Jamban di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2016
No Pertanyaan n %
1 Ketika beraktivitas sehari-hari seperti ke ladang, ke sawah dan ke tempat-tempat lain apakah bapak/ibu tetap buang air besar di jamban
Tidak 197 80,4
kadang-kadang 37 15,1
Ya 11 4,5
2 Apakah Ketika berada diluar rumah bapak/ibu masih mau buang air besar sembarangan karena merasa nyaman dan tenang BAB di sembarang tempat seperti di kebun, di sawah dll
Ya 209 85,3
kadang-kadang 9 3,7
Tidak 27 11,0
3 Jika pada malam hari dan dalam keadaan sakit perut, apakah bapak/ibu akan buang Air besar disekitar rumah karena jambannya jauh
Ya 206 84,1
kadang-kadang 19 7,8
Tidak 20 8,2
4 Apakah anak dan anggota keluarga bapak/ibu sudah setiap saat buang air besar di jamban
Tidak 181 73,9
kadang-kadang 42 17,1
Ya 22 9,0
5 Apakah bapak/ibu pernah melarang anggota keluarga yang buang Air besar di tanah pada saat berada di ladang atau di sawah
Tidak 164 66,9
kadang-kadang 64 26,1
Ya 17 6,9
6 Ketika bapak/ibu mempunyai anak balita dan anak balita tersebut buang air besar di pampers atau di celana, apakah bapak/ibu membuang tinja anak bapak/ibu ke tempat sampah
Tidak 182 74,3
kadang-kadang 47 19,2
buang air besar sembarangan seperti di sungai, di ladang dll
Tidak 213 86,9
kadang-kadang 22 9,0
Ya 10 4,1
8 Bagi tetangga bapak/ibu yang masih buang air besar sembarangan pernahkah menghimbau agar tetangga tersebut buang air besar di jamban
Tidak 226 92,2
kadang-kadang 13 5,3
Ya 5 2,0
9 Saat BAB di jamban apakah bapak/ibu menggunakan air yang cukup
Tidak 206 84,1
kadang-kadang 21 8,6
Ya 18 7,3
10 Selesai Buang Air besar di jamban masih banyak masyarakat yang tidak cuci tangan pakai sabun dan air mengalir. Apakah yang bapak/ibu mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir setelah buang air besar
Tidak 208 84,9
kadang-kadang 30 12,2
Ya 7 2,9
Total 245 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 mengenai tindakan informan tentang buang air besar dibuat dalam 10 pertanyaan kuesioner dari 10 pertanyaan ini dapat dilihat tindakan masyarakat yang masih rendah karena dari jawban responden yang menjawab “tidak” unruk setiap pertanyaan diatas 70%.Tindakan informan saat
malam hari dan dalam keadaan sakit perut, bapak/ibu akan buang Air besar disekitar rumah karena jambannya jauh sebnyak 206 orang menjawab “ya” (84,1%). Untuk anggota keluarga seperti anak tindakan untuk setiap saat buang air besar di jamban sebnyak 181 orang (73,9%) menjawab “tidak”. Untuk kebiasaan melarang anggota keluarga atau tetangga untuk tidak buang air besar sembarangan saat bermain dan berada di luar rumah sebanyak 86,9% menjawab “tidak”.
4.2.3 Gambaran Pemeliharaan Jamban Keluarga
4.2.3.1 Pemeliharan Jamban Melalui Pertanyaan Kuesioner
Tabel 4.6 Pemeliharan Jamban Melalui Pertanyaan Kuesioner di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2016
