• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.3.4 “Pemetaan” Media

5 Pemilahan sampah Masyarakat Perumahan Asli

Permai - - - -

6 Bank Sampah “Praba Indah” Prajuritan Wonosobo Timur 2012 - -

Keterangan :PM = Pemberdayaan Masyarakat, JDR = Jender, MBR = Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Dari tabel 3.22 di atas, dapat diidentifikasi program/layanan di subsektor persampahan yang dimulai tahun 2009 telah melibatkan aspek pemberdayaan masyarakat, jender dan juga masyarakat berpenghasilan rendah. Hal ini akan menunjang promosi higiene di masyarakat yang lebih luas karena sudah ada proyek percontohan dengan hasil yang baik, masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sesuai dengan tatanan yang ada. Khusus untuk pemilahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di perumahan, kurang menunjukkan aspek MBR. Hal itu karena pada umumnya warga yang tinggal di perumahan bukan dari kalangan MBR, meskipun ada sebagian yang melakukan praktik pemilahan adalah para “asisten rumah tangga” yang berasal dari MBR. Selain itu, di Kabupaten Wonosobo juga telah disediakan .

3.3.4 “Pemetaan” Media

Kajian pemetaan media komunikasi menunjukkan bahwa perhatian media terhadap urusan persampahan sudah begitu besar. Hal ini ada beberapa media yang sudah mengangkat isu sampah menjadi berita. Selain itu, upaya sosialisasi, publikasi dan pemberitaan juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo dengan menggandeng pihak swasta yang memberikan CSR-nya terkait dengan persampahan (tabel 3.23).

Tabel 3.23.

Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Wonosobo

No Kegiatan Tahun Pelaksana Dinas Kegiatan Tujuan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran

1 Publikasi kegiatan Pemberian Bantuan Mesin Pengolah Sampah melalui Program Danamon Peduli 2008 DPU, Bagian Humas Setda, Bank Danamon Pusat 2 Pemberitaan tentang kondisi sampah di Wonosobo dan upaya penanganannya

2011 Bagian Humas

Setda

Beberapa media surat kabar lokal juga telah memberitakan masalah persampahan. Adapun isu yang diangkat adalah pemberdayaan sampah, volume sampah yang meningkat tajam, daur ulang sampah, sampah jadi uang, ibu rumah tangga belajar mengelola sampah (tabel 3.24).

Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 28

BAB III - 28 Tabel 3.24.

Media komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota

No Nama Media Acara Jenis Isu yang Diangkat Pesan Kunci Pendapat Media

1 Wonosobo Ekspres

18 Februari 2011

Artikel Pemberdayaan sampah Memberdayakan masyarakat untuk

mengolah sampah

Positif kedalamannya memadai

2 Wonosobo Ekspres

18 Februari 2011 Artikel Volume sampah meningkat tajam Kenaikan volume sampah dari tahun ke tahun mencapai 100%

3 Suara Merdeka

8 November 2011 Artikel Daur ulang sampah Masyarakat khususnya Ibu Rumah Tangga diharapkan mampu mengolah sampah menjadi sesuatu (barang) yang bermanfaat

4 Suara Merdeka

25 November 2011 Artikel Volume sampah di TPA meningkat Produksi pupuk organi dari sampah harus ditingkatkan

5 Wonosobo Ekspres

10 Januari 2012 Artikel Sampah yang menggunung Pentingnya keterlibatan semua pihak dalam pengelolaan sampah

6 Suara Merdeka

12 Januari 2012 Artikel Sampah yang semakin banyak Pentingnya keterlibatan semua pihak dalam pengelolaan sampah

7 Wonosobo Ekspres

14 Januari 2012 Artikel Pengelolaan sampah belum maksimal Pentingnya keterlibatan semua pihak dalam pengelolaan sampah

8 Suara Merdeka

25 Januari 2012 Artikel Potensi sampah menggiurkan Mengajak warga meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya lingkungan bersih

9 Wonosobo Ekspres

25 Januari 2012 Artikel Ibu rumah tangga belajar mengolah sampah Mengajak Ibu rumah tangga mengolah sampah menjadi barang yang bermanfaat 10 Radar Semarang

25 Januari 2012 Artikel Sampah jadi uang Mengajak Ibu rumah tangga mengolah sampah menjadi barang yang bermanfaat 11 Suara Merdeka

