• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONDISI DAN SITUASI SUMATERA TIMUR

2.2 Pemerintahan Tradisional …

Kesultanan Deli didirikan oleh Gocah Pahlawan, seorang panglima perang Sultan Iskandar Muda. Gocah Pahlawan menurut terombo kesultanan Serdang nama aslinya adalah Jazid, dan yang lain menamakannya adalah Abdullah Rhain. Sedangkan menurut Denai ia bernama Muhammad Dalik. Sebaliknya menurut terombo kesultanan Deli namanya adalah Muhammad Delikhan (asal dari Keling India, anak cucu Raja Delhi Akbar). Ia merantau ke arah nusantara dan kapalnya tenggelam dekat Kuala Pasai sehingga ia terdampar di Pasai. Karena kulitnya agak hitam, ia dikenal dengan nama Lebai Hitam. Berkat jasa dan kepahlawanannya

13 Nas Sebayang, Dasar-Dasar Bentuk Susunan Pemerintahan Tradisional Karo

(Medan:1990), hlm.8-9

14

Suprayitno, Dari Federasi ke Unitarisme: Studi Tentang Negara Sumatera Timur (Yogyakarta: Tesis S2, 1995), hlm.34.

15

Suprayitno, “ Medan Sebagai Kota Pembauran Sosio Kultur di Sumatera Utara Pada Masa Kolonial Belanda: dalam Historisme, Edisi No.21/ TahunX/ Agustus 2005,hlm. 2.

membunuh enam orang pengacau ia diberi gelar Gocah Pahlawan dari Sultan Aceh. Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.

Sekitar tahun 1630 setelah kembalinya ia ke tanah Deli, ia membuka ibukota baru di sungai lalang, percut. Dengan bantuan tentara Aceh, Gocah Pahlawan dapat menstabilkan kedudukannya di Deli pada tahun 1641, sehingga suatu kerajaan Deli yang baru dan bersahabat dengan Aceh dibawah pimpinannya dapat berdiri kokoh. Nama Deli sendiri menurut terombo Deli diambil dari nama Delhi, yaitu tempat asal Gocah Pahlawan. Kemungkinan lain, nama Deli diambil dari nama Deli-Tua, bekas ibukota Kerajaan Aru yang ditaklukkan oleh Gocah Pahlawan. Nama Deli Tua itu aslinya diambil dari nama sebuah sungai dekat Deli Tua yang bernama Lau Petani Deli16

16

Tengku lukman Sinar, Sari Sejarah Serdang, Jilid I, Medan:Tanpa Penerbit, 1971, hlm. 30-32

Sultan Osman Perkasa Alamsyah adalah Sultan Deli pertama yang memerintah di Kesultanan Deli berdasarkan surat kuasa Sultan Aceh. Sultan Osman Perkasa Alamsyah wafat pada tahun 1858 dan dimakamkan di areal pemakaman Mesjid Raya Labuhan Deli. Sultan Osman Perkasa digantikan oleh putranya, Sultan Mahmud Perkasa Alamsyah, di buat perjanjian Acte Van Verband, antara Kesultanan Deli dan Belanda yang dipimpin oleh Residen Riau, Eliza Netscher, pada tanggal 21 Agustus 186217

17

Perjanjian itu berisi: bahwa Sultan Deli taat dan setia pada Raja Belanda/ Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan melaksanakan pemerintahan di Deli sesuai adapt dan peraturan; bersedia memajukan negeri dan rakyat; bersedia mematuhi syarat-syarat penambahan akte yang belum jelas atau belum tercantum. Perjanjian ini dilakukan Sultan Deli dan berikut gantinya.

. Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.

