• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam Negeri (DMO)

Juta Ton

102

79,8

78,23%

AKUNT

ABILIT

AS

KINERJA

2. Adanya koordinasi yang baik antara Pemerintah Pusat dan Badan Usaha yang mendapat penugasan dari BPH Migas untuk mendistribusikan BBM bersubsidi.

3. Konversi BBM ke BBG untuk sektor transportasi.

4. Pembangunan Jaringan Gas Kota yang melibatkan dukungan dari KKKS, BUMN terkait, pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya.

5. Konversi Minyak Tanah ke LPG Tabung 3 Kg Tahun 2015 di 6 (enam) Propinsi yaitu Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat.

Realisasi Vs Kuota Jenis BBM Tertentu Tahun 2011-2015:

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Meningkatkan akses

dan infrastruktur energi

a. Akses dan infrastruktur BBM

- Volume BBM bersubsidi

- Kapasitas kilang BBM b. Akses dan infrastruktur gas bumi

- Volume LPG bersubsidi

- Pembangunan jaringan gas kota

- Pembangunan infrastruktur SPBG

- Kapasitas kilang gas:

17,90 Juta KL 1.167.000 BPD 5,76 Juta MT 2 Lokasi 19 SPBG 14,90 Juta KL 1.169.000 BPD 5,57 Juta MT 2 Lokasi 18 SPBG • Kapasitas terpasang kilang LPG

• Volume LPG bersubsidi

- Pembangunan FSRU/ Regasification unit / LNG Terminal

- Panjang pipa transmisi / jaringan distribusi gas bumi

c. Akses dan infrastruktur ketenagalistrikan

- Rasio elektrifikasi

- Infrastruktur ketenagalistrikan: • Penambahan kapasitas pembangkit • Penambahan penyaluran Tenaga Listrik

- Susut jaringan (loses)

- Pangsa energi primer BBM untuk pembangkit tenaga listrik

4,6 Juta Ton 2,39 Juta MT 1 Unit 13.105 Km 87,35% 3.782 MW 11.805 Kms 8,9% 8,85% 4,64 Juta Ton 2.28 Juta MT 1 Unit 9.322 Km 88,3% 2.463 MW 3.941 Kms 8,9% 8,58%

Gambar 3.16 Graik Realisasi Vs Kuota Jenis BBM Tertentu Tahun 2011-2015 *Realisasi 2015 unverified 2011 2012 2013 2014 2015 APBNP 40.49 40.00 48.00 46.00 17.90 REALISASI 41.79 45.07 46.36 46.79 14.90 Ju ta KL

Kapasitas Kilang BBM

Kapasitas total kilang minyak yang beroperasi di Indonesia pada akhir tahun 2015 adalah sebesar 1.169,1 MBCD yang terdiri atas:

1) Kilang PT Pertamina (Persero) dengan total kapasitas 1047,3 MBCD

• RU-II Dumai / Sungai Pakning : 177 MBCD

• RU-III Plaju / S. Gerong : 127,3 MBCD

• RU-IV Cilacap : 348 MBCD

• RU-V Balikpapan : 260 MBCD

• RU-VI Balongan : 125 MBCD

• RU-VII Kasim : 10 MBCD 2) Kilang Pusdkilat Migas Cepu dengan kapasitas 3,8 MBCD

3) Kilang PT Trans Paciic Petrochemical Indotama (TPPI) dengan kapasitas 100 MBCD, mengolah bahan baku berupa kondensat hanya beroperasi pada bulan Januari 2014.

4) Kilang PT Tri Wahana Universal (TWU) Train 1 dengan kapasitas 6 MBCD, dan Train 2 dengan kapasitas 12 MBCD. Dengan meningkatnya konsumsi BBM di Indonesia, maka bahan baku (minyak mentah) untuk kilang BBM juga mengalami peningkatan. Akan tetapi, bahan baku (minyak mentah) dari lapangan domestik terus mengalami penurunan dan penemuan cadangan baru belum optimal beroperasi, sehingga untuk memenuhi kekurangan akan kebutuhan bahan baku (minyak mentah) dilakukan impor.

Sumber pasokan minyak mentah domestik antara lain dari Duri, Arjuna, Jene, Katapa, Belanak, Geragai dan Banyu Urip. Sedangkan minyak mentah impor yang masuk kilang antara lain minyak mentah ALC, Bonny Light, Azeri, Saharan, Qua Iboe, dan Escravos Light. Kilang yang dapat mengolah minyak mentah impor di Indonesia kilang RU IV Cilacap dan kilang RU V Balikpapan, sedangkan kilang-kilang minyak lainnya dari sejak awal didesain untuk hanya dapat mengolah minyak mentah domestik. Kilang RU IV Cilacap sudah sejak awal memang didesain untuk mengolah heavy crude yang berasal dari Timur Tengah, sedangkan kilang RU V Balikpapan semula menggunakan minyak mentah domestik yang berasal dari sekitar Kalimantan Timur, namun semenjak produksi minyak mentah menurun, kilang RU V Balikpapan mulai mengolah minyak mentah domestik dan minyak mentah impor hasil

blending di Terminal Lawe-lawe sehingga didapatkan hasil blending crude yang mendekati desain awal kilang. Berdasarkan data dari Kilang BBM tahun 2015, diperkirakan minyak mentah (bahan baku) domestik sebesar 54,44% dan minyak mentah (bahan baku) impor sebesar 45,56%. Total Konsumsi BBM Indonesia sebesar 71,35 juta KL, dimana 25,1% nya (17,9 juta KL) merupakan BBM PSO (solar).

