• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Fisik

Dalam dokumen ACUTE MYELOID LEUKAEMIA (Halaman 31-0)

BAB III LAPORAN KASUS

3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4V5M6) Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 82x/menit

THT

Telinga : bentuk dalam batas normal Hidung : bentuk dalam batas normal Tenggorokan : tonsil T1/T1, faring hiperemi (-) Leher : JVP PR +0 cmH2O

Thorak Cor

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus kordis tidak teraba Perkusi : Batas kiri: MCL S ICS 5

Batas kanan: PSL D

Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur tidak ada Po

Inspeksi : Simetris statis dan dinamis, retraksi (-) Palpasi : Vokal Fremitus N/N

Perkusi : Sonor/Sonor

Auskultasi : Vesikuler ⁄ , Rhonki ⁄ , Wheezing

Abdomen

Inspeksi : Distensi (+)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, Ballotement (-)

Perkusi : Timpani

Ekstremitas : Hangat Edema

Status Lokalis

Regio Femoralis dan Cruris Dextra Sinistra

Inspeksi : Tampak merah kebiruan pada paha bagian depan serta betis bagian depan dan samping luar, edema(-), deformitas (-)

Palpasi : Nyeri tekan (+), teraba hangat Regio Brachii dan Antibrachii Dextra Sinistra

Inspeksi : Tampak merah kebiruan pada lengan atas dan tangan dan samping luar edema (-) deformitas (-)

Palpasi : Nyeri tekan (+), teraba hangat

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan

WBC 10,50 103µL 4,10-11,00

RBC 4,52 106µL 4,50 – 5,90

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan

SGOT 17,8 U/L 0-50

Leukosit Sedimen (<3 /Lp) 1-2

Eritrosit Sedimen (<6/Lp) 1-2

Sel Epitel Sedimen (/Lp) 0-1

Silinder Sedimen -

3.5. DIAGNOSIS

− Acute Myeloid Leukaemia M2 post chemotherapy reinduksi Citarabine Seri I (22/2/2017)

− Suspect Neuropathy et causa suspect chemotherapy II

− Low Back Pain dengan Red Flag (AML)

− Rencana melanjutkan siklus/seri II kemoterapi high dose Citarabine

− Protokol Kemoterapi

o Premedikasi Kemoterapi Ondancetron 8 mg I.V

− Konsul TS Neuro:

Amitriptilin 12,5 mg @12 jam IO Vitamin B1 B6 B12 1 Tab @ 8 jam IO

 Bladder Training Monitoring

− Tekanan darah, nadi, suhu, laju pernapasan

− Keluhan

− Cairan Masuk-Cairan Keluar

− Alergi dan sesak post kemoterapi Rencana Diagnostik

− Menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk tetap melakukan pengobatan dengan teratur (kepatuhan dalam terapi).

Menjelaskan kepada pasien untuk makan makanan bergizi cukup, menjaga kebersihan diri dan

BAB IV

DISKUSI HASIL KUNJUNGAN RUMAH

4.1 Alur Kunjungan Pasien

Kunjungan dilakukan pada hari Minggu, 30 April 2017. Sesampainya di rumah kost pasien, kami mendapatkan sambutan yang baik dari pasien dan keluarganya. Adapun tujuan diadakannya kunjungan lapangan ini adalah untuk mengenal lebih dekat kehidupan pasien serta mengidentifikasi masalah yang terdapat pada pasien. Selain itu, kunjungan lapangan ini juga bertujuan untuk memberikan edukasi tentang penyakit yang dialami pasien serta memberikan dorongan dukungan dan motivasi kepada pasien dan keluarganya dalam menghadapi penyakit dan berbagai permasalahannya tersebut. Pasien dalam kasus ini baru saja didiagnosis menderita Acute Myeloid Leukemia (AML).