26 Januari 2012 Artikel Pengolahan sampah Kerjasama semua pihak dalam pengelolaan sampah 12 Kedaulatan Rakyat

27 Januari 2012 Artikel Pengolahan sampah Ibu rumah tangga kelola sampah

13 Radar Semarang 3 Februari 2012

Artikel Gerakan kelola sampah Karang taruna kelola sampah

14 Wonosobo Ekspres 3 Februari 2012

Artikel Gerakan kelola sampah Karang taruna kelola sampah

15 Suara Merdeka

3 Februari 2012 Artikel Gerakan kelola sampah Karang taruna kelola sampah

Dari tabel 3.24, pesan kunci pemberitaan media lebih ditekankan pada ibu rumah tangga dan remaja untu kmengelola sampah, serta pentinganya kerjasama semua pihak dalam pengelolaan sampah. Fungsi media sangat diharapkan untuk dapat mengubah pola pikir dan budaya masyarakat dalam mengelola sampah. Jika ada cerita sukses pengelolaan sampah, diharapkan dapat menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejaknya atau berinovasi dalam pengelolaan sampah.

Masalah sampah memang memerlukan kerjasama semua pihak. Pihak swasta pun seharusnya terlibat dalam pengelolaan sampah. Jadinya tidak hanya menjadi beban pemerintah semata, perlu dukungan partisipasi masyarakat dan swasta. Kerjasama dengan swasta dapat berupa CSR, namun juga nantinya dapat dikembangkan pola kemitraan infrastruktur Public Private Partnership (PPP.)

Tabel 3.25. Kerjasama terkait Sampah

No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Mitra Kerja Sama Bentuk Kerjasama

1. Danamon Peduli Pengelolaan Sampah Pasar

(komposting) Bank Danamon Alat komposting TPA

2 CSR Geo Dipa Energy Geo Dipa Energy  Donasi Uang Tunai

 Bantuan armada truk sampah

Pengelolaan sampah juga sudah melibatkan sektor swasta. Di Kabupaten Wonosobo, baru teridentifikasi dua perusahaan yang melalui CSR-nya terlibat dalam upaya pengelolaan sampah. Dari program Danamon Peduli, telah memberikan alat komposting sampah. Kemudian PT Geo Dipa Energy juga memberikan bantuan uang tunai dan armada truk sampah, mengingat terbatasnya armada pengangkutan serta sudah berumur tua. Di samping itu, dengan

Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 29

BAB III - 29

adanya armada truk sampah ini, jangkauan pelayanan diperluas hingga di kawasan Dieng sebagai tempat pariwisata dan beroperasinya PT. Geo Dipa Energi.

Tabel 3.26:. Daftar Mitra Potensial

No Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama

1 PT Tirta Investama Penanganan Persampahan Skala Permukiman MOU

2 PT Bank Jateng Penanganan Persampahan Skala Permukiman MOU

3 PT Indonesia Power Penanganan Persampahan Skala Permukiman MOU

4 Bank BRI Penanganan Persampahan Skala Permukiman MOU

5 PT Geo Dipa Penanganan Persampahan Skala Permukiman MOU

Selain dari yang dua perusahaan di atas, masih ada beberapa mitra potensial yang dapat diajak kerjasama untuk kegiatan sanitasi, diantaranya PT. Tirta Investama (aqua danone), PT. Bank Jateng, PT. Indonesia Power, Bank BRI (lihat tabel 3.26).

3.3.5 Partisipasi Dunia Usaha

Pengelolaan persampahan idealnya bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, namun memerlukan partisipasi masyarakat dan swasta ataupun dunia usaha. Dari hasil survei penyedia layananan (SSA), penyedia layanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel 3.27.

