PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DEPOT DAN PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA
AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN TANJUNGPINANG BARAT
TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh
VERONIKA AMELIA SIMBOLON NIM. 101000429
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DEPOT DAN PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA
AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN TANJUNGPINANG BARAT
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
VERONIKA AMELIA SIMBOLON NIM. 101000429
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting. Untuk memenuhi kebutuhan air minum, masyarakat lebih banyak memilih air minum isi ulang. Agar air minum yang dihasilkan sehat dan aman maka diperlukan upaya penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum. Pelaksanaan hygiene sanitasi depot air minum yang kurang baik, dapat menyebabkan timbulnya pencemaran pada air minum. Pencemaran air minum ditandai dengan adanya bakteri Escherichia coli sebagai indikator pencemaran air.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan hygiene sanitasi dan pemeriksaan kandungan Escherichia coli dalam air minum isi ulang yang dihasilkan oleh depot air minum daerah Kota Tanjungpinang Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan melihat pelaksanaan hygiene sanitasi dan pemeriksaan laboratorium terhadap kandungan Escherichia coli dalam air minum isi ulang. Tehnik pengambilan sampel yaitu total sampling. Jumlah sampel yang diobservasi dan diperiksa yaitu 10 depot air minum isi ulang. Observasi dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh depot air minum belum sepenuhnya menerapkan pelaksanaan hygiene sanitasi antara lain : lokasi, bangunan, penampungan air baku, desinfeksi, pelayanan konsumen, karyawan, pekarangan, sehingga hasil produksi beberapa depot air minum didaerah Kota Tanjungpinang Barat tidak memenuhi syarat kesehatan. Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kandungan Escherichia coli positif di dua depot air minum (20%).
Berdasarkan hal itu, perlu diadakannya pengawasan dan penyuluhan oleh instansi terkait atau Dinas Kesehatan tentang pentingnya hygiene sanitasi depot air minum isi ulang sehingga air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat memenuhi syarat kesehatan.
ABSTRACT
Water represents one the requirement very important human being. To fulfill amount of water required drink, more society chosen refill drinking water. So to peaceful and healthy yielded drinking water hence needed by effort management drinking water depot sanitize hygiene. Unfavorable hygiene drinking water depot sanitize execution, can cause incidence of contamination at drinking water. Contamination of drinking water marked with existence of Escherichia coli bacterium as indicator contamination of water.
Intention of this research is to know sanitize hygiene execution and obstetrical inspection of Escherichia coli in refill drinking water yielded by Town Tanjungpinang West area drinking water depot.
Method which is used in this research to have the character of descriptive seen sanitize hygiene execution and inspection of laboratory to Escherichia coli content in refill drinking water. Technics of intake of sample that is totalizing sampling. Amount of sample which is observation and checked that is 10 refill drinking water depot. Observation conducted in District of Tanjungpinang West.
Result of research indicate that entire/all drinking water depot not yet fully applied sanitize hygiene execution for example: location, building, relocation of standard water, desinfeksi, consumer service, employees, lawn, so that result of production some ineligible town Tanjungpinang West area drinking water depot of health. Result of inspection laboratory to positive Escherichia coli content in two drinking water depot ( 20%).
Pursuant to that thing, need performing counseling and observation by relevant institution or Public Health service about is important of drinking water depot sanitize hygiene important of refill so that drinking water which consumed by up to standard society of health.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : VERONIKA AMELIA SIMBOLON
Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru/18 Nopember 1984
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Menikah
Alamat Rumah : - Jl. Pantai Impian Gang Penyu III Blok D
No. 45 Tanjungpinang – Kepri
- Jl. Camar 16 No. 273 Perumnas
Mandala – Medan
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri No 023 Rumbai Bukit - Pekanbaru : Tahun 1990 - 1996
2. SLTP Negeri 18 Pekanbaru : Tahun 1996 - 1999
3. SMAK Tabrani RAB – Pekanbaru : Tahun 1999 - 2002
4. DIII Analis Kesehatan Poltekkes Dep.Kes Medan : Tahun 2002 - 2005
5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : Tahun 2010 - Sekarang.
RIWAYAT PEKERJAAN
1. Bekerja Di Laboratorium Klinik Thamrin Pekanbaru : Oktober 2005 s/d
Desember 2005.
2. Bekerja Di Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru : Maret 2006 s/d Mei 2006.
3. Bekerja Sebagai Staf Administrasi Akademik Politeknik Kesehatan
Tanjungpinang Jurusan Kesehatan Lingkungan : Juli 2006 s/d Sekarang.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul : “Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Tanjungpinang Barat Tahun 2012 “, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Dr.Drs.,Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ir. Evi Naria,M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Devi N Santi,M.Kes, selaku dosen pembimbing skripsi I dan dr. Taufik Ashar, MKM, selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan
saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Ir. Indra Chahaya, selaku dosen Penguji II dan Dr.dr. Wirsal Hasan, MPH, selaku dosen Penguji III yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam
5. Arfah Mardiana. MPsi, selaku Dosen Pembimbing Akademis yang selalu
memberikan petunjuk bagi penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara maupun di dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang Bapak H. Ahmad Yani, S.Sos,
MM, M.Kes dan Kepala Seksi Surveilans dan Epidemiologi Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan (BTKL) Kelas I Batan Ibu Desy Maniarti Gusmali,
S.Si,Apt., MKM yang telah membantu penulis di dalam penelitian ini.
7. Buat kedua orangtua yang saya sayangi Alm. D.A Simbolon dan N Br. Silaban adik - adikku tercinta Elisabet Simbolon, Leonard Sahat Martua Simbolon dan Trice Oktaviani Simbolon serta kedua mertua saya Alm. J.B Sihombing dan L Br Simbolon yang telah mendukung penulis dalam doa.
8. Khusus buat anak – anakku tersayang Gracia Callista Sihombing dan Mario Brillian Davin Sihombing dan suamiku tercinta Daniel Sihombing yang telah memberikan doa, motivasi, serta dukungan baik moril maupun materil.
9. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, khususnya dosen dan staf di Departemen Kesehatan Lingkungan.