No Pertanyaan n %
1 Apakah Bapak/ibu membersihkan lantai jamban?
Ya 52 69,3
kadang-kadang 16 21,3
Tidak 7 9,3
2 Apakah di sekeliling jamban terdapat genangan air?
Ya 31 41,3
kadang-kadang 9 12,0
Tidak 35 46,7
3 Apakah ada sampah berserakan di sekitar jamban?
Ya 17 22,7
kadang-kadang 15 20,0
Tidak 43 57,3
4 Apakah di sekitaran jamban terdapat lalat, tikus dan kecoa?
Ya 16 21,3
kadang-kadang 25 33,3
Tidak 34 45,3
5 Apakah bapak/ibu bila jamban ada yang rusak apakah segera diperbaiki?
Ya 55 73,3
kadang-kadang 2 2,7
Tidak 18 24,0
6 Apakah air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember?
Ya 47 62,7
kadang-kadang 18 24,0
Tidak 10 13,3
7 Apakah sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak bau dan mengundang lalat?
Ya 64 85,3
kadang-kadang 1 1,3
Tidak 10 13,3
4.2.3.2 Pemeliharan Jamban Observasi Langsung
A. Data Lingkungan
Tabel 4.7 Data Lingkungan di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2016
No Pertanyaan n %
1 Apakah memiliki jamban keluarga
Ya 75 100,0
Tidak 0 0,0
2 Jenis jamban yang dimiliki
jamban cubluk 5 6,7
jamban Plengsengan 3 4,0
jamban leher angsa 67 89,3
3 Sumber air bersih yang digunakan
air sungai 10 13,3
4 Tempat penampungan tinja
septic tank 68 90,7
tanah gali 7 9,3
5 Jarak penampungan tinja dari sumber air bersih
1- 5 meter 3 4,0
6 - 9 meter 11 14,7
> 10 meter 61 81,3
Total 75 100,0
lengsengan sebanyak 3 sampel (4,0%) dan jamban cubluk sebnyak 5 sampel (6,7%).
Sarana air bersih yang digunakan oleh responden ada 6 sumber yaitu air sungai (13,3%), sumur gali (2,7%), sumur bor ( 13,3%), air dari kamar mandi umum (20,0%), air hujan (29,3%) dan PDAM (21,3%). Tempat penampungan tinja 100% sampel mempunyai penampungan tinja. Untuk jarak penampungan tinja dari sumber air bersih yang berjarak 1-5 meter ada sebnyak 3 jamban (4,0%), berjarak 6-9 meter ada sebnyak 11 jamban (14,7%) dan yang berjarak >10meter ada sebnyak 61 jamban (81,3%).
B. Pemeliharaan Jamban (Observasi)
Tabel 4.8 Pemeliharaan jamban (observasi) di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2016
No Pemeliharaan Jamban Keluarga n %
1 Jamban keluarga di dalam rumah
Ya 58 77,3
Tidak 17 22,7
2 Jamban tidak mencemari tanah Permukaan
Ya 57 76,0
Tidak 18 24,0
3 Jamban memiliki atap pelindung
Ya 72 96,0
Tidak 3 4,0
4 Jamban memiliki pintu
Ya 62 82,7
Tidak 13 17,3
5 Jamban memiliki dinding kedap air
Ya 31 41,3
Tidak 43 57,3
6 Jamban memiliki lantai kedap air
Ya 46 61,3
Tidak 29 38,7
8 Jamban memiliki penerangan yang cukup
Ya 33 44,0
Tidak 42 56,0
9 Jamban menimbulkan bau yang tidak sedap
Ya 43 57,3
Tidak 32 42,7
10 Jamban menjadi tempat hidup serangga, tikus, atau kecoa
Ya 43 57,3
Tidak 32 42,7
11 Selalu tersedia air bersih dan penampungan air
Ya 34 45,3
Tidak 41 54,7
12 Jamban mudah dibersihkan
Ya 37 49,3
Tidak 38 50,7
13 Jamban digunakan oleh anggota keluarga
Ya 72 96,0
Tidak 3 4,0
14 Tersedia sabun untuk cuci tangan
Ya 15 20,0
Tidak 60 80,0
15 lantai jamban dalam keadaan bersih dan tidak licin
Ya 26 34,7
Tidak 49 65,3
16 Di sekeliling jamban terdapat genangan air
Ya 51 68,0
Tidak 24 32,0
17 Ada sampah berserakan di sekitar jamban
Ya 30 40,0
Tidak 45 60,0
18 Tersedia alat pembersih di jamban
Ya 18 24,0
Tidak 57 76,0
19 Ada kotoran yang terlihat di lantai jamban
Ya 38 50,7
Tidak 37 49,3
20 Ada tutup jamban pada lubang jamban
Ya 1 1,3
Tidak 74 98,7
Total 75 100,0
keluarga di dalam rumah (77,3%), jamban tidak mencemari tanah permukaan (76,0%), Jamban memiliki atap pelindung (96,0%), Jamban memiliki pintu (82,7%), Jamban memiliki dinding kedap air (41,3%), Jamban memiliki lantai kedap air (61,3%), Jamban memiliki ventilasi yang cukup (52%), Jamban memiliki penerangan yang cukup (44,0%), Jamban menimbulkan bau yang tidak sedap (57,3%), Jamban menjadi tempat hidup serangga, tikus, atau kecoa (57,3%), Selalu tersedia air bersih dan penampungan air (45,3%), Jamban mudah dibersihkan (49,3%), Jamban digunakan oleh anggota keluarga (96,0%), Tersedia sabun untuk cuci tangan (20,0%), lantai jamban dalam keadaan bersih dan tidak licin (34,7%), Di sekeliling jamban terdapat genangan air (51%), Ada sampah berserakan di sekitar jamban (40,0%), Tersedia alat pembersih di jamban (24,0%), Ada kotoran yang terlihat di lantai jamban (50,7%), Ada tutup jamban pada lubang jamban (1,3%).
