• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

5.3. Pemeriksaan Fisik Depot Air Minum Isi Ulang

Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan format pemeriksaan fisik depot air minum isi ulang maka dapat diketahui bahwa bahan baku yang dipakai sebagai bahan produksi air minum sudah memenuhi syarat, karena sebagian besar air bahan baku depot tersebut tidak ditemukan adanya bakteri Eschericia coli sehingga sudah memenuhi persyaratan kualitas air bersih sesuai Permenkes RI No.416/MENKES/Per/IX/1990.

Menurut pedoman pelaksanaan penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, air baku adalah air bersih yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum. Untuk menjamin kualitas air baku wajib dilakukan pengambilan sampel secara periodik. Pada saat pengiriman air baku, dibutuhkan kejujuran dari sopir atau kernet truk tangki, karena ada juga beberapa diantaranya yang telah mengisi tangki dengan air dari sumber air baku terdekat walaupun kualitasnya belum teruji (Sulistyandari, 2009).

Kualitas air minum yang dihasilkan oleh depot air minum isi ulang masih belum memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/2010 tentang Persyaratan Kuaitas Air Minum karena masih ditemukan adanya bakteri Eschericia coli di beberapa depot air minum.

Mobil tangki pengangkut air baku depot seluruhnya tidak memiliki izin pengangkutan air sehingga tidak ada jaminan dan pengawasan terhadap air baku yag diangkut mobil tersebut.

Kendaraan tangki air yang mengangkut air baku sudah memenuhi syarat karena terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat beracun seperti Pb,Zn,Cu atau zat lainnya ke dalam air yang dapat membahayakan kesehatan. Seluruh depot memiliki bukti tertulis / sertifikat yang menyatakan air baku yang diangkut berasal dari sumber air tertentu.

Lama pengangkutan air baku sudah memenuhi syarat karena sesuai dengan ketentuan pengangkutan yaitu paling lama 12 jam sampai ke depot air minum. Sebagian depot tidak melakukan pengangkutan air baku dengan menggunakan tangki, karena sebagian dari depot yang diteliti menggunakan air sumur gali milik sendiri sebagai bahan baku untuk diolah menjadi air minum isi ulang. Pengangkutan yang melebihi waktu 12 jam dapat memungkinkan berkembangnya mikro organisme yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes, 2006).

5.3.2 Pengawasan Proses Pengolahan

Untuk objek pengawasan proses pengolahan, tandon air baku pada depot air minum yang di observasi terlindung dari sinar matahari secara langsung dan bahan tandon juga terbuat dari bahan tara pangan seperti stainless steel atau poly-vinyl- carbonate, yang tidak melepaskan zat-zat beracun ke dalam air.

Pada umumnya penempatan tandon air baku sudah memenuhi syarat. Tandon air baku terlindung dari sinar matahari langsung, namun seharusnya seluruh peralatan ditempatkan pada ruangan terpisah, dimana penempatan tandon seharusnya tidak

berada di satu ruangan pengolahan. Penempatan seluruh peralatan pada satu ruangan saja, akan mempengaruhi proses pengolahan. Tandon penampungan air sebelum diolah, harus terbuat dari bahan yang tahan korosi dan tara pangan (Depkes, 2006). 5.3.3 Tabung Filter

Tabung filter yang digunakan oleh depot sudah sesuai dengan ketentuan yaitu terbuat dari bahan tara pangan, yang mudah pemeliharaannya dan tahan tekanan tinggi. Tabung filter yang ditemukan peneliti sudah baik, namun selalu saja penempatan peralatan tersebut tidak semestinya. Penempatan tabung filter tersebut seharusnya pada ruangan khusus pengolahan, namaun pada kenyataannya tabung filter dan peralatan untuk proses pengolahan berada pada satu ruangan, termasuk ruang tunggu pengunjung. Hal ini dapat dilihat bahwa hygiene sanitasi depot masih sangat kurang.

Tabung filter yang digunakan oleh depot juga memiliki system back washing, yaitu cara pembersihan tabung filter dengan mengalirkan air tekanan tinggi secara terbalik sehingga kotoran atau residu yang selama ini tersaring dapat terbuang keluar. Penyaringan/ filtrasi dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran dan bau (Winarno, 2003).