10.Buat kakakku Liani Simanjuntak dan Dino Ginting, yang telah banyak membantu
dalam memberikan saran serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
11.Teman-teman satu angkatan Ekstensi FKM USU 2010 teristimewa kepada Since
Manik, Srianna, Astina, Netty, Jenny Sipahutar, Teguh, Kartini dan seluruh
rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang tidak disebutkan nama nya
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas semua kebaikan kepada pihak
yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
skripsi ini.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Pengertian Air Minum ... 6
2.2. Depot Air Minum ... 11
2.2.1. Pengertian Depot Air Minum ... 11
2.2.2. Peralatan Depot Air Minum ... 11
2.2.3. Proses Produksi Depot Air Minum ... 13
2.2.4. Proses Desinfeksi pada Depot Air Minum ... 15
2.3. Hygiene Sanitasi ... 17
2.3.1. Pengertian Hygiene Sanitasi ... 17
2.3.2. Hygiene Sanitasi pada Depot Air Minum ... 17
2.4. Penyakit yang dapat ditularkan melalui Air ... 23
2.5. Kualitas Bakteriologis Air ... 25
2.6. Escherichia coli ... 26
2.6.1. Sifat – Sifat Escherichia coli ... 27
2.6.2. Penyakit – Penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli 29 2.7. Kerangka Konsep ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1. Jenis Penelitian ... 33
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 33
3.2.2. Waktu Penelitian ... 34
3.3. Populasi dan Sampel ... 34
3.3.1. Populasi ... 34
3.3.2. Sampel ... 34
3.4.1. Data Primer ... 34
3.4.2. Data Sekunder ... 34
3.5. Pelaksanaan Penelitian ... 35
3.5.1. Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium ... 35
3.5.2. Peralatan dan Bahan ... 35
3.5.3. Cara Pemeriksaan Laboratorium ... 36
3.6. Defenisi Operasional ... 39
3.7. Aspek Pengukuran ... 42
3.8. Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44
4.1. Gambaran Umum Kecamatan Tanjungpinang Barat ... 44
4.2. Karakteristik Responden ... 44
4.3. Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum ... 46
4.4. Pemeriksaan Fisik Depot Air Minum ... 56
4.5. Pemeriksaan Escherichia coli pada Depot Air Minum Isi Ulang . 65 BAB V PEMBAHASAN ... 66
5.1. Karakteristik Responden ... 66
5.2. Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum ... 68
5.2.1. Lokasi ... 68
5.2.2. Bangunan ... 69
5.2.3. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi ... 70
5.2.4. Sarana Pengolahan Air Minum ... 71
5.2.5. Air Baku ... 72
5.2.6. Penampungan Air Baku ... 73
5.2.7. Desinfeksi ... 74
5.2.8. Pelayanan Konsumen ... 75
5.2.9. Karyawan ... 76
5.2.10. Pekarangan ... 77
5.3. Pemeriksaan Fisik Depot Air Minum Isi Ulang ... 78
5.3.1. Sumber Air ... 78
5.3.2. Pengawasan Proses Pengolahan ... 79
5.3.3. Tabung Filter ... 80
5.3.4. Mikro Filter ... 80
5.3.5. Peralatan Pompa dan Pipa Penyalur Air ... 81
5.3.6. Peralatan Sterilisasi atau Desinfeksi ... 82
5.3.7. Pencucian Botol (Galon) ... 82
5.3.8. Pengisian Botol (Galon) ... 83
5.3.9. Operator ... 83
5.3.10. Pengawasan Tikus, Lalat dan Kecoa ... 84
5.3.11. Lantai, Dinding dan Langit - Langit ... 85
5.3.12. Pencahayaan ... 85
5.3.13. Lain – Lain Kegiatan ... 86
5.5. Pemeriksaan Escherichia coli pada Depot Air Minum Isi Ulang . 88
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 90 6.1. Kesimpulan ... 90 6.2. Saran ... 91
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Isi ulang
Lampiran 2. Lembar Observasi Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang
Lampiran 3. Format Pemeriksaan Fisik
Lampiran 4. Uraian Detail Tiap Obyek Pengawasan
Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 7. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Lampiran 8. Sertifikat Hasil Uji Air Minum dan Air Baku
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 10. Skema Instalasi Pengolahan Air Minum
Lampiran 11. Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Depot Berdasarkan Karakteristik Pemilik Depot Air
Minum di Kecamatan Tanjungpinang Barat Tahun 2012……….... 45
Tabel 4.2. Distribusi Depot Berdasarkan Lokasi Pelaksanaan Hygiene
Sanitasi Depot Air Minum ……….. 46
Tabel 4.3 Distribusi Depot Berdasarkan Bangunan Pelaksanaan Hygiene
Sanitasi Depot Air Minum ...……….…….. 47
Tabel 4.4. Distribusi Depot Berdasarkan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi
Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum ………... 50
Tabel 4.5 Distribusi Depot Berdasarkan Sarana Pengolahan Air Minum
Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum …….………….. 51
Tabel 4.6. Distribusi Depot Berdasarkan Air Baku Pelaksanaan Hygiene
Sanitasi Depot Air Minum ………..……… 52
Tabel 4.7. Distribusi Depot Berdasarkan Penampungan Air Baku
Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum ...……….. 53
Tabel 4.8. Distribusi Depot Berdasarkan Pelayanan Konsumen Pelaksanaan
Hygiene Sanitasi Depot Air Minum ..………..… 54
Tabel 4.9. Distribusi Depot Berdasarkan Karyawan Pelaksanaan Hygiene
Sanitasi Depot Air Minum ……….. 54
Tabel 4.10 Distribusi Depot Berdasarkan Pekarangan Pelaksanaan Hygiene
Sanitasi Depot Air Minum ………..……… 56
Tabel 4.11 Distribusi Depot Berdasarkan Sumber Air Pada Pemeriksaan
Fisik Depot Air Minum Isi Ulang …………..………. 57
Tabel 4.12 Distribusi Depot Berdasarkan Pengawasan Proses Pengolahan
Pada Pemeriksaan Fisik Depot Air Minum Isi Ulang ………. 58
Tabel 4.13 Distribusi Depot Berdasarkan Tabung Filter Pada Pemeriksaan
Fisik Depot Air Minum Isi Ulang ...……… 58
Tabel 4.14 Distribusi Depot Berdasarkan Mikro Filter Pada Pemeriksaan
Tabel 4.15 Distribusi Depot Berdasarkan Peralatan Pompa dan Pipa Penyalur Air Pada Pemeriksaan Fisik Depot Air Minum Isi Ulang ………... 59
Tabel 4.16 Distribusi Depot Berdasarkan Peralatan Sterilisasi atau Desinfeksi Pada Pemeriksaan Fisik Depot Air Minum Isi Ulang ………. 60
Tabel 4.17 Distribusi Depot Berdasarkan Pencucian Botol (Galon) Pada
Pemeriksaan Fisik Depot Air Minum Isi Ulang ……….……. 60
Tabel 4.18 Distribusi Depot Berdasarkan Pengisian Botol (Galon) Pada
Pemeriksaan Fisik Depot Air Minum Isi Ulang ...………... 61
Tabel 4.19 Distribusi Depot Berdasarkan Operator Pada Pemeriksaan Fisik
Depot Air Minum Isi Ulang ………….………... 62
Tabel 4.20 Distribusi Depot Berdasarkan Pengawasan Tikus, Lalat dan
Kecoa Pada Pemeriksaan Fisik Depot Air Minum Isi Ulang ... 62
Tabel 4.21 Distribusi Depot Berdasarkan Lantai, Dinding, dan Langit -
Langit Pada Pemeriksaan Fisik Depot Air Minum Isi Ulang ... 63
Tabel 4.22 Distribusi Depot Berdasarkan Pencahayaan Pada Pemeriksaan
Fisik Depot Air Minum Isi Ulang ………... 63
Tabel 4.23 Distribusi Depot Berdasarkan Lain – Lain Kegiatan Pada
Pemeriksaan Fisik Depot Air Minum Isi Ulang ………... 63
Tabel 4.24 Distribusi Depot Berdasarkan Penilaian Pada Pemeriksaan Fisik
Depot Air Minum Isi Ulang ………...……... 64
Tabel 4.25 Distribusi Depot Air Minum Isi Ulang Berdasarkan Hasil
ABSTRAK
Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting. Untuk memenuhi kebutuhan air minum, masyarakat lebih banyak memilih air minum isi ulang. Agar air minum yang dihasilkan sehat dan aman maka diperlukan upaya penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum. Pelaksanaan hygiene sanitasi depot air minum yang kurang baik, dapat menyebabkan timbulnya pencemaran pada air minum. Pencemaran air minum ditandai dengan adanya bakteri Escherichia coli sebagai indikator pencemaran air.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan hygiene sanitasi dan pemeriksaan kandungan Escherichia coli dalam air minum isi ulang yang dihasilkan oleh depot air minum daerah Kota Tanjungpinang Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan melihat pelaksanaan hygiene sanitasi dan pemeriksaan laboratorium terhadap kandungan Escherichia coli dalam air minum isi ulang. Tehnik pengambilan sampel yaitu total sampling. Jumlah sampel yang diobservasi dan diperiksa yaitu 10 depot air minum isi ulang. Observasi dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh depot air minum belum sepenuhnya menerapkan pelaksanaan hygiene sanitasi antara lain : lokasi, bangunan, penampungan air baku, desinfeksi, pelayanan konsumen, karyawan, pekarangan, sehingga hasil produksi beberapa depot air minum didaerah Kota Tanjungpinang Barat tidak memenuhi syarat kesehatan. Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kandungan Escherichia coli positif di dua depot air minum (20%).
Berdasarkan hal itu, perlu diadakannya pengawasan dan penyuluhan oleh instansi terkait atau Dinas Kesehatan tentang pentingnya hygiene sanitasi depot air minum isi ulang sehingga air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat memenuhi syarat kesehatan.
ABSTRACT
Water represents one the requirement very important human being. To fulfill amount of water required drink, more society chosen refill drinking water. So to peaceful and healthy yielded drinking water hence needed by effort management drinking water depot sanitize hygiene. Unfavorable hygiene drinking water depot sanitize execution, can cause incidence of contamination at drinking water. Contamination of drinking water marked with existence of Escherichia coli bacterium as indicator contamination of water.
Intention of this research is to know sanitize hygiene execution and obstetrical inspection of Escherichia coli in refill drinking water yielded by Town Tanjungpinang West area drinking water depot.
Method which is used in this research to have the character of descriptive seen sanitize hygiene execution and inspection of laboratory to Escherichia coli content in refill drinking water. Technics of intake of sample that is totalizing sampling. Amount of sample which is observation and checked that is 10 refill drinking water depot. Observation conducted in District of Tanjungpinang West.
Result of research indicate that entire/all drinking water depot not yet fully applied sanitize hygiene execution for example: location, building, relocation of standard water, desinfeksi, consumer service, employees, lawn, so that result of production some ineligible town Tanjungpinang West area drinking water depot of health. Result of inspection laboratory to positive Escherichia coli content in two drinking water depot ( 20%).
Pursuant to that thing, need performing counseling and observation by relevant institution or Public Health service about is important of drinking water depot sanitize hygiene important of refill so that drinking water which consumed by up to standard society of health.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun
dapat bertahan hidup lebih dari 4 – 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk
keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan
lain-lain. (Chandra, 2006).
Menurut Slamet (2004), air merupakan pelarut yang universal, hampir semua
jenis zat dapat larut dalam air. Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50 – 70%
dari seluruh berat badan. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air
yang ada didalam organ, seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75%
dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70% dari hati, dan 75% dari otot adalah air.
Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang
diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu minum minimal sebanyak
1,5 – 2 liter sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses
metabolisme.
Banyak negara saat ini menghadapi masalah kesehatan masyarakat yang
terkait dengan degradasi kualitas air. Berkurangnya air bersih disebabkan oleh
buruknya sistem drainase dan sanitasi, serta kurang memadainya pengelolaan sumber
daya air dan lingkungan. Saat ini, sungai – sungai yang mengalir menjadi tempat
buangan sampah, limbah industri, serta limbah rumah tangga. Beberapa sungai telah
penuh dengan pemukiman, sehingga sungai tidak lagi diandalkan sebagai sumber air
bersih. Menurunnya kualitas air dapat menyebabkan penyebaran berbagai penyakit
yang dapat ditularkan melalui air. (Mukhlis, 2003)
Menurut Pracoyo (2006), sebagian kebutuhan air minum masyarakat selama
ini dipenuhi dari air sumur dan juga air yang sudah diolah oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM). Seiring dengan makin majunya teknologi diiringi dengan
semakin sibuknya aktivitas manusia maka masyarakat cenderung memilih cara yang
lebih praktis dengan biaya yang relatif murah dalam memenuhi kebutuhan air minum.
Salah satu pemenuhan kebutuhan air minum yang menjadi alternatif dengan
menggunakan air minum isi ulang.
Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan
dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk
dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin
keamanan produknya. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 907/MENKES/SK/VII/2002, tentang Syarat – Syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Minum, pengawasan mutu air pada depot air minum menjadi tugas dan tanggung
jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Widiyanti, 2004).
Menurut sebuah studi tahun 1999 NRDC, dimana sekitar 22 persen dari merek
diuji, setidaknya satu sample air minum dalam kemasan mengandung kontaminan
kimia di atas batas kesehatan negara yang ketat. Beberapa kontaminan yang
ditemukan dalam penelitian ini dapat menimbulkan resiko kesehatan jika dikonsumsi
Menurut Volk (1989), sanitasi air sangat penting terutama untuk air minum.
Salah satu standart kebersihan dan kesehatan air diukur dengan ada tidaknya Coliform
sebagai mikroorganisme indikator. Kehadiran mikroorganisme indikator tersebut
didalam air merupakan bukti bahwa air tersebut terpolusi oleh tinja dari manusia atau
hewan dan berpeluang bagi mikroorganisme patogen untuk masuk kedalam air
tersebut.