Pada saat kunjungan, keadaan pasien sudah jauh membaik dari sebelumnya. Keluhan nyeri pinggang dan ekstremitas sudah membaik, lemas sedikit dirasakan oleh pasien. Memar-memar sudah mulai berkurang. Pasien merasakan kondisinya lebih baik setelah sebelumnya sempat dirawat inap di Ruang Angsoka RSUP Sanglah Denpasar. Nafsu makan pasien dikatakan sudah ada perbaikan dari yang sebelumnya dikeluhkan terjadi penurunan nafsu makan dan saat ini pasien sudah dapat mobilisasi dengan baik meskipun baru melakukan aktivitas ringan sehari-hari di rumah kost.

4.2 Identifikasi Masalah

Adapun sejumlah permasalahan yang masih menjadi kendala pasien dalam hal menghadapi penyakit tersebut :

1. Penyakit pasien ini merupakan suatu penyakit keganasan akut yang ditandai yang dapat berpengaruh pada setiap organ atau sistem dalam tubuh. Apabila penyakit ini kambuh contohnya seperti keadaan pasien sekarang maka pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya.

2. Secara umum, pasien masih belum banyak tahu tentang penyakitnya yang baru saja ditegakkan diagnosisnya beberapa bulan lalu ini. Hal ini

menyebabkan pasien belum banyak paham tentang faktor-faktor terkait yang dapat menginisiasi timbulnya gejala, penanganan dan pengobatan yang akan diberikan serta pencegahan terhadap komplikasi lanjutan yang dapat memperburuk kondisi pasien.

3. Aktivitas pasien sehari-hari bekerja mengajar di salah satu sekolah di Lombok Tengah dan mengerjakan pekerjaan di rumah sebelumnya, yakni melakukan pekerjaan rumah, seperti menyapu, mencuci baju, memasak dan lain-lain. Hal tersebut membuat pasien rentan menjadi cepat lelah dan dapat memicu untuk terjadinya perburukan kondisi apabila tidak menghindari aktivitas fisik yang berat.

4. Pasien mengeluhkan nyeri tulang diseluruh badan belum hilang seluruhnya dan dirasakan cukup mengganggu aktivitas dan mobilisasi pasien sehari-hari.

5. Pasien mengatakan sering tidak dapat tidur pada malam hari dan susah untuk memulai tidur dikarenakan pasien selalu memikirkan masalah penyakitnya disertai rasa nyeri dan tidak nyaman dengan kondisinya sekarang. Pasien mengatakan setiap malam pikirannya akan menerawang sehingga pasien tidak bisa tidur dengan nyenyak. Namun, seluruh keluarga pasien dikatakan selalu memberikan dukungan dan suami pasien selalu menemani pasien saat dirawat di rumah sakit sebelumnya, sehingga pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang pasien sudah cukup terpenuhi.

6. Status gizi pasien termasuk dalam status gizi kurang dan harus dipertahankan. Namun, pasien mengaku jarang berolahraga dan bahkan aktivitas sehari-hari pasien sekarang lebih terbatas di dalam rumah akibat lemas yang masih dirasakan oleh pasien.

7. Pasien tinggal di lingkungan yang jauh dari fasilitas kesehatan umum yang dapat membantunya dalam menjalankan pengobatan sehingga pasien harus pulang pergi Lombok-Bali untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien.

4.3 Analisis Kebutuhan Pasien 4.3.1 Kebutuhan Fisik-Biomedis

1. Kecukupan gizi

Menurut pengakuan pasien, biasanya pasien makan dua hingga tiga kali dalam sehari sehingga nutrisi harian pasien dapat tercukupi dengan baik. Sebelum kondisi pasien drop seperti sekarang dikatakan bahwa biasanya makanan disiapkan oleh pasien sendiri. Sekarang ini suami pasien yang menyiapkan makanan dan terkadang dapat membeli makanan di luar, dengan menu nasi dan lauk pauk seperti tempe, tahu, sayuran dan terkadang mengonsumsi daging kambing, ikan atau ayam. Pasien mengatakan juga mengonsumsi buah-buahan yang cukup sering. Dari data nutrisi harian pasien, dapat diketahui bahwa asupan harian pasien mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan juga mineral. KIE diberikan kepada pasien dan keluarganya untuk menjaga variasi dan jumlah porsi makanan setiap harinya serta membatasi konsumsi garam yang berlebihan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kebutuhan harian, stamina dan daya tahan tubuh pasien.

