• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pemerintah Daerah Berdasarkan UU Pe merintahan Daerah Indonesia adalah sebuah Negara yang wilayahnya terbagi menjadi

TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN ANAK DARI PERKAWINAN USIA DINI

C. Peran Pemerintah Daerah dalam Perlindungan Anak 1.Peran Pemerintah Daerah Menurut Para Ahli 1.Peran Pemerintah Daerah Menurut Para Ahli

2. Peran Pemerintah Daerah Berdasarkan UU Pe merintahan Daerah Indonesia adalah sebuah Negara yang wilayahnya terbagi menjadi

beberapa daerah Provinsi. Setiap daerah provinsi memiliki beberapa Daerah Kabupaten/Kota yang menjalankan urusan pemerintahan daerah. Pemerintahan Daerah seperti tertuang pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yaitu:

Penyelengaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPR) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sedangkan Pasal 1 angka 3 menjelaskan bahwa Pemerintah Daerah yaitu:

Kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dikenal adanya 4 (empat) asas penyelenggaraan sebagaimana tercantum pada UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang telah diperbaharui dengan UU Nomor 9 Tahun 2015, yaitu:

Asas desentralisasi, asas yang menghendaki adanya pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang dipilih oleh rakyat, untuk secara bertingkat mengurus kepentingan rumah tangganya sendiri atas inisiatif dan beban biaya sendiri sejauh tidak menyimpang dari kebijaksanaan pemerintah pusat.

Asas dekonsentrasi, merupakan prinsip sistem pemerintahan dimana terjadi pelimpahan sebagian kewenangan pemerintah pusat yang ada di suatu wilayah dalam hubungan hierarki antara atasan dan bawahan, untuk secara bertingkat menyelenggarakan urusan pemerintah pusat pada satu wilayah tertentu menurut kebijaksanaan yang telah ditetapkan.

45

Asas sentralisasi, yaitu segala kewenangan pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah berada di tangan pemerintah pusat. artinya, tidak dikenal adanya penyerahan wewenang kepada daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintah. Jika ada kewenangan pada pemerintah lokal, maka hal itu semata- mata hanya untuk menjalankan perintah dari pusat saja. Pemerintah daerah hanya sekedar melaksanakan kehendak atau kebijaksanaan dari pemerintah pusat.

Asas pembantuan atau tugas pembantuan, adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Daerah memiliki tugas dari Pemerintah Pusat untuk melaksanakan berbagai urusan pemerintahan. Urusan pemerintahan tersebut disebut dengan urusan pemerintahan konkuren, yaitu “urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah pusat dan Daerah Provinsi dan daerah

Kabupaten/Kota” (Pasal 9 ayat (3) UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah). Urusan Pemerintahan konkuren terdiri dari urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan (Pasal 11 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah). Kemudian, urusan pemerintahan wajib dibagi menjadi 2 (dua), yaitu urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.

Salah satu urusan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar adalah pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (Pasal 12 ayat (2) huruf b UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah). Oleh karena itu pemerintah daerah sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat di daerah wajib melakukan amanat undang-undang

46

tersebut. Sedangkan menurut Pasal 20 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak menyebutkan, “Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua atau Wali

berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan

Perlindungan Anak”.

Dalam melaksanakan urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, Walikota menjalankan tugas dan kewenangan sebagaimana Pasal 65 UU Pemerintahan Daerah Nomor 9 Tahun 2015:

Kepala daerah mempunyai tugas (ayat 1):

a. memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD; b. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

c. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD; d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD,

rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama;

e. mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan

f. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, kepala daerah berwenang (ayat 2):

a. mengajukan rancangan Perda;

b. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

c. menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah;

d. mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat;

e. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

47

Berdasarkan 2 (dua) undang-undang tersebut, pemerintah daerah berkewajiban melakukan berbagai upaya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, khususnya dalam meminimalisir pernikahan anak usia dini. Kewajiban dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak berkaitan erat dengan erat dengan peran pemerintah. Sebagaimana pendapat Robert B. Seidman, untuk melihat bekerjanya hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari tiga elemen, yaitu lembaga pembuat peraturan, lembaga pelaksana peraturan, dan pemangku peran.