Dalam sebuah studi yang membandingkan 57 sampel air kemasan dan sampel
air keran, semua sampel air keran memiliki kandungan bakteri 3 CFUs / ml
(pembentuk koloni unit) dan konten bakteri sample air kemasan berkisar 01 – 4900
CFUs / ml. Sebagian besar botol sample air berada dibawah 1 CFUs / ml, meskipun
pada 15 sampel botol air yang mengandung 6 – 4900 CFUs / ml. Dalam sebuah
penelitian yang membandingkan 25 air minum kemasan yang berbeda, sebagian besar
sampel melebihi tingkat kontaminan yang ditetapkan oleh US Environtmental
Protection Agency (EPA) untuk mercuri, talium dan thorium. Jika terkena
kontaminan ini dalam konsentrasi yang tinggi untuk jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan kerusakan hati, ginjal dan meningkatkan resiko penyakit paru – paru
dan pankreas (Wikipedia, 2011).
Dalam Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010, persyaratan kualitas air
minum untuk kandungan maksimum bakteri Escherichia coli yang diperbolehkan
adalah 0 / ml sampel. Air minum yang aman dikonsumsi harus bebas dari kontaminan
bakteri Escherichia coli.
Kecamatan Tanjungpinang Barat merupakan salah satu daerah dimana sumber
data Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, jumlah depot air minum isi ulang di
Kecamatan Tanjungpinang Barat sebanyak 18 depot air minum. Penjualan depot air
minum tersebut cukup banyak setiap harinya. Berdasarkan survei awal pada 4 depot
air minum isi ulang di Kecamatan Tanjungpinang Barat, setiap harinya masing –
masing depot air minum dapat menjual air minum isi ulang sebanyak 50 – 80 galon
kepada konsumen.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis ingin mengetahui gambaran
pelaksanaan hygiene sanitasi dan kandungan bakteri Escherichia coli pada depot air
minum isi ulang di Kecamatan Tanjungpinang Barat.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan
hygiene sanitasi pengolahan air minum yang kurang baik, dapat menyebabkan
timbulnya pencemaran pada air minum. Pencemaran air minum ditandai dengan
adanya bakteri Escherichia coli sebagai indikator pencemaran air. Apabila
masyarakat mengkonsumsi air minum yang tercemar dapat menimbulkan gangguan
kesehatan, terutama masyarakat yang berada di Kecamatan Tanjungpinang Barat.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan hygiene sanitasi dan kandungan bakteri
Escherichia coli pada depot air minum isi ulang di Kecamatan Tanjungpinang Barat
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum berdasarkan
modifikasi Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
651/MPP/Kep/ 10/2004 tentang persyaratan Teknis Depot Air Minum dan
Perdagangannya dengan Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi
Depot Air Minum, Ditjen P2PL Depkes RI Tahun 2006
2. Untuk mengetahui hasil Pemeriksaan fisik depot air minum isi ulang berdasarkan
form DAM 4 pada Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi
Depot Air Minum, Ditjen P2PL Depkes RI Tahun 2006, memenuhi syarat atau
tidak memenuhi syarat
3. Untuk mengetahui kandungan bakteri Escherichia coli pada depot air minum isi
ulang sebelum dan sesudah dimasukkan kedalam botol (galon).
4. Untuk mengetahui apakah hygiene sanitasi depot air minum mempunyai dampak
terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dalam air minum isi ulang.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Menambah informasi bagi pengelola depot air minum isi ulang pentingnya
hygiene sanitasi pada depot air minum serta menjaga kualitas produk dengan
menggunakan sumber air yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes
No. 492/MENKES/PER/IV/2010.
2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehaatan Kota Tanjungpinang agar lebih
meningkatkan pembinaan dan pengawasan kualitas air yang digunakan pada depot
air minum isi ulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010,
air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002, meliputi :
1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga
2. Air yang didistribusikan melalui tangki air
3. Air Kemasan
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan
kepada masyarakat.
Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya, antara lain :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Syarat – syarat air minum adalah, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air
membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat
mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan
secara ekonomis. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta
meluasnya penyakit bawaan air (Slamet, 2004).
Sumber Air Minum
Menurut Chandra (2007), air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia
harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan – batasan sumber air yang
bersih dan aman tersebut antara lain :
a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
c. Tidak berasa dan tidak berbau.
d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan.
Air yang terdapat dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi :
1. Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air dibumi. Walaupun pada
saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung
di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,
2. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan – badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, air terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air
hujan yang jatuh kepermukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan
mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
3. Air Tanah
Air tanah (groundwater) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi
yang kemudian mengalami perkolasi atau mengalami penyerapan ke dalam tanah
dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses – proses yang telah dialami
air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah
menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah
biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi
atau penjernihan serta persediaannya cukup di sepanjang tahun, walaupun saat
musim kemarau. Tetapi air tanah juga mengandung zat – zat mineral dalam
konsentrasi yang tinggi seperti magnesium, kalsium, dan logam berat.
Syarat Kualitas Air Minum
Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus memenuhi
standart yang berlaku. Untuk pengelolaan air minum, harus diperiksa kualitas airnya
sebelum didistribusikan kepada masyarakat. Sebab, air baku belum tentu memenuhi
Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, meliputi :
1. Parameter wajib
a. Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik yaitu, tidak berasa,
tidak berbau, dan tidak berwarna (maksimal 15 TCU), suhu udara maksimum ±
3ºC, dan tidak keruh (maksimum 5 NTU)
b. Persyaratan mikrobiologi
Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi kuman Escherichia
coli dan Total Bakteri Coliform, sebab keberadaan bakteri Escherichia coli
merupakan indikator terjadinya pencemaran tinja dalam air. Standar kandungan
Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform dalam air minum 0 per 100 ml
sampel.
2. Parameter Tambahan
a. Persyaratan Kimia
Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan – bahan kimia
(organik, anorganik, pestisida dan desinfektan) melebihi ambang batas yang telah
ditetapkan, sebab akan menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh konsumen.
b. Persyaratan Radioaktivitas
Kadar maksimum cemaran radioaktivitas dalam air minum tidak boleh melabihi
Manfaat Air Bagi Kesehatan
Menurut Slamet (1994), bagi manusia air minum merupakan kebutuhan utama
untuk berbagai keperluan, seperti mandi, cuci, kakus dan dalam produksi pangan,
mengingat bahwa berbagai penyakit dapat ditularkan melalui air saat manusia
memanfaatkannya, maka untuk memutuskan penularan penyakit tersebut diperlukan
sistem penyediaan air bersih maupun air minum yang baik bagi manusia. Air juga
digunakan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan oleh tubuh. Misalnya
untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh darah yang berada disekitar
alveoli. Disamping itu, transportasi zat – zat makanan dalam tubuh semuanya dalam
bentuk larutan dengan pelarut air.
Air dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan
metabolisme dan fisiologi tubuh. Air juga berguna untuk melarutkan dan mengolah
sari makanan agar cepat dicerna. Komponen sel terbanyak dalam tubuh manusia
terdiri dari air, maka jika kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat
berfungsi dengan baik (Depkes RI, 2006).
Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Berbagai
penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia yang memanfaatkannya, maka tujuan
utama penyediaan air bersih atau air minum bagi masyarakat adalah untuk mencegah
penyakit yang dibawa oleh air. Air minum yang memenuhi kualitas maupun kuantitas
sangat membantu menurunkan angka kesakitan penyakit perut terutama penyakit
2.2.Depot Air Minum
2.2.1. Pengertian Depot Air Minum
Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air
baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen (Depperindag,
2004). Proses pengolahan air pada prinsipnya harus mampu menghilangkan semua
jenis polutan, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi (Suprihatin, 2003)
2.2.2.Peralatan Depot Air Minum
Alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum pada depot
air minum isi ulang adalah :
1. Storage Tank
Storage tank berguna sebagai penampungan air baku yang dapat menampung air
sebanyak 3000 liter.
2. Stainless Water Pump
Stainless Water Pump berguna sebagai pemompa air baku dari tempat storage
tank kedalam tabung filter
3. Tabung Filter
Tabung Filter mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu :
a. Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk menyaring
partikel – partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang
efektif dengan fungsi yang sama.
b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk
c. Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter merupakan
karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa, warna, sisa khlor
dan bahan organik.
4. Mikro Filter
Mikro Filter merupakan saringan yang terbuat dari polyprophylene yang
berfungsi untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron, 1
mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air minum.
5. Flow Meter
Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir kedalam galon isi
ulang.
6. Lampu ultraviolet dan ozon
Lampu ultraviolet dan ozon berguna sebagai desinfeksi pada air yang telah
diolah.
7. Galon isi ulang
Galon isi ulang berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menampung atau
menyimpan air minum didalamnya. Pengisian wadah dilakukan dengan
menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang
hygienis.
2.2.3.Proses produksi depot air minum
Urutan proses produksi di Depot Air Minum Isi Ulang menurut Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 651/MPP/Kep/10/2004 tentang
persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, yaitu :
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki
dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak
penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade) seperti stainless stell,
poly carbonat atau poly vinyl carbonat, harus bebas dari bahan – bahan yang dapat
mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas :
a. Khusus digunakan untuk air minum
b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman
c. Harus mempunyai manhole
d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui keran
e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi
penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari
kemungkinan kontaminasi.
Tangki galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan
(food grade) seperti stainless stell, poly carbonat atau poly vinyl carbonat, tahan
korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan harus
dibersihkan dan desinfeksi bagian luar minimal 3 (tiga) bulan sekali. Air baku harus
diambil sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili untuk diperiksa terhadap
standart mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
2. Penyaringan bertahap terdiri dari :
a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi
yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring pertikel – partikel yang
b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa
berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik.
Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.
c. Saringan / Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran
maksimal 10 (sepuluh) mikron.
3. Desinfeksi
Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi
dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon
lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah
pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan
ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang
gelombang 254 nm atau kekuatan 2537 0 A dengan intensitas minimum 10.000 mw
detik per cm2.
a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) seperti stainless stell, poly carbonat atau poly vinyl
carbonat dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang
dibawa konsumen, dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk
digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus di
sanitasi dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang
mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan
dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan
minum atau air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa – sisa
deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.
b. Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta
dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis
c. Penutupan
Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa konsumen
atau yang disediakan oleh Depot Air Minum.
2.2.4.Proses Desinfeksi pada depot Air Minum
Proses desinfeksi merupakan upaya yang dilakukan untuk menghilangkan atau
membunuh bakteri dalam air minum, yang dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1. Ozonisasi
Ozon termasuk oksidan kuat yang mampu membunuh kuman patogen,
termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan
akan ikut di sanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama
tidak ada kebocoran pada kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif
di samping sangat aman.
Agar pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk membunuh
bakteri – bakteri saja, maka sebelum dilakukan proses desinfeksi, air tersebut perlu
dilakukan penyaringan agar zat – zat organik, besi dan mangan yang terkandung
dalam air dapat dihilangkan. Ozon bersifat bakterisida, virusida, algasida serta
Penggunaan ozon lebih banyak diterima oleh konsumen karena tidak
meninggalkan bau dan rasa. Desinfeksi dengan system ozonisasi, kualitas air dapat
bertahan selama kurang lebih satu bulan dan masih aman dikonsumsi, sedangkan
yang tidak menggunakan ozonisasi, kualitas air hanya bertahan beberapa hari saja
sehingga air tidak layak dikonsumsi. Sebab tanpa ozonisasi, pertumbuhan bakteri dan
jamur berlangsung cepat.
2. Ultraviolet
Radiasi sinar ultraviolet adalah radiasi elektromagnetik pada panjang
gelombang lebih pendek dari spektrum antara 100-400 nm, dapat membunuh bakteri
tanpa meninggalkan sisa radiasi dalam air. Sinar ultraviolet dengan panjang
gelombang 254 nm mampu menembus dinding sel mikroorganisme sehingga dapat
merusak Deoxyribonukleat Acid (DNA) dan Ribonukleat Acid (RNA) yang bisa
menghambat pertumbuhan sel baru dan dapat menyebabkan kematian bakteri.
Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi,
sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Yang harus diperhatikan
adalah intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup. Untuk sanitasi air yang
efektif, diperlukan intensitas sebesar 30.000 mw detik per cm2. Radiasi sinar
ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktunya cukup.
Supaya efektif, lampu ultraviolet harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti
paling lama satu tahun. Air yang akan disinari ultraviolet harus melalui filter halus
dan karbon aktif terlebih dahulu, untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan
3. Reverse Osmosis
Proses ini merupakan proses pemurnian air dengan hasil kualitas air non
mineral. Proses ini melalui alat yang disebut Membran semi permeabel, membran ini
mempunyai lubang air 1/10000 mikron dimana air yang melewati lubang tersebut
sudah merupakan air bebas meniral bakteri, virus dan logam-logam berat lainnya.
2.3.Hygiene Sanitasi
2.3.1. Pengertian Hygiene Sanitasi
Hygiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada
usaha kesehatan perorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut
berada (Widyati,2002).
Menurut Widyati (2002), sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit
yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
Hygiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan faktor –
faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran air minum, penjamah, tempat
dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau
gangguan kesehatan lainnya.
2.3.2. Hygiene Sanitasi pada depot air minum
Menurut Depkes RI (2006), Hygiene sanitasi depot air minum isi ulang
meliputi :
1. Lokasi
a. Lokasi depot air minum harus berada didaerah yang berada bebas dari
b. Tidak pada daerah tergenang air dan rawa, tempat pembuangan kotoran dan
sampah, penumpukan barang – barang bekas atau bahan berbahaya dan
beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran
terhadap air minum.