Tabel 4.1 Nutrisi Harian Pasien

Jenis Jumlah Jadwal/hari Jadwal/minggu

Karbohidrat makan pasien tidak selalu sama, namun dapat dibuat gambaran umum menu untuk masing-masing jadwal makan sebagai berikut:

 Sarapan : nasi, daging ayam, tempe/tahu atau telur, sayur

 Makan siang : nasi dan daging ayam, sayur

 Makan malam : nasi, daging ayam atau ikan laut, sayur

Pasien sesekali makan sepotong roti dan buah diantara waktu makan besar.

Buah yang sering dikonsumsi pasien adalah pisang dan pepaya.

Analisis Kebutuhan Kalori

Kebutuhan kalori pasien dapat dihitung dengan menggunakan rumus Brocca dengan pertama-tama menentukan berat badan ideal (BBI).

BBI = ((TB – 100) – 10%) x 1 kg

= ((165 – 100) – 10%) x 1 kg

= 58,5 kg

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan, berat badan pasien saat ini adalah 48 kg dengan BMI = 17,8 kg/m2, atau dengan kata lain 82% dari BBI, pasien termasuk kategori underweight. Selanjutnya dilakukan penghitungan kebutuhan kalori basal dengan Rumus Harris Benedict dan penyesuaian terhadap kebutuhan kalori pasien sesuai kondisi pasien.

1. Kebutuhan kalori basal (jenis kelamin  Perempuan)

= 65,5 + (9,6 BB) + (1,8 TB) – (4,7 U)

Untuk memudahkan perhitungan maka dipakai kebutuhan kalori penderita adalah 1300 kalori/hari.

Distribusi Makanan

Jumlah kalori per hari pasien ini dibagi dalam 3 porsi makan utama dan 2 porsi makanan selingan, yaitu:

Tabel 4.2 Distribusi Makanan Berdasarkan Komponen Makanan Waktu Makan Siang 390 kalori 195 kalori 78 kalori 117 kalori Makan Malam 325 kalori 162,5 kalori 65 kalori 97,5 kalori Selingan 1 195 kalori

Selingan 2 130 kalori

Pemilihan Jenis Makanan

Dengan penghitungan tersebut maka dicoba untuk memberikan suatu pola jadwal yang mencakup pilihan jenis makanan dan jumlah makanan.

Berdasarkan data dari bagian gizi RSUP Sanglah maka penulis mencoba menyusun pola makanan yang sudah diubah ke dalam bentuk ukuran yang dapat dimengerti oleh pasien. Pemilihan jenis makanan pun disesuaikan dengan makanan yang tersedia dan terjangkau bagi pasien.

Tabel 4.3 Pemilihan Jenis Makanan Waktu

Makan Karbohidrat Protein Lemak

Makan Pagi Nasi putih 1 ¼

Selingan 2 Roti manis 2 potong

Pepaya 2 potong sedang, Pisang 2 biji Makan

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Namun sebelumnya, pasien dikatakan bekerja sebagai seorang guru di sekolah Muhammadyah di Lombok Tengah. Setelah sakit pasien sudah tidak dapat membantu suaminya untuk menambah penghasilan dan hanya tinggal di rumah.

Aktivitas yang biasa dilakukan di rumah adalah menyapu, memasak dan terkadang membersihkan kamar mandi. Tetapi hal tersebut untuk sekarang tidak dilakukan oleh pasien karena kondisi pasien yang masih dalam pemulihan. Aktivitas di luar rumahpun sekarang tidak dilakukan oleh pasien. Padahal sebelumnya dikatakan, pasien cukup aktif mengikuti berbagai kegiatan.

3. Akses ke tempat pelayanan kesehatan

Rumah pasien yang berada di Lombok Tengah membuat pasien untuk mencari rumah kost sebagai tempat tinggal sementara dalam periode

pengobatan penyakit ini. Jarak dari rumah kost pasien ke RSUP Sanglah kurang lebih 1 km. Jadi, apabila pasien merasakan keluhan dapat dengan mudah menuju ke Rumah Sakit. Transportasi yang biasa digunakan pasien untuk menuju tempat pelayanan kesehatan adalah berjalan kaki atau sewa motor.