Tabel 3.27

Penyedia layanan pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten/Kota

Berdasarkan tabel 3.27 di atas, dapat diidentifikasi bahwa keterlibatan swasta dalam pengelolaan sampah terwujud dalam kegiatan komposting sampah dan juga pengepul barang bekas/rosok. Komposting sampah pasar yang berasal dari CSR Bank Danamon, disinyalisasi dapat mengurangi beban sampah TPA. Sampah yang berasal dari pasar, sudah diolah menjadi kompos terlebih dulu, sehingga sisa sampah yang tidak dapat diolah baru diangkut ke TPA. Hal ini tentunya akan mengurangi beban operasional dan memperpanjang usia TPA. Saat ini baru ada satu buah komposting sampah pasar yaitu di Pasar Induk Wonosobo. Jika alat ini juga tersedia di pasar-pasar besar lainnya yang ada di Kabupaten Wonosobo, maka akan meningkatkan kinerja pengelolaan sampah. Usaha swasta lainnya yang ikut menunjang pengelolaan sampah adalah para pengepul barang rosok/bekas yang tentu saja di bantu oleh para pemulung. Meskipun aktiviitas ini bergerak dibidang informal, namun aksi mereka dapat membantu mengurangi timbulan sampah di TPS maupun TPA. Pada dasarnya, mereka melakukan pemilahan sampah agar dapat dilakukan 3R.

3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan

Dalam pengelolaan persampahan tidak terlepas pula dari unsur pendanaan dan pembiayaan. Dalam hal ini yang akan diulas adalah belanja operasional persampahan dalam rangka program peningkatan kinerja pengelolaan persampahan dan besaran retribusi sampahnya (lihat tabel 3.28).

Tabel 3.28: Ringkasan pendapatan dan belanja subsektor pengelolaan persampahan

No Subsektor/SKPD 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata uhan (%) Pertumb

A Persampahan 200,000,000 500,000,000 200,000,000 447,500,000 481,750,000 365,850,000 44.28

B Retribusi sampah NA 65.240.000 84.527.250 77.064.500 29.040.000* 63.967.938 -10,40

*data hingga triwulan pertama

Berdasarkan tabel 3.28 di atas, untuk belanja pengelolaan persampahan oleh seksi kebersihan bidang PKP DPU kab. Wonosobo mengalami peningkatan dengan pertumbuhan dari tahun 2008 ke 2012 sekitar 44,28%. Dari sisi pendanaan, hal ini menunjukkan indikasi positif adanya perhatian pendanaan untuk subsektor persampahan ini. Harapannya dengan adanya dukungan dana yang cukup besar, kinerja pengelolaan persampahan pun semakin

No Nama Provider Tahun mulai operasi Jenis kegiatan

1 Pengelolaan Sampah Pasar

(komposting) Komposting Sampah TPA Wonorejo

2 Mekar Jaya (Bpk Rujito, E) Pengepul barang bekas / Rosok

3 Bpk. Bagyo Pengepul barang bekas / Rosok

4 Bpk. Pringgo Pengepul barang bekas / Rosok

Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 30

BAB III - 30

meningkat. Namun, ternyata masih diperlukan dana yang lebih besar untuk meningkatkan jangkauan pelayanan dan optimalisasi TPA menuju sanitary landfill. Hal ini karena, peningkatan dana belanja yang ada selama ini lebih banyak untuk peremajaan sarana dan prasarana persampahan yang sudah mulai tua dan menurun kinerjanya serta untuk operasional sehari-hari pengelolaan sampah dari TPS, kontainer hingga pemrosesan di TPA yang butuh dana yang besar pula.

Dari ketiga subsektor sanitasi, subsektor persampahan merupakan satu-satunya yang telah menerapkan untuk pemungutan retribusi sampah. Retribusi sampah baru dimulai pada tahun 2009. Mulai mengalami peningkatan pada tahun 2010, hanya saja pada tahun 2011 mengalami penurunan retribusi. Sistem pembayaran retribusi sampah biasanya berada di samping loket pembayaran listrik, telepon, air. Namun, dengan berkembanganya pembayaran terpisah dengan sistem real time on line untuk listrik, telepon, PDAM yang dapat dilakukan dimana saja, di kantor, atau melalui ATM Bank, menjadikan masyarakat tidak bisa secara langsung ikut membayar retribusi sampah. Hal ini salah satu menjadi penyebab kebocoran retribusi sampah.

3.3.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak

Dengan permasalahan yang ada dan terjadi di Kabupaten Wonosobo bisa kita gambarkan permasalahan yang mendasari terkait dengan sektor persampahan, yaitu;

 Operasionalisasi sarana pengangkutan sampah menuju tempat pemrosesan akhir (TPA)belum menjangkau seluruh wilayah kabupaten.

Belum optimalnyasarana dan prasarana pengelolaan sampah sistem menuju sanitary landfill yang solid.  Belum terkelolanya sampah secara sistemik dari hulu ke hilir (dari sumber hingga di tempat akhir).