Tabel 4.9 Distribusi Jamban Keluarga Yang Memenuhi Syarat di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2016
No Jamban Yang Memenuhi Syarat n %
1 jamban sehat 4 5,3
2 Jamban tidak sehat 71 94,7
Total 75 100,0
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa hanya ada 4 (5,3%) jamban keluarga sehat yang memenuhi syarat – syarat jamban sehat dan sebanyak
4.2.4 Upaya Perilaku BAB Di Jamban Dan Pemeliharaan Jamban
Tabel 4.10 Distribusi Upaya Perilaku BAB Di Jamban Dan Pemeliharaan Jamban di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi Tahun 2016
No Pertanyaan n %
1 Sudah berapa lama bapak/ibu menggunakan jamban?
<2 tahun 26 34,7
≥2 tahun 49 65,3
2 Apakah bapak/ibu memiliki jamban setelah adanya gerakan STBM
Ya 25 33,3
Tidak 50 66,7
3 Alasan bapak/ibu mendirikan jamban:
karena terpicu dengan gerakan STBM 25 33,3
Karena kemauan diri sendiri tanpa ada dorongan dari
gerakan STBM 50 66,7
4 Dimana bapak/ibu biasa buang air besar sebelum menggunakan jamban?
5 Apa bapak?ibu merasa nyaman saat menggunakan jamban dibanding sebelum memakai
Nyaman 51 68,0
tidak nyaman 24 32,0
6 Apa keuntungan dan kerugian setelah memiliki jamban?
Keuntungan
tidak menumpang di jamban tetangga 13 17,3
bebas dari penyakit seperti diare 24 32,0
lingkungan bersih dan tidak bau 32 42,7
tidak perlu lagi jauh-jauh ketika mau BAB 6 8,0 Kerugian
menimbulkan bau yang tidak sedap 41 54,7
lantainya licin 13 17,3
tidak ada kerugian 21 28,0
7 Seberapa pentingkah kebersihan jamban untuk anda?
tidak penting 27 36,0
Penting 48 64,0
8 Apakah upaya yang dilakukan agar masyarakat desa ini tetap bebas dari buang air besar?
membuat dan menjaga kamar mandi umum 18 24,0
membuat jamban masing-masing 57 76,0
b. Dari Perangkat Desa
tidak ada 10 13,3
memberikan pengarahan untuk membuat jamban di
rumah masing-masing 65 86,7
c. Puskesmas Kilometer 11
tidak ada 2 2,7
Penyuluhan 59 78,7
pemeriksaan jamban di masyarakat 14 18,7
d. Dari Pemerintah Kabupaten Dairi
tidak ada 32 42,7
membuat peraturan daerah 43 57,3
Total 75 100,0
Berdasarkam tabel 4.10 upaya perilaku BAB di jamban dan pemeliharaan jamban dilihat dari 8 pertanyaan yang diberikan kepada responden meliputi waktu memiliki jamban keluarga, pengaruh program STBM, Alasan memiliki jamban keluarga, kebiasaan BAB sebelum memilki jamban, kenyaman saat BAB di jamban, keuntungan dan kerugian memiliki jamban, pentingnya pemeliharaan jamban dan upaya yang dilakukan untuk menjadi desa yang bebas dari buang air besar sembarangan. Waktu memiliki jamban keluarga yang kurang dari 2 tahun sebanyak 26 jamban (34,7%) dan dari yang mendirikan jamban kurang dari 2 tahun ini sebanyak 25 jamban dibangun karena adanya program STBM dan masyarakat terpicu oleh program ini untuk mendirikan jamban. „;kebiasaan BAB
Keuntungan setelah memiliki jamban: tidak menumpang di jamban tetangga (17,3%), bebas dari penyakit seperti diare (32,0%), lingkungan bersih dan tidak bau (42,7%), tidak perlu lagi jauh-jauh ketika mau BAB (8,0%).