4. Lingkungan

Pasien tinggal di rumah kost bersama suaminya, di Jalan Nusa Penida No.1 Denpasar. Di rumah kostan tersebut terdapat 20 kamar kost dan orang-orang yang tinggal disana kebanyakan adalah oran-orang yang sedang dalam pengobatan. Kamar kost pasien terletak di bagian tengah dari keseluruhan area lingkungan tempat tinggal yakni kamar no 11.

Pasien tinggal bersama dengan suami, dan pasien belum memiliki seorang anak setelah menikah kurang lebih 5 tahun yang lalu. Terdapat kursi di depan kamar kost pasien yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu dan berkumpul dengan orang-orang dalam kostan tersebut. Akses ke kost pasien cukup mudah dengan pemukiman sekitar yang padat. Secara keseluruhan lingkungan di rumah pasien terlihat cukup bersih. Kamar tidur pasien kira-kira berukuran 6 x7 m2. Kamar tidur terlihat tidak tertata dengan baik. Terlihat baju-baju yang menumpuk di sudut ruangan dan menggantung di belakang pintu. Penerangan kamar kurang baik namun cahaya matahari dapat masuk saat pagi dan siang hari karena jendela dan ventilasi yang cukup. Rumah kost pasien ini beratapkan genteng dengan tembok batako semen yang diplester dan dicat. Plafon terbuat dari triplek kayu dan lantai dilapisi keramik. Di dalam kamar kost terdapat dapur dan kamar mandi. Dinding dan lantai kamar mandi terbuat dari keramik dan cat. Kamar mandi tersebut terdiri dari satu kloset duduk yang tampak kurang bersih, satu buah bak yang rutin dikuras dan saluran pembuangan limbah yang lancar. Pasien menggunakan sumber air PDAM untuk mandi, mencuci baju, air minum dan keperluan memasak. Warga di sekitar rumah kost cukup ramah dan hubungan pasien dengan tetangga dikatakan baik.

4.3.2 Kebutuhan bio-psikosoial 1. Lingkungan biologis

Dalam lingkungan biologis/ keluarga pasien, tidak terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien. Kekebalan tubuh pasien sangat penting untuk mencegah timbulnya penyakit penyerta pada pasien seperti infeksi yang dapat memperburuk kondisi pasien.

Lingkungan tempat tinggal yang padat penduduk dan selokan yang tersumbat dapat menjadi sarang nyamuk dan lalat. Nyamuk dan lalat dapat menjadi vektor dari virus maupun bakteri penyebab infeksi yang dapat memperburuk kondisi pasien apabila kekebalan tubuh pasien menurun.

Akan tetapi pada lingkungan pasien sendiri sangat jauh dari kriteria tersebut, menurut pasien warga masyarakat setempat rutin melakukan pencegahan penyakit menular seperti program 3M dan sanitasi lingkungan lainnya.

Kondisi rumah kost pasien terutama pada ruang tamu dan kamar tidur cukup mendukung untuk menjaga kesehatan pasien karena cukup rapi, bersih, dan sirkulasi udara baik. Ventilasi yang berukuran sedang dan jendela yang sering dibuka ketika pasien berada di rumah menyebabkan sirkulasi udara lancar dimana mengurangi risiko penyebaran penyakit menular seperti infeksi saluran pernafasan.

2. Faktor psikososial

Oleh karena penyakit AML ini merupakan penyakit yang tepat secara perlahan akan menyerang organ vital, gejalanya hilang dan timbul dalam waktu lama maka harus diupayakan agar pasien dapat hidup bahagia dengan penyakitnya dengan cara tidak putus asa dalam menghadapi penyakitnya ini dan tidak putus dalam pengobatan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan dukungan penuh dari keluarga. Keluarga pasien tampaknya termasuk keluarga yang harmonis sehingga pasien tidak memiliki masalah dalam hal emosi. Pasien memperoleh cukup kasih sayang dan perhatian, dimana interaksi pasien dengan anggota keluarga yang lain sangat baik. Pasien saat ini sudah tidak bekerja. Secara umum, pasien menyatakan tidak terdapat masalah atau hambatan sosial antara

dirinya dan lingkungannya. Pasien juga menyatakan cukup mendapatkan perhatian dari lingkungan sekitar seperti tetangga di sekitar tempat tinggalnya.