 Masih adanya sampah rumah tangga yang langsung dibuang di saluran air dan sungai baik pada lereng/tebing sungai maupun langsung di badan sungai.

 Kesadaran sais dokar untuk menampung kotoran kuda masih rendah sehingga banyak yang tercecer di jalanan

 Penempatan tong sampah yang belum merata secara optimal

 Masih adanya sampah yang teronggok di tepi jalan tanpa penampungan

 Terbatasnya armada sampah seperti truk arm roll (hanya 1 buah) sehingga pelayanan container terbatas 7 buah.

3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan

Subsektor sanitasi selanjutanya yaitu drainase lingkungan. Pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya yang menimbulkan tekanan terhadap ruang/lahan yang selanjutnya menjadikan kawasan terbangun. Hal itu menjadikan koefisienn aliran (run of) bertambah besar, air hujan maupun buangan tidak lagi mudah diserap ke dalam tanah, padahal kapasitas saluran drainase eksisting sudah tidak memadai, ditambah dngan pola masyarakat yang membuang sampah ke saluram ini menyebabkan hambatan aliran dan daya tampung menjadi berkurang. Kondisi riil drainase lingkungan di Kabupaten Wonosobo lainnya ditandai dengan permasalahan seperti tidakmemadainya daya tampung saluran sehingga air buangan meluber ke kanan kiri saluran yang mengakibatkan genangan. Saluran drainase yang berada di dalam rumah warga menyulitkan pemeliharaan. Adanya pengendapan material di saluran juga menyebabkan permasalahan meluapnya air saluran di musim hujan. Bercampurnya saluran drainase lingkungan dengan air buangan limbah rumah tangga dan industri pemotongan ayam yang menimbulkan bau tidak sedap. Bercampurnya saluran drainase perkotaan/lingkungan dengan saluran irigasi yang tentunya dapat mengganggu kesuburan tanaman di daerah irigasi. Pengelolaan drainase lingkungan masih terbatas oleh pihak pemerintah saja. Upaya partisipasi masyarakat masih tergolong rendah. Demikian halnya, untuk partisipasi swasta pun belum ada untuk subsektor drainase lingkungan ini.

3.4.1 Kelembagaan

Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten dan kondisi aktual pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Wonosobo,maka unit SKPD pengelola drainase adalah DPU Kabupaten Wonosobo Bidang Cipta Karya Seksi Perumahan dan Permukiman. Jadi, unit pengelola sampahnya adalah berbentuk Seksi.

Subsektor drainase juga harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan juga didukung oleh swasta dan masyarakat. Ketiga pihak inilah yang berperan menjadi pemangku kepentingan pembangunan dan pengelolaan drainase lingkungan. Fungsi-fungsi dalam pengelolaan drainase lingkungan dicoba untuk dipetakan menurut pemangku kepentingan, hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.29.

Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 31

BAB III - 31 Tabel 3.29

Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan

FUNGSI

PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah

Kabupaten Swasta Masyarakat

PERENCANAAN

Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Bappeda - -

Menyusun rancana program drainase lingkungan dlm rangka pencapaian total Bappeda - -

Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian

target Bappeda - -

PENGADAAN SARANA

Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan DPU - -

PENGELOLAAN

Membersihkan saluran drainase lingkungan DPU - -

Memperbaiki saluran drainase lingkungan dengan yang rusak DPU - -

Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase

lingkungan) dalam pengurusan IMB DPU - -

PENGATURAN DAN PEMBINAAN

Menyediakan advise planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk

penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Tim Perijinan - -

Memastikan intregasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer

- - -

Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase

lingkungan DPU - -

Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan - - -

MONITORING DAN EVALUASI

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota

BAPPEDA - -

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan

drainase lingkungan DPU - -

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan dranase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan

DPU - -

Berdasarkan tabel 3.29 di atas, fungsi perencanaan, pengadaan sarana, pengelolaan, pengaturan dan pembinaan telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten. Meskipun demikian, dalam hal perencanaan seperti menyusun target pengelolaan drainase lingkungan belum menggunakan perhitungan teknis yang baik yang memperhatikan berbagai aspek. Dari berbagai fungsi di atas, belum ada satu pun yang melibatkan peran swasta dan masyarakat terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan. Semuanya masih menjadi tanggung jawab pemerintah.

Tabel 3.30.

Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Wonosobo

Peraturan

Ketersediaan Pelaksanaan

Keteran gan Ada

(sebutkan) Tidak ada

Efektif Dilaksan akan Belum Efektif Dilaksan akan Tidak Efektif Dilaksa nakan Target capaian pelayanan pengelolaan drainase

lingkungan di Kabupaten ini ada

Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintahan Kabupaten dalam menyediakan drainase lingkungan

Tidak ada Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah

Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan

Tidak ada Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau

pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder

Ada ( IMB )

Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan

Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 32

BAB III - 32

Dari tabel 3.30, terkait peta peraturan drainase lingkungan di atas, hal yang perlu mendapat perhatian adalah adanya peraturan target capaian peayanan pengelolaan drainase di beberapa dokumen perencanaan memang telah ada, namun dalam pelaksanaannya belum efektif. Adapun peraturan yang belum ada adalah kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam menyediakan drainase lingkungan, serta kewajiban dan sanksi bagi emerintah kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan.

3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan

Sistem drainase di wilayah Kabupaten Wonosobo sebagian besar berupa saluran terbuka, meski ada sebagian pula yang menggunakan saluran tertutup. Hirarki saluran yang ada yaitu saluran lingkungan yang berukuran 40-60 cm kemudian ditampung/dialirkan ke saluran sekunder yang berukuran 80-100 cm dan dibuang langsung ke saluran primer (sungai). Sungai utama yang ada di Kabupaten Wonosobo berada pada 5 (lima) daerah aliran sungai (DAS) yaitu DAS Serayu, DAS Bogowonto, DAS Wawar Medono, DAS Jali Cokroyasan, dan DAS Luk Ulo. Saluran drainase yang dikelola pemerintah lebih banyak mencakup lingkungan permukiman di perkotaan saja. Hal ini juga yang menjadikan tantangan ke depan bagi Pemerintah Kabupaten untuk memperluas layanan. Selama ini, untuk yang diluar wilayah perkotaan, saluran drainasenya banyak yang menjadi satu dengan salura irigasi, ataupun selokan alami yang kemudian teralirkan ke sungai besar.

Padatnya permukiman dan semakin banyaknya lahan yang tertutup bangunan maka menyebabkan koefisien aliran dan aliran permukaan (runoff) semakin besar. Ha itu perlu diwaspadai untuk mengatasi banyaknya genangan yang terjadi.

Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 33 Peta 3.5.

Peta jaringan drainase Kota Wonosobo

Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 34

BAB III - 34

Untuk sistem sanitasi pengelolaan drainase lingkungan, dapat dilihat pada tabel 3.31.

Tabel 3.31.

Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase lingkungan

Input User Interface Penampungan Awal Pengaliran Pengolahan Akhir Pembuangan /Daur Ulang Kode/Nama Aliran

Grey Water Pembuangan Kamar Mandi, Tempat Cuci Piring

Kolam Ikan Drainase Lingkungan Sungai Aliran 1

Pembuangan Kamar

Mandi, Tempat Cuci Piring

Drainase Lingkungan Sungai Aliran 2

Pembuangan Kamar Mandi, Tempat Cuci Piring Drainase Perkotaan/Saluran Irigasi Sungai Aliran 3 Pembuangan Kamar

Mandi, Tempat Cuci Piring

DrainasePerkotaan / Saluran Irigasi

Waduk/Telaga Aliran 4

Pembuangan Kamar Mandi, Tempat Cuci Piring

Sumur resapan Drainase Lingkungan Sungai Aliran 5

Air hujan Atap genting Sumur resapan DrainasePerkotaan /

Saluran Irigasi Sungai Aliran 6

Air hujan jalanan DrainasePerkotaan /

Saluran Irigasi

Sungai Aliran 7

Air hujan Atap genting Sumur resapan DrainasePerkotaan /

Saluran Irigasi Waduk/telaga Aliran 8

Air hujan jalanan DrainasePerkotaan /

Saluran Irigasi Waduk/telaga Aliran 9

Berdasarkan tabel 3.31 di atas, kondisi eksisting pengelolaan drainase di Kabupaten Wonosobo dapat dibedakan menjadi 9 (sembilan)) tipe aliran, dengan dua input yaitu dari grey water dan air hujan. Tipe aliran yang menjadi masalah adalah semuanya karena tidak melalui pengolahan akhir. Tipe aliran 5,6,8 perlu mendapat apresiasi dan hendaknya diperbanyak di wilayah ini karena adanya sumur resapan sebagai penampungan awal yang dapat menyaring bahan-bahan cairan sehingga aman dibuang ke sungai.