5.3.4 Mikro Filter

Mikro Filter yang digunakan depot terbuat dari bahan tara pangan, juga telah memiliki lebih dari satu buah mikro filter (µ) tetapi masih ada depot yang tidak memeiliki ukuran yang berjenjang dari besar ke kecil dan hanya memiliki 1 ukuran saja. Pada saat ditanyakan mengapa menggunakan mikro filter dengan ukuran yang tidak berjenjang, pengelola hanya mengatakan kalau mereka tidak mengerti tentang

perihal mikro filter yang digunakan harus dengan ukuran yang berjenjang, mereka membeli dari distributor sudah dalam keadaan seperti itu. Salah satu depot ada yang menggunakan mikro filter tidak sesuai masa pakai. Akibatnya masih ditemukan adanya mikro organisme dalam air minum yang siap dikonsumsi oleh masyarakat. Fungsi mikro filter adalah saringan halus berukuran 0,1 mikron sampai maksimal 10 mikron (Depkes, 2006). Semakin banyak penyaring yang digunakan dengan ukuran yang semakin mengecil akan membantu dalam menyaring partikel yang lembut (Sulistyawati, 2003).

5.3.5 Peralatan Pompa dan Pipa Penyalur Air

Peralatan pompa yang digunakan berupa pompa stainless yang memiliki tekanan berkekuatan tinggi, yaitu kurang lebih 3-5 kg/cm², yang digunakan untuk mendorong air melalaui berbagai filter yang ada.

Semua depot yang diteliti telah memiliki alat penunjuk tekanan air guna memonitor tekanan air hasil pemompaan dalam pipa penyalur. Seluruh depot menggunakan pipa penyalur yang terbuat dari bahan tara pangan sehingga aman dan tidak melepaskan zat-zat yang membahayakan kesehatan. Peralatan pompa dan pipa penyalur air yang diteliti sudah dalam keadaan baik dan memenuhi syarat.

Untuk pengawasan pihak pengusaha perlu memperhatikan masa pakai pipa secara berkala, baik yang dipendam dalam tanah maupun yang diletakkan di permukaan tanah, sehingga dapat menjaga kualitas air khususnya warna, rasa dan bau (Siswanto, 2003).

5.3.6 Peralatan Sterilisasi atau Desinfeksi

Semua depot memiliki peralatan desinfeksi yaitu berupa sinar UV, tetapi ada yang menggunakan peralatan desinfeksi tidak dalam masa efektif membunuh bakteri, dan peralatan desinfeksi yang digunakan tidak berfungsi secara baik, sehingga masih ditemukan adanya bakteri Eschericia coli pada air minum yang dihasilkan.

Peralatan sterilisasi merupakan salah satu penentu kualitas air minum yang akan dihasilkan oleh usaha depot air minum, sebab jika penggunaan alat sterilisasi yang tidak dalam masa pakai tidak dapat membebaskan air minum dari mikro organisme yang terdapat dalam air. Sehingga mikro organisnme tersebut tetap hidup dalam air, dan mengkontaminasi orang – orang yang mengkonsumsi air minum tersebut. Ketentuan peralatan desinfeksi menurut Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum yaitu dengan penyinaran Ultraviolet (UV) pada panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 25370 A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm².

5.3.7 Pencucian Botol (Galon)

Peralatan dan fasilitas pencucian galon tidak dimiliki oleh semua depot yang diteliti tetapi seluruh depot memiliki fasilitas pembilasan galon sebelum diisi dengan air minum yang telah diproses untuk menjamin kebersihan galon yang digunakan. Namun berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa sebagian besar depot yang diteliti, cara pencucian dan pembilasan galonnya tidak steril, beberapa depot tidak mengaktifkan mesin pencucian galon dan galon yang telah dicuci tidak disterilkan dengan penyinaran di ruangan tertutup dengan sinar UV. Pembilasan seharusnya dilakukan dengan air dari kran dan disterilkan.

Jika dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan dan air bersih dengan suhu berkisar 60-85°C, kemudian di bilas dengan air minum / air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci. Air bekas pencucian maupun bekas pembilasan tidak boleh digunakan kembali sebagai bahan baku produksi (Depperindag, 2004).

5.3.8 Pengisian Botol (Galon)

Semua depot sudah memiliki fasilitas pengisian galon dalam ruangan tertutup tetapi masih ditemukan depot yang memberikan tutup yang baru dan kurang bersih untuk menutup galon yang sudah diisi dengan air minum. Namun ada depot yang masih menyimpan galon yang telah diisi lebih dari 1x 24 jam di depot air minum. Pada saat mengisi galon, tangan dari operator sering terbilas dengan air dari kran setelah itu langsung menutup galon sehingga menjadi celah terjadinya kontaminasi bakteri kedalam air galon yang diisi.

5.3.9 Operator

Seluruh operator depot air minum belum berperilaku hidup bersih dan sehat. Umumnya depot yang diteliti memiliki operator pengolahan sekaligus sebagai petugas pesan antar (delivery order), dimana setelah mengantarkan pesanan, langsung melakukan proses pengolahan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Hal ini sangat memungkinkan sebagai penyebab terjadinya kontaminasi pada air minum isi ulang oleh bakteri dan zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Operator terutama pria, masih ada yang merokok, menggaruk dan berkuku panjang ketika bekerja. Operator/penanggung jawab/pemilik, tidak memiliki surat keterangan telah mengkuti

kursus Hygiene sanitasi depot air minum, sehingga Operator/penanggung jawab/pemilik tidak memahami kaidah-kaidah hygiene sanitasi dalam proses produksi air minum.