4.4 Usulan Penyelesaian Masalah dan Saran

Berdasarkan masalah yang dijelaskan sebelumnya, kami mengusulkan penyelesaian masalah, yaitu sebagai berikut.

1. Edukasi pasien tentang penyakitnya

Pasien dijelaskan kembali mengenai penyakit AML gejala dan pengobatan yang harus tetap dilakukan karena penyakit ini merupakan penyakit keganasan dimana gejalanya hilang timbul dan meliputi seluruh organ vital pasien. Pasien juga dijelaskan perubahan-perubahan yang terjadi akibat pengobatan dari penyakitnya seperti penampilan yang berubah, berubahnya kemampuan fisik dan depresi. Pasien juga disarankan untuk rutin kontrol ke RSUP Sanglah Denpasar dan rutin meminum obat serta kemoterapi yang disarankan oleh dokter.

2. Memberikan KIE

KIE diberikan agar kegiatan pasien di rumah sebisa mungkin disesuaikan dengan keadaan dan kondisi pasien sendiri.Tidak melakukan aktivitas dan pekerjaan yang berat serta berlebihan apabila pasien mengeluh lemas. Pasien juga diberikan edukasi agar selalu menyediakan dan membawa obat-obatan yang diperlukan saat pasien bepergian keluar rumah untuk menghindari keterlambatan mengonsumsi obat. Serta rutin menjalankan kemoterapi sesuai jadwal yang diberikan. Olahraga disesuaikan dengan kondisi pasien, apabila pasien merasa mampu untuk melakukan olahraga kecil di rumah maka dapat dilakukan begitu juga sebaliknya, apabila pasien merasa lemas lebih baik untuk beristirahat dan tidak melakukan aktivitas yang dapat memperberat lemas dan penyakitnya.

3. Memberikan edukasi agar menjaga lingkungan rumah tetap bersih

Pasien disarankan untuk rutin membersihkan kamarnya karena apabila berdebu dan kotor maka pasien tidak akan merasa nyaman saat beristirahat. Pasien dapat meminta bantuan ke suami atau anak pasien

apabila pasien tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien diberikan edukasi mengenai pemilihan makanan, sebaiknya mengkonsumsi makanan yang dibuat di rumah, menghindari makanan dengan bahan pengawet. Apabila pasien membeli makanan di luar maka dapat meminta bantuan suami maupun keluarganya untuk membelinya.

4. Memberikan edukasi terhadap manajemen stres dan emosional

Pasien diminta untuk tidak memikirkan masalah-masalahnya terlalu berat dan tidak memikirkan penyakitnya. Pasien disarankan untuk menceritakan apa yang dipikirkan kepada orang terdekat supaya tidak menimbulkan stres sendiri untuk pasien. Apabila pasien masih tetap memikirkan masalahnya tersebut terus menerus maka dapat mengganggu siklus istirahat pasien. Tidur yang cukup di malam hari dapat membantu untuk menjaga kesehatan dari pasien.

Saran yang dapat diberikan antara lain:

1. Pasien sebaiknya tidak melakukan aktivitas berat yang dapat memperberat lemasnya. Pasien harus lebih banyak beristirahat dan mengurangi aktivitas di luar rumah. Pasien juga disarankan untuk kontrol kesehatan dan kontrol penyakitnya secara rutin ke RSUP Sanglah Denpasar dan tidak putus obat.

2. Keluarga sebaiknya mendukung pengobatan pasien secara psikis, fisik dan material sehingga meringankan beban pikiran pasien terutama mengingatkan untuk tidak memikirkan yang hal yang berat dan buruk tentang penyakitnya. Keluarga juga dapat memberikan hiburan kepada pasien misalnya dengan cara mengajak untuk bercerita.