Kerugian stelah memiliki jamban: menimbulkan bau yang tidak sedap (54,7%), lantainya licin (17,3%). Pentingnya pemeliharann jamban sebanyak 27 responden (36,0%) menjawab tidak penting dan sebanyak 48 responden (64,0%) menjawab penting untuk pemeliharaan jamban.
BAB V
PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama yang dilaksanakan di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu yang merupakan tempat pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di Kabupaten Dairi. Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu kecamatan yang menjalankan program STBM. Pelaksanaan STBM di Dairi sejak bulan Juli 2014. Pada awal bulan Desember 2014 telah dilaksanakan verifikasi di satu kecamatan siempat Nempu hulu dan dari hasil verifikasi tersebut dinyatakan bahwa Kecamatan Siempat Nempu Hulu sudah 100% bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (Kecamatan SBS) (Dinkes Kab.Dairi, 2015)
tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman terhadap suatu masalah. Pendidikan merupakan suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat, dan bertujuan untuk bertahan hidup termasuk memenuhi kebutuhan sandangnya (Azwar, 2007).
Tingkat pendidikan juga dapat menentukan daya nalar seseorang yang lebih baik, sehingga dapat menyerap informasi-informasi dan dapat berfikir secara rasional dalam menanggapi informasi dan masalah yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan buang air besar sembarangan. Menurut Widyastuti (2005) yang dikutip dari Elisabeth (2008), orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Budiarja (2001) yang dikutip dari Elisabeth (2008), pendidikan yang rendah membuat rendahnya partisipasi di bidang kesehatan. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang dampak yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan buang air besar sembarangan menjadikan masyarakat masih melakukan kebiasaan buang air besar sembarangan.
pekerjaan ataupun sosial ekonominya maka akan semkain tinggi niat untuk berperilaku buang air besar di jamban dan melakukan pemeliharaan jamban. Menurut teori Maslow (1943) yang dikutip oleh Malayu (2002), jika seseorang yang ingin memiliki kebutuhan rasa aman dan kenyamanan maka akan melakukan berbagai upaya untuk mencapainya, salah satu faktornya adalah kecukupan penghasilan, dan ini hanya diperoleh jika mempunyai suatu pekerjaan yang layak.
Hasil penelitian dari sampel 75 KK yang di teliti memiliki frekuensi BAB yang berbeda-beda dalam seminggu ada yang memiliki frekuensi BAB kurang dari 7 kali (15,2%), dan ada frekuensi BAB perminggu di rata-ratakan ada sebanyak 7 kali (58,1%) dalam seminggu. Frekuensi BAB yang normal tidak sama pada setiap orang. Rata-rata orang BAB satu kali sehari, tapi frekuensi tiga kali sehari atau tiga hari sekali juga masih terbilang normal.
Hasil penelitian jumlah jamban dalam rumah dengan jumlah anggota keluarga juga harus seimbang dimana dari hasil penelitian yang dilakukan jumlah anggota keluarga ada yang 6 sampai 10 orang dengan jumlah jamban di dalam rumah hanya 1 jamban. Tentu hal ini tidak memiliki perbandingan yang baik dan dapat menyebabkan jamban menjadi bau dan sulit untuk dibersihkan.