2. Bangunan
a. Bangunan harus kuat, aman dan mudah dibersihkan serta mudah
pemeliharaannya.
b. Tata ruang usaha depot air minum paling sedikit terdiri dari :
- Ruangan proses pengolahan
- Ruangan tempat penyimpanan
- Ruangan tempat pembagian / penyediaan
- Ruang tunggu pengunjung
c. Lantai
Lantai depot air minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :
- Bahan kedap air
- Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah
dibersihkan.
- Kemiringannya cukup untuk memudahkan membersihkan
- Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu
d. Dinding
Dinding depot air minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :
- Bahan kedap air
- Warna dinding terang dan cerah
- Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dn bebas dari pakaian
tergantung
e. Atap dan Langit – langit
- Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan
tidak bocor
- Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof)
- Bahan langit – langit mudah dibersihkan dan tidak menyerap debu
- Permukaan langit – langit harus rata dan berwarna terang
- Tinggi langit – langit minimal 2,4 meter dari lantai
f. Pintu
- Bahan pintu harus kuat dan tahan lama
- Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan
- Pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik
g. Pencahayaan
Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya dengan
minimal 10 – 20 foot candle atau 100-200 lux
h. Ventilasi
Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi yang dapat menjaga
suhu yang nyaman dengan cara :
- Menjamin terjadi peredaran udara dengan baik
- Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum
3. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi
Depot air minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi
sebagai berikut :
a. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran
limbah.
b. Fasilitas sanitasi (jamban dan peturasan)
c. Tempat sampah yang memenuhi persyaratan
d. Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap
pengisian air baku.
4. Sarana Pengolahan Air Minum
a. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum
harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan
(food grade), antara lain :
- Pipa pengisian air baku
- Tandon air baku
- Pompa penghisap dan penyedot
- Filter
- Mikro Filter
- Kran pengisian air minum curah
- Kran pencucian/ pembilasan botol
- Kran penghubung (hose)
b. Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur
yang dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam (Pb), Tembaga (Cu),
Seng (Zn), Cadmium (Cd).
c. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter dan alat
sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).
5. Air Baku
a. Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai dengan
peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat
– syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
b. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan
kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum.
c. Untuk menjamin kualitas air baku dilakukan pengambilan sampel secara
periodik.
6. Air Minum
a. Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi Keputusan Menteri
kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat – syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
b. Pemeriksaan kualitas bakteriologi air minum dilakukan setiap kali
pengisian air baku, pemeriksaan ini dapat menggunakan metode H2S.
c. Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan sampel secara
periodik.
7. Pelayanan Konsumen
b. Proses pencucian botol dapat disediakan oleh pengusaha/pengelola depot
air minum.
c. Setiap wadah yang telah diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang
saniter.
d. Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada
pelanggan, dan tidak boleh disimpan di depot air minum (> 1x24 jam).
8. Karyawan
a. Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular.
b. Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi
sumber pencemaran.
c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun).
d. Memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapi.
e. Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen.
f. Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk, mengorek
hidung/telinga/gigi pada waktu melayani konsumen
g. Memiliki Surat Keterangan telah mengikuti kursus Operator Depot Air
Minum
9. Pekarangan
a. Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan.
b. Selalu dijaga kebersihannya setiap saat.
10. Pemeliharaan
a. Pemilik/penanggung jawab dan operator wajib memelihara sarana yang
menjadi tanggung jawabnya.
b. Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat, meliputi :
- Tugas dan kewajiban karyawan
- Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern
- Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan investigasi dan
pembuktian)
Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 651
Tahun 2004 tentang persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya,
mengatur persyaratan usaha yang meliputi :
1. Depot air minum wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI) dan Tanda Daftar
Usaha Perdagangan (TDUP)
2. Depot air minum wajib memiliki Surat Jaminan Pasokan Air Baku dari PDAM
atau perusahaan yang memiliki izin Pengambilan Air dari Instansi yang
berwenang.
3. Depot air minum wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang dihasilkan dari
laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten/Kota
atau yang terakreditasi.
2.4.Penyakit yang dapat ditularkan melalui Air
Menurut Chandra (2006), ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat,
penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena
Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok –
kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit dibagi
menjadi empat, antara lain :
1. Water borne
Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan penyakit pada
manusia yang ditularkan melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh penyakit
yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tipoid, hepatitis viral,
disentri basiller, dan poliomyelitis.
2. Water washed
Penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan.
Dalam hal ini terjadi tiga cara penularan, yaitu :
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak – anak, berjangkitnya
penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya ketersediaan air untuk
makan, minum, dan memasak serta kebersihan alat – alat makan.
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma, berjangkitnya
penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya ketersediaan air bersih
untuk hygiene perorangan (mandi dan cuci)
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis,
berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya
ketersediaan air untuk hygiene perorangan yang ditujukan untuk mencegah
3. Water based
Penyakit yang ditularkan dengan cara ini memiliki agen penyebab yang
menjalani sebagian siklus hidupnya dalam tubuh vektor atau sebagai intermediat
host yang hidup didalam air, contohnya Schistosomiasis dan penyakit akibat
Dracunculus medinensis. Badan air yang potensial terhadap berjangkitnya jenis
penyakit ini adalah badan air yang terdapat di alam, yang berhubungan erat
dengan kehidupan sehari – hari seperti menangkap ikan, mandi, cuci dan
sebagainya.
4. Water – related insect vector
Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di
dalam air. Air yang merupakan salah satu unsur alam yang harus ada dalam
lingkungan manusia akan merupakan media yang baik bagi insekta untuk
berkembang biak. Contoh penyakit melalui cara ini adalah filariasis, dengue,
malaria, dan yellow fever.
2.5. Kualitas Bakteriologis Air
Sarana air di alam pada umumnya mengandung kuman, baik air hujan, air
tanah, air danau, maupun air sungai. Jumlah dan jenis bakteri bervariasi serta berbeda
sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Idealnya air bersih tidak
mengandung organisme patogen, harus bebas dari bakteri yang menunjukkan indikasi
kontaminasi tinja manusia. Kuman Escherichia coli pada umumnya mempunyai
jumlah yang besar dalam tinja manusia, jadi pendeteksiannya perlu dilakukan setelah
beberapa kali tingkat pengenceran. Terdapatnya organisme coli tinja, terutama
Alasan memilih kuman Escherichia coli menjadi indikator pencemaran air adalah :
1. Lebih tahan dibandingkan kuman usus patogen
Karena lebih tahan dibanding dengan bakteri usus lainnya, maka dapat dipastikan
bakteri patogen usus sudah tidak ada apabila kuman Escherichia coli tidak
ditemukan dalam pemeriksaan air.
2. Banyak ditemukan dalam tinja
Karena di dalam tinja terdapat jumlah yang besar, maka bakteri mudah
ditemukan dalam tinja yang diperiksa.