3. Pasien disarankan untuk sering bercerita mengenai setiap permasalahan yang dimiliki oleh pasien kepada keluarga. Pasien dapat menceritakan apa yang dipikirkan kepada orang yang terdekat dari pasien misalkan suaminya. Pasien juga disarankan memiliki teman dekat selain keluarga yang dapat mendengarkan keluh kesah pasien, contohnya pasien dapat bergabung dengan komunitas penderita Leukimia karena dengan bergabung pasien dapat berdiskusi dengan penderita lain dan membuat pasien merasa bahwa dia tidak sendiri dalam menghadapi penyakitnya tersebut.

BAB V KESIMPULAN

Acute Myeloid Leukima (AML) merupakan keganasan berasal dari sel-sel mieloid imatur yang jika tidak diterapi, dapat berakibat fatal dalam beberapa bulan. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada dewasa dan rata-rata didiagnosis pada usia sekitar 67 tahun. AML tidak memberikan tanda dan gejala klinis yang spesifik. Terapi terdiri dari terapi induksi, dimana terapi “3 + 7” masih menjadi standar; dan terapi konsolidasi dengan kemoterapi atau transplantasi sel punca hematopoietik. Walaupun telah terdapat perkembangan mengenai pemahaman dan molekuler AML, pasien dapat mengalami kekambuhan. Belum semua terapi yang dikembangkan memberikan hasil memuaskan, dan terapi-terapi lain masih terus dikembangkan.

Dalam laporan kunjungan ini, pasien yang berusia 29 tahun, lebih kurang sejak 5 bulan yang lalu didiagnosis dengan AML. Pasien mengeluhkan nyeri pinggang, lemas, gusi bengkak dan mudah berdarah, dan kulit yang terlihat lebih pucat yang menunjukkan gejala-gejala klinis dari leukimia. Dibutuhkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk memastikan diagnosis kerja dari pasien dan klasifikasi dari penyakit pasien. Pada pasien kemudian juga dilakukan terapi berupa kemotarpi yang merupakan first line therapy dari penyakit ini. Kemoterapi untuk penderita AML sendiri sesuai teori dibagi menjadi dua fase yaitu fase induksi dan fase konsolidasi. Pada pasien masih dilakukan terapi berupa kemoterapi reinduksi. Terapi-terapi lain yang diberikan pada pasien merupakan terapi suportif.

Hingga saat ini masih belum jelas penyebab pasti dari penyakit ini namun diduga pada pasien ini berkaitan dengan genetik. Kondisi pasien saat ini sudah membaik. Kendala yang mungkin dialami pasien dalam pelaksanaan terapi adalah fasilitas kesehatan di daerah asal tempat tinggalnya yang masih kurang maju, sehingga mengharuskan pasien untuk mendapat pengobatan di Pulau Bali.

Masalah ekonomi mungkin tidak menjadi suatu kendala pada pasien dikarenakan biaya pengobatan pasien yang dibantu oleh jaminan kesehatan (BPJS). Selain itu, penjelasan mengenai kepatuhan dan lamanya pengobatan yang akan dijalankan

oleh pasien harus dimengerti oleh pasien dan keluarga. Pasien tentunya juga membutuhkan dukungan baik secara psikis, fisik, dan material untuk dapat menjalankan pengobatannya dengan lancar.

Lampiran 1

Denah Rumah Kost Pasien Pintu Gerbang

KEBUN RUMAH

S

3 KAMAR

4 KAMAR TIDUR 2 KAMAR

TIDUR

RUANG TAMU

KAMAR KOST PASIEN

DAPUR 1 KAMAR

U

HALAMAN RUMAH

Lampiran 2 Dokumentasi

Kondisi Kamar Kost Pasien

Kondisi Kamar Kost Pasien

Pasien dan DM

Dalam dokumen ACUTE MYELOID LEUKAEMIA (Halaman 31-0)

Dokumen terkait