3. Peran Pe merintah Daerah Berdasarkan Undang-Undang

Perlindungan Anak

Undang-Undang nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Undang-Undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengatur peran serta pemerintah daerah dalam perlindungan hak anak. Hal tersebut memberikan kewajiban kepada pemerintah daerah untuk lebih berperan aktif dalam upaya perlindungan hak anak di daerah.

Dalam Pasal 1 angka 12 dan 19 UU PA dijelaskan bahwa Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia (HAM) yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, ne gara, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pemerintah Daerah disini adalah Gubernur, Bupati dan Walikota serta perangkat daerah sebagai unsur penyelengara pemerintahan. Hal di atas secara tegas menjelaskan bagaimana kewajiban dari Pemerintah Daera h untuk melindungi hak-hak

48

anak terutama didalam perkembangannya menuju dewasa, agar kelak menjadi orang yang berguna bagi Keluarga, Masyarakat, Pemerintah Daerah dan Negara. Seperti bunyi pasal 20 UU PA bahwa Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua atau Wali berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelangaraan perlindungan anak.

Prinsip-prinsip Perlindungan Anak yang wajib untuk dilindungi dan dijalankan oleh Pemerintah Darerah sesuai mandat dari UU PA, adalah (Gultom, 2012:71-72):

a. Anak tidak dapat berjuang sendiri. Salah satu prinsip yang digunakan dalam perlindungan anak adalah: anak itu adalah modal utama kelansungan hidup manusia, bangsa, dan keluarga, untuk itu hak-haknya harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi sendiri hak-haknya, banyak pihak yang mempengaruhi kehidupannya. b. Kepentingan terbaik anak (the best interest of the child). Agar

perlindungan anak dapat diselenggarakan dengan baik, dianut prinsip yang menyatakan bahwa kepentingan terbaik anak harus dipandang sebagai of paramount importence (memperoleh prioritas tertinggi) dalam setiap keputusan menyangkut anak. Tanpa prinsip ini perjuangan untuk melindungi anak akan mengalami banyak batu sandungan.

c. Ancangan daur kehidupan (life-circle approach). Perlindungan anak mengacu pada persamaan pada pemahaman bahwa perlindungan anak harus dimulai sejak dini dan terus menerus. Janin yang berada dalam kandungan perlu dilindungi dengan gizi termasuk yodium dan kalsium yang baik melalui ibunya. Jika ia telah lahir, maka diperlukan air susu ibu (ASI) dan pelayanan kesehatan primer dengan memberikan pelayanan imunisasi dan lain- lain, sehingga anak terbebas dari berbagai mungkin kecacacatan dan penyakit.

d. Lintas Sektoral, nasib anak tergantung dari berbagai faktor, baik yang makro maupun mikro, yang lansung maupun tidak lansung. Kemiskinan, perencanaan kota dan segala penggusuran, sistem pendidikan yang menekankan hafalan dan bahan-bahan yang tidak relevan, komunitas yang penuh dengan ketidakadilan, dan sebagainya dapat ditangani oleh sek tor, terlebih keluarga atau anak

49

itu sendiri. Perlindungan terhadap anak adalah perjuangan yang membutuhkan sumbagan semua orang disemua tingkatan.

Dalam Pasal 21 UU Perlindungan Anak menjelaskan bahwa Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertangung jawab untuk menghormati pemenuhan hak anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau mental. Untuk menjamin pemenuhan hak anak, Pemerintah Daerah berkewajiban untuk memenuhi, melindungi, dan menghormati hak anak. Pemerintah Daerah juga berkewajiban dan bertanggung jawab dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan Perlindungan Anak. Untuk menjamin pemenuhan Hak Anak dan melaksanakan kebijakan sebagaiman dimaksud diatas, Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mendukung kebijakan nasional dalam penyelenggaraan Perlindungan Anak di daerah. Kebijakan ini dapat diwujudkan melalui upaya daerah membangun kabupaten/kota layak anak.

Pembentukan kota layak anak akan menimbulkan berbagai perubahan kebijaksanaan kepala daerah (walikota) terkait pendanaan, tata ruang, pola pendidikan, partisipasi masyarakat, maupun lingkungan hidup sehingga pada tahapan awal untuk penyelenggaraan tersebut akan terjadi benturan kepentingan antara pemerintah dan masyarakat (berkaitan dengan penyediaan ruang-ruang terbuka, taman-taman, dan tempat bermain anak). Oleh karena itu, pemerintah daerah harus mampu

50

menyeimbangkan berbagai tuntutan yang saling bersaing. Dengan demikian, diperlukan suatu bentuk kearifan lokal, baik dari sisi pemerintahan kota sebagai penentu kebijaksanaan maupun disisi lain masyarakat sebagai warga kota yang mendukung kebijaksanaan tersebut (Saraswati, 2015:146-147).