3. Biayanya murah
Untuk pemeriksaan hanya dibutuhkan media yang sederhana dengan biaya yang
murah
2.6.Escherichia coli
Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup
secara normal didalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga
koliform fekal. Escherichia coli adalah bakteri yang bersifat gram negatif, berbentuk
batang dan tidak membentuk spora (Fardiaz, 1992)
Menurut Adams (2004), sel Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2,0
– 6,0, tersusun tunggal, berpasangan. Escherichia coli tumbuh pada suhu udara 10 –
400C, dengan suhu optimum 370C, pH optimum pertumbuhannya adalah 7,0 – 7,5.
Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas. Bakteri yang secara tipikal mesofilik ini
juga dapat tumbuh pada sekitar 7 – 100C. Jika disimpan dibawah 100C maka bakteri
2.6.1.Sifat – Sifat Escherichia coli
Menurut Supardi (1999), salah satu jenis dari organisme coliform yang paling
umum digunakan sebagai indikator adanya polusi diantara kelompok coliform secara
keseluruhan. Organisme coliform merupakan salah satu grup bakteri heterogen,
bentuk batang, gram negatif, dan kuman ini digunakan sebagai indikator adanya
polusi yang berasal dari kotoran manusia atau hewan dan menunjukkan kondisi
sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk – produk susu.
Sebetulnya bakteri akan mati bila dipanaskan pada suhu 1000C. Karenanya,
air yang akan dipakai minum sebaiknya direbus terlebih dahulu hingga mendidih.
Tehnik lain untuk mematikan bakteri adalah dengan dibekukan hingga 00C. Namun,
tidak semua bakteri mati dalam suhu 00C (Anonimous, 2008).
Klasifikasi Escherichia coli berdasarkan sifat – sifat virulensinya, yaitu :
1. Escherichia coli Enteropatogenik (EPEC)
Escherichia coli Enteropatogenik adalah penyebab penting diare pada bayi,
khususnya di negara berkembang dan tidak membahayakan bagi sebahagian
orang dewasa. Mungkin ditularkan melalui air yang digunakan untuk mencuci
botol. Karenanya botol susu bayi sebaiknya direbus setelah dicuci untuk
mencegah diare. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil. Akibat dari infeksi
EPEC adalah diare cair, yang biasanya sembuh sendiri tetapi dapat juga menjadi
kronik. Masa inkubasinya 8 – 24 jam dengan rata – rata 11 jam. Gejala yang
dapat ditimbulkan apabila terinfeksi Escherichia coli jenis ini antara lain : panas
2. Escherichia coli Enteroinvasif (EIEC)
Menyebabkan penyakit yang sangat mirip dengan shigellosis. Sering terjadi pada
anak – anak di negara berkembang dan para wisatawan yang menuju ke Negara
tersebut. Strainnya bersifat non laktosa atau melakukan fermentasi laktosa
dengan lambat serta bersifat tidak bergerak. Menimbulkan penyakit melalui
invasinya ke sel epitel mukosa usus. Cukup membahayakan karena dapat
menyebabkan penyakit disentri. Biasanya ditandai dengan tinja yang
mengandung darah.
3. Escherichia coli Enterotoksigenik (ETEC)
Escherichia coli Enterotoksigenik adalah penyebab yang sering dari “diare
wisatawan” dan sangat penting menyebabkan diare pada bayi di negara
berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk manusia menimbulkan
perlekatan ETEC pada sel epitel usus kecil. Beberapa strain ETEC menghasilkan
eksotoksin tidak tahan panas. Orang – orang yang tinggal di daerah pinggiran
dimana organisme semacam ini umumnya memiliki antibodi dan jarang
mengalami diare pada pemaparan kembali Escherichia coli. Sedangkan ETEC
menghasilkan enterotoksin tahan panas dapat menimbulkan diare yang berat.
Masa inkubasinya 8 – 48 jam dengan rata – rata 26 jam. Gejala yang dapat
ditimbulkan apabila terinfeksi Escherichia coli jenis ini antara lain : diare,
muntah, dehidrasi dan shock.
4. Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC)
Bakteri yang sangat berbahaya dalam penelitian Dewayanthi-Hariyadi-et.al,2001,
menemukannya pada air limbah rumah potong ayam. Menghasilkan verotoksin
yaitu suatu sel ginjal dari monyet hijau Afrika. Bentuk diare sangat berat dengan
sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat gagal ginjal akut, anemia
hemolitik mikroangiopatik, dan trombositopenia. Banyak kasus kolitis hemoragik
dan komplikasinya dapat dicegah dengan memasak daging sapi sampai matang.
5. Escherichia coli Enteroagregatif (EAEC)
Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat sedang berkembang.
Bakteri ini ditandai dengan pola khas perlekatannya pada sel manusia. Bahaya
besar sehubungan dengan air minum apabila air tersebut telah tercemar oleh
buangan atau kotoran manusia atau hewan berdarah panas. Bila pengotoran
semacam itu baru saja terjadi, dan bila hal tersebut disebabkan oleh penderita
atau pembawa penyakit menular seperti demam usus atau disentri, air tersebut
kemungkinan mengandung bibit – bibit penyakit yang masih hidup (Supardi,
1999).
2.6.2. Penyakit – Penyakit yang Disebabkan Oleh Escherichia coli
Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya epidemic penyakit – penyakit
saluran pencernaan makanan, seperti, kolera, typus, disentri, diare, dan penyakit
cacing. Bibit penyakit ini berasal dari faeces manusia yang menderita penyakit –
penyakit tersebut. Indikator yang menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah
dikotori faeces adalah dengan adanya Escherichia coli dalam air tersebut, karena
dalam faeces manusia, baik sakit maupun sehat terdapat bakteri.
Escherichia coli dapat juga menimbulkan pneumonia, endokarditis, infeksi
utama meningitis pada bayi yang baru lahir dan penyebab infeksi tractus urinarius
(pyelonephritis cysticis) pada manusia yang dirawat dirumah sakit (infeksi
nasokomial). Pencegahan infeksi bakteri ini dilakukan dengan perawatan yang sebaik
– baiknya di rumah sakit, antara lain : pemakaian antibiotik secara tepat, tindakan
antiseptik secara benar.
Penyakit yang dapat timbul akibat terjadinya pencemaran bakteri Escherichia coli
adalah :
1. Diare
Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan diseluruh
dunia. Escherichia coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat – sifat
virulensinya dan setiap grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang
berbeda. Gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi empat kali atau
lebih dalam sehari, yang kadang – kadang disertai dengan muntah, badan lesu
atau lemah, panas, tidak nafsu makan, serta darah dan lendir dalam faeces.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (natrium dan
kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung
maupun perdarahan otak.
2. Infeksi saluran kemih
Penyebab yang paling lazim infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab
infeksi saluran kemih pertama kira – kira 90 % wanita muda. Gejala yang
ditimbulkan yaitu : sering kencing, disuria, hematuria, dan piuria. Kebanyakan
3. Sepsis
Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, Escherichia coli dapat
memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat
sangat rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena tidak memiliki antibodi
IgM.Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih.