Menurut Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Operator harus memakai pakaian kerja yang bersih, berseragam, memakai tutup rambut dan khusus dipakai pada waktu bertugas, serta memakai tanda pengenal sehingga hanya petugas resmi yang bekerja. Operator harus melaksanakan praktek perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), tidak merokok sewaktu bekerja, tidak meludah atau bersin sembarangan, cara memegang galon yang bersih dan selalu membiasakan mencuci tangan pada waktu melayani konsumen.

Ada tiga kelompok penderita penyakit yang tidak boleh dilibatkan dalam penanganan makanan da minuman, yaitu penderita penyakit infeksi saluran pernafasan, pencernaan dan penyakit kulit. Karena jenis penyakit tersebut dapat dipindahkan kepada orang lain melalui makanan/minuman yang diolah dan disajikan oleh penderita. Orang sehatpun sebetulnya masih membawa milyaran mikroorganisme di dalam mulut, hidung, kulit dan saluran pencernaannya. Dengan demikian pekerja harus mengikuti prosedur yang memadai untuk mencegah kontaminasi pada produk yang ditanganinya. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolah makanan/minuman adalah pencucian tangan, kebersihan, dan kesehatan diri. (Sulistyandari, 2009).

5.3.10 Pengawasan Tikus, Lalat dan Kecoa

Pengawasan tikus, lalat dan kecoa dari hasil penelitian ternyata belum dipenuhi oleh semua depot yang diteliti, karena ditemukan kondisi depot yang terlihat

kotor dan dekat dengan sumber pencemar seperti penumpukan barang-barang bekas yang memungkinkan kehadiran tikus, lalat atau kecoa yang dapat mengotori dan merusak peralatan. Tikus, lalat dan kecoa dapat membawa bibit penyakit, seperti tifus, diare, mual dan sebagainya. Kebanyakam hewan-hewan tersebut merupakan tempat sementara bagi mikroba sebelum beralih ke manusia. Pencegahan dapat dilakukan dengan membiasakan melindungi makanan dan minuman dari hewan pembawa penyakit (tikus, lalat, dan kecoa), mencuci tangan dengan sabun setelah buang air dan sebelum makan.

5.3.11 Lantai, Dinding dan Langit-Langit

Seluruh konstruksi lantai, dinding dan langit langit depot yang diteliti telah memenuhi ketentuan, yaitu cukup kuat, aman dengan bahan tegel, porselen, atau keramik/kedap air begitu juga dengan dinding dan langit-langit kuat dan kokoh sehingga dapat mencegah terjadinya kebocoran atau pencemaran terhadap air minum isi ulang yang dihasilkan.

5.3.12 Pencahayaan

Kondisi pencahayaan pada seluruh depot yang diteliti sudah cukup baik, tidak menyilaukan yang dapat menggangu pengelihatan dan tidak terlalau redup yang dapat membuat mata lelah. Menurut Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Saniatasi Depot Air Isi Minum, permukaan tempat kerja dan ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya, baik alam maupun buatan.

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan yang memungkinkan seorang tenaga

kerja melihat pekerjaanya dengan teliti, cepat dan membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan (Suma’mur, 1996).

5.3.13 Lain-Lain Kegiatan

Tidak semua depot yang diteliti memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi, beberapa depot memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi berupa toilet/jamban, walaupun fasilitas tersebut tidak dimiliki oleh depot air minum, tetapi dilingkungan tersebut ada fasilitas sanitasi yang dapat digunakan, baik milik umum maupun pribadi.

Tidak semua depot yang diteliti, terlihat rapi, bersih dan teratur. Masih terdapat sampah yang berserakan dan barang-barang yang tidak tertata dengan rapi.

Seluruh depot tidak menyimpan contoh air minum sebagai sampel yang disimpan 1x24 jam. Hal ini diasumsikan karena ketidaktahuan operator depot dan kurangnya pengawasan dari instansi terkait dalam menekankan pentingnya prosedur ini. Hal ini penting apabila ditemukan konsumen yang terkena penyakit yang kemungkinan berasal dari air minum isi ulang yang dikonsumsinya dan guna pemeriksaan secara berkala.

Menurut Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, hygiene saniatasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan faktor- faktor air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Untuk itu membutuhkan fasilitas sanitasi untuk mewujudkan hygiene sanitasi depot antara lain : tempat cuci tangan yang dilengakapi dengan sabun pembersih dan saluran limbah,

menyediakan satu unit dispenser dan air minum contoh pengunjung (Sulistyandari, 2009).

Dokumen terkait