5.2 Gambaran Perilaku Buang Air Besar Di Jamban
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pengetahuan, sikap dan tindakannya dalam perilaku Buang Air besar di jamban pada tingkat pengetahuan masyarakat masuk ke dalam kriteria “cukup” (55,9%), untuk sikap masyarakat
kriteria “cukup” (61.6%). Masyarakat yang ada di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Numpu Hulu Kabupaten Dairi memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan yang berbeda-beda terhadap penggunaan jamban. Perilaku informan tentang buang air besar di jamban sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan tindakan, karena setiap informan memiliki tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan yang berbeda dalam menggunakan jamban. Berdasarkan teori Blum (1974), perilaku dibagi menjadi tiga yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude,) dan tindakan (Practice). Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu stimulus/ransangan dari luar. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon dari seseorang berkaitan dengan masalah kesehatan, penggunaan pelayanan kesehatan, pola hidup, maupun lingkungan sekitar yang mempengaruhi. (Notoatmodjo, 2012).
5.2.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan
Hasil penelitian tingkat pengetahuan masyarakat Desa Pangaribuan pasca program STBM, secara umum tingkat pengetahuan masyarakat tentang buang air besar di jamban masuk dalam kriteria “cukup”. Tingkat pengetahuan masyarakat
Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai defenisi buang air besar hanya 85 responden yang menjawab benar. Paling banyak menjawab bahwa buang air besar sembarangan itu adalah buang air besar dimana saja. Jawaban ini kurang tepat dan ini jawaban masyarakat paling banyak karena masyarakat memperoleh pengetahuan ini di beberapa penyuluhan yang ada di Desa Pangaribuan ini. Tingkat pengetahuan tempat buang air besar yang tepat masih ada responden menjawab di sungai dengan air mengalir dan ada masyarakat yang dapat menjawab dengan benar tempat buang air besar yang tepat adalah di jamban. Selanjutnya pengetahuan responden tentang jamban sudah baik terlihat dari jawaban responden mengenai pengertian jamban masyarakat menjawab benar yaitu suatu bangunan yang diperlukan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang diperuntukkan untuk keluarga, ciri-ciri jamban keluarga masyarakat menjawab mempunyai dinding, pintu, atap, tersedia air bersih dan jarak penampungan tinja dari sumber air berdih ≥10 meter.
jawaban Cacingan, diare, polio dan hepatitis A. Mayarakat belum mendengar bahwa BABS dapat menyebabkan polio dan hepatitis A karena belum pernah terjadi di Desa ini sehingga masyarakat tidak tahu akan hal ini. Pengetahuan informan tentang cara memutuskan rantai penularan penyakit dari tinja masyarakat menjawab pemutusan rantai penularan penyakit dengan penghentian BAB sembarangan dan mendirikan jamban keluarga, cuci tangan pakai sabun. Pengetahuan ini sangat mendukung program STBM untuk setiap keluarga memiliki jamban.
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan atau perilaku seseorang, dengan kata lain apabila seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka orang tersebut cenderung akan berperilaku baik pula. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) dan sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Soekidjo, 2003).
pengetahuan dari penyuluhan yang merupakan salah satu program STBM untuk menjadikan desa Pangaribuan menjadi desa yang Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Romaji (2010), tentang efektivitas metode community lead total sanitation (CLTS)/STBM dalam merubah pengetahuan, sikap dan perilaku buang air besar (Studi di Desa Adan-Adan Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri), didapat bahwa penyuluhan dengan pendekatan STBM ini dapat meningkatkan pengetahuan (Romaji, 2010).
Terdapatnya pengetahuan yang cukup dipengaruhi oleh adanya intervensi gerakan STBM pada Desa Pangaribuan sehingga membuat responden pada Desa Pangaribuan menjadi tahu pentingnya untuk tidak buang air besar sembarangan dan dampak yang akan ditimbulkan dari aktivitas tersebut. Karena berawal dari merubah perilaku BAB sembarangan maka kegiatan sanitasi dasar lainnya dapat dilaksanakan (Depkes RI, 2008).
Sesuai dengan Dirjen PPM & PLP (1999) salah satu cara untuk mengatasi rendahnya penggunaan jamban dengan identifikasi sedini mungkin baik yang dilakukan oleh penyuluhan kesehatan mengunjungi rumah secara khusus maupun dilakukan secara pasif melalui pembinaan di tempat tertentu.