Selisih pasokan tersebut akhirnya dipenuhi oleh impor BBM yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) maupun Badan Usaha pemegang Izin Usaha Niaga. Jumlah impor BBM yang semakin hari semakin meningkat akan berakibat pada menurunnya kemampuan pasok BBM dari kilang dalam negeri.

Dari kapasitas kilang minyak sebesar 1169,1 MBCD, sampai dengan bulan September tahun 2015 dihasilkan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 28,67 juta KL dan diperkirakan sampai bulan Desember 2015 sebesar 39,2 juta KL (3 bulan terakhir menggunakan data perkiraan serta penambahan dari produksi RFCC Cilacap yang beroperasi mulai 1 Oktober 2015). Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sebesar 71,35 juta KL, maka dipenuhi dengan melakukan impor. Konsumsi BBM dan total produksi dapat digambarkan dengan Graik 1. berikut

Beberapa kendala operasi yang dialami oleh kilang minyak antara lain:

AKUNT

ABILIT

AS

KINERJA

seperti dari lapangan Banyu Urip yang dipasok ke kilang dalam negeri belum optimal;

− Kilang TPPI hanya beroperasi pada bulan Januari 2014, selebihnya tidak dapat beroperasi karena faktor non teknis. TPPI kembali dioperasikan oleh PT Pertamina (Persero) pada Oktober 2015 melalui skema tolling sampai dengan Januari 2016.

Perkembangan kilang di Indonesia tidak mengalami kemajuan semenjak RU IV Balongan beroperasi pada tahun 1994. Mulai saat itu, tidak ada lagi penambahan fasilitas kilang baru milik Pertamina.Tercatat ada 2 kilang milik swasta yang beroperasi yaitu kilang milik PT Tri Wahana Universal (TWU) dan PT Trans Paciic Petrochemical Indotama (TPPI) di Jawa Timur. PT Tri Wahana Universal (TWU) yang semula hanya mempunyai 1 Train dengan kapasitas 6

Gambar 3.17 Produksi BBM Kilang Indonesia (data prognosa sampai Desember 2015)

MBCD telah menambah 1 train lagi dengan kapasitas 12 MBCD yang mulai beroperasi pada pertengahan 2014. Baik Train 1 dan Train 2 PT TWU menggunakan sumber minyak mentah Banyu Urip yang diproduksi PT Exxon Mobile Cepu Limited (EMCL). Sedangkan penambahan kilang baru oleh Pertamina yang direncanakan akan dibangun adalah Kilang Balongan II, Kilang Tuban Jawa Timur, serta kilang di Bontang dengan skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU).

Pada tahun 2015 telah diterbitkan Perpres Nomor 146 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Pembangunan dan Pengembangan Kilang Minyak dalam Negeri. Selain itu, juga sedang dilakukan penyusunan Permen untuk Pembangunan Kilang Minyak Skala Kecil

Pengembangan kilang existing PT Pertamina (Persero) dilakukan melalui penambahan fasilitas RFCC yang bertujuan untuk meningkatkan produksi HOMC 1,13 juta Barrel/Bulan, LPG 350.000 Ton/Tahun, Propylene 140.000 Ton/Tahun, serta meningkatkan margin kilang dan daya saing RU-IV. RFCC beroperasi sejak tanggal 30 September 2015 dan sejak saat itu terjadi perubahan sebagai berikut:

• Tidak ada lagi impor HOMC (High Octane Mogas Component), dimana HOMC merupakan komponen blending Gasoline / Premium. HOMC mempunyai ON=92;

• Impor Premium ke TBBM (Terminal BBM) Lomanis 2 x 200 MB di stop/tidak diperlukan dan selanjutnya kebutuhan Premium tersebut dapat disuplai langsung dari RU IV Cilacap;

• Injeksi/import LPG via kapal sebanyak 7 x 2500 MT per bulan dapat dikurangi 6 (enam call kapal), saat ini hanya dibutuhkan satu kali injeksi kapal saja (1 x 2500 MT) per bulan; dan

• RU IV dapat memproduksi Pertamax (ON=92) dan Prophylene (kedua produk ini merupakan produk baru dari kilang RU IV Cilacap).

II. Akses dan Infrastruktur Gas Bumi Volume LPG Bersubsidi