Pemerintah daerah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana, prasarana, dan ketersediaan, dalam penyelenggaraan perlindungan anak sebagaimana dijelaskan pada Pasal 22 UU Perlindungan Anak. Adapun peran Pemerintah Daerah sebagaimana Pasal 23 dan 24 UU Perlindungan Anak Tahun 2014, yaitu:

Pertama, Pemerintah Daerah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan Anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban Orang Tua, Wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap Anak. Kedua, Pemerintah Daerah mengawasi penyelenggaraan Perlindungan Anak. Ketiga, Pemerintah Daerah menjamin Anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan Anak;

Di dalam menjalankan tanggung jawab dan kewajibannya pemerintah daerah harus melaksanakan pengawasan lansung terhadap perlindungan hak anak. Selain pengawasan perlindungan hak anak yang tertuang dari tanggung jawab dan kewajiban dari pemerintah daerah yang telah dijelaskan diatas, pengawasan pemerintah daerah juga tekait dalam hal berikut ini yaitu:

51

a. Pemerintah Daerah melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengangkatan Anak (Pasal 41) yang selanjutnya diatur dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 41 A);

b. Pemerintah Daerah menjamin Perlindungan Anak dalam memeluk agamanya yang meliputi pembinaan, pembimbingan, dan pengamalan ajaran agama bagi Anak (Pasal 43);

c. Pemerintah Daerah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi Anak agar setiap Anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan (Pasal44);

d. Pemerintah Daerah wajib memenuhi tanggung jawab menjaga kesehatan Anak dan merawat Anak sejak dalam kandungan apabila Orang Tua dan Keluarga yang tidak mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut (Pasal 45);

e. Pemerintah Daerah wajib melindungi Anak dari perbuatan yang mengganggu kesehatan dan tumbuh kembang Anak, terhadap hal ini Pemerintah Daerah harus melakukan aktivitas yang melindungi Anak (Pasal 45 B);

f. Pemerintah Daerah wajib mengusahakan agar Anak yang lahir terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan/atau menimbulkan kecacatan (Pasal 46);

g. Pemerintah Daerah wajib melindungi Anak dari upaya transplantasi organ tubuhnya untuk pihak lain (Pasal 47);

52

h. Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua Anak (Pasal 48);

i. Pemerintah Daerah wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Anak untuk memperoleh pendidikan (Pasal 49); j. Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk memberikan biaya

pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi Anak dari Keluarga kurang mampu, Anak Terlantar, dan Anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil (Pasal 53);

k. Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan pemeliharaan, perawatan, dan rehabilitasi sosial Anak terlantar, ba ik di dalam lembaga maupun di luar lembaga (Pasal 55);

l. Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan wajib mengupayakan dan membantu Anak, agar Anak dapat: 1) berpartisipasi; 2) bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan hati nurani dan agamanya; 3) bebas menerima informasi lisan atau tertulis sesuai dengan tahapan usia dan perkembangan Anak; 4) bebas berserikat dan berkumpul; 5) bebas beristirahat, bermain, berekreasi, berkreasi, dan berkarya seni budaya; dan 6) memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan. (Pasal 56);

m. Pemerintah Daerah wajib menyediakan tempat penampungan, pemeliharaan, dan perawatan Anak Terlantar yang bersangkutan (Pasal 58);

53

n. Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan Perlindungan K husus kepada Anak (Pasal 59);

o. Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan dana penyelenggaraan Perlindungan Anak (Pasal 71E);

Menindaklanjuti adanya kewajiban dan tanggungjawab pemerintah daerah dalam perlindungan anak sebagaimana amanat UU Pemerintahan Daerah dan UU Perlindungan Anak, pemerintahan Kota Salatiga membentuk DP3A. Hal tersebut berdasarkan pada Perda Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. DP3A adalah unsur pelaksana urusan pemerintahan Kota Salatiga dalam bidang perlindungan anak yang berpedoman pada UU Perlindungan Anak.

54 BAB III