5.2.2 Sikap
Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu kabupaten Dairi tahun 2016 ditemukan bahwa masyarakat yang menjadi responden sudah termasuk kedalam kategori “Baik” sebesar 65,7%
anggota keluarga BAB di tempat terbuka, kemudian sebesar 36,7% responden “tidak setuju” jika tetangga mereka buang air besar sembarangan di kebun atau
dekat rumah. Tingginya persentase responden yang menjawab “tidak setuju”
tentang kebiasaan buang air besar belum tentu responden tersebut merealisasikan dalam tindakan. Karena sikap merupakan penilaian (bisa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang belum tentu dapat di realisasikan dalam tindakan. Masyarakat memiliki Sikap yang “baik” di dapat dari penyuluhan yang merupakan salah satu program STBM untuk menjadikan desa Pangaribuan menjadi desa yang Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan.
Secara umum sikap dapat diartikan sebagai predisposisi (keadaan terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan di lingkungan yang dapat menilai atau membimbing tingkah laku seseorang. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu (Soekidjo, 2003).
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari – hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoadmojdo, 2005).
adanya kesesuain reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Secara umum sikap berkaitan erat dengan pengetahuan. Jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu maka sikap yang dimilikinya pun cenderung positif. (Soekidjo, 2003)
5.2.3 Tindakan
Hasil penelitian tindakan masyarakat Desa Pangaribuan pasca program STBM, tindakan masyarakat untuk kategori “baik” hanya 1 orang, untuk kategori
“cukup” sebanyak 151 orang dan untuk kategori “kurang” ada 93 orang. Secara
umum tindakan masyarakat tentang buang air besar di jamban masih kurang baik dan masih terbilang rendah. Tindakan masyarakat diukur sesuai kategori penilaian tindakan menutut Arikunto (2006) dalam Wawan & Dewi (2011) yaitu cukup dengan presentase : 56%-75%.
Responden Desa Pangaribuan masih banyak melakukan buang air besar sembarangan di kebun maupun sungai. Responden juga tidak menggunakan sabun untuk cuci tangan setelah selasai buang air besar di jamban. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor seperti pekerjaan masyarakat yaitu petani dan pendidikan yang masih rendah sehingga menimbulkan kesadaran yang kurang untuk BAB di jamban. Hal ini sejalan dengan penelitian Wawan & Dewi (2011) yang mengatakan bahwa faktor pendidkan dan pekerjaan mempengaruhi tindakan seseorang untuk buang air besar di jamban.
sembarangan ternyata tidak begitu mempengaruhi tindakan masyarakat Desa Pangaribuan untuk tidak buang air besar sembarangan. Karena untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan diperlukan suatu faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan sesorang dapat menerapkan apa yang mereka ketahui. Artinya pengetahuan atau sikap yang baik belum tentu terwujud dalam tindakan yang baik pula (Soekidjo, 2003).
5.3 Jamban Sehat
Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Pangaribuan sebanyak 75 KK yang menjadi sampel penelitian sudah seluruhnya menggunakan jamban. Dimana dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa 49 keluarga sudah memiliki jamban sebelum ada program STBM di desa ini dan sebanyak 26 keluarga memiliki jamban setelah adanya program STBM. Sehingga program ini sudah berhasil di Desa Pengaribuan karena secara umum masyarakat sudah ada kesadaran untuk memiliki jamban di rumahnya masing-masing. Program STBM pilar pertama yaitu Stop Buang Air besar Sembarangan (SBS) dapat tercapai ketika masyarakat sudah berperilaku buang air besar di jamban dan sudah memiliki jamban keluarga. Masyarakat sebelumnya memiliki jamban karena kesadaran sendiri tanpa dorongan dari gerakan STBM. Akan tetapi, dari 75 KK hanya 4 KK yang mimiliki jamban yang memenuhi syarat sebagai jamban sehat.
tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Abdullah,2010).
