• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN PERPAJAKAN YANG DISEPAKATI INTERNASIONAL DAN PERBANDINGAN PEMERIKSAAN PERPAJAKAN OLEH STATE

AUDIT INSTITUTION (BPK) NEGARA LAIN

Dalam kancah pergaulan internasional, pengaturan Pasal 23E ayat (1) UUD 1945, yang diatribusikan melalui UU 15/2006 dan UU 15/2004, sangat tepat dan sefaham dengan pengaturan pemeriksaan perpajakan di negara lain. Di negara lain, pemeriksa/auditor dapat melakukan review atas penerimaan pajak individual, dan bahkan mereka diberi kewenangan khusus untuk menambah beberapa hal yang menurut mereka mencurigakan, untuk dapat diperiksa/diaudit. Hal ini sejalan dengan Section 20 “The Lima Declaration of Guidelines on Auditing Precepts” yang

dihasilkan pada Kongres International Organization of Supreme Audit Institutions – INTOSAI (organisasi BPK se-dunia) ke-IX pada bulan Oktober tahun 1977 di Lima, Peru yang menyatakan bahwa BPK harus memeriksa penerimaan pajak se-ekstensif mungkin sampai ke berkas individual wajib pajak yang berbunyi sebagai berikut:

Section 20. Tax Audit

1. Supreme Audit Institutions shall be empowered to audit the collection of taxes as extensively as possible and, in doing so, to examine individual tax files.

2. Tax audits are primarily legality and regularity audits; however, when auditing the application of tax laws, Supreme Audit Institutions shall also examine the system and efficiency of tax collection, the achievement of revenue targets and, if appropriate, shall propose improvements to the legislative body.

Bahkan sebelum adanya “Lima Declaration of Guidelines on Auditing Precepts” tersebut telah dihasilkan rekomendasi awal dalam “The International Congress of INTOSAI” Rio de Janeiro, Brazil pada bulan Mei 1959, terkait dengan harus terbukanya akses keterangan dan data perpajakan seluas mungkin bagi lembaga audit. Rekomendasi awal dimaksud adalah sebagai berikut:

(1).Supreme Audit Institutions (SAI) ought to exercise the broadest/the widest possible supervision/auditing of government revenues.

(2).Supervision should not be limited to the checking of collection of revenues in line with accounts rendered by the collectors but, wherever possible, a check should be made to see whether or not tax payment were in line with legislation.

(3).The observations of the Audit Court on the management of the budget, as presented to the legislative assemblies, should contain the maximum of information in regard to revenues.

Rekomendasi berikutnya diberikan dalam Kongres Internasional INTOSAI selanjutnya di Madrid, Spanyol pada bulan Mei 1974 sebagai berikut:

(1).SAIs exercise the most extensive control feasible over the collection of fiscal revenue and consider this of equal significance with the control over expenditure.

(2).This control should cover both assessment and collection and the SAIs should be granted access to all fiscal documents, including the individual files of tax payers.

(3).The control of fiscal revenue should be primarily concerned with legality and regularity.

Dalam Seminar Internasional ASOSAI (Asian Organisation of Supreme Audit Institution) ke-III yang diselenggarakan di Bali, Indonesia pada 6 sampai dengan 11 Juni 1988 telah menghasilkan “Bali Declaration” yang menyatakan pentingnya akses terhadap data wajib pajak dalam rangka pemeriksaan untuk menilai sistem dan prosedur dari tax assessment sebagai berikut:

Sub-theme-II-a Tax Audit

2. Audit of Individual Tax Assessments

It is important that individual tax files are examined to evaluate the adequacy of systems and procedures of tax assessment and collection. As the examination of all tax files is neither feasible nor necessary, best results may be obtained by concentrating on high value and risk areas. Selective auditing of business income cases rather than salary assessments, investigations of reported evasions and use of suitable statistical sampling techniques in the review of files are preferred practices. SAIs should also co-ordinate their examinations with internal audit so as to avoid needless overlap and duplication of effort.

It may be desirable that SAIs have access to the records of taxpayers. Data and information on tax payers collected by the tax authorities may be verified against other independent sources available.

Sebagai perbandingan dapat dilihat pula praktik-praktik pemeriksaan pajak di beberapa negara lain. BPK Australia (Auditor General) dapat memeriksa pajak, bahkan sampai pada berkas-berkas individual para wajib pajak dan hasilnya dilaporkan kepada Parlemen. Hal ini tercermin dalam “The Act of The Commonwealth of Australia 1901-1973” Section 14C yang mendasarkan pada pemikiran bahwa tugas Auditor General adalah tertuju kepada penyelenggaraan kepentingan umum, karena harus mengawasi keuangan negara, yang bukan hanya menyangkut segi pengeluarannya saja.