Setelah wafat, Sultan Mahmud Perkasa digantikan oleh putranya yaitu Sultan Mahmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Pada masa itu putranya diangkat menjadi Sultan belum mencapai usia tujuh belas tahun. Pada awal pemerintahan Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah, ibukot a Kesultanan Deli masih berada di Labuhan. Jauh sebelum Belanda , Labuhan telah mampu menjadi pelabuhan sungai penting yang ramai, dan telah mampu menampung kegiatan ekspor impor barang dagangan dari dan keluar wilayah Kesultanan Deli. Setelah penandatanganan Acte

Van Verband pada tanggal 22 Agustus 1862, Labuhan mulai dilirik untuk dijadikan

perkebunan berkebangsaan Belanda, pindah dari Jawa Timur ke Deli. Nienhuys berhasil mendapatkan konsesi tanah untuk membuka perkebunan di tanah Deli dari Sultan Mahmud Perkasa Alamsyah. Daerah yang pertama untuk penanaman tembakau terletak di tepi sungai Deli yaitu seluas 4000 bau18. Konsesi ini diberikan selama 20 tahun, selam 5 tahun pertama Nienhuys dibebaskan dari pajak dan sesudah itu baru membayar 200 gulden setahun19

Pada tahun 1879, Kedudukan Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan. Asisten Residen Deli sendiri pada masa itu berada dibawah Keresidenan Sumatera Timur dengan ibukotanya Bengkalis. Pindahnya Asisten Residen Deli ke Medan semakin menguatkan posisi Medan sebagai kota baru yang strategis.

Ditempat lain, pada tahun 1886, Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa .

Nienhuys berhasil dengan tanaman tembakaunya di Labuhan Deli. Pada tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor perusahaanya Deli Maatschappij, ke Medan. Alasannya, karena letak medan yang lebih tinggi dari Labuhan, dapat menghindarkan diri dari banjir. Alasan lain Karena Medan sendiri pada waktu itu masih penuh dengan hutan sehingga cukup mudah untuk melakukan perluasan lahan tanaman tembakaunya. Perkampungan yang sempat tercatat di Medan adalah suatu kampung yang disebut dengan Medan Putri yang terletak pada pertemuan antara sungai Deli dan sungai Babura.

18

1 bau= 7,096.5 meter persegi

19

Nurhamidah,” Sejarah Buruh Perkebunan di Sumatera Timur”dalam Historisme Edisi No.21/Tahun XI/ Agustus 2005, hlm.20. Lihat juga Thee Kian Wie, Plantation Agriculture and Export Growth an Ecohomic History of East Sumatra 1863-1942, Jakara: National of Institue of Economic and Social Research ( LEKNAS- LIPI ), 1977, hlm.3.

Alamsyah mendirikan kampong Bahari di Labuhan . Setelah melihat perkembangan Medan yang pesat, maka pada tanggal 26 Agustus 1888, Sultan Makmun Al-Rasyid mulai mendirikan Istana Maimon di Medan. Secara resmi, Sultan Makmun Al-Rasyid pindah ke Medan dan menempati Istana Maimon pada tanggal 18 Mei 1891. Dengan demikian, Medan menjadi ibukota Kesultanan pada tahun itu juga. Perpindahan ini semakin menjatuhkan pamor Labuhan sekaligus mempercepat proses kemunduran Labuhan Deli. Pada akhirnya Labuhan tidak lagi menjadi Bandar pelabuhan bagi Kesultanan Deli dan pemerintah Belanda disebabkan endapan-endapan Lumpur. Sebagai gantinya, kegiatan ekspor impor dipindahkan ke Belawan yang sudah dibangun pemerintah Belanda pada saat itu20

20

Historisme Edisi No.22/Tahun XI/ Agustus 2006, oleh Ratna, “Labuhan Deli:Riwayatmu Dulu” hlm. 9-10.

.

Pada masa Sultan Makmun Al-Rasyid memerintah di Deli, perkebunan-perkebunan tembakau sudah tersebar luas di Labuhan dan Medan. Pada masa itu wilayah Kesultanan Deli yang ramai dan menjadi pusat aktivitas ekonomi adalah Labuhan dan Medan. Namun, sebagai akibat perpindahan Deli Maatschappij dan Asisten Residen Deli dari Labuhan ke Medan, serta dijadikannya Medan sebagai ibukota Keresidenan Sumatera Timur, aktivitas ekonomi menjadi terpusat di Medan. Sehingga, Labuhan jatuh pamornya dan ditinggalkan orang. Hal ini yang memaksa Sultan Makmun Al-Rasyid memindahkan Kesultanan Deli dari Kampung Bahari, Labuhan ke Medan.

Dokumen terkait