Berdasarkan Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 03 tahun 2014 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban sehat adalah suatu fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Seluruh keluarga yang menjadi sampel sudah memiliki fasilitas pembuangan tinja yang efektif di dalam rumah masing-masing hal ini dilihat dari kepemilikan jamban dimana semua keluarga sudah memiliki jamban keluarga.
5.3.1 Jenis Jamban Keluarga (JAGA) yang Digunakan Informan
Hasil penelitian jenis jamban yang digunakan di Desa Pangaribuan ada 3 jenis jamban yang digunakan oleh responden. Jenis jamban yang paling bnyak digunakan adalah jamban leher angsa. Jamban lain yang digunakan oleh masyarakat Desa Pangaribuan adalah jamban plengsengan dan jamban cubluk.
Jamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang terbaik ialah jamban yang tidak menimbulkan bau dan memiliki kebutuhan air yang tercukupi dan berada di dalam rumah. Jamban/kakus dapat dibedakan atas beberapa macam (Chayatin,2009)
1. Jamban cubluk/cemplung. Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban cubuk/cemplung ini hanya terdiri dari atas sebuah galian yang diatasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu, tetapi dapat juga terbuat dari batu bata atau beton. Jamban semacam ini masih menimbulkan ganguan karena baunya.
2. Jamban plengsengan. Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan oleh suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis di atas penampungan tetapi agak jauh. Jamban semacam ini sedikit lebih baik dan mengguntungkan daripada jamban cemplung, karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin..
3. jamban leher angsa. Dibawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung. Dengan demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran (Chayatin,2009).
cubluk, empang, kimia, plengsengan dan leher angsa. Jamban leher angsa merupakan pilihan jamban yang paling baik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan diantara jenis-jenis jamban yang ada. (Azwar, 1990).
5.3.2 Jarak Sumber Air dengan Septick Tank
Hasil Penelitian jenis jamban cubluk dan plengsengan tidak memakai septic tank tetapi membuat tempat penampungan tinjanya di belakang rumah dengan hanya tanah yang digali hal ini terlihat tentu tidak memenuhi syarat kesehatan karena jenis ini kurang hygeinis dimana masih dapat mencemari lingkungan, menimbulkan bau dan tidak tertutup yang memungkinkan datangnya lalat dan dapat mengkontaminasi/ mencari makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini juga dapat berlangsung melalui hubungan tidak langsung dengan media perantara lainnya seperti : air, tangan, dan tanah.
Septic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan ekskreta untuk kelompok kecil yaitu rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat (Chandra, 2007). Septic tank merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas (Entjang, 2000).
Hasil penelitian jarak penampung tinja dari 75 KK yang diteliti dari sumber air sudah tergolong baik karena sebanyak 61KK memiliki jarak ≥ 10
meter dapat mencemari lingkungan terutama mencemari sumber air yang digunakan oleh masyarakat. Ketika air yang tercemar tersebut terus-menerus dikonsumsi maka dapat menyebabkan Cacingan, Diare, Polio dan Hepatitis A. Menurut Ehler dan Steel (2000), jamban yang digunakan sebagai tempat penampungan kotoran manusia memiliki jarak dengan sumber air minum > 10 meter. Tetapi bila kondisi tanah berkapur, dan letak jamban pada sumber air ditanah miring, maka jaraknya sekitar 15 meter.
Hasil penelitian Sumber air besih yang digunakan masyarakat Desa Pangaribuan adalah air sungai, sumur gali, sumur bor, air kamar mandi umum, air hujan dan PDAM. Sumber yang paling banyak digunakan adalah air hujan (29,3%), PDAM (21,3%0 dan air yang ada di kamar mandi umum (13,3%) atau yang sering disebut masyarakat dengan air “pet”. Masyarakat masih menampung air hujan dan digunakan untuk kegiatan sehari-hari dan air hujan juga digunakan untuk persediaan air di jamban keluarga. Hal ini sebaiknya ditindak lanjut oleh masyarakat agar tidak bergantung dengan air hujan lagi karena ketika musim kemarau tiba persediaan air di rumah tersebut tidak ada dan jamban pun menjadi kering dan mengeluarkan bau yang tidak sedap sehingga membuat anggota keluarga malas untuk buang air besar di jamban. Dengan disediakannya air “Pet”