4. Meningitis
Escherichia coli merupakan salah satu penyebab utama meningitis pada bayi.
Escherichia coli dari kasus meningitis ini mempunyai antigen. Antigen ini
2.7. Kerangka Konsep Ada Escherichia coli Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Tidak Ada Escherichia coli Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot
Air Minum berdasarkan modifikasi Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 651/MPP/Kep/ 10/2004 tentang persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya dengan Pedoman
Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum,
Ditjen P2PL Depkes RI Tahun 2006: - Lokasi
- Bangunan
- Akses terhadap fasilitas sanitasi - Sarana pengolahan air minum - Air baku
- Penampungan air baku - Desinfeksi
- Pelayanan Konsumen - Karyawan
- Pekarangan
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Fisik depot air minum isi ulang berdasarkan form DAM 4 pada Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Ditjen P2PL Depkes RI Tahun 2006
- Sumber air baku - Proses pengolahan - Tabung filter - Mikro filter - Peralatan pompa - Peralatan sterilisasi - Pencucian botol - Pengisian botol
- Pengawasan tikus, lalat dan kecoa - Pencahayaan
Karakteristik Responden : -Umur
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu dengan melihat
pelaksanaan hygiene sanitasi dan analisis laboratorium untuk mengetahui kandungan
bakteri Escherichia coli yang terdapat pada depot air minum isi ulang di Kecamatan
Tanjungpinang Barat Tahun 2012.
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat :
Di Depot Air Minum Isi Ulang yang ada di Kecamatan Tanjungpinang Barat.
Pengambilan sampel dan observasi dilakukan terhadap usaha depot air minum yang
dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Barat.
Alasan memilih lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian karena :
a. Tingginya jumlah depot air minum di Kecamatan Tanjungpinang Barat yaitu
sebanyak 10 depot air minum isi ulang.
b. Tingginya jumlah penjualan air minum isi ulang pada depot air minum di
Kecamatan Tanjungpinang Barat, yaitu rata – rata penjualan setiap harinya
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2012
3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah usaha depot air minum dan pengelola
pada 10 depot air minum yang terdapat di Kecamatan Tanjungpinang Barat.
3.3.2. Sampel
Tehnik sampel pada penelitian ini adalah total sampling atau seluruh populasi
dijadikan sampel. Jadi besar sampel pada penelitian ini adalah semua usaha depot air
minum dan pengelola depot air minum di Kecamatan Tanjungpinang Barat yang
berjumlah 10 depot air minum dan 10 orang pengelola.
3.4.Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan observasi langsung pada lokasi dengan
menggunakan lembar observasi dan mengadakan wawancara langsung kepada 10
pengelola depot air minum serta data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
laboratorium mengenai ada tidaknya bakteri Escherichia coli yang terkandung dalam
air minum isi ulang.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen – dokumen tentang
depot air minum di Kecamatan Tanjungpinang Barat yang ada pada Dinas Kesehatan
3.5.Pelaksanaan Penelitian
3.5.1. Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium
1. Persiapkan segala sesuatu untuk pengambilan sampel seperti keperluan alat
tulis, catatan pada formulir pemeriksaan tentang lokasi pengambilan sampel,
peralatan, botol sampel dan termos es tempat sampel.
2. Botol tersebut kemudian disterilisasi ke dalam oven dengan suhu 1210C
selama 15 menit.
3. Persiapkan sampel air minum isi ulang sebelum dimasukkan kedalam botol
(galon) dan sesudah dimasukkan kedalam botol (galon), masukkan kedalam
botol sampel yang sudah disterilkan.
4. Botol sampel diberi nomor kode dengan menggunakan spidol.
5. Sampel kemudian dimasukkan kedalam termos es.
6. Pengiriman dilakukan secepatnya, yaitu dalam waktu 3 jam sampai di
laboratorium.
3.5.2. Peralatan dan Bahan 1. Alat – alat yang diperlukan :
a. Autoclave
b. Inkubator : 440C
c. Timbangan
d. Rak Tabung
e. Lampu Bunsen
f. Tabung Reaksi
h. Kawat Ose
i. Tabung Durham
j. Spidol
k. Kapas
l. Kulkas
2. Media dan Reagensia yang diperlukan :
a. Gram Buffer Phosphate pH 7,2
b. Laktosa Broth (LB)
c. Brilliant Green Laktose Bile Broth (BGLB) 2 %
d. Endoo agar
e. Alkohol 99 %
f. Cairan NaCL 500 ml (cairan infuse) untuk pengenceran
3.5.3. Cara Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Most Probable Number (MPN) dilakukan dengan menggunakan
metode tabung ganda yang terdiri dari :
(3 x 10 ml) : (3 x 1 ml) : (3 x 0,1 ml)
Pemeriksaan tabung ganda terdiri dari :
1. Test Pendahuluan (Presumtive Test)
I. Test Pendahuluan (Presumtive Test)
Media yang digunakan adalah Laktosa Broth (LB)
Cara pemeriksaan :
1. Siapkan tabung reaksi berisi 10 ml Lactosa Broth (LB), kemudian disusun di
rak tabung dan diberi tanda nomor urut, jumlah atau volume bahan yang akan
diperiksa dan tanggal pemeriksaan.
2. Dengan menggunakan pipet steril masukkan 10 ml bahan pemeriksaan yang
telah disiapkan kedalam tabung nomor 1 sampai 5. Tabung ke 6 diisi bahan
yang sama sebanyak 1 ml, dan tabung ke 7 diisi sebanyak 0,1 ml bahan
pemeriksaannya.
a. Tabung 1 s/d 5 masing – masing sebanyak 10 ml
b. Tabung ke 6 sebanyak 1 ml
c. Tabung ke 7 sebanyak 0,1 ml
3. Masing – masing tabung yang telah terisi sampel dihomogenisasi/dikocok
sampai bahan yang diperiksa dan larutan yang digunakan untuk memeriksa
tercampur rata.
4. Setelah tercampur rata, masukkan ke dalam inkubator dengan suhu 370C
selama 24 jam.
5. Setelah 24 jam, semua tabung dikeluarkan, catat tabung yang menunjukkan
reaksi adanya pembentukan gelembung udara pada tabung durham.
6. Pembentukan gas pada tabung durham pada test pendahuluan dinyatakan hasil
test (+)/positif.
Catat semua tabung yang menunjukkan peragian lactosa (pembentukan gas)
1. Bila terbentuk gas pada tabung dinyatakan positif (+), dan dilanjutkan dengan
test penegasan.
2. Apabila test dalam waktu 24 jam tidak membentuk gas, dimasukkan kedalam
inkubator kembali pada suhu 370C selama 24 jam, bila terbentuk gas pada
tabung durham, maka hasilnya positif (+) dan test dilanjutkan pada test
penegasan.
3. Bila test negatif (-), berarti koliform negatif (-) dan tidak perlu dilakukan test
pe