BPK Malaysia pun berwenang memeriksa pajak, termasuk pajak penghasilan sesuai dengan Income Tax Act 1967 (Act 53) Section 138 Certain Material to be Treated as Confidential yang berbunyi::

4 Nothing in this section shall prevent:

(a) The production or disclosure of clasiffied material to the Auditor-General (or to public officers under his direction and control) or the use of clasiffied material by the Auditor-General,to such an extent as is necessary or expedient for the proper exercise of the functions of his office.

5 In this

section-“classified material” means any return or other document made for the purposes of this Act and relating to the income of any person or partnership and any information or other matter or thing which comes to the notice of a classified person in his capacity as such;

“classified person”

means-(b) the Auditor-General and Public Officers under his direction and control. Audit pajak Malaysia dilakukan sepanjang tahun dengan melibatkan staf khusus yang setiap hari memantau pemasukan pajak. Bahkan BPK dapat memantau keterlambatan Wajib Pajak dalam membayar kewajibannya dan sekaligus dapat melakukan langkah hukum. Jika Wajib Pajak tidak membayar pajak dan cukai, dapat dicekal. BPK Brunei, bahkan dapat memeriksa jenis pajak perusahaan (corporation tax). BPK Thailand, setelah terjadi Reformasi Konstitusi pada tahun 1999 - yang berhasil mengungkap praktik bisnis mantan PM Thaksin Sinawatra dan berbuntut penggulingan kekuasaan oleh Jenderal Sonthi Bonyaratkalin - dapat memeriksa pajak penghasilan maupun otomotif. BPK Thailand juga dapat memperoleh dokumen pembayar pajak tanpa hambatan. Di Korea auditor memiliki akses penuh terhadap data wajib pajak untuk kepentingan audit keuangan, kepatuhan, dan kinerja. Begitu juga dengan auditor BPK New Zealand, mereka memiliki kerja sama yang sangat baik dengan institusi pajak dlam rangka audit laporan keuangan.

Dari praktik-praktik yang terjadi di beberapa negara lain, terlihat bahwa pemeriksaan keuangan negara sektor perpajakan yang dilakukan oleh BPK di Indonesia, sangat tertinggal jauh.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, Pemohon menyimpulkan bahwa:

1. Mahkamah Konstitusi berwenang memeriksa permohonan yang diajukan oleh Pemohon.

2. BPK memiliki legal standing atau kedudukan hukum sebagai lembaga negara dan karenanya berhak mengajukan permohonan pengujian undang-undang.

3. Pasal 34 ayat (2a) huruf b UU 6/1983 juncto UU 28/2007, sepanjang menyangkut frasa “ditetapkan Menteri Keuangan untuk” dan frasa “atau

instansi pemerintah” bertentangan dengan Pasal 23E ayat (1) UUD 1945 karena telah membatasi dan merugikan kewenangan konstitusional BPK dalam melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara di bidang perpajakan.

4. Ketentuan Penjelasan Pasal 34 ayat (2a) UU 6/1983 juncto UU 28/2007 bertentangan dengan Pasal 23E ayat (1) UUD 1945 karena telah membatasi dan merugikan kewenangan konstitusional BPK dalam melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara di bidang perpajakan.

5. Ketentuan Pasal 34 ayat (2a) huruf b UU 6/1983 juncto UU 28/2007 beserta Penjelasan Pasal 3 ayat (2a) UU 6/1983 juncto UU 28/2007 telah mengingkari dan bertentangan prinsip pengelolaan keuangan negara yang terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang dianut oleh UUD 1945 karena tidak terbuka dan sulit menilai pertanggungjawabannya; serta mengingkari dan bertentangan pula dengan Pasal 23E ayat (1) UUD 1945 karena membatasi sehingga merugikan kewenangan konstitusional BPK dalam melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara di bidang perpajakan.

Demikian uraian berbagai alasan dan kesimpulan yang Pemohon ajukan sebagai dasar Pengajuan Permohonan Pengujian terhadap Pasal 34 ayat (2a) huruf b UU 6/1983 juncto UU 28/2007, sepanjang menyangkut frasa “ditetapkan Menteri Keuangan untuk”, frasa “atau instansi pemerintah”, dan Penjelasan Pasal 34 ayat (2a) UU 6/1983 juncto UU 28/2007.