Tabel 3.32.

Sistem pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten/Kota

Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jumlah Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data

User Interface Wastafel, tempat cuci piring

Kamar mandi

Penampungan Awal Tangki Septik

Kolam

Pengaliran Drainase Lingkungan

Drainase Perkotaan/Saluran

Irigasi

Pengolahan Akhir _______

Pembuangan / Daur

Ulang Tangki Septik

Sungai

Waduk / telaga

3.4.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK

Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan drainase masih tergolong rendah. Budaya gotong royong yang dahulu bisa digunakan untuk bersama-sama membersihkan got saluran drainase semakin luntur. Kebanyakan dibebankan kepada pemerintah daerah. Sementara anggaran dan tenaga yang disediakan terbatas, yaitu petugas “olor-olor”, yang jumlahnya pun terbatas. Masyarakat pun masih banyak yang menggunakan saluran drainase sebagai tempat sampah terpanjang. Hal itu menyebabkan banyak saluran drainase yang tersumbat akibat sampah. Di samping itu, tidak adanya pengolahan dulu dari limbah kamarmandi, tempat cuci, menjadikan saluran drainase mudah terhambat alirannya

Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 35

BAB III - 35

karena adanya cairan minyak, rambut, lindian sabun. Jika kapasitas atau daya tampung saluran drainase sudah terlampaui, maka dapat dipastikan pada musim hujan, saluran akan meluap/meluber ke jalanan. Pada kondisi normal, dengan bantuan tenaga “olor-olor”, menjadikan saluran drainase menjadi lancar. Hal itu juga ditunjukkan pada tabel 3.33 tentang kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/kelurahan.

Tabel 3.33.

Kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/kelurahan

Kelurahan/Desa

Jumlah Kondisi Drainase Saat Ini Pembersihan Drainase Pengelola Oleh Bangunan Di Atas Saluran

RT RW Lancar Mampet Rutin

Tidak

Rutin Pemerintah

Kab

Kelura han

Masyarakat

(RT/RW) Swasta Ada Tidak Ada

L P L P L P Wadaslintang 257 51 - - - - - - - - - Kepil 282 56 - - - - - - - - - Sapuran 270 54 - - - - - - - - - Kalibawang 112 22 - - - - - - - - - Kaliwiro 221 44 - - - - - - - - - Leksono 196 39 - - - - - - - - - Sukoharjo 157 31 - - - - - - - - - Selomerto 224 44 - - - - - - - - - Kalikajar 287 57 - - - - - - - - - Kertek 383 76 - - - - - - - - - Wonosobo 416 83 - - - - - - - - - Watumalang 243 48 - - - - - - - - - Mojotengah 291 58 - - - - - - - - - Garung 240 48 - - - - - - - - - Kejajar 205 41 - - - - - - - - - Tabel 3.34.

Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat

No Sub Sektor Proyek/Layanan Nama Program/ Pelaksana/PJ Tahun Mulai Kondisi Sarana Saat Ini Aspek PMJK

Fungsi Tidak Fungsi Rusak PM JDR MBR

1 Tidak ada NA NA NA NA NA NA NA NA NA

Dari ketiga subsektor sanitasi yaitu air limbah domestik, persampahan dan drainase lingkunan yang belum pernah ada program/proyek layanan yang berbasis masyarakat. Hal ini karena drainase lingkungan belum menjadi isu sensistif bagi masyarakat

3.4.4 “Pemetaan” Media

Hasil kajian pemetaan media terkait subsektor drainase menunjukkan bahwa belum adanya media yang mengulas tentang masalah drainase, demikian juga dengan kerjasama dan mitra potensial belum ada.

Hal ini tentunya menjadikan tantangan bagi stakeholder di kabupaten ini, agar masalah subsektor drainase lingkungan ini menjadi sesuatu hal yang „penting‟ dibicarakan dan diperhatikan karena akan berakibat lanjut pada segi perikehidupan lainnya.

Tabel 3.35.

Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten

No Kegiatan Tahun Pelaksana Dinas Kegiatan Tujuan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran

1 NA NA NA NA NA NA NA

Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 36

BAB III - 36

Tabel 3.36.

